“Horeeeeee aku lulus akhirnya!!!”
Sorak kegembiraan terdengar dari bibir mungil seorang gadis bernama Violeta.
Hari ini dia di wisuda sebagai sarjana keperawatan. Violeta adalah gadis yang sangat pintar dia lulus dengan nilai Cumloude tidak hanya di atas kertas di lapanganpun dia sangat piawai.
Saat KKN di Rumah Sakit terbesar di kotanya Rumah Sakit Bethesda Violeta menunjukkan keahliannya.
Kepala perawat di sana merekomendasikan dirinya untuk menjadi perawat di sana.
Senyum lebar menghiasi wajahnya yang cantik.
“Ayah ayo kita ke makam ibu.” Ajak Violeta setelah acara wisuda di kampus selesai.
Hari ini genap dua bulan ibunya meninggalkan mereka. Ayahnya sedikit terguncang. Sejak ibu mereka meninggal Ayah mereka hanya mabuk dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa orang begitu dicintainya pergi meninggalkan dirinya selamanya meskipun begitu Violeta dan kakak laki-lakinya Sonny tetap menyayangi Ayah mereka.
Mereka bertiga pergi ke pemakan umum mencari makan orang yang mereka cintai.
Setelah sampai di makam, Violeta duduk di samping makam sambil bicara “Ibu aku berhasil menjadi seorang sarjana keperawatan kerinduan ibu sudah terwujud.” Violeta menaruh karangan bunga di atas pusara ibunya .
Sementara itu Tuan Henky hanya diam terpaku menatap makan istri tercinta air mata mengalir dari matanya. Sonny memeluk Ayahnya lalu mengajak Ayah dan adiknya meninggalkan pusara ibunya.
Tuan Henky sudah tidak bekerja lagi karena dia sering bolos dan selalu mabuk di kantor, sehingga Sonnylah yang menjadi tulang punggung dia membuka usaha bengkel motor di teras rumahnya.
Memiliki pekerjaan yang mapan dengan gaji yang besar adalah impian setiap mahasiswa yang baru saja lulus tidak terkecuali Violeta.
Hari ini kepala HRD Rumah Sakit Bethesda meneleponnya untuk segera memasukan surat lamaran kerja itu semua hanya sebagai formalitas saja.
“Selamat Violeta kamu di terima di tempat ini.” Kepala Rumah Sakit menjabat tangan Violeta.
Dengan hati yang sangat gembira Violeta segera bergegas pulang ke rumah dia sudah tidak sabar memberitahukan kabar baik ini kepada Ayah dan kakaknya.
Dia berharap dengan gaji yang diterimanya nanti dia bisa membawa Ayahnya berkeliling dunia supaya Ayahnya mendapatkan penghiburan dan melupakan kesedihannya.
Sementara itu di rumahnya telah terjadi kehebohan
“Ayo cepat mana putrimu.”
Dua orang bertubuh tegap mendorong Tuan Henky yang masih dipengaruhi minuman keras. Tubuh Tuan Henky jatuh tepat di kaki Sonny.
“Ayah.....?”Sonny segera mengangkat kepalanya dia melihat dua orang pria berdiri di hadapannya.
“Heiii...!!!! Ada apa ini mengapa kalian mendorong Ayah ku?” Teriak Sonny yang tidak terima ayahnya diperlakukan dengan kasar oleh kedua orang itu.
“Heii...! Anak muda dimana adikmu yang bernama Violeta kami ingin membawanya?” Teriak salah satu pria itu.
“Mengapa kalian ingin membawa Violeta ada urusan apa kalian dengannya?”
“Haaahhh....... Ayahmu telah menjadikan adikmu taruhan judi dan dia telah kalah dalam berjudi jadi sekarang kami ingin mengambil hadiah kami!!”
Bagai disambar petir di siang hari Sonny sangat terkejut mendengar perkataan pria di hadapannya.
Matanya langsung menyorot tajam ke arah Ayahnya yang terhunyung-hunyung karena minuman keras.
“AYAH.....BENARKAN APA YANG MEREKA KATAKAN??”
emosinya sudah tidak dapat di bendung lagi dengan nada suara tinggi dia bertanya kepada ayahnya.
“Maafkan ayah Sonny......ayah benar-benar tidak sadar dengan apa yang ayah lakukan.” Mata Tuan Henky menitikan air mata penyesalan.
“JADI BENAR AYAH TELAH MENJADIKAN VIOLETA SEBAGAI TARUHAN JUDI??”
Tuan Henky tidak menjawab dia hanya menganggukan kepalanya.
“AYAH......BBRRAAAKKKK!!”
Sonny meluapkan kekesalannya dengan memukul tembok dengan tinjunya.
“APA YANG TELAH AYAH LAKUKAN?? MENGAPA AYAH BEGITU TEGA? KAUUU....KAAUUU....SEPERTI BINATANG!!”
Sonny menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya tepat di depan wajah ayahnya.
Lalu dia segera berbalik dan berbicara kepada kedua pria itu Sonny ingin melakukan negosiasi.
“Hmmm..... begini saja jangan kalian bawa adikku, aku akan membayarnya, berapa jumlah taruhan judi ayahku?”
“Ahhhh....tidak bisa seperti itu, kalau kamu memang mau mengambil adikmu kamu harus membelinya dari kami sebesar.....” pria itu berhenti sejenak dia berdiskusi dengan temannya untuk menetapkan harga tebusan Violeta.
Setelah mereka sepakat pria itu melanjutkan ucapannya “sebesar dua ratus juta rupiah, bagaimana apakah kau memiliki uang sebesar itu sekarang?”
“HAHA......HHAAA...HHAHAHAHH” suara tawa kedua orang itu mengelegar.
Untuk saat ini Sonny hanya memiliki uang sebesar dua puluh juta di tabungannya. Sonny berusaha bernegosiasi dia berjanji akan membayar sisanya dengan cara dicicil tetapi kedua orang itu tidak mau mereka mau uang dua ratus juta itu sekarang juga.
“Oke bang...berhenti di sini.” Violeta turun dari ojek.
Sonny memandang adik perempuan satu-satunya itu dengan lesu.
Violeta tidak curiga sedikitpun dia mengira kedua pria bertubuh tegap itu adalah pelanggan bengkel kakaknya.
“Haiii...kak besok aku sudah mulai kerja di RS.....” ucapannya terputus
“Ohhh...jadi ini Violeta? Hmmmm cantik juga.” Ucap salah seorang pria itu sambil memandang Violeta dari ujung kepala hingga kaki.
“Kak Sonny? Ada apa ini?”
Sonny langsung menarik Violeta ke belakang tubuhnya.
“Kalau kalian ingin membawa adikku langkahi dulu mayat ku!!!”
Violeta sangat terkejut mendengar ucapan kakaknya di tambah lagi dia melihat ayahnya yang sudah tidak sadarkan diri tergeletak di lantai.
“Membuatmu menjadi mayat itu perkara mudah bagi kami!”
“STOPPP.....apa yang sebenarnya terjadi di sini?”
Violeta berteriak sekuat tenaga sehingga membuat pria bertubuh tegap itu menghentikan langkahnya untuk menyerang Sonny.
Sonny menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Violeta.
Violeta menundukkan kepalanya lalu berkata “kak kamu tidak akan bisa melawan mereka dan aku tidak mau kehilangan kakakku satu-satunya setelah aku kehilangan ibu, aku akan ikut mereka, kak Sonny jaga ayah ya.”
Sonny berusaha mencegah adikknya itu tetapi Violeta tetap pada pendiriannya karena untuk saat ini memang tidak ada jalan keluar untuk masalah mereka.
Bahkan tetangga hanya menonton saja tidak ada yang berani membela mereka karena mereka takut dengan perawakan kedua pria berotot itu.
Sonny memeluk erat adiknya itu dengan linangan air mata, dia hanya bisa berdoa semoga adiknya baik-baik saja.
Dengan langkah berat Violeta mengikuti kedua pria itu masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka entah kemana.
Violeta hanya bisa menangisi nasibnya baru saja dia merasakan kegembiraan dan melambung tinggi di awan karena telah di terima bekerja di Rumah Sakit terbesar di kotanya kini dia berada di dalam mobil sebagai tawanan entah nasib akan membawanya kemana.
Sementara itu Sonny menendang-nendang tubuh ayahnya yang tergeletak di lantai
“ayah macam apa kamu ini tega sekali menjadikan anak perempuanmu taruhan judi sebegitu pentingkah bermain judi bagi dirimu? Sudah kehilangan istri sekarang kamu kehilangan anak perempuan yang sangat berharga!”
Sonny lalu menyeret tubuh ayahnya masuk ke dalam rumah dia sudah tidak perduli dengan ayahnya. Amarahnya masih berada di puncak dia hanya meletakan tubuh ayahnya di lantai ruang tamu.
Pikiran melayang mendoakan adik perempuannya jangan sampai adiknya itu dijadikan wanita penghibur oleh kedua orang itu.
“Hei....kemana kita akan membawa gadis ini?” Tanya salah seorang pria itu kepada temannya.
“Entahlah aku juga tidak tahu, dia sangat cantik mungkin Om Bob pemilik bar itu mau membelinya.” Sahut temannya.
Mendengar kata “Bar” hati Violeta hancur hal-hal buruk sudah menghantuinya.
Tetapi tiba-tiba ponsel salah satu pria itu berbunyi “ Iya Tuan.....iya.....oke....oke....baiklah saya mengerti, kami akan ke sana kebetulan kami ada gadis baru.”
“Huhhh.....Tuan Rey, dia mau mengembalikan gadis yang kemarin kita jual dia tidak menyukainya, dia bilang gadis itu tidak bisa bekerja.”
Mobil itu melaju dengan cepat menuju kediaman Tuan Rey Eagle.
“Tuan Rey.....kami datang.” Teriak salah seorang pria itu begitu mereka memasuki rumah Tuan Rey.
Tuan Rey berada di balkon lantai dua rumah itu, dia tidak turun saat berbicara dengan dua pria yang membawa Violeta
“Heiii..... Kalian, aku kembalikan gadis itu dan aku tidak akan membayar sisanya.”
“Tuan kami bawa gadis baru, lihatlah mungkin anda suka.”
Tuan Rey hanya melongok dari balkon dan melihat Violeta
“baiklah aku tukar dengan gadis itu kalau dia memang bisa bekerja dan melayani ku dengan baik aku akan bayar sisanya.”
Kedua pria itu pergi membawa gadis yang kemarin mereka jual kepada Tuan Rey.
“Heiii...kau mengapa diam saja di sana, naiklah ke sini!!” Teriak Tuan Rey.
Dengan kaki yang sedikit gemetar Violeta menaiki anak tangga satu demi satu
“apakah kesucianku akan ternoda di tempat ini?” pikirnya dalam hati.
Violeta telah berdiri di hadapan Tuan Rey “ Siapa namamu?” tanya Tuan Rey.
“Nama....sssssaaayaa...Vi..VII...”
Tangan Tuan Rey menarik dagu Violeta ke atas sehingga wajah Violeta mendongak ke atas.
“Ohh.....Tuan Rey tampan sekali.” Batin Violeta.
“Kalau bicara itu yang jelas, akun tidak dapat mendengar suara mu! Ayo ulangi!”
“Nama saya Violeta Tuan.” Kali ini suara Violeta sedikit keras sehingga Tuan Rey dapat mendengarnya.
Tuan Rey melepaskan tangannya dari dagu Violeta
“oohhhh Violeta aku akan memanggilmu Vi saja supaya praktis.”
“Masuklah ke kamarku lalu bereskan kekacauan di sana, aku mau makan siang dulu.”
Violeta melangkah perlahan dia membuka pintu kamar itu dan astagaaa kamar itu sangat berantakan.
Dengan cekatan Violeta membereskan kamar Tuan Rey, kertas -kertas penting berhamburan, dia membereskan semua kertas itu menjadi beberapa tumpukan di atas meja kerja Tuan Rey.
Setelah selesai makan Tuan Rey masuk ke kamarnya dia melihat kamar sudah rapi dan Violeta sedang menyapu lantai.
Tuan Rey memeriksa tumpukan kertas yang ada di atas mejanya semua disusu berdasarkan urutan dan klasifikasi.
“Vii....apa pendidikan terakhirmu?”
“Saya baru saja lulus sarjana keperawatan Tuan.”
“Hmmm....pantas saja kerjanya sangat rapi.” Batin Tuan Rey.
“Aku akan pergi ke kantor lanjutkan kerja mu, setelah bekerja pergilah ke ruang belakang carilah Mbak Lela.”
Tuan Rey segera memasukan kertas yang telah dibereskan Violeta ke dalam tas kerjanya.
Selesai membereskan kamar Tuan Rey, Violeta segera ke ruangan belakang mencari Mbak Lela, Mbak Lela menjelaskan peraturan yang ada di rumah ini setelah itu Violeta makan.
Menjelang sore Violeta bingung karena dia tidak membawa pakaian ganti, untunglah ada pembantu yang sama besar size nya dengannya sehingga dia meminjamkan Violeta pakaiannya. Untuk pakaian dalam Mbok Lela selalu menyediakan pakaian dalam baru.
“Tuan Rey pulang.....” seru penjaga pintu.
Semua pembantu berbaris di pintu depan menyambut Tuan Rey ada yang membawakan tasnya, ada yang membawakan jasnya, ada yang membukakan sepatunya, makanan dan minuman sudah tersedia dia meja makan.
Sementara itu Violeta bingung apa yang harus dia lakukan jadi dia hanya mengikuti Tuan Rey dari belakang dan bersiap apabila dia memerintahkan sesuatu.
“Apakah kamarku sudah beres?” tanya Tuan Rey.
“Sudah Tuan semua sudah beres.”
“Siapkan air mandiku!”
“Baik Tuan.” Violeta segera ke kamar Tuan Rey lalu mempersiapkan air hangat, handuk sabun dan jubah mandinya .
Selesai makan Tuan Rey langsung ke kamar dia duduk di kursi lalu menunjuk kepalanya dengan jari telunjuknya seraya berkata
“Pijat jangan terlalu keras!”
Violeta segera memijat kepala Tuannya itu.
“Heiii....apa kamu ini kurang makan Yach mengapa tidak ada tenaga sama sekali, keras sedikit!” teriak Tuan Rey.
Violeta pun menambah kekuatan pijatannya.
“Auwwww.....kamu mau menghancurkan kepala ku hah? Kurangi sedikit kekuatanmu ini kepala bukan adonan roti!” teriak Tuan Rey lagi.
“Huh....tau apa dia tentang adonan roti, serba salah pelan salah, kuat salah.” Gerutu Violeta.
Violeta mengurangi sedikit kekuatannya.
“Aahhhh......ini baru enak.” Tuan Rey menikmati pijitan tangan Violeta.
Tiba-tiba tangan Tuan Rey memegang tangan Violeta dan mengarahkan kemana tangan itu harus memijat
“Di sebelah sini.”
Jantung Violeta berdetak kencang kala tangan Tuan Rey mengengam telapak tangannya.
“Huss.....sadar Violeta...sadar......dia hanya mengarahkan tangan mu saja.” Gumam Violeta.
Tiba-tiba Tuan Rey membuka kancing kemejanya
“Berhenti dulu, tunggu sebentar.”
Dia membuka kemejanya lalu berbaring di ranjangnya yang empuk.
“Ayo lanjutkan pijitanmu enak banget.”
Mata Violeta terbelalak melihat tubuh sempurna Tuan Rey.
“Heiiii kenapa bengong ayo cepat lanjutkan!"
“ Baik Tuan.”
Violeta melanjutkan pijitannya “Huh....tangan ku pegal sekali, aku lelah baru sampai sudah merapikan kamar yang seperti gudang sekarang memijit tubuh ini, aku lelah sekali.” Gerutunya.
Tiba-tiba terdengar suara dengkuran Tuan Rey
“Loh kok dia malah tidur sih? Bukannya tadi dia bilang mau mandi? Terus gimana nih?” Violeta bingung.
Karena Tuan Rey tidur Violeta pergi ke ruang belakang berkenalan dengan pelayan yang lain sambil makan cemilan.
“Vi........” terdengar suara Tuan Rey berteriak memanggilnya.
Violeta segera berlali menaiki tangga menuju kamar Tuan Rey.
“Lama sekali sedang apa kamu?”
“Mengapa kamu tidak membangunkan ku? Aku kan harus mandi!”
Violeta tidak berbicara sepatah kata pun dalam pikirannya Tuannya ini sangatlah aneh, ya mana mungkin dia berani membangunkan Tuannya yang sedang tertidur pulas.
Tuan Rey segera menuju kamar mandi
“Vi....airnya sudah dingin!”
“Baik Tuan akan saya siapkan air yang baru!” Violeta segera ke kamar mandi mempersiapkan air mandi yang hangat.
Setelah selesai Tuan Rey segera mandi
“Vi....mana pakaian ku?”
“Maaf Tuan aku tidak tahu pakaian mana yang akan Tuan kenakan?”
“Haduhh....kamu ini mengapa tidak bertanya sejak tadi?”
Tuan Rey keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk di bagian bawah tubuhnya.
“Ya..ampun kan ada jubah mandi mengapa dia memilih memakai handuk seperti itu sih?” gumam Violeta.
“Kalau malam hari aku lebih suka memakai kaos longar dan celana pendek untuk tidur, di sebelah sini adalah pakaian dalam ku, paham ya?”
“Iya Tuan.”
Violeta membalikan tubuhnya karena dia melihat Tuan Rey memakai pakaiannya di depan lemari bukan di kamar mandi.
“Plokk.”
Handuk yang dipakai tuan Rey melayang dan jatuh tepat di pundak Violeta.
“Bereskan!” perintah singkat Tuan Rey
“Huh ...mengapa orang kaya itu suka bersikap seenaknya saja sih?”
Violeta membereskan kamar mandi memungut pakaian Tuan Rey yang tergeletak di lantai kamar mandi.
Violeta bermaksud menaruh pakaian itu ke ruangan lundry di lantai atas.
Baru saja dia hendak membuka pintu kamar, Tuan Rey bertanya
“Mau kemana kamu?”
“Aku mau membawa pakaian ini ke ruang laundry di lantai atas “
“Siapa yang menyuruhmu melakukan itu?”
Mendengar ucapan Tuan Rey Violeta segera membalikan tubuhnya raut wajahnya tampak bingung
“tadi bukankah Tuan menyuruh saya membereskan ini semua?”
“Iya memang benar tapi aku tidak menyuruhmu menaruh pakaian itu dia ruang laundry, di kamar mandi ada keranjang pakaian kotor kumpulkan saja di situ besok sore baru taruh semua di ruang lundry.”
“Baik Tuan.”
Violeta kembali ke kamar mandi lalu melakukan semuanya sesuai perintah Tuan Rey.
“Sekarang kesini pijit punggungku lagi.”
Violeta menghampiri Tuan Rey yang sedang duduk berkutat di depan laptopnya. Tangan Violeta lincah memijit punggung Tuannya itu.
“Ingat ya jangan pernah melakukan sesuatu kalau bukan atas perintah ku?”
“Baik Tuan.” Violeta menarik nafas panjang menghadapi keunikan Tuannya.
Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam tetapi Tuan Rey masih tetap menatap layar laptopnya.
“Ambilkan aku kopi!” perintah Tuan Rey memecah kehilangan malam.
Violeta segera turun ke dapur membuatkan Tuan Rey kopi dia juga mengambil cemilan untuk menemani dirinya menemani Tuannya yang masih saja bekerja.
Violeta meletakan kopi pesanan Tuannya di meja sebelah Tuan Rey.
Sementara dia sendiri menarik kursi duduk di pojok ruangan menikmati cemilan dan coklat panas.
“Kamu tidak mengambilkan ku cemilan juga?”
“Bukankah tadi Tuan hanya menyuruh saya mengambil kopi? Tadi Tuan bilang aku tidak boleh melakukan sesuatu kalau bukan atas perintah Tuan?” jawab Violeta bingung.
“Haduhhh.....dengar ya Vi, gak mungkin aku merincikan semuanya, kalau aku bilang ambil kopi sudah pasti dengan temannya, sana ambilkan aku cemilan buat teman kopi!”
Violeta kembali menuruni tangga pergi ke dapur mengambil beberapa cemilan karena dia tidak tahu cemilan apa yang Tuannya mau
“biar nanti Tuan Rey pilih sendiri dia mau yang mana supaya aku tidak perlu naik-turun, huhhhh...kaki ku pegal.” Keluhnya.
Ketika dia kembali ke kamar dia tidak menemukan Tuan Rey di manapun “Tuan Rey....Tuan Rey....anda di mana?”
“ apakah dia menghilang secara ajaib? Atau secara ajaib dia masuk ke dunia laptop seperti cerita novel hehee....hehee?” gumamnya dalam hati.
Tetapi tiba-tiba tembok di sebelah ranjang Tuan Rey bergerak lalu terbuka munculah Tuan Rey dari balik tembok.
“Bagus ternyata masih bisa berfungsi.” Ucap Tuan Rey dengan wajah ceria.
“Nah...Vi kamu tidak usah tidur di ruang belakang, kamu tidur di kamar sebelah ini ada pintu rahasia yang menghubungkan kedua ruangan jadi kalau aku perlu kamu aku tidak perlu berteriak seperti tadi.”
“Baiklah Tuan, Tuan ini cemilannya.” Violeta meletakan cemilan di meja.
“Simpan saja aku sudah mengantuk, ini kunci pintu kamar sebelah tetapi sekarang lebih baik kamu mencoba pintu penghubung ini.”
Tuan Rey memberikan kunci pintu kamar itu kepada Violeta.
“Ahhh....dasar tuan yang aneh tadi katanya mau cemilan sekarang bilang mau tidur arrgghhhh.”
Meskipun sempat mengerutu tetapi Violeta bersyukur akhirnya dia dapat tidur.
Violeta mengikuti usul Tuan Rey dia masuk melalui pintu rahasia itu. Penghuni terdahulu ruangan itu jelas seorang wanita karena di sana ada meja rias kecil yang sederhana, lemari pakaian sederhana.
Size ruangan yang lebih kecil dari kamar Tuan Rey, perabot yang sederhana sangat kontras dengan perabot di kamar Tuan Rey. Entah siapa yang pernah menempati kamar ini.
Violeta hanya bisa menarik nafas panjang karena sepertinya kamar ini sudah lama di tinggalkan penghuninya debu ada dimana-mana.
“Astaga mengapa tidak sejak siang dia menunjukan ruangan ini? Aku lelah tetapi tidak bisa tidur dengan kondisi ruangan seperti ini.”
Dengan terpaksa Violeta membersihkan kamar terlebih dahulu, satu jam kemudian baru selesai dia pun langsung tertidur dengan pulas.
...****************...
“Vi.....Vi..... bangun.....”
Violeta merasakan seseorang menusuk-nusuk pipinya.
“Aku masih ngantuk kak sebentar lagi ya hari ini aku kuliah siang.” Violeta menarik selimutnya kembali.
“Vi......ayo bangun....”
Kali ini Tuan Rey menjewer telinganya.
“Aawww.......sakit......”
Violeta pun segera membuka matanya.
“Aaaaa........” dia sangat terkejut melihat tuan Rey berdiri di sampingnya.
“Tuan Rey .....maafkan saya....”
“Ayo cepat bangun temani aku lari pagi dasar tukang tidur?”
Violeta mengambil jam tangan nya “apa? ini baru jam lima pagi astaga aku hanya tidur beberapa jam saja, hoammmmm.”
Tetapi Violeta tidak berani membantah dia segera mencuci wajahnya, menyikat giginya, merapikan rambutnya lalu segera bergegas menyusul Tuan Rey yang sudah berada di halaman.
Dia mengikuti Tuan Rey dari belakang sambil berusaha mengingat jalan di perumahan itu. Sepanjang jalan banyak wanita yang melirik Tuannya karena memang Tuan Rey sangat tampan.
Setelah puas lari pagi mereka kembali ke rumah.
“Aku mau mandi, siapkan kaos dan celana pendek saja aku ke kantor agak siang.”
Dengan sigap Violeta segera pergi ke kamar Tuan Rey untuk mempersiapkan segala sesuatunya sementara Tuan Rey menghilangkan keringat di teras.
Baru saja Tuan Rey selesai mandi kehebohan terjadi di lantai bawah.
“Morninggg......morning......kami kembali....”
“Siapa itu Tuan?” tanya Violeta penasaran.
“Papi, Mami dan adik perempuanku ” jawab Rey singkat.
Violeta mencium dirinya yang sudah bau keringat.
“Tuan apa masih memerlukan saya di sini? Kalau tidak saya mau mandi dulu.”
“Tunggu sebentar aku akan minta baju-baju adik perempuanku yang sudah tidak terpakai lagi, sepertinya size-nya sama dengan kamu.”
“Ayo ikut aku ke bawah.”
Violeta mengikuti Tuan Rey menemui keluarganya yang baru saja pulang dari Hawai.
Keluarga Eagle baru saja pulang dari Hawai bersama keluarga White. Sepertinya ini adalah cara keluarga White mendekati keluarga Eagle untuk kepentingan bisnis.
“Tha ....kumpulin baju-baju yang sudah tidak kamu pakai lagi kasih ke mbak Vi.”
“Ohhh.....ini mbak Vi? Pelayan barunya kak Rey?”Agatha melihat Violeta dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Yuk ikut aku ke kamarku.”
Violeta mengikuti Agatha dari belakang menuju kamarnya.
Beberapa menit kemudian Violeta sudah membawa satu tas besar berisi pakaian yang sudah tidak di pakai oleh Agatha.
“Rey....Tuan Ariel White ingin bertemu dengan mu dia ingin menjalin kerjasama dengan mu.” Ucap Tuan Hendra
Tuan Hendra Eagle adalah Papinya Rey karena usianya yang sudah lanjut dia menyerahkan perusahaan ke tangan Rey Putra sulungnya.
“Temuilah dia Rey, dia sudah bersusah payah mengajak kita jalan-jalan ke Hawai sekeluarga, hargailah dia sedikit.” Ucap Nyonya Yunita.
Nyonya Yunita adalah maminya Rey, dia berkata seperti itu karena dia tahu kalau Rey sebetulnya tidak mau bertemu dengan Tuan Ariel White.
“Hah ...siapa suruh kalian menerima tawarannya padahal aku juga bisa membawa kalian ke Hawai.” Rey sangat kesal.
“Sudahlah temui dia, ehhh.....dia punya putri yang cantik loh baru lulus kuliah dari luar negeri mungkin nanti kalian berdua cocok.” Nyonya Yunita berusaha merayu Rey.
Karena maminya terus saja mendesaknya akhirnya Rey membuat janji bertemu dengan Tuan Ariel White.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!