NovelToon NovelToon

Noktah Merah Buku Nikah

BAB 01. Setelah Sepuluh Tahun Menikah Denganmu

"Kak, ini dasi sama kemeja kamu aku taruh di meja yah," Jia berjalan keluar dari kamar setelah mendengar sahutan dari suaminya.

Setelah selesai menyiapkan pakaian kantor untuk suaminya, Jia langsung kembali ke dapur untuk membuat sarapan.

"Mama, Mama hari ini masak apa?" Suara anak kecil membuat Jia berbalik.

Sesosok tubuh pendek berseragam paud itu menghampiri Jia yang membuat Jia langsung menggendongnya dan mendudukkannya di kursi. "Hari ini, Mama masak nasi goreng, kayak biasa."

"Asik! Cepet Ma, Alea udah gak sabar," ujar Alea Gao Dreantama ~Anak Jia.

Jia tersenyum, ia kembali ke rutinitasnya membuat sarapan untuk dirinya, anak dan suaminya.

Adlina Jia Cyarich, seorang Designer yang sudah memasuki umur tiga puluh tahun, di umur yang sudah kepala tiga ini, wanita dengan darah Chinese ini masih terbilang awet muda dengan satu anak.

Dia menikah muda dengan suaminya, sama-sama keturunan Chinese, tapi mereka baru dikaruniai anak di pernikahan mereka yang ke-empat tahun tepat saat ia dan suaminya memilih menikah di usia dua puluh tahun.

Alea Gao Dreantama, itulah anak pertama mereka, seorang anak perempuan yang sedang dalam masa aktif-aktifnya, Kini usia Alea, sudah enam tahun dan masuk ke PAUD, usia pernikahan mereka sudah berjalan sepuluh tahun dan semuanya baik-baik saja di antara mereka, mereka harmonis dan suaminya selalu memperlakukan Jia dengan baik.

"Jia! Tas Kakak, mana?" tanya sang suami yang membuat Jia mematikan kompor listriknya.

Dreantama Adfey Gao, seorang General Manager di perusahaan milik Almarhum ayahnya, walaupun dia dan Jia terlahir dari keluarga yang sama-sama kaya, tapi awal pernikahannya tidak semudah.

Gao dan Jia menikah, disaat keduanya sedang mengejar semester terakhirnya dan sibuknya skripsi, memang keputusan yang nekat, bermodalkan pekerjaan sebagai Staff biasa yang diberikan almarhum ayahnya, Gao mampu menghidupi Jia.

Walaupun biaya awal kuliah mereka ditanggung orang tua, tapi mereka bisa memulai hidup mandiri setelah pernikahan, semua keadaan berubah ditahun ketiga pernikahan, dimana karir Gao sedang bagus-bagusnya dan Jia mengeluarkan brand pakaian yang sangat laku di pasaran.

Sekilas tidak mudah, tapi semua itu tidak akan berubah diantara mereka, jika saja, sikap Gao tidak berubah.

"Bentar Kak," Jia berjalan menuju kamar, setiap pagi, Jia sudah harus direpotkan dengan segala urusan rumah tangga yang membuat Jia sedikit kewalahan. "Kak Gao mau langsung berangkat kerja."

Gao, hanya mengangguk kemudian berjalan keluar dari kamar menuju meja makan, dia mencium kening Alea sejenak.

"Kakak, gak mau sarapan dulu, aku udah masak nasi goreng itu," ujar Jia yang membuat Gao melirik nasi goreng buatan Jia.

"Gak, bosen, kamu masaknya itu-itu terus, Kakak makan di kantor aja," jawab Gao menjulurkan tangannya yang langsung di Salami oleh Jia. "Kakak ke kantor dulu yah!"

Jia hanya mengangguk dan diam, sudah seminggu ini Gao, tidak pernah sarapan di rumah, Jia merasa ada perubahan sikap yang sangat mencolok dari Gao, selama ini Gao selalu bersikap baik padanya, tapi akhir-akhir ini, sikap Gao benar-benar berubah.

"Ma? Papa gak sarapan sama kita yah?"

Jia terhenyak dalam lamunannya sendiri saat Alea memanggil namanya, mendengar itu membuat Jia tersenyum dan mengambil nasi goreng untuk Alea.

"Gak, sayang, Papa lagi sibuk, kamu makan aja, biar Mama aja yang temenin kamu, cepet makan, nanti telat loh ke sekolahnya," jawab Jia pada Alea.

Alea mengangguk kemudian memakan nasi goreng tersebut. "Mama ke kamar dulu yah, nanti kalau sudah selesai panggil Mama yah."

Jia berjalan menuju kamar, sejujurnya perasaan dan hatinya sedang tidak baik-baik saja, sekarang, karena sikap Gao yang tidak biasanya.

Sesampainya didalam kamar, Jia langsung duduk di meja riasnya dan memandangi wajahnya di depan cermin, di usia segini, Jia sebenarnya masih sangat cantik dan awet muda.

"Kak Gao, kenapa yah?" tanya Jia dalam hati, dia meraih foto pernikahan mereka yang masih terbingkai rapih.

Jia dan Gao menikah bukan karena dipaksa, dijodohkan ataupun semacamnya, mereka menikah atas dasar suka sama suka setelah dua tahun pacaran, tapi dia tidak mengerti kenapa setelah sepuluh tahun, sikap Gao malah berubah.

"Apa, Kak Gao, selingkuh? Astaga Jia, kamu gak boleh mikir gini, Kak Gao ga mungkin selingkuh," ujar Jia berusaha berpikir positif.

Jia ingin beranjak dari tempatnya namun matanya menangkap laptop Gao yang masih terbuka, Gao ternyata lupa membawa laptopnya.

"Astaga, Kak Gao, kebiasaan deh, suka lupa kalau kerja di kamar pasti lupa di beresin," Jia merapihkan laptop Gao, namun saat Jia membukanya dia mendapati dekstop laptop tersebut menampilkan riwayat searching. "Bagaimana, cara mengajukan gugatan perceraian?"

Jia terdiam, kenapa Gao mencari hal semacam ini.

TBC

Assalamualaikum

Ini adalah Karya Baru Author, semoga suka yah, dan Makasih supportnya.

BAB 02. Kamu Terlalu Jauh, Disini Jalannya

"Kamu jangan nakal yah, Mama bakalan jemput kamu nanti pas jam pulang, Mama harus beres-beres rumah dan ke butik dulu," ujar Jia saat berada di depan sekolah Alea.

"Oke Mama, Ma, kok Papa sekarang gak mau nganterin Alea sekolah sih, biasanya kita bertiga, tapi sekarang cuma Mama yang nganterin," jawab Alea yang membuat Jia terdiam.

Jia tidak bisa memproses jawaban yang harus dia berikan kepada Alea karena memang dia bingung harus menjawab apa sekarang, Jia hanya tersenyum dan mengecup pipi Alea.

"Papa lagi sibuk sayang, kamu masuk yah, nanti telat itu temen kamu udah masuk semua, kamu belajar yang rajin yah," ujar Jia pada Alea.

Alea mengangguk kemudian berlari kecil masuk ke dalam kelasnya, Jia sendiri masih di tempat, niatnya dia mau ke rumah dulu, tapi dia urungkan karena dia sedang membawa laptop Gao, untuk di bawa ke kantornya.

Tapi sebelum itu, Jia harus mengecek butiknya, Jia berjalan masuk ke dalam hatchback-nya dan menyalakan mesin mobil tersebut, setelah menikah Jia memang mengembangkan usaha sebagai seorang Designer dan membuka butik sendiri.

Ini Jia lakukan, untuk cadangan, jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu pada pekerjaan Gao sebagai tulang punggung keluarga, tak butuh waktu lama karena jarak sekolah dan butik yang dekat, membuat Jia tak butuh waktu lama untuk sampai disana.

Sesampainya disana, Jia melihat bahwa butiknya sudah dibuka oleh asistennya, Jia keluar dari mobil dan masuk ke dalam butik, butik jam segini memang sudah ramai, selain karena Jia memiliki brand sendiri, juga karena Brand Jia sudah lumayan dikenal masyarakat.

"Vina, lumayan rame yah?" ujar Jia masuk ke dalam butik dan sudah disambut beberapa karyawan dan Vina ~Asistennya.

"Iya Bu, Alhamdulillah," jawab Vina yang membuat Jia tersenyum.

Niat Jia kemarin selain mengontrol butik, tentunya untuk membayarkan gaji karyawan di akhir bulan, ini adalah rutinitas yang tidak boleh telat, bagi Jia, biasanya dia akan memberikan uangnya kepada Vina, selaku asisten kepercayaannya, untuk membagikan gaji karyawan lain.

Jia membuka tasnya kemudian mengeluarkan dua buah amplop dan memberikannya kepada Vina. "Ini gaji karyawan yang harus dibayarkan hari ini, tolong kamu bagikan yah, sama ini, ini khusus buat kamu, saya dengar suami kamu kemarin masuk rumah sakit, pakai buat berobat yah, Vin."

Vina menerima amplop itu dan menatap dalam Jia. "Ya Allah Bu, Gaji saya aja udah cukup, gausah dikasih ini, saya balikan yah, saya gak enak Bu."

Jia tersenyum dan mengembalikan Amplop itu kepada Vina. "Gapapa, kamu sudah kerja sama saya enam tahun, dari saya hamil Alea sampai Alea sudah gede, kamu terima aja yah, kalau gitu saya pamit dulu yah, mau ketemu sama Kak Gao dulu."

Jia memang dermawan kalau soal kebutuhan karyawannya, tidak jarang dia memberikan pinjaman kepada karyawan yang membutuhkan, walaupun Jia lahir dari keluarga berada, dia tidak perlu hidup susah untuk merasakan kesusahan orang lain.

"Sekali lagi, Makasih yah Bu, saya bersyukur banget bisa kerja sama Boss sebaik Bu Jia," jawab Vina yang membuat Jia mengangguk.

Setelah selesai mengontrol dan memastikan bahwa semuanya, baik-baik saja, Jia memilih pergi dari sana, karena memang dia harus menemui Gao sekarang.

Jia berjalan keluar dari butik dan masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di halaman butik, sekarang tujuannya adalah kantor Gao, untuk mengantarkan laptop Gao yang ketinggalan.

Jia mengendarai hatchback miliknya melewati jalanan kota, jalanan kota yang lumayan macet membuat perjalanan Jia sedikit terhambat, saat Jia berhenti di lampu merah, Jia melirik sekitar lampu merah, banyak toko dan cafe disini, serta kebetulan sekali dia mendapati Gao bersama dua teman kerjanya sedang berada di sebuah cafe, cafe tersebut berdindingkan kaca bening yang membuat Jia bisa melihatnya langsung walaupun dari jauh.

"Itu Kak Gao, kebetulan banget," Jia langsung memarkirkannya mobilnya masuk ke halaman cafe setelah lampu kembali hijau.

Dengan membawa totebag berisi laptop Gao, Jia keluar dari mobil dan masuk ke dalam cafe, Gao tampak berbicara serius dengan kedua temannya yang Jia tidak tahu siapa mereka.

Langkah Jia terhenti saat, dirinya mendengarkan Gao membahas soal pernikahan mereka.

"Aku udah bosan sama Jia, oke, dulu, aku cinta sama dia, tapi kayaknya aku bosan, sudah sepuluh tahun, kayak ah, aku tahan aja ini biar gak selingkuh, tapi aku ada niat buat ceraiin dia," ujar Gao yang membuat Jia terkejut.

Kaki Jia gemetar sejenak, mendengarkan penuturan yang membuat batinnya benar-benar bingung dan harus bagaimana.

"Jahat lo bro! Sadar gak sih? Jia itu cewek sempurna Bro, dia udah cantik, wanita karir dan bisa ngurus anak, seribu satu istri kayak dia, lo bakalan nyesel deh, yakin!" ujar teman Gao.

"Dia udah layu Bro, dia udah gak menarik lagi, aku udah bosan, yah seenggaknya menduda lebih baik kan?" jawab Gao.

"Yakin Bro? Udah punya anak loh, saran gue jangan sih, sayang banget udah sepuluh tahun nikah, lagian yah Bro, wanita karir seterkenal Jia bakal menarik banget Dimata laki-laki lain, kayaknya ada yang salah dari mata lo!" ujar teman yang satunya.

"Ah, omong kosong, bagiku ini kayak noktah merah aja, aku kayaknya udah gak cinta sama dia!"

BRUGH

Jia menjatuhkan Totebag berisi laptop itu ke lantai yang membuat Gao dan kedua temannya menatap ke Jia.

"Jia?"

Jia tidak menggubris, dia meraih Totebag itu kemudian berlari keluar dari cafe, dia buru-buru naik ke mobilnya, sedang Gao sendiri dia tanpa inisiatif ingin mengejar.

TBC

Ada kata-kata mutiara buat Gao?

BAB 03. Proposal Empat Belas Hari

Jia tidak mendengarkan panggilan Gao lagi, dia masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin mobil tersebut, ia mengendarai mobilnya meninggalkan cafe itu.

Matanya pedih menahan tangisnya, Jia membungkam isakannya sendiri dengan telapak tangan kiri, dan telapak tangan kanannya menyetir mobil, saat tiba di lampu merah, Jia berhenti, dia menangis sejadi-jadinya disana.

Gao yang dulu romantis dan memperjuangkannya dihadapan orang tuanya, menepis kalimat nikah muda akan cepat cerai, tapi kenapa setelah sepuluh tahun lamanya, malah dia harus mendapati suaminya sendiri ingin menciptakan kecelakaan perceraian pada pernikahan mereka sendiri.

[Jika kau meminta, aku menjauh, hilang dari seluruh memori indahmu, akan ku lakukan semua, walau tak mungkin sanggup bohongi hatiku, saat ku rindu, ku coba tak rindu, demi bahagiamu, yang tak membutuhkanku]

Sebuah penggalan lagu lewat di sound system yang ada di mobil Jia, kenapa semuanya begitu kebetulan, air mata Jia kembali jatuh, rasanya matanya sudah memerah karena menangis, mengapa takdir mempertemukannya dengan hal yang membuatnya semakin larut di dalam kesedihan.

[Bohongi Hatiku]

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Jia yang sedari tadi diam di rumah langsung mengusap air matanya sendiri, Alea sudah tidur di kamar, kini Jia diam di ruang tamu, sedangkan Gao sendiri belum pulang sedari tadi.

"Kak Gao, kemana yah?" tanya Jia pada hatinya sendiri, walaupun dia sakit hati, tapi dia masih khawatir dengan Gao yang sudah larut tapi belum pulang.

Tok!

Tok!

Tok!

Jia terhenyak, dia berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke pintu, suara pintu Berdecit saat Jia membukanya menampilkan visual Gao yang berdiri di hadapannya.

"Baru pulang, Kak?" tanya Jia menyalami tangan Gao.

Tangan dingin Gao, benar-benar sedingin wajahnya malam ini, entah kenapa Jia merasa bahwa dia kehilangan seluruh cinta pada hati Gao, karena sudah jelas bahwa Gao akan menjatuhkan gugatan perceraian kepadanya.

Jia menutup pintu saat Gao sudah masuk ke dalam rumah, setelah menutup pintu, Jia berjalan ke dapur untuk membuat kopi, dia tidak mendengar suara Gao sedari tadi, Jia menuangkan air panas ke gelas berisi kopi, biasanya kalau dalam kondisi begini, Gao akan memeluknya dari belakang, tapi itu dulu.

Setelah selesai, Jia membawa gelas kopi itu ke ruang tamu dimana Gao berada, Jia menaruh kopinya di meja, dia tidak ingin berbicara rasanya, Jia ingin beranjak menuju kamar namun Gao menghentikannya.

"Jia, Tunggu!" Langkah Jia terhenti mendengarkan itu, Jia membalikkan badannya dan mendapati Gao menatapnya dalam. "Kamu sudah mendengarkannya kan, jadi bagaimana?"

Jia menunduk, air matanya kembali jatuh, wanita mana yang ingin diberi pertanyaan menyangkut perceraian. "Kak Gao, ingin bercerai?"

"Maaf Jia, bukannya bagaimana, Kakak rasa semuanya sudah berbeda, kamu sudah menarik lagi untuk kakak," jawab Gao.

Jia membalikkan badannya, dia menatap Gao dalam. "Kak Gao, nikahin aku karena cinta atau karena aku menarik?"

Gao berdiri dia berjalan ke arah Jia, dia menatap Jia. "Kamu kok nanya gitu?"

"Karena ini bukan kak Gao, yang aku kenal, kak Gao udah berubah," jawab Jia pada Gao.

Gao mengusap wajahnya sendiri kemudian memegang kedua pundak Jia. "Gini deh, dulu emang Kakak cinta sama kamu, tapi itu dulu okey!"

Jia mengangkat kepalanya kemudian menampar Gao, Gao memalingkan wajahnya dalam diam, Jia menatap nanar Gao. "Kak Gao sudah benar-benar berubah."

Gao tidak bisa berkutik dia, mengambil tasnya dan mengeluarkan sebuah surat gugatan perceraian. "Ini, tanda tangani, pernikahan kita rasanya cukup sampai disini."

Melihat itu membuat Jia kembali menatap Gao sehingga tercipta kontak mata diantara mereka. "Okey, kalau itu mau kakak, tapi aku punya syarat."

"Apa?"

"Empat Belas Hari, aku minta Empat Belas Hari buat ngeyakinin Kak Gao tentang pernikahan kita," jawab Jia.

Gao diam menimang yang membuat Jia menatapnya lebih intens. "Okey, Empat Belas hari!"

Gao setuju dan masuk ke dalam kamar meninggalkan Jia di ruang tamu, perceraian bagi Jia tidaklah semudah itu, jika saja Jia tidak memiliki anak, mungkin Jia akan meninggalkan Gao yang sudah tidak membutuhkannya, tapi ini bukan tentang dirinya, tapi tentang Alea yang masih muda untuk status broken home.

Ada banyak pertimbangan yang membuat Jia harus memiliki banyak opsi dalam kehidupannya.

TBC

Assalamualaikum

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!