"Akhhh..... Tolong Aku..."
Itu adalah sebuah suara teriakan dari seorang gadis yang baru saja, tergelincir ke sungai.
Gadis itu bernama, Alena Smith Putri satu-satunya dari pasangan Antony Callisto dan Emelin Smith.
Alena yang awalnya sedang berada di sekitar sungai, itu malah tidak sengaja tergelincir, tempat itu cukup sepi, arus air juga cukup deras.
Bisa dibilang hampir tidak ada orang yang bisa mendengar teriakan gadis itu.
Banyak hal yang terjadi kenapa gadis itu bisa sampai ke sungai itu.
Alena yang saat ini hampir kehilangan tenaganya itu, hampir merasa putus asa, kakinya keram membuat dirinya tidak bisa berenang dengan baik.
Penglihatan Alena perlahan-lahan memudar, sampai kemudian samar-samar, Alena merasakan kehangatan, seolah-olah, ada seseorang yang baru saja menariknya dari air.
"Lena... Lena... Kamu tidak apa-apa? Jangan pingsan, Lena..."
Alena saat ini dalam keadaan hampir kehilangan kesadarannya, hanya bisa mendengar suara yang terdengar familiar ketika menyebut namanya.
Sampai sebuah ingatan masa lalu muncul.
Seorang Pria misterius yang selalu dirinya temui di perpustakaan ketika masih SMA.
Seorang Pria misterius, yang muncul secara tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba.
'Lena...'
Dialah satu-satunya, yang menyebutkan namanya seperti itu.
Alena tidak bisa melihat wajah orang yang saat ini menolongnya.
Hanya, tiba-tiba dirinya merasakan sebuah perasaan familiar,
"Xavier... Kamu kah itu?"
Namun, bahkan sebelum mendapatkan jawabannya, Alena kehilangan kesadarannya.
Pria muda itu, membawa Alena ketepi sungai. Ketika melihat gadis itu tidak sadar, dia mulai memberikan nafas buatan.
Alena masih terbaring kehilangan kesadarannya.
Pria itu, melihat ke arah ke sekeliling di mana sepertinya, mereka berdua hanyut ke pinggiran desa.
Dia segera memakaikan jaketnya yang kering ke tubuh Alena, dan mengendong Alena, untuk pergi dari sana.
####
Alena tidak tahu berapa lama dirinya kehilangan kesadarannya.
Namun dirinya baru saja memiliki sebuah mimpi yang indah...
Di mana Dirinya bertemu dengan seseorang yang begitu dirinya rindukan...
Pria berkacamata misterius yang ditemuinya dulu, cinta pertamanya yang sudah lama tidak dirinya temui.
Alena saat ini masih setengah sadar, namun dirinya merasa ada di tempat yang cukup hangat, membuat Alena membenarkan posisinya, mendekat kearah kehagatan itu.
Rasanya sangat nyaman berada dalam posisi ini, seperti berada dalam pelukan seseorang.
Tunggu...
Pelukan?
Baru itu, Alena menjadi sadar lalu segera membuka matanya, dan benar saja dirinya ada di dalam pelukan terlebih ini adalah pelukan seorang pria.
Alena sangat kaget, langsung mendorong Pria yang memeluknya itu sampai jatuh.
Alena begitu panik, terutama setelah melihat baju yang dipakainya saat ini sudah diganti dengan baju yang sudah kering.
Tunggu...
Pria yang tadi baru saja di dorong oleh Alena, segera kembali naik ke tempat tidur, dan mulai marah-marah.
"Sialan! Apa-apaan kamu itu!! Tunggu? Alena?"
Pria itu, juga terlihat sangat kaget ketika melihat, gadis yang ada di tempat tidur yang barusan menendangnya.
Tatapan mereka berdua bertemu, sama-sama menunjukkan kekagetan.
"Sean??? Apa-apaan kamu di sini? Bagaimana bisa Aku ada di sini? Apa yang telah kamu lakukan padaku?"
Sena menatap Alena dengan ekpersi heran juga, karena dirinya juga tidak ingat apa yang terjadi.
Berdasarkan ingatan terakhirnya, dirinya sempat bertengkar dengan Alena karena mereka yang menjadi panitia kegiatan Acara kamping kampus, harus pergi kehutan untuk membuat tanda untuk acara uji nyali malam.
Dirinya dan Alena, malah tersesat, dan dirinya dan Alena bertengkar sebelumnya, dan pada akhirnya mereka berpisah, memilih untuk kembali ke tempat camping.
Ingatannya, berhenti saat dirinya berpisah dengan Alena di hutan.
Dan sekarang, kenapa dirinya ada di tempat ini bersama dengan Alena?
Namun, ada sebuah keyakinan dalam dirinya.
"Aku yakin tidak melakukan apapun padamu, mana mungkin Aku melakukan hal macam-macam gadis menyebalkan dan jelek seperti mu?"
Alena yang mendengar dirinya malah dihina itu jelas merasa kesal juga,
"Apa kamu bilang? Aku sendiri tidak sudi disentuh oleh pria brengsek sepertimu!!! Dan lagi, ucapanmu itu sungguh tidak bisa dipercaya!! Lalu kalau begitu kenapa aku bisa ada di sini? Kamu pasti melakukan sesuatu padaku!"
"Mana aku tahu kenapa kamu ada di sini!! Itu mungkin saja kamu yang mencoba merayuku!"
"Aku merayumu? Jangan kamu bermimpi!"
Dua orang itu, menjadi saling bertengkar sendiri.
Mana tahu, ketika mereka bertengkar itu tiba-tiba pintu kamar mereka di buka.
Saat ini ada beberapa orang memasuki kamar itu sambil berkata,
"Lihat! Kami menemukan pasangan mesum di tempat ini!! Cepat panggil warga yang lainnya!"
"Baik, aku akan memanggil warga lainnya,"
"Sialan, anak muda zaman sekarang, makin ke sini kelakuannya benar-benar tidak tahu malu,"
"Memang, lihatlah pasangan itu sepertinya mereka masih anak kuliah, namun malah berbuat hal-hal yang tidak tidak di penginapan semacam ini astaga,"
Baik Alena dan Sean, menatap ke arah rombongan itu yang tiba-tiba datang dan menyergap mereka yang menuduh mereka berdua macam-macam.
"Apa-apaan? Kami berdua tidak seperti yang kalian tuduhkan!" Kata Sean dengan marah.
Namun salah satu warga yang datang segera berkata,
"Memang kalian pikirkan kami akan percaya? Coba lihatlah Apa yang dilakukan seorang Pria dan Wanita didalam sebuah kamar penginapan, kalau tidak berbuat hal-hal mesum?"
Alena juga mencoba untuk membela dirinya.
"Ini tidak seperti yang kalian lihat kami bersumpah tidak melakukan apapun!"
"Sudahlah! Mari kita seret saja dua orang ini ke depan!"
"Ya, kamu benar! pasangan-pasangan muda tidak benar seperti ini memang harus diberi pelajaran!"
"Tidak, ini tidak seperti itu!"
Baik Alena dan Sean tentu saja menolak untuk dibawa pergi ke depan itu.
Namun pada akhirnya, mereka hanya bisa mengikati warga itu, aku takut malah mereka berdua lebih memprovokasi orang-orang di sana.
Alena masih merasa tidak tahu tentang apa yang terjadi.
Dan sekarang, Alena ada disebuah balai desa, yang lokasinya tidak jauh dari sana.
Ada seseorang yang mengenakan seragam, seperti seorang kepala desa.
"Pak Kepala Desa! Kami baru saja menemukan dua pasangan muda yang kepergok berbuat mesum di desa kami!"
"Benar, Pak Kepala Desa! hal-hal seperti ini jelas tidak bisa dibiarkan di desa kami atau Desa kami akan tercemar,"
Alena yang mendengar tuduhan itu, sekali lagi mencoba membela diri.
"Sungguh, kami hanya kebetulan ada di penginapan karena beberapa insiden, kami benar-benar tidak melakukan apapun!"
Sang Kepala Desa, lalu menatap ke arah Alena dan Sean, mulai menata penampilan 2 orang itu yang saat ini memiliki penampilan cukup berantakan.
Terlihat seperti dua orang itu habis melakukan hal yang tidak tidak.
Kepala desa itu, segera mengelengkan kepalanya.
"Astaga, kalian ini masih muda namun kelakuannya sudah seperti ini. Apakah kalian tidak merasa bersalah atau malu kepada orang tua kalian yang sudah menyekolahkan kalian? Kalian tidak malu? Malah berbuat hal tidak benar semacam ini di desa orang lagi. Aku tidak bisa membiarkan hal-hal semacam ini terjadi di desaku, kalian berdua telah membuat malu desa ini, jadi kalian berdua harus menikah, desa ini tidak menerima pasangan yang berzina seperti itu!"
Wajah Sean dan Alena menjadi sangat pucat setelah mendengar kata-kata kepala Desa.
Alena dan Sean yang mendengar kata-kata kepala desa itu jelas saja segera sangat kaget dan memprotes.
"Tidak bisa begitu dong, mana mau Aku menikah dengan Pria gila ini?"
"Jelas, tidak bisa! Mana bisa Aku menikahi gadis menyebalkan sepertinya?"
"Pokoknya kami tidak mau tahu kalian berdua harus menikah, atau kalian lebih memilih untuk di arak keliling desa?" Kata Pak Kepala Desa lagi.
Yang juga didukung oleh beberapa warga sekitar.
"Benar! Mereka berdua itu jelas harus dinikahkan!"
"Ya, keputusan ini sudah bulat!"
"Benar! Sekarang cepat panggil wali kalian! Suruh mereka segera datang kemari untuk melihat Kelakuan buruk dari putra dan putri mereka yang tidak tahu malu itu!"
Ketika menyebutkan, soal wali mereka berdua yang harus datang, baik Alena dan Sean, segera memiliki wajah yang pucat.
Tentu saja, Alena jelas tidak mungkin untuk mengundang Keluarganya kesini, apalagi Orang Tuanya, Antony dan Emelin, mereka berdua sangat membenci Keluarga Dirgantara!!
Terutama Kakaknya, Alex yang juga sangat benci dengan Tuan Muda Keluarga Dirgantara, yaitu Pria yang ada di sampingnya ini.
Sungguh, dirinya tidak bisa tahu tentang apa respon mereka jika tahu, ada kejadian semacam ini.
Ini benar-benar terlalu memalukan untuk ditemukan didalam sebuah kamar dengan Pria Psikopat bernama Sean!
Sial!
Sean sendiri, jelas sama saja tidak memiliki keberanian untuk menghubungi orang tuanya.
Ayahnya, jelas akan langsung memukuli dirinya jika sampai tahu, apalagi Ibunya.
Sial, dirinya hanya baru saja kembali ke kampus setelah mengabil cuti, namun sekarang dihadapkan dengan masalah gila seperti ini.
"Tunggu, tunggu Pak, Aku akan mencoba untuk menghubungi keluargaku," kata Alena tiba-tiba.
Ya, Alena sudah memutuskan kepada siapa dirinya ingin minta tolong.
Siapa lagi jika buka pada saudara kembarnya, Julio Smith?
Baik, Kakaknya yang itu, sangat pandai berbicara dia juga ikut kegiatan kampus hari ini seharusnya lokasinya tidak jauh dari tempat mereka camping.
Mungkin saja kakaknya itu bisa menemukan solusi yang baik.
Sean, yang mendengar kata-kata dari Alena, jelas menunjukkan ekspresi kaget dan sedikit pucat.
Sungguh?
Alena akan memanggil Keluarganya?
Astaga, apakah nanti Alex sialan itu juga akan ada disana?
Sial, dirinya bisa mampus di pukuli kalau seperti ini.
Sial.
Namun mau bagaimana?
Dirinya sendiri tidak memiliki keberanian untuk memanggil keluarganya.
Dan begitulah, ketika waktu berlalu, dan Julio segera datang.
Saat ini, ada tiga orang di dalam ruangan di balai desa, tiga orang itu sedang berdiskusi, yaitu Julio, Alena dan Sean.
Alena, orang pertama yang sudah menjelaskan situasi saat ini kepada saudara kembarnya, Julio.
"Astaga, Alena! Kenapa bisa ada kejadian seperti itu, jika Kak Alex tahu...."
"Akhhh, itulah kenapa aku memanggil Kak Julio, Aku tidak ingin kak Alex tahu apalagi Ayah atau orang tua kita tahu!"
"Ukhh, Kenapa pula kamu malah memanggilku? Nanti jika ketahuan aku juga yang kena semprot!"
"Lalu Aku harus bagaimana? Ini saja sudah membuatku frustasi untuk dipaksa menikah dengan, sampah itu!"
Sean, yang ada di situ dan malah dijelek-jelekkan oleh Alena jelas merasa tidak senang.
"Hey! Menurutmu Aku ini mau menikah denganmu? Aku sangat tidak sudi sekali!"
Julio yang melihat calon pengantin itu malah sibuk bertengkar sendiri sekarang menjadi pusing.
"Cukup kalian berdua! Bagian dari awal kenapa bisa kalian berdua ada di kamar penginapan?"
Alena yang paling pertama menjawab dan berkata,
"Aku yakin, Sean Si Kurang Ajar itu berencana untuk melecehkanku!"
Sean yang asal kena tuduh itu jelas menjadi marah,
"Apa? Kamu pikir aku mau menyentuh wanita jelek sepertimu? Sungguh, tidak sudi!"
Melihat, dua orang itu sedang bertengkar Julio kembali merasa pusing sendiri, sepertinya Masalah ini tidak akan selesai dengan cepat.
"Begini saja, aku melihat jika sepertinya kita semua tidak memiliki pilihan, kalian menikah saja,"
"Kak Julio Kenapa Kakak gampang bicara seperti itu?"
"Lalu apakah kamu mau di arak keliling desa?"
Alena segera menggelengkan kepalanya karena itu pasti akan sangat memalukan jika di arak semacam itu, apalagi dirinya sudah dengar soal tradisi arak keliling desa yang memalukan itu.
"Tidak!" Kata Alena lagi.
Sean, juga segera berkata,
"Ya, aku juga tidak ingin di Arak keliling desa,"
Ketika mereka bertiga sedang berdiskusi salah satu warga desa segera masuk dan berkata,
"Bagaimana kalian? Apakah kalian sudah siap untuk dinikahkan? Kami sudah bilang ke petugas KUA, agar Pernikahan ini cepat di langsungkan,"
"Eh? Begitu cepat?" Kata Alena kaget.
"Tentu saja semuanya harus dilakukan dengan cepat kami juga sudah menyiapkan tim tata rias pengantin yang ada di desa kami, cepat-cepat, ini hanya akan menjadi pernikahan sederhana, cepat kalian berdua bersiap-siap,"
Tak lama setelah warga desa itu, berkata seperti itu ada beberapa orang lagi yang masuk Yang sepertinya memang tim penata rias yang segera memisahkan Alena dan Sean, untuk masing-masing didandani.
Pada akhirnya Julio juga tidak bisa berbuat apa-apa karena pernikahan ini sepertinya tidak bisa dicegah, dirinya sejujurnya sangat takut jika hal ini sampai ketahuan oleh Keluarganya!
Akhhh...
Dirinya mungkin bisa saja berakhir mengenaskan apalagi kalau tahu dirinya yang menjadi wali Alena untuk Pernikahan ini!!
Sialan, ini pasti akan menjadi sebuah urusan yang sangat panjang...
Namun Apakah tidak apa-apa dirinya membiarkan Alena menikah dengan Pria Brengsek itu?
Akhhh...
Tidak tahu lagi lah, nanti juga mereka bisa bercerai bukan?
####
Di ruang rias, saat ini Alena sudah mulai berganti pakaian dengan pakaian pengantin, ini hanyalah sebuah kebaya putih pengantin yang terlihat biasa.
Alena tidak akan pernah menyerah jika dirinya akan menikah secepat ini terlebih pernikahan yang seperti ini, dengan pria yang tidak dirinya sukai pula.
Dirinya selalu menginginkan sebuah pernikahan yang indah, setidaknya seperti Pernikahan Kakaknya Alex dan Kak Natasya, Pernikahan mereka berdua, terlihat sangat romantis dan indah.
"Nona, kami akan segera merias anda,"
"Ah, baiklah,"
Namun sayangnya, itu hanya sebuah impian karena saat ini, Pernikahannya sudah ada di depan mata, jelas karena ini hanya pernikahan dadakan tidak mungkin dirinya meminta ini dan itu.
Alena hanya bisa pasrah, menerima Pernikahan ini, yang entah nanti Bagaimana jadinya.
Dan tidak lama sampai, riasan Alena selesai, perasaan Alena saat ini sudah campur aduk, tidak tahu harus berekspresi seperti apa, ada sebuah kemarahan, kesedihan, penyesalan, semuanya terkumpul menjadi satu.
Dari semua orang, Kenapa bisa dirinya harus menikah dengan Sean?
Sean, yang juga dulu pernah hampir membuat Kakaknya Alex celaka?
Dirinya masih ingat kejadian setengah tahun yang lalu, ketika itu, dirinya dan Keluarganya berpikir jika Kakaknya Alexander Smith, sudah benar-benar meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan.
Sangat beruntung Kakaknya saat itu berhasil selamat dari insiden maut yang ternyata bukan hanya sebuah kecelakaan namun diatur oleh seseorang, yang mengaturnya adalah Sean Dirgantara, Tuan Muda kedua dari Keluarga Dirgantara, orang yang sangat dirinya benci.
Juga, dia yang dengan sangat liciknya berhasil menyingkirkan semua bukti sehingga tidak ada orang yang bisa menuntut nya.
Dirinya tahu semua ini, dari Kakaknya Alex, yang melihat sendiri kejadian itu.
Dan sekarang dirinya terpaksa harus menikahi orang itu.
Orang yang pernah mencelakakan keluarganya sendiri.
Tidak perlu dipikirkan lagi seberapa buruknya Keluarga Dirgantara, yang dari dulu sangat suka membuat masalah kepada keluarganya.
Bahkan sampai saat ini permusuhan keluarga mereka hampir diketahui oleh banyak orang di kota ini.
Menikah dengan Sean...
Ini adalah hal paling buruk dalam hidupnya.
Dan lagi kenapa bisa dirinya ada di kamar itu dengan Sean?
Bukankah dirinya harusnya tergelincir dan masuk ke dalam Sungai?
Apakah Sean yang menyelamatkannya?
Tidak.
Orang Psikopat itu, mana mungkin menyelamatkannya yang ada malah, orang itu akan sangat senang jika dirinya masuk ke sungai.
Namun siapa yang menyelamatkannya?
Alena, sedikit ingat tentang beberapa bayangan dari mimpinya....
Apakah itu hanya khayalannya saja?
Xavier....
"Nona, ini sudah saatnya pergi ke tempat Ijab Kabul,"
Mendengar hal itu segera membuyarkan lamunannya, Alena segera berdiri.
Ini bukan saatnya untuk mengingat-ngingat kenangan masa lalu.
Hah, pada akhirnya dirinya harus menghadapi ini sebuah pernikahan yang tidak dirinya inginkan.
Disana, Alena mulai keluar dari ruangan itu, dan dirinya disambut oleh seorang pria yang saat ini mengenakan jas putih dan juga sudah didandani dengan rapi.
Rambut Pria itu sekarang terlihat lebih rapi daripada biasanya, beberapa gadis mungkin akan langsung terpesona dengan parasnya yang memang terbilang sangat tampan, apalagi itu terlihat lebih mempesona dengan jas pengantin yang dia pakai.
Alena mau tidak mau merasa sedikit terteguh.
Sangat sayang, wajah tampan seperti itu harus di sia-siakan, karena pemiliknya adalah orang brengsek.
Sena sendiri, cukup tertegur juga ketika menatap ke arah jalan Istrinya itu.
Dandanan Alena, tidak terlalu berlebihan itu menunjukkan kecantikan alami yang anggun dan juga elegan apalagi di balut dengan baju pengantin putih itu.
"Baik, Mari kalian berdua segera ke sana,"
Mendengar ucapan penata rias itu keduanya segera, tersadar dari lamunan masing-masing.
Dua-duanya sama-sama tidak ingin berbicara satu sama lain dan setelah saling menatap keduanya segera memalingkan wajahnya.
Ketika mereka tiba di ruangan KUA, sudah ada penghulu dan juga Julio yang ada disana.
Sebelum pernikahan di mulai, Sean yang paling pertama ditanya oleh penghulunya,
"Tuan Sean, Mas Kawin apa yang akan diberikan, pada pengantin Wanita?"
Sean yang ditanya itu segera terdiam karena saat ini dirinya tidak membawa apapun, dompetnya entah hilang ke mana.
Dirinya bahkan tidak memiliki ponselnya, yang entah hilang ke mana juga.
Beberapa warga disana, jelas menatap kebingungan Sean, yang sepertinya tidak tahu harus memberikan apa, mereka juga saling berbisik satu sama lain.
Setelahnya, salah satu warga disana segera berkata,
"Bagaimana jika kamu memberikan Liontin yang kamu pakai itu? itu terlihat seperti sebuah kalung liontin yang berharga harusnya hal itu layak untuk dijadikan sebuah mas kawin,"
Sean lalu mulai menatap kalung liontin yang di pakainya.
Ekpersinya menjadi begitu rumit ketika menatap kalung liontin itu.
Ini adalah sebuah kalung liontin yang sangat berharga untuk dirinya.
Walaupun, ini hanya terlihat sepertinya sebuha kalung liontin sederhana, namun kalung ini adalah sesuatu yang sangat berharga yang dirinya jaga.
Ini adalah hadiah ulang pertama dari Mamanya, Isabella.
Dulu, hidupnya tidak sekaya ini, ataupun semewah ini, masa kecilnya adalah sebuah hal yang sangat buruk, dan Mamanya tidak seperhatian itu padanya.
"Hey? Sean? Kamu ditanya itu oleh salah satu warga segera jawab tidak perlu terlalu ribut, berikan saja hal itu," bisik Alena pada Sean yang melamun itu.
Sean dengan engan melepaskan kalung liontin itu, dan meletakannya di atas meja.
Setelah hal itu di letakkan, segera penglulu itu segera berkata lagi,
"Baik, apakah kalian berdua sudah siap untuk di Nikahkan? Tuan Sean Xavier Dirgantara dan Nona Alena Smith?"
Alena lalu segera menatap ke arah pria yang ada di sampingnya, dengan ekspresi terkejut,
Ini adalah pertama kali dirinya mendengar nama lengkap Sean secara penuh.
Dia hanya terkenal dengan namanya, Sean Dirgantara, tidak benar-benar menyebutkan namanya secara lengkap dengan benar lagi pula mereka berdua tidak begitu kenal dekat, wajar jika Alena tidak tahu.
Alena lalu segera menatap kearah kalung yang ada di meja.
Kalung itu memang sedikit terlihat familiar.
Hanya saja, tulisan di kalung itu adalah nama Sean.
Ah, mungkin hanya sebuah kebetulan saja.
Dunia begitu luas setelah semua.
"Ya, Aku siap," kata Sean menjawab.
Alena hanya mengangguk setuju.
"Saksi Sah?"
"Sah?"
"Alhamdulilah, sekarang kalian berdua sudah resmi menjadi pasangan suami istri,"
Ijab Kabul antara Alena dan Sean itu, entah bagaimana berlangsung dengan cukup lancar.
Sesungguhnya, Alena merasa sangat gugup karena tidak menyangka bahwa sekarang dirinya sudah menikah.
Namun, jelas sekali ini bukan pernikahan yang dirinya inginkan.
Jadi setelah ijab kabul itu, tidak ada acara cium tangan atau cium kening, dua orang itu hanya segera menandatangani buku nikah.
"Bener, setelah pernikahan ini kalian berdua tidak bisa bercerai dalam waktu satu tahun, ini adalah surat perjanjian kalian, kami tidak butuh dengan kalian mencoba beberapa trik murahan," kata kepala desa menyerahkan selembar kertas lagi Untuk ditandatangani oleh sepasang pasutri itu.
Alena dan Sean, yang melihat itu merasa terdiam namun memang merasa tidak memiliki pilihan lain mereka mau tidak mau segera tanda tangan agar urusan di sana cepat selesai.
Dan setelah masalah itu selesai, dua orang itu, segera diberikan surat nikah, dan ada sesi foto, yang di foto oleh salah satu warga menggunakan ponsel Julio.
Julio sendiri, yang melihat ada barang bukti di ponselnya jelas merasa takut, nanti Bagaimana jika dirinya malah salah mengirim salah satu foto ini kepada Kakaknya?
Akhhh...
Sial!
Kenapa pula adiknya ini malah melibatkan dirinya dalam hal ilegal semacam ini?
Akhhh, dirinya bisa mampus jika ketahuan, terutama oleh Ayah dan Kakaknya Alex.
Alena lalu menatap sebuah buku nikah yang ada di tangannya yang memang berisi oleh namanya.
Ini merupakan sebuah bukti pokok bahwa dirinya saat ini sudah resmi menikah.
Acara pernikahan itu, juga segera berakhir setelah penyerahan buku nikah itu, dan setelah itu, Alena dan Sean segera menuju ke ruang ganti untuk kembali memakai baju masing-masing.
Dan sekarang, yang ada di gedung itu tinggal mereka bertiga.
Julio yang melihat pasangan pengantin baru itu, merasa jika mereka berdua sepertinya juga membutuhkan waktu untuk berbicara satu sama lain.
"Baiklah, aku akan menunggu di luar aku pikir kalian berdua setidaknya butuh waktu untuk berbicara,"
Bahkan tanpa menunggu persetujuan Alena, Julio sudah pergi lebih dulu dari tempat itu.
Alena sebenarnya merasa sangat tidak senang jika dirinya harus berada di satu ruangan dengan Sean, dan sekarang ketika hanya ada mereka berdua dirinya tidak tahu harus berkata apa.
Sekarang mereka berdua sudah menikah, namun tetap saja Alena tidak akan menganggap pria yang ada di depannya ini sebagai Suaminya.
Tapi bahkan mereka berdua saat ini tidak bisa langsung bercerai minimal harus menunggu selama satu tahun, dirinya juga tidak ingin jika hubungan mereka ini diketahui oleh siapapun termasuk dengan keluarga mereka.
"Aku ingin mempertegas soal hubungan kita, pernikahan ini kita berdua sama-sama tahu jika ini adalah sebuah kesalahan, aku yakin ini bahwa kamu juga tidak ingin pernikahan ini untuk diketahui oleh siapapun termasuk oleh keluargamu bukan Sean? Begitu pula denganku aku juga tidak ingin pernikahan ini diketahui oleh siapapun,"
Sean mendengarkan gadis yang ada di hadapannya itu berbicara, lalu segera berkata,
"Kamu benar, kita memang sebaiknya merahasiakan hubungan ini dan nantinya akan bercerai tanpa masalah setelah 1 tahun,"
"Ya, itu juga rencana yang aku miliki. Mari kita berdua sama-sama tidak menganggap pernikahan ini sebagai suatu pernikahan, hubungan kita akan tetap seperti sebelumnya seperti orang asing," kata Alena lagi.
"Kali ini aku setuju denganmu agar tidak ada orang yang curiga kita harus tetap terlihat memiliki hubungan seperti sebelumnya, kamu juga sebaiknya menyimpan buku nikah mu itu aman-aman jangan sampai itu ketahuan, terutama oleh kakakmu itu,"
"Aku jelas tidak ingin kakakku sampai tahu jika aku harus menikah dengan penjahat brengsek sepertimu, yang pernah mencoba untuk mencelakakan Kakakku,"
"Apa? Kamu tidak memiliki bukti apapun untuk bisa menuduhku," kata Sean lagi mencoba mengelak dari tuduhan itu selama tidak ada bukti kongkrit, dirinya jelas tidak ingin mengaku.
"Baik sepakat kalau begitu, ini hanya sebuah pernikahan di atas kertas, tidak lebih dan tidak kurang, tidak akan pernah merubah hubungan awal kita,"
Setelah mengatakan itu, Alena segera berniat untuk pergi dari ruangan itu namun tangannya tiba-tiba dicegah oleh Sean, Alena lalu segera berbalik sambil menepis tangan itu.
"Apalagi sekarang?"
"Kalung yang aku berikan itu kamu simpan baik-baik dan jangan sampai hilang, setelah kita bercerai kamu wajib untuk mengembalikan kalung itu padaku,"
Alena lalu teringat soal Maskawin yang Sean berikan, hal-hal yang bahkan tidak bisa disebut dengan mas kawin yang layak.
Alena lalu mengeluarkan kalung itu dari saku bajunya lalu segera memakainya,
"Setahuku, mas kawin itu adalah sesuatu yang sudah diberikan kepada mempelai wanita, dan menjadi hak miliknya tidak bisa lagi diambil oleh pengantin Pria, ini sekarang adalah milikku jadi terserah aku apakah aku akan mengembalikannya padamu atau tidak," kata Alena dengan ekpresi cukup puas, apalagi setelah melihat wajah pria yang ada di hadapannya itu sekarang terlihat pucat, karena sepertinya kalung ini adalah sesuatu yang sangat berharga.
"Kamu sungguh berani!!"
Namun Alena tidak mendengarkan tentang bagaimana Sean marah dia hanya segera keluar dari ruangan itu, pergi kearah Julio, dan bersiap pergi dari sana.
Sean hanya bisa menatap dengan kesal kepergian mereka berdua.
Awas saja itu Alena sialan!
Lihat saja nanti!
Percakapan itu berakhir begitu saja, namun setidaknya sebuah kesepakatan untuk menyembunyikan hubungan itu sudah dibuat.
Dan begitu mereka tiba di tempat kamping, seolah-olah kejadian sebelumnya tidak pernah terjadi, Sean bersikap seperti biasanya kembali bersama teman-temannya, begitu pula dengan Alena.
Tidak ada hal-hal lain yang terjadi selama kamping selama seharian itu, karena toh acara itu akan segera berakhir mereka saat ini sedang berkemas-kemas dan berencana untuk pulang pagi nanti, yang di percepat karena masalah cuaca yang kabarnya besok akan buruk.
Malam itu, diadakan acara api unggun yang meriah, orang-orang mulai menikmati acara malam itu dengan senang, berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Alena dan Sean kebetulan adalah anggota panitia, jadi mereka berkeliling untuk memimpin Acara.
Agar acara lebih meriah, ada Indiah secara random di bagian panitia, agar memulai dansa malam itu.
Sangat kebetulan, nama Alena dan Sean yang terpilih.
Beberapa anggota panitia yang sudah tahu soal hubungan mereka jelas merasa tegang ketika dua nama itu disebut.
Namun, anggota lainnya juga pada peserta yang tidak tahu apa-apa itu segera berteriak gembira dan menyeluruh mereka sekarang ketengah untuk mulai berdansa.
"Mari Kak Sean! Kak Alena! Mulai maju ke depan!"
Orang-orang sudah menjadi heboh.
Ekpersi Alena jelas menunjukkan rasa tidak senang, namun melihat dirinya malah didorong teman-temannya yang sepertinya sangat suka melihat dia menderita dengan cara harus berdansa dengan musuhnya itu, dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Begitupula dengan Sean, yang juga segera maju ke depan
Tatapan mereka sepintas bertemu, mereka berdua sudah resmi menikah, namun benar-benar seolah hal-hal sebelumnya adalah sebuah mimpi buruk, dan sekarang begitu jalan mereka kembali ke hubungannya yang semula.
Namun tetap saja, untuk Alena sekarang rasanya aneh untuk menatap pemuda yang ada di depannya itu.
Sean, yang paling pertama mengulurkan tangannya, dan Alena menerima luluran tangan itu, musik sudah mulai dinyanyikan dan kedua orang itu sekarang mulai berdansa.
Alena, diam-diam emang menatap pemuda yang ada di depannya ini memikirkan hal-hal yang terjadi sebelumnya, tak pernah mengira jika sekarang pemuda yang ada di depannya itu merupakan suaminya.
"Kenapa kamu melihat ku seperti itu?" Sean bertanya karena penasaran, rasanya cukup aneh ditatap oleh gadis yang ada di depannya itu.
"Siapa yang menatap mu? Aku hanya merasa sangat sial kenapa harus berdansa denganmu,"
"Hah, harusnya yang merasa sial karena berdansa dengan mu,"
Alena yang kesal itu, segera menggunakan kakinya untuk menginjak kaki Sean, membuat Sean kesakitan.
"Ups, kakiku tergelincir,"
Sean mencoba menahan itu dan tidak lagi mengatakan apapun, saat ini mereka di tatap oleh orang banyak, beberapa pasangan lain panitia secara random juga ada yang mulai berdansa.
Namun injakan kaki Alena, tidak selesai disana, itu ada injakan kedua, dan tiga, membuat Sean mulai kehabisan kesabaran.
"Apa-apaan sih kamu? Pasti kamu segaja!"
"Aku sudah bilang sebelumnya kakiku hanya sedikit tergelincir,"
Alena benar-benar menikmati menyiksa pemuda yang ada di depannya itu.
Sekarang giliran Sean yang mulai untuk membalas, dia menarik pinggang Alena lebih dekat, berniat memutar gadis itu, dalam gerakan yang cepat, membuat Alena kehilangan keseimbangan nya dan hampir jatuh, dan berakhir dengan Alena mempererat pelukannya pada Sean.
Sean juga terkejut dengan gerakan Alena tiba-tiba, padahal dirinya segaja membuat gerakan cepat agar gadis itu jatuh dan malu sendiri lagi, mana tahu gadis itu malah memeluknya dengan erat.
Jarak mereka saat ini sangat dekat, hingga bisa mencium aroma masing-masing, Alena mau tidak mau merasa sedikit berbedebar ketika dihadapkan dengan jarak yang begitu dekat dengan seorang pria, dirinya tidak pernah begitu dekat dengan pria manapun selama ini.
Tatapan mereka saling bertemu sekarang, mulai tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Ketika menatap Sean dari dekat, Alena menjadi ingat, jika harusnya malam ini adalah malam pertama mereka.
Wajah Alena segera berubah menjadi sedikit memerah karena merasa pikirannya terlalu menjadi sesat.
Sean, walau dalam kegelapan melihat sedikit perubahan warna wajah Alena.
"Kenapa denganmu? Apakah kamu sekarang akhirnya ingat jika Aku suamimu? Ini adalah malam pertama kita setelah semua,"
Sean hanya ingin mengatakannya untuk membuat gadis yang ada di depannya itu malu.
"Cih, Siapa yang sudi melakukannya dengan Pria bekas seperti mu?"
"Siapa yang kamu bilang bekas hah?"
Alena lalu segera tertawa lagi, dan berkata,
"Jadi kamu masih perjaka? Seorang Sean yang di kelilingi oleh banyak wanita?"
Sean yang ditanya itu segera langsung diam karena memberikan jawaban apapun akan tetap merasa menjatuhkan martabatnya.
Dia hanya berkata,
"Siapa pula yang sudi melakukannya denganmu pula,"
Dua orang itu, sekali lagi hanya menatap masing-masing dengan penuh kebencian sampai sesi dansa mereka selesai.
Alena sendiri, segera mencuci tangannya setelah acara dansa itu, merasa jijik dengan tangannya yang tadi berpegangan dengan Pria sampah itu.
Sean melihat bagaimana Alena cuci tangan di pinggiran dengan air minum itu dengan kesal.
Dan itu juga akhir dari malam itu.
Di pagi hari, sayangnya terjadi sebuah keributan, ini bermula ketika Kakak Alena, Alexander Smith dan Istrinya, Natasya datang ke tempat kemping itu untuk menjemput Alena dan Julio.
Alexander yang berpapasan dengan Sean, jelas merasa kesal, terutama tentang bagaimana Sean menyapa ramah Istrinya, Natasya.
"Kak Natasya, Aku lihat kakak semakin hari semakin cantik,"
"Terimakasih, Sean, kamu terlalu melebih-lebihkan,"
Alex yang baru sampai disana, tidak suka bagaimana Sean itu, berbicara begitu manis seolah mengoda Istrinya itu.
"Dasar Brengsek! Berhenti kamu mengoda Istri orang!" Kata Alex kesal.
Sean lalu segera ingat, jika ada Alex tidak jauh dari sana.
"Pfff... Apa? Kenapa kamu marah? Apakah kamu merasa terlalu rendah dari pada Aku?"
"Kamu itu memang bocah brengsek yang tidak tahu malu!"
"Wow, makasih atas pujiannya, Kakak Alexander Smith,"
"Cih, jangan pernah memanggilku dengan nada sok akrab seperti itu benar-benar membuatku jijik,"
"Astaga, Kak Alex aku hanya mencoba bersikap ramah,"
Natasya mencoba membujuk Alex untuk pergi dari sana, sebelum terlalu banyak keributan.
Karena dirinya tahu, Sean adalah tipe orang yang paling bisa membuat orang emosi dengan kata-katanya.
"Sudahlah, sayang mari kita sebaiknya mencari Alena dan Julio saja,"
Tatapan Alex lalu segera kembali menatap Sean dan berkata,
"Kamu lihat saja nanti aku jelas tidak akan membiarkanmu hidup tenang, setelah apa yang pernah kamu lakukan padaku aku pasti akan menemukan semua bukti-bukti nya,"
"Astaga, Aku takut.... Coba saja cari jika memang ada pin-nya," Kata Sean dengan nada menghina.
Alena kebetulan melihat dari agak jauh tentang dua pria itu berselisih.
Memang, jika sampai Pernikahannya dengan Sean sampai terbongkar, ini mungkin akan menjadi lebih buruk daripada yang dirinya kita.
Ya, memang lebih baik untuk menyembunyikan semua rahasia ini dalam-dalam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!