NovelToon NovelToon

Gadis Cupu Milik CEO

Mencari pinjaman

Dara, seorang gadis berusia 19 tahun, tampak tergesa-gesa berjalan menuju ke sebuah rumah mewah tiga lantai yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

Rumah itu, adalah rumah milik Alex Rajasa. Seorang pengusaha muda ternama yang mempunyai banyak cabang perusahaan di mana-mana.

Alex adalah pengusaha muda yang sangat disegani karena kesuksesannya dalam mengolah sebuah bisnis. Namanya sudah terkenal di seantero jagat. Namun, di usianya yang sudah memasuki angka 35, dia belum memiliki istri. Karena Alex memang tidak pernah mau serius dengan satu wanita.

Dari dulu, dia sudah di cap sebagai seorang playboy karena seringnya dia menggandeng wanita yang berbeda di setiap waktunya.

Pagi-pagi, Dara sudah sampai di depan rumah Alex. Dara, gadis berkacamata tebal, dengan rambut yang selalu di kepang dua itu, memiliki kulit eksotis. Namun, sebenarnya dia cukup cantik dan menarik.

"Aku harus ketemu sama Tuan Alex. Aku harus bicara sama dia," ucap Dara sebelum memasuki gerbang rumah mewah itu.

"Permisi...!" Seru Dara.

Seorang satpam, mendekat ke arah Dara.

"Eh, ada Mbak Dara. Tumben Mbak, pagi-pagi gini sudah nyampe sini."

Dara tersenyum sembari membenarkan letak kaca matanya.

"Sebenarnya, saya datang pagi-pagi ke sini, mau ketemu Tuan Alex. Saya mau bicara dengannya sebentar," ucap Dara.

"Tuan Alex masih di dalam Mbak. Masuk saja!"

Dara mengangguk.

Setelah satpam membuka pintu gerbang untuk Dara, Dara kemudian masuk ke dalam rumah Alex.

Sudah satu bulan Dara bekerja di rumah Alex menjadi tukang cuci gosok. Dia ingin menemui Alex untuk meminta gajinya sekaligus dia ingin meminjam uang kepada Alex untuk biaya operasi ibunya.

Dara tidak bisa meminjam ke saudara yang lain, karena mereka tidak ada yang punya uang sebanyak itu. Dua puluh juta, bagi keluarga Dara adalah uang yang sangat besar. Karena Dara terlahir dari keluarga miskin. Dia hanya anak pedagang keliling. Ayahnya juga sudah meninggal sejak Dara masih SMP.

Di ruang tengah, Alex tampak sedang serius menatap ponselnya. Sesekali lelaki tampan itu menyeruput kopinya.

Dara menatap dari kejauhan majikannya. Dia kemudian mendekat ke arah Alex.

"Tuan Alex," ucap Dara.

Alex menghentikan aktifitasnya dan menatap Dara lekat.

"Dara. Ada apa?" tanya Alex.

"Maaf Tuan, kalau saya sudah menggangu waktunya. Saya mau bicara sebentar sama Tuan."

"Bicara apa? duduklah!" Alex mempersilahkan Dara untuk duduk.

Dara kemudian duduk di lantai. Seperti apa yang selama ini para pembantu Alex lakukan. Mereka tidak berani untuk duduk di sofa mahal milik Alex.

"Tuan, saya sedang butuh uang untuk biaya operasi ibu saya," ucap Dara.

"Butuh berapa?" tanya Alex.

"Dua puluh juta."

"Dua puluh juta?" Alex mengangkat salah satu alisnya.

"Iya Tuan."

Alex tampak berfikir. Uang dua puluh juta, memang tidak ada apa-apanya untuk Alex. Tapi, apakah Alex akan memberikan uang itu secara cuma-cuma saja pada seorang gadis. Apalagi, gadis itu, masih baru kerja di rumahnya.

Alex tidak yakin, kalau Dara mau melunasi semuanya. Bisa saja, dia kabur setelah mendapatkan uang itu. Alex tidak mudah percaya dengan orang baru.

Alex sejak tadi, masih menatap Dara. Dari awal bertemu dengan Dara, Alex memang sudah tertarik pada gadis berkulit sawo matang itu. Menurut Alex, Dara berbeda dari wanita yang pernah dia kenal sebelumnya.

'Sebenarnya gadis ini cantik. Kalau di poles sedikit dengan make up, lumayan juga untuk jadi mainanku' batin Alex.

Alex sejak tadi masih diam. Dia masih memperhatikan gadis yang selalu dikatakannya cupu itu. Gadis yang menurut Alex sangat unik karena penampilannya. Gadis yang akhir-akhir ini, sudah membuatnya penasaran setengah mati.

Sementara Dara, sejak tadi masih menunggu keputusan dari Alex. Alex akan meminjaminya uang atau tidak.

"Tuan. Tolong saya Tuan. Saya sangat membutuhkan uangnya sekarang. Ibu saya sedang kritis di rumah sakit. Dan saya butuh uang itu. Saya bingung, saya akan meminjam uang itu ke siapa lagi. Dari semua saudara saya yang saya temui, tidak ada yang punya uang sebanyak itu. Saya harus meminjam ke siapa lagi selain meminjam ke Tuan," ucap Dara panjang lebar.

Alex menatap Dara lekat.

"Begitu? Kalau kamu tidak bisa membayar hutang kamu padaku, bagaimana?" tanya Alex.

"Saya akan lakukan apapun untuk Tuan. Yang penting, Tuan mau meminjami saya uang. Tuan bisa, memotong gaji bulanan saya, untuk menyicil hutang saya."

Alex menepuk sofa dan menyuruh Dara untuk duduk di sofa.

"Duduklah di sini!" pinta Alex.

Dara tampak bingung dan ragu saat Alex menyuruhnya untuk duduk di samping Alex. Namun, Dara juga tidak mungkin menolak keinginan majikannya itu.

Dara mengangguk. Setelah itu, dia duduk di sisi Alex.

Alex menggeser posisi duduknya dan semakin mendekat pada Dara. Dara hanya bisa memejamkan matanya.

'Kenapa lelaki ini mendekatiku. Apa yang mau dia lakukan' batin Dara dengan jantung berdebar.

"Aku akan pinjami kamu uang. Jangankan dua puluh juta, satu milyar pun aku bisa memberikannya untuk kamu. Dengan syarat, kamu mau tidur denganku satu malam," bisik Alex dengan suara lembut.

Dara terlonjak kaget saat mendengar ucapan majikannya.

"Apa! tidur dengan anda Tuan?" Dara menatap tajam ke arah Alex.

"Iya. Bagaimana?"

"Nggak. Saya nggak mau menerima syarat konyol seperti itu." Dara menolak mentah-mentah syarat dari Alex.

"Apakah tidak ada syarat lain selain itu Tuan?" tanya Dara.

"Ya itu sih terserah kamu. Kalau kamu nggak mau menerima syarat itu, silahkan kamu pinjam saja ke yang lain. Aku nggak punya banyak waktu untuk bicara dengan gadis cupu sepertimu!"

Alex bangkit dari duduknya. Dia kemudian pergi begitu saja meninggalkan Dara. Dara masih diam. Masih memikirkan ucapan Alex tadi.

'Haruskah aku merelakan kesucianku demi uang dua puluh juta. Nggak, aku nggak akan pernah melakukan itu. Aku harus cari cara lain untuk bisa mendapatkan uang itu.'

Dara terkejut saat tiba-tiba saja, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Tuan, saya tidak bisa melakukan itu Tuan. Saya nggak mau menghancurkan hidup saya sendiri," ucap Dara.

"Dara. Ini aku Ratih. Bukan Tuan Alex."

Dara menatap Ratih. Ratih adalah salah satu pembantu di rumah Alex. Usianya lebih tua lima tahun dari Dara.

Alex memang sengaja mempekerjakan pembantu yang masih lajang dan masih muda. Karena Alex seorang lelaki yang tidak bisa jauh dari wanita cantik.

Selama hidupnya, dia selalu dikelilingi oleh banyak wanita cantik disekitarnya. Pacar Alex pun dari dulu sampai sekarang, tidak bisa dihitung berapa banyak jumlahnya.

Dara menatap lekat Ratih teman seprofesinya.

"Mbak Ratih," ucap Dara dengan mata sayu.

"Kamu kenapa? ada masalah dengan Tuan Alex?" tanya Ratih.

Pinjaman dari teman

"Aku nggak apa-apa Mbak," jawab Dara.

"Jangan bohong sama aku. Kamu lagi ada masalah apa? kamu kelihatannya, sedang tidak baik-baik saja Dara. Apakah kamu mau cerita ke aku, apa masalah yang sedang kamu hadapi?"

Ratih merangkul bahu Dara. Setelah itu dia mengajak Dara kebelakang.

"Kita duduk di sini saja Dara," ucap Ratih.

"Iya Mbak."

Dara dan Ratih kemudian duduk di halaman belakang rumah Alex.

Dara masih diam. Sejak tadi, dia masih melamun. Masalahnya saat ini, memang sangat berat.

Ibu Dara saat ini sedang menjalani pengobatan di rumah sakit. Satu-satunya yang bisa untuk menyembuhkan ibu Dara adalah dengan jalan operasi.

Dara juga mempunyai dua adik kembar perempuan yang saat ini, masih duduk di bangku SMP. Sejak ibunya sakit, Dara yang menggantikan ibunya menjadi tulang punggung keluarga.

Dara hanya lulusan SMA. Dia bingung untuk mencari pekerjaan yang bagus karena hanya berijazah SMA. Sudah sejak lulus SMA, Dara berusaha untuk melamar pekerjaan di kantor. Namun, tidak ada satu kantor pun yang menerimanya.

Akhirnya, Dara memutuskan untuk mencari pekerjaan serabutan saja seperti saat ini. Menjadi buruh cuci gosok di rumah orang-orang kaya.

"Katakan apa masalah kamu Dara? siapa tahu, aku nanti bisa bantu kamu," ucap Ratih.

"Masalah aku sangat berat Mbak," ucap Dara dengan wajah yang menunjukan kesedihan.

"Katakan saja Dara. Sekarang aku sahabat kamu. Anggaplah aku, seperti kakak kamu sendiri. Cerita saja sama aku semua masalah kamu. Dengan kamu cerita semua masalah kamu ke aku, siapa tahu itu bisa meringankan beban di hati kamu."

Dara menarik nafas dalam. Setelah itu, dia menceritakan semua kondisi keluarganya pada Ratih.

"Ibu aku, sedang sakit Mbak. Sekarang, dia sedang sakit parah di rumah sakit," ucap Dara mengawali cerita.

"Terus?" tanya Ratih penasaran dengan cerita Dara.

"Aku sedang membutuhkan uang dua puluh juta untuk operasi ibu aku." Dara melanjutkan ceritanya.

"Oh. Apakah kamu sudah mendapatkan uangnya?" tanya Ratih menatap Dara prihatin dengan kondisi temannya itu.

Dara menggeleng.

"Belum Mbak. Aku nggak tahu, dari mana aku bisa mendapatkan uang itu. Aku benar-benar bingung Mbak." Dara mengurut keningnya. Tampak jelas sekali, kalau beban fikiran, sedang menumpuk di dalam fikiran Dara saat ini.

"Tunggu sebentar ya." Ratih bangkit berdiri. Dia kemudian pergi ke kamarnya untuk mengambil uang simpanannya.

Ratih kembali dan duduk di sisi Dara.

"Ini, aku punya uang dua juta. Siapa tahu, itu bisa untuk tambah-tambah biaya operasi ibu kamu." Ratih menyodorkan sejumlah uang dua juta pada Dara.

"Tidak usah repot-repot Mbak. Inikan uang Mbak, yang mau Mbak kirimkan ke kampung. Kenapa harus Mbak berikan ke aku." Dara tidak enak, menerima pinjam dari Ratih. Karena Dara tahu, kalau Ratih juga membutuhkan uang itu.

"Tidak apa-apa. Pakai aja dulu. Aku tahu, kalau kamu pasti lebih membutuhkannya dari pada aku." Ratih meraih tangan Dara, dan meletakan uang itu di atas tangan Dara.

"Terimalah Dara. Kamu bisa kembalikan uang itu kapan saja, kalau kamu ada uang lebih," ucap Ratih.

Dara tersenyum. Dia memang sangat membutuhkan uang itu sekarang. Terlebih, ke dua adiknya juga sekarang belum bayar uang sekolah. Mungkin, uang pinjaman dari Ratih, bisa Dara pakai dulu untuk membayar uang sekolah Oca dan Ica adik kembarnya.

Dara menundukkan kepalanya.

"Kamu kenapa lagi?" tanya Ratih.

Dara menatap Ratih. Seperti ada sesuatu yang ingin Dara ucapkan.

"Mbak...''

"Iya Dara. Kamu mau bicara apa?"

"Mbak Ratih. Tadi aku memberanikan diri untuk meminjam uang ke Tuan Alex. Tapi, apa Mbak tahu apa kata Tuan Alex?"

"Apa? Tuan Alex bilang apa sama kamu?" tanya Ratih penasaran.

"Dia mau meminjami aku uang, asal aku mau tidur dengannya satu malam," jawab Dara.

"Apa!" Ratih terkejut saat mendengar ucapan Dara.

"Kamu yakin, Tuan Alex bicara seperti itu?" tanya Ratih yang masih belum yakin dengan ucapan Dara.

Karena mana mungkin, seorang Alex mau tidur dengan seorang wanita yang penampilannya biasa saja seperti Dara. Wajahnya saja, bisa dibilang pas-pasan. Berbeda dari kebanyakan wanita yang sering dibawa Alex. Wanita yang kebanyakan dari kalangan orang-orang kaya dan anak pengusaha.

"Iya Mbak. Aku tidak tahu kenapa Tuan Alex memberikan syarat seperti itu. Aku juga jadi bingung Mbak, aku mau pinjam sama siapa lagi sekarang uang sebanyak itu." Dara tampak sedih saat menceritakan semua keadaannya saat ini.

Ratih mengepalkan tangannya geram saat mendengar cerita Dara. Mendengar cerita Dara, Ratih jadi teringat dengan kejadian yang dulu, waktu dia baru pertama kali kerja di rumah Alex.

Dulu, Ratih juga pernah diiming-imingi uang oleh Alex dengan syarat, dia harus mau tidur dengan Alex. Melayani Alex seperti suaminya sendiri. Tapi, untunglah, Ratih bisa menyelamatkan diri dari godaan Alex itu.

"Kerja di sini, sebenarnya membuat aku resah Dara. Lebih baik, kamu pindah kerja saja. Nggak usah kerja di sini," ucap Ratih.

"Aku belum bisa Mbak, meninggalkan pekerjaan ini. Karena cuma kerjaan ini satu-satunya yang aku punya. Dan aku juga belum dapat gaji dari Tuan Alex untuk bulan ini."

"Ya udah. Tunggu gajimu keluar, lalu kamu pindah kerja saja, ke majikan yang lain. Dari pada, nanti Tuan Alex memaksamu untuk menerima syarat konyol darinya."

Dara menatap sekeliling.

"Mbak. Kita jangan lama-lama di sini. Di rumah ini kan banyak CCTV. Aku nggak mau Tuan Alex marah-marah kalau dia lihat kita nggak kerja dan ngobrol-ngobrol di sini."

"Kamu tenang saja. Di sini aman. Nggak ada CCTV. Ya udah. Kita kembali kerja. Aku juga belum membereskan kamar Tuan Alex."

Dara mengangguk. Dia kemudian bangkit dari duduknya.

"Makasih ya Mbak, uangnya. Nanti pasti aku kembalikan,"

"Iya Dara. Pakai aja dulu."

Ratih dan Dara kemudian bergegas untuk mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.

Ratih berjalan ke dapur untuk mengambil sapu dan pel untuk membersihkan kamar majikannya. Sementara,

Dara berjalan ke kamar Alex untuk mengambil baju-baju kotor Alex untuk dia cuci.

****

Siang ini, Alex masih bersandar di kursi kebesarannya. Sejak tadi, dia hanya senyam-senyum sendiri menatap foto-foto cantik yang ada di dalam ponselnya.

Dia scroll atas bawah, yang akhirnya dia menemukan foto Dara tukang cuci gosok di rumahnya. Alex tersenyum saat melihat foto Dara. Dia memang sering diam-diam mengambil foto wanita yang disukanya.

"Kenapa ya, aku begitu tertarik dengan gadis ini. Dia gadis yang sangat unik dan lucu. Padahal, wajahnya itu biasa saja. Dia memakai kaca mata dan rambut yang selalu di kepang. Tapi, cewek seperti ini, yang masih membuat aku penasaran. Karena selama hidup, aku belum pernah tidur dengan cewek seperti ini. Menurutku, Dara sangat berbeda," gumam Alex.

Tok tok tok...

Suara ketukan dari luar ruangan Alex membuyarkan Alex dari lamunannya.

"Hah, siapa sih. Ganggu orang aja," gerutu Alex.

"Masuk...!" seru Alex.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita masuk ke dalam ruangan Alex. Dia Widi sekretaris Alex.

Marah

"Ada apa Wid?" tanya Alex menatap lekat Widi.

"Ada bos besar Pak Alex," jawab Widi.

"Papa datang ke sini? sama wanita itu juga?"

Widi mengangguk. "Iya Pak Alex."

"Kamu bilang aku ada di sini?"

"Iya Pak Alex. Maaf. Saya tidak bisa membohongi ayah anda lagi."

"Baiklah. Suruh mereka masuk!"

Alex tampak kesal dengan kedatangan ayahnya. Setiap kali ayahnya datang, pasti dia membawa Rita ibu tirinya. Dan Alex paling muak, jika bertemu dengan Rita.

Alex sejak dulu sampai sekarang, memang tidak pernah menyukai Rita. Dia sangat membenci wanita yang bernama Rita. Karena menurut Alex, gara-gara wanita itu, ibu kandung Alex jadi gila. Dan sekarang dia masih berada di rumah sakit jiwa.

"Rita. Aku sangat membencinya. Aku muak, kalau saja Papa datang dengan membawa wanita itu. Kenapa tidak dia saja yang gila. Kenapa harus mama," ucap Alex dengan mengepalkan ke dua tangannya geram.

Widi kemudian keluar dari ruangan Alex untuk menemui Pak Rajasa bos besarnya.

Tak lama kemudian, Pak Rajasa ayah Alex muncul dari balik pintu ruangan Alex. Di sisi Pak Rajasa berjalan, ada seorang wanita sepantaran Alex, menggandeng mesra tangan Pak Rajasa.

Ya, dia adalah Rita istri baru Pak Rajasa yang usianya masih sepantaran Alex. Pak Rajasa memang sengaja memperistri wanita yang usianya lebih muda darinya. Karena Pak Rajasa ingin ada yang mengurusnya di masa-masa tuanya.

Karena istri Pak Rajasa sendiri, sudah tua dan sekarang dia berada di rumah sakit jiwa karena gangguan kejiwaan yang dideritanya.

"Alex. Kamu tidak bisa menghindari papa lagi Alex," ucap Pak Rajasa sembari berjalan mendekati Alex.

"Sekarang, Papa ingin kamu menjelaskan. Kenapa dengan kondisi keuangan perusahaan. Kita produksi barang setiap hari, namun tidak ada keuntungan sedikit pun Alex. Keuangan perusahaan kita, semakin menurun. Kalau kondisinya seperti ini terus, bisa bangkrut perusahaan kita Alex," ucap Pak Rajasa menatap tajam Alex.

"Hah, Pa. Kenapa sih, kalau papa datang ke sini, pasti membahas masalah keuangan perusahaan. Papa tidak perlu khawatir soal itu Pa. Aku bisa menanganinya sendiri," ucap Alex dengan percaya diri.

"Alex. Seharusnya , kamu jangan seenaknya memakai uang perusahaan untuk kepentingan kamu sendiri. Berhentilah kamu untuk berfoya-foya dan main perempuan." Rita ikut berucap yang membuat Alex murka.

Alex menatap nanar ke arah Rita.

"Diam kamu Rita...! Aku tidak sedang bicara denganmu," ucap Alex dengan menunjuk wajah Rita dengan telunjuknya.

"Alex. Berhentilah memanggil dia Rita. Dia sekarang ibu kamu. Panggil dia ibu atau mama!" sentak Pak Rajasa.

"Cih, aku nggak sudi, punya ibu bermuka dua seperti dia!"

"Sudah, sudah, kenapa setiap bertemu, kalian itu pasti bertengkar. Nggak ada untungnya sama sekali kalian bertengkar. Kondisi perusahaan itu sekarang sedang goyah. Seharusnya, kita bisa kerja sama untuk memulihkan keadaan ini seperti sedia kala."

"Tidak usah ikut bicara kamu! aku tahu, kamu menikahi ayahku hanya karena harta. Dan kamu, kamu yang sudah membuat ibuku gila," ucap Alex dengan nada tinggi.

Rita dan Pak Rajasa saling menatap. Sementara Alex bangkit dari duduknya. Tanpa berucap apapun, dia pergi meninggalkan ruangannya. Alex sudah tidak sanggup menghadapi ayah dan ibu tirinya yang selalu saja menyalahkannya.

"Maaf ya Rita, dengan kelakukan anak saya. Karena dia tidak pernah mau menghormati kamu sebagai ibunya," ucap Pak Rajasa sembari menepuk-nepuk bahu Rita.

"Sudahlah Mas, biarkan saja. mungkin Alex belum mau menerimaku sebagai ibu sambungnya."

Pak Rajasa dan Rita kemudian ke luar dari ruangan Alex. Mereka juga lelah, sebenarnya dengan Alex. Karena Alex anak yang sulit sekali untuk di atur dan diberi pengertian. Dia sangat egois dan semaunya sendiri.

****

Sore hari, Dara sudah sampai di depan rumahnya. Seperti biasa, dia pulang naik ojek, karena dia tidak punya motor sendiri untuk berpergian.

Setiap hari, Dara berangkat dan pulang naik ojek. Sesekali dia juga naik taksi untuk sampai ke majikan yang rumahnya jauh. Karena majikan Dara bukan cuma satu. Tapi ada beberapa orang. Dan yang paling kaya dari majikan Dara adalah Tuan Alex.

"Bang, ini bang." Dara membayar ongkos ojek itu pada Abang ojek.

"Makasih Neng."

"Iya Bang."

Setelah itu, Dara berjalan ke teras depan rumahnya. Dara kemudian mengetuk pintu.

Tok tok tok ..

Beberapa saat kemudian, Ica membuka pintu.

"Kak Dara udah pulang?" tanya Ica.

Dara tersenyum.

"Iya. Kakak pulang juga cuma sebentar Ica. Karena kakak mau pergi ke rumah sakit untuk menemani ibu," ucap Dara pada gadis dua belas tahun itu.

Dara dan Ica kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya. Mereka kemudian duduk di ruang tamu. Dara meletakan tasnya di sisinya duduk.

Di dalam kamar, Oca samar-samar, mendengar suara obrolan Dara dan Ica. Dia kemudian ke luar dari kamarnya untuk menyambut kedatangan kakaknya.

"Kakak udah pulang?" tanya Oca.

Dara tersenyum. "Oca, sini. Kakak bawa sesuatu untuk kalian."

Oca mendekat ke arah Dara. Dia kemudian duduk di sisi Dara.

"Oca, Ica, kalian udah makan atau belum? kalau belum, Kakak bawa makanan nih buat kalian," ucap Dara sembari mengeluarkan dua bungkus makanan dari dalam kantong plastik.

Dara meletakan dua bungkus makanan itu di atas meja.

"Apa itu Kak?" tanya Ica.

"Ini ayam goreng kesukaan kalian. Kakak baru beli di warung depan tadi," jawab Dara.

"Wah, kebetulan banget. Aku lagi lapar Kak, belum makan," ucap Oca.

"Aku juga Kak," Ica menimpali.

"Ya udah. Sekarang, kita makan yuk!" ajak Dara.

Dara, Ica dan Oca kemudian pergi ke ruang makan dengan membawa dua bungkus makanan itu.

"Kak Dara, kok cuma dua bungkus aja Kak?" tanya Ica.

"Iya. Buat kalian aja. Karena kakak udah makan."

Ica dan Oca kemudian mulai melahap ayam goreng kesukaannya. Sementara Dara, hanya menemani adiknya makan.

"Kak Dara udah gajian ya?" tanya Ica di sela-sela kunyahannya.

"Belum Ica," jawab Dara.

"Kok, kakak bisa beli makanan enak?" tanya Ica lagi.

"Kakak baru pinjam uang ke teman kakak Ica," jawab Dara.

"Kakak, jangan lupa ya Kak, uang sekolah kita. Teman-teman kita, udah lunas semua bayar sekolahnya. Dan kata Bu guru, kita tidak akan bisa mengikuti tes kalau belum bayar uang itu. Kan tesnya minggu depan," ucap Oca menuturkan.

"Iya. Besok ya kakak ke sekolah kalian untuk melunasi pembayaran kalian," ucap Dara.

Ica dan Oca mengangguk. "Iya Kak."

Setelah selesai makan malam, Dara mulai membereskan ruang makan. Dia membawa piring-piring kotor itu ke dapur. Setelah itu dia mencucinya. Setelah semua pekerjaan rumahnya beres, Dara kemudian bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!