NovelToon NovelToon

CHASING YOU

Episode 1

...♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧...

"Nay.......!" seruan Eka mengagetkan ku.

Aku pun langsung melihat ke arahnya yang tengah melambaikan tangannya di dekat gerbang.

'' Ya ampun Eka, kamu kebiasaan banget sih ngagetin aku."

Eka hanya tersenyum sambil berjalan ke arah ku.

"Kamu udah siap belum,ayo cepat nanti kalau kamu nyantai terus seperti ini yang ada kita terlambat lagi." ucapnya.

"Iya bentar,ini aku tinggal ikat dulu tali sepatu ku ini.''

Aku pun langsung cepat-cepat mengikat tali sepatu ku,karena memang waktu sudah menunjukan pukul 06.45. Sedangkan jarak dari rumah ku sendiri,membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menitan tergantung kondisi di jalan macet atau enggaknya.

"Ingat yah,ini bukan lagi di Surabaya. Aku tahu sekolahan kamu itu cukup 5 langkah saja dari rumah kamu.Tapi ini kan beda,ini kamu di Jakarta. Ingat itu....." tegas Eka.

"Iya,bawel banget sih. Udah kayak emak-emak," timpal ku.

...♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧...

Nama ku Alyssa Naya Anandita. Sebenarnya aku asli dan lahir di Jakarta,namun sekitar 8 tahun yang lalu aku tinggal di Surabaya karena harus ikut bersama ayah yang di pindah tugaskan ke Surabaya. Dan sekarang,setelah beliau pensiun dari TNI, ayah ku pun kembali ke Jakarta tepat saat aku menginjak kelas XII SMA.

Sebenarnya aku meminta ayah untuk tinggal sebentar lagi di Surabaya,sampai aku lulus dari SMA. Namun sayangnya,karena kakak sulung ku yang harus melanjutkan tugasnya di Jakarta dan ayah yang memulai kembali usahanya di Jakarta,jadinya mau tidak mau aku harus ikut bersamanya.

Meskipun aku harus mengejar dan beradaptasi dengan sekolah baru ku yang sekarang,terlebih lagi sekarang aku menginjak kelas XII.

Untungnya,aku punya teman semasa kecil ku di sekolah ku yang sekarang ini yaitu Belina Eka Putri. Aku sering memanggilnya dengan sebutan Eka,karena lebih singkat saja.

Ayah ku bernama, Andhika Prasetya Nagara. Beliau merupakan mantan Perwira Menengah TNI AD ( LETKOL ), sedangkan ibu ku bernama Adinia Wirasti yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga saja. Abang ku sendiri,dia mengikuti jejak dari ayah ku namun berbeda,dia di TNI Angkatan Laut dan sekarang menjabat sebagai Bintara TNI AL ( SERKA ).

Sebenarnya baik ayah atau pun ibu,mereka berdua membebaskan kami berdua untuk menentukan pilihan kami berdua mau meneruskan pendidikan seperti apa. Namun,abang ku bilang sudah dari sejak kecil dia bercita-cita ingin menjadi Tentara seperti ayah ku. Sedangkan aku sendiri masih saja galau, aku masih belum menentukan setelah lulus kuliah nanti aku mau melanjutkan kuliah atau mengikuti jejak ayah ku.

Kalau boleh jujur,aku sendiri sekarang tengah hobi sekali memotret,melukis dan membuat origami dari kertas.Itu bermula saat ada kakak senior dari alumni sekolah ku yang dulu, bernama kak Dito. Dia sekarang tengah melanjutkan pendidikan di Jepang karena mendapatkan beasiswa sekolah di sana. Tepat satu tahun yang lalu,dia berkesempatan mengunjungi sekolah ku yang dulu dan kami berdua pun cukup dekat satu sama lain. Karena kebetulan memang orang tua aku dan kak Dito merupakan kerabat dekat.

Di sini,aku baru saja masuk sehari saja yaitu kemarin. Itu juga aku datang terlambat karena memang aku masih belum bisa beradaptasi dengan jarak rumah ku yang sekarang ini. Dulu cukup berjalan satu menit saja,aku bisa sampai di sekolah kapan pun. Berbeda dengan sekarang, jarak dari rumah ku menuju ke sekolah cukup jauh dan harus mengendarai motor atau mobil.

Sebenarnya ayah sudah menyarankan aku untuk di antar jemput oleh supir pribadi,namun aku menolaknya. Sejak dulu aku sudah terbiasa mandiri dan tidak di manjakan oleh kedua orang tua ku. Aku tidak suka memamerkan kekayaan yang di punyai oleh keluarga ku di depan teman-teman ku. Aku sudah cukup tahu,mana teman yang yang benar-benar mendekati aku karena harta dan mana teman yang menerima aku apa adanya bukan ada apanya.

...♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧...

Hari ke dua aku masuk sekolah,aku ikut bersama Eka dengan mengendarai sepeda motor milik Eka. Meskipun awalnya aku sempat ketakutan,karena ini kali pertama aku naik sepeda motor menuju ke sekolah. Biasanya aku di bonceng oleh abang ku dan itu pun saat hari libur saja. Namun sekarang, aku harus bisa dan terbiasa untuk mengendarai sepeda motor menuju ke sekolah,untungnya saat dulu di Surabaya aku sempat belajar motor oleh abang ku. Dan sekarang aku tinggal memantapkannya kembali,tidak mungkin tiap hari aku harus merepotkan Eka untuk menjemput ku ke rumah.

Sedangkan jarak dari rumah dia ke rumah ku cukup jauh karena berbeda gang,meskipun kami berada di satu komplek perumahan yang sama.

"Kamu nggak lupakan buku pelajaran apa saja yang harus kamu bawa hari ini?" tanya Eka.

"Tidak, kan semalam kamu sudah membagikan jadwal pelajarannya sama aku.''

"Aku langsung menyalinnya di komputer dan ngeprint nya juga." lanjut ku.

"Syukurlah......"

...♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧...

Saat kami berdua sampai di lampu merah terakhir yang jaraknya sekitar 200 meter dari sekolah kami,karena kebetulan saat ini lampunya merah dan kami harus berhenti. Eka tiba-tiba saja menepuk tangan ku dan menunjuk ke arah belokan yang berada di sebelah kiri ku. Ternyata itu merupakan jalan menuju komplek perumahan yang jaraknya lumayan dekat dari sekolah ku.

"Kenapa?" tanya ku heran.

"Kamu lihat nggak,itu anak cowok yang mengendarai sepeda itu." ucapnya.

"Mana......" balas ku sambil mencari sosok yang di bicarakan Eka.

"Itu loh,anak laki-laki yang pakai kardigan warna grey. Masa kamu tidak melihatnya sih,"

Aku pun langsung memperhatikan secara seksama,karena memang saat itu ada banyak siswa lain juga yang menggunakan sepeda. Sampai akhirnya,pandangan ku terhenti pada sosok anak laki-laki yang tengah sibuk dengan HP di tangannya.

"Ganteng juga......" gumam ku pelan.

"Apa Nay......?" ucap Eka.

"Ah enggak,"

"Itu namanya Azkara Raditya,dia satu kelas dengan kita." jelas Eka.

"Masa sih? Tapi kemarin aku tidak melihatnya,"

"Iya karena memang udah tiga hari dia tidak masuk,aku dengar kakeknya baru saja meninggal."

"Ah seperti itu......"

Saat aku tengah memperhatikan sosok laki-laki bernama Azka itu,secara tidak terduga laki-laki itu melihat ke arah ku dan mata kami pun berpandangan satu sama lain.

*Deg.....Deg.....Deg.....

Degup jantung ku berdetak tidak karuan, aku merasa wajah ku panas dan malu. Aku bingung harus berbuat apa,masa iya aku harus memberinya senyuman atau menyapanya. Sedangkan kami tidak pernah bertemu sebelumnya dan ini kali pertama aku melihatnya. Itu juga aku sendiri baru di kasih tahu sama Eka kalau kami berdua berada di dalam satu kelas yang sama.

Episode 2

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah kami berpandangan satu sama lain,aku pun langsung memalingkan pandangan ku ke arah lain untuk mengalihkan perhatiannya.

"Aku kira Azka melihat ke arah kita,tahunya ada Feby di belakang kita." ucap Eka sedikit berbisik sambil memperhatikan spion motornya.

Mendengar ucapan Eka barusan, tidak tahu kenapa perasaanku langsung merasa kecewa. Aku sudah mengira dia melihat ke arah ku atau pun kearah kami berdua.

"Memangnya dia siapanya dia?" tanya ku.

"Nanti saja aku jelaskan,setelah kita sampai di sekolah."

Eka pun langsung tancap gas,karena ternyata lampunya sudah berubah jadi warna hijau. Sepanjang perjalanan,aku terus memperhatikan laju motor milik Azka yang berada tepat di depan ku.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Kami berdua pun akhirnya sampai di parkiran sekolah dan tanpa terduga ternyata Azka pun memarkirkan motornya tepat di samping punyanya Eka.

"Hei Azka......." ucap Eka.

Azka pun langsung melihat ke arah Eka dengan wajah yang datar.

"Aku sudah mendengar beritanya,aku turut berdua cita yah." lanjut Eka.

"Ah iya, makasih." balasnya singkat.

"Aku kira kamu bakalan masuk besok,kan biasanya......"

"Tidak, keluarga ku saja yang masih ada di sana."

Belum sempat Eka menyelesaikan ucapannya, Azka langsung memotongnya.

"Ah begitu,"

Azka pun langsung turun dari motornya dan pergi lebih dulu. Aku sempat kaget dengan sikapnya yang dingin seperti tadi,tidak ada keramahan yang dia tunjukan padahal kan kami berada dalam satu kelas yang sama.

"Kamu jangan heran, emang Azka anaknya seperti itu. Kamu mungkin bakalan merasa sakit hati dengan sikapnya itu pas awal-awal. Tapi lama-kelamaan kamu juga bakalan terbiasa." jelas Eka.

"Ah itu, aneh aja." timpal ku singkat.

Eka pun hanya tersenyum dan langsung melepas helmnya.

"Ah iya, tadi kan aku mau cerita masalah Azka dan Feby." ucap Eka.

"Tapi kan," balas ku sedikit takut.

"Ya tidak di sini juga Naya, sebaiknya kita duduk di bawah pohon itu." tunjuk Eka.

"Ya udah......"

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Kami pun akhirnya duduk di bawah pohon sambil menikmati minuman yang di bekal Eka dari rumahnya,kebetulan memang waktu masih menunjukan pukul 06.30 pagi dan masih banyak waktu sebelum kami masuk kelas.

"Jadi gini,"

"Dulu tuh pas kelas satu,satu sekolahan ini tuh tahu tentang kedekatan Azka dan Feby. Dan kebetulan memang pas kelas satu itu,kami berada di dalam satu kelas yang sama. Jadi aku sedikit tahu lah,masalah mereka." jelas Eka.

"Terus?" tanya ku penasaran.

"Kalau tidak salah pas kelas XI masuk semester ke dua,aku tahu kalau ternyata Feby malah jadian sama teman satu kelasnya bernama Dave."

"Berita itu cukup bukan menggemparkan kami saja yang satu kelas dengan Azka,tapi satu sekolahan. Karena emang kami tahunya Feby dekat sama Azka. Dan cuma hanya pada Feby saja dia bersikap berbeda 180°."

"Tapi semenjak kejadian itu, sikap Azka tuh langsung berubah sama semua orang termasuk Feby." lanjut Eka.

"Ah seperti itu......."

"Pantas saja dia dingin banget kayak gitu,"

"Tapi kayaknya yah, Azka masih suka sama Feby. Kamu lihat sendirikan tadi, dia lihat Feby sampai segitunya."

"Iya......."

Setelah bercerita cukup lama,kami pun akhirnya langsung menuju ke kelas karena tanpa terasa 5 menit lagi jam pelajaran akan segera di mulai.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sesampainya di dalam kelas,langkah ku sempat terhenti. Karena mendapati Azka duduknya tepat berada di depan tempat duduk ku.

"Kenapa?" bisik Eka.

"Itu emang tempat duduknya Azka, cuma emang kemarin di sana di duduki sama Kenny. Kami suka melakukan hal seperti itu,saat ada bangku yang kosong."

"Pantas,"

"Sudah tidak apa-apa,lagi pula meskipun Azka sikapnya dingin dia nggak bakalan gigit kamu kok." ucap Eka.

"Ih Eka apaan sih?"

Aku pun langsung berjalan menuju ke arah meja ku. Azka pun sempat melihat ke arah ku sesaat,mungkin dia merasa aneh karena ada aku sekarang duduk di belakang dia.

"Dia Naya, murid baru di kelas kita. Dia baru masuk minggu ini," ucap Dika sedikit berbisik pada Azka.

Meskipun dia berbicara dengan sedikit berbisik, tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.

"Oh......" balas Azka singkat.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Jam istirahat pun tiba setelah aku mengikuti dua jam pelajaran yang cukup buat menguras tenaga dan pikiran ku.

"Eh ini......" ucap Azka yang memberikan kertas ulangan bekas pelajaran matematika tadi pagi.

"Ah iya makasih."

Tanpa melihat ke arah ku, Azka langsung pergi setelah memberikan kertasnya.

"Ish dingin sekali jadi cowok." bisik ku dalam hati.

"Naya, ayo kita ke kantin.Aku udah lapar nih," ajak Eka yang datang menghampiri ku.

"Ayo......"

Kami pun langsung berjalan ke luar menuju kantin yang letaknya agak jauh dari kelas ku.

"Gimana tadi ulangannya?" tanya Eka.

"Ya gitu deh, ada sulitnya ada gampangnya juga."

"Aku yakin kamu dapat nilai yang bagus yah, soalnya kan......"

"Soalnya apa? Tadi aku dapat nilai 93 tahu."

"93? Seriusan Nay?"

"Iya......"

"93 tuh terbilang paling bagus tahu, coba aku dapat nilai segitu."

"Kamu tahu, aku cuma dapat nilai 78 tadi."

"Sering-seringlah belajar," timpal ku.

"Udah sih, tapi nggak tahu kenapa tadi tuh soalnya emang agak lain." balasnya.

Jawaban Eka pun cukup buat aku tertawa dan tanpa aku sadari banyak pasang mata yang melihat ke arah ku.

"Ups......" aku langsung menutup mulutku dengan kedua tangan ku.

"Agak lain gimana? Aneh aja kamu."

"Udahlah, itu hanya candaan aku saja."

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setibanya di kantin, kami langsung mengantri makanan. Karena kebetulan memang sekolahan ku ini menyediakan menu makan siang khusus untuk siswa yang bersekolah di sekolah ini dengan sistem prasmanan.

Setelah mendapatkan wadahnya aku langsung mengikuti Eka dari belakang dan memilih menu makan siang apa yang akan aku makan siang ini.

"Kayaknya ini salmonnya enak," ucap Eka sambil mengambil satu potong salmon ke dalam wadah miliknya.

Aku pun mengikuti apa saja yang di ambil oleh Eka, terkecuali sosis. Aku melewatkannya,karena aku memiliki alergi dengan sosis."

Setelah mengambil menu makan siangnya, Eka langsung mengajak aku untuk duduk bersama Farhan,Dika dan di sana ada Azka juga.

"Hai......" ucap Dika.

"Sini......." lanjutnya sambil menggeser kursi kosong di sampingnya.

"Makasih....." ucap Eka.

Sedangkan aku,duduk tepat di depan Azka yang tengah fokus dengan makanan nya dan hanya diam saja tanpa menghiraukan kedatangan aku dan Eka barusan.

"Kalian ngambil salmon juga, sama dong." ucap Farhan.

"Iya dong, lumayan kan. Lagian jarang juga bukan ada menu mahal kayak gini di kantin." ucap Eka.

"Eh iya, ngomong-ngomong kamu sudah kenalan belum sama Azka? Kemarin kan pas kamu masuk, Azka kebetulan tidak ada." ucap Dika sambil menepuk pundak Azka.

Episode 3

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Aku seketika terdiam,begitu pun dengan Azka yang langsung menghentikan makannya.

"Ah itu......" ucap ku ragu.

"Buat apa? Tanpa aku berkenalan dengan dia kan,kamu sudah beritahu aku siapa dia." ucap Azka dengan wajah datarnya.

"Iya juga sih,aku sudah kasih tahu kamu tadi pagi. Tapi kan seenggaknya,"

"Aku udah tahu dia juga kok, tadi Eka udah kasih tahu aku."

Dika dan Farhan pun langsung berpandangan satu sama lain,seolah mereka tidak puas karena tidak berhasil buat aku dan Azka berkenalan di depan mereka.

"Udah makan aja, jangan di pikirkan." bisik Eka.

Aku pun langsung memulai memakan makanan yang tadi aku ambil.Meskipun sejujurnya aku merasa tidak nyaman dan canggung sekarang.

"Gimana setelah kamu sekolah di sini,apa kamu betah?" tanya Dika.

"Betah aja sih,"

"Aku pikir kamu bakal kesulitan,terlebih lagi kamu kan pindah pas menginjak kelas XIi." timpal Farhan.

"Awalnya sih iya,tapi aku bisa mengatasinya. Kalau masalah pelajaran aku bisa saja mengejarnya, tapi mungkin yang sulit itu beradaptasi sama lingkungan baru di sekolah ini." jelas ku.

"Benar juga," balas Dika.

Setelah anak cowok menghabiskan semua makanannya,mereka pun lebih dulu pamit dan pergi. Sedangkan aku dan Eka memilih untuk pergi ke taman sekolah sambil menikmati es krim yang kami beli di kantin.

"Kamu pasti tersinggung yah,dengan sikap Azka." ucap Eka.

"Tidak juga, kan kamu udah kasih tahu aku dari awal."

"Tapi yang aku lihat,sedari tadi kamu hanya diam saja dan fokus dengan makanan kamu. Kamu baru bicara kalau ada salah satu dari kita yang ajak kamu bicara." jelas Eka.

Apa yang Eka katakan barusan memang ada benarnya juga, aku memang merasa sedikit terganggu dengan sikap Azka yang dingin. Setidaknya meskipun dia tidak ingin berteman dengan aku,apa salahnya kalau hanya untuk bersalaman sebagai teman kelas saja. Aku tidak habis pikir bisa bertemu dengan laki-laki sedingin itu,selama ini aku baru menemukannya di sekolah ini.

"Kenapa diam saja?"

"Tidak, aku hanya fokus dengan mereka yang tengah main basket itu." tunjuk ku mengalihkan perhatian Eka.

"Ah itu, emang mereka itu merupakan atlit di sekolah kita ini. Mereka kebanyakan dari kelas XI dan X, soalnya kan kalau yang kelas XII nya lagi di fokusin untuk belajar sekarang ini." jelas Eka.

"Ah seperti itu,"

"Ganteng-ganteng yah mereka," lanjutnya.

"Biasa aja."

"Hah? Maksud kamu biasa aja, kamu nggak salah Nay?"

"Tuh lihat itu yang nomor punggung 12 itu. Namanya Johan,dia salah satu murid yang populer di sekolah ini."

"Nah kalau enggak tuh,yang nomor punggungnya 17. Namanya Zian,dia juga tak kalah keren,apalagi dia juga calon ketua OSIS yang banyak di dukung oleh siswi di sekolah ini. Bukan hanya ganteng aja,tapi dia juga pintar." lanjut Eka.

Dengan semangat Eka menjelaskan satu persatu siswa cowok yang tengah bermain basket di tengah lapangan,namun pandangan ku malah tertuju pada Azka yang tengah berdiri di lantai dua tepatnya di depan kelas ku. Sepertinya dia juga tengah memperhatikan siswa laki-laki yang tengah main basket di lapangan. Pandangannya pun sangat fokus dan memperhatikan setiap gerak-gerik dari mereka.

"Nay......."

"Kamu dengarkan aku ngomong." bentak Eka sambil menepuk pundak ku.

"Ah iya......."

"Syukur deh, aku kan tidak sia-sia panjang lebar menjelaskan semuanya sama kamu."

"Tapi kalau boleh jujur sih ya, kalau di suruh milih. Aku lebih milih tim basket yang dulu,maksudnya kelas XII sekarang. Mereka semua jauh lebih keren lagi,mereka banyak meraih piala kejuaraan tahu " lanjut Eka.

"Oh gitu, bagus dong."

"Emangnya siapa aja mereka?" tanya ku penasaran.

"Pastinya ada Azka, Dika,Farhan,Yanuar, Gavin,Dion,Andre dan masih banyak lagi."

"Tidak mungkin aku jelaskan satu persatu,lagi pula kamu nggak tahu ini." lanjutnya.

"Ish Eka ini, aku udah denger serius pun." balas ku sedikit kecewa.

Eka pun baru menyadari kalau ternyata Azka dan teman-temannya pun tengah menonton pertandingan basket di lapangan dan dia pun langsung tersenyum.

"Pasti Azka bangga sama mereka. Kamu tahu Nay, beberapa waktu yang lalu sebelum kita naik kelas Azka lah yang setiap hari mengajari tim basket sekarang ini. Makanya tidak heran,kalau mereka sekarang jago-jago."

"Tiap hari sehabis istirahat,Azka pasti akan berdiri di sana untuk memperhatikan mereka itu."

Mendengar ucapan Eka barusan, aku langsung berpikir kalau sebenarnya Azka itu sosok yang peduli dan mempunyai rasa tanggung jawab yang bagus. Meskipun aku akui,sikapnya itu yang bikin orang bakalan sakit hati saat berada di dekatnya.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah jam istirahat berakhir aku dan Eka langsung menuju kelas, sekarang giliran pelajaran kesenian. Aku sangat semangat,karena memang itu merupakan salah satu pelajaran favorit ku saat ini.

Hari ini kami di tugaskan untuk membuat sketsa wajah,atau benda oleh guru kami. Dan tanpa menunggu lama, aku langsung menyiapkan semua peralatan yang aku butuhkan dari dalam tas ku.

"Eh kamu bawa pensil dua nggak?" ucap Azka pada Dika.

"Nggak ada cuy, aku cuma bawa satu doang." balas Dika.

"Sama aku juga,ini juga aku dapat dari Agnes minjem." timpal Farhan.

Karena kebetulan aku membawa beberapa pensil di dalam tas pensil ku, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk menawarkannya sama Azka.

"Ini aku bawa lebih," ucap ku sambil memberikan pensilnya.

Azka sempat terdiam dan hanya melihat ku sesaat,namun pada akhirnya dia pun mengambilnya.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Wah keren, kamu dapat nilai A." ucap Dika saat aku baru mendapatkan nilai ku.

Aku hanya membalasnya dengan senyum saja,karena malu.

"Pasti kamu punya keahlian lebih ini, makanya gambar kamu di kasih nilai A sama guru." sambung Farhan.

"Aku memang suka menggambar," balas ku.

"Pantas......." jawab mereka bersamaan.

Azka sendiri sedari tadi dia hanya diam dan memandangi ke arah depan. Padahal tidak ada sesuatu yang menarik di depan sana.

"Lain kali ajarin kita yah,gimana cara gambar sketsa yang baik. Takutnya nanti ada di ujian praktik." ucap Dika.

"Iya baiklah......"

Dika pun langsung kembali duduk ke kursinya yang berada di samping kanan ku,begitu pun dengan Farhan yang duduk tepat berada di samping kiri Azka.

"Gambarnya Naya bagus tahu," ucap Farhan pada Azka.

"Oh......." balasnya singkat.

Emang yah, ini cowok dinginnya kebangetan. Mau teman-temannya banyak bicara pun tetap saja. Aku tidak habis pikir aja,kok bisa mereka berdua nyaman berteman sama cowok sedingin itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!