Di bagian terdalam gua tanah, terdapat sebuah makam kuno yang begitu luas. Disana banyak terdiri patung-patung menyeramkan, seolah mereka adalah penjaga alam baka.
Dari atas lubang terlihat 3 pria paruh baya tengah berusaha untuk turun kebawah menggunakan seutas tali yang mereka ikatkan di sebuah batu besar.
"Akhirnya ketemu, aku berani bertaruh didalam ini adalah makam Raja Agung yang Legendaris" pria dengan gigi besar menunjuk ke arah satu-satunya pintu disana.
"Arwah tidak musnah, perampok tidak punya jalan?"
"He-he apakah ini sedang mengutuk kita?" Tanya pria botak.
"Hehehe sungguh angkuh. Namun, itu tidak berguna bagiku seorang perampok makam generasi ke-45" ujar si gigi besar dengan tawanya.
"Leluhur memberkatiku kembali aman dan menemani istri dan anakku hidup dengan damai"
"Masih membuat tanda?" Tanya si gigi besar pada pria yang selalu saja membuat tanda di setiap bagian.
"Jangan sampai tersesat, ayo!"
Ketiganya segera membuat segitiga dengan saling membelakangi, tangan mereka membuat segel yang rumit "SATU SEKTE PERAMPOK MAKAM. SALING MEMBANTU DALAM KESULITAN. JIKA MELANGGAR SUMPAH INI AKAN MATI GENTAYANGAN!" Dengan kompak mereka mengeluarkan batang dupa dan koin perak, melempar koin hingga masuk ke dalam batang dupa, lalu menancapkannya di atas tanah.
*Koinnya terdapat lubang di tengah seperti koin di China kuno
"Untuk menemukan harta karun, kau harus melewati berbagai rintangan. Jika rintangannya di jaga ketat...."
"Pasti ada harta berharga didalamnya" si gigi besar meletakan tangannya di sebuah segel batu dan menekannya kuat "Buka!"
Si gigi besar dan si pria botak berdiri didepan pintu yang mulai terbuka, sedangkan dibelakang mereka, pria yang selalu membuat tanda itu terlihat memegang sebuah diagram " Gawat! Arah Kun adalah pintu kematian. Tidak boleh dirampok!" Ujarnya panik ketika melihat diagram di tangannya.
Si gigi besar hanya tertawa mendengarnya "Kaka Cao. Kita adalah perampok makam yang diwariskan turun-temurun, untuk apa begitu takut?"
Ketika pintu telah terbuka sepenuhnya, dari dalam ruangan cahaya berwarna keemasan menyilaukan mata mereka.
Kaka Cao, yang mengetahui ada keanehan segera menutup hidung dan mulutnya menggunakan lengan bajunya "Ini adalah gas ilusi, hati-hati"
Si gigi besar yang paling dekat dengan pintu dikejutkan dengan sebuah bayangan roh wanita berbaju merah, dia berlari kebelakang menghindari kejaran sang roh. Kaka Cao yang melihatnya segera mengeluarkan payung yang dapat mengusir roh, si gigi besar yang tidak melihat jalan terbentur tembok dan pingsan.
"Tidak masalah hanya pingsan saja" Kaka Cao kembali menarik tangannya dari leher si gigi besar.
!!
"Sudah kaya! Sudah kaya!" Si botak yang terkena gas ilusi segera berlari kedalam.
"Hu"
"Hu! Jangan masuk! Hu! "
"Aku akan menjadi kaya dan makmur! Sudah kaya! Sudah kaya!" Si botak yang bernama Hu itu tidak mendengarkan terikat Kaka Cao, dia dengan sembrono menerobos kedalam.
Di dalam makam, terlihat banyak sekali peti-peti mati yang berdiri tidak beraturan. Anak-anak kecil berbaju merah berdiri di sepanjang jembatan pembatas dengan sebuah tongkat pendeta.
Kaka Cao, yang mengikuti Hu kedalam melihat bagaimana Hu yang dengan gila berteriak mengatakan "Sudah kaya!". Hu berdiri di depan peti mati yang paling megah bersiap untuk membuka peti dengan belati di tangannya.
"Hu! Ada pepatah dalam merampok makam, peti mati tembaga menantang arwah pendendam. Peti berdiri untuk menahan hantu jahat, didalam peti ada jebakan!"
Hu yang terkena gas ilusi tidak mendengarkan perkataan Kaka Cao, dia dengan paksa membuka peti mati.
!!!
Didalam peti mati terdapat sosok mumi menyeramkan berpakaian layaknya seorang Raja yang Agung. Dia menggigit sebuah batu merah gelap di antara giginya.
"Hahahaha itu dia!" Dengan tangan gemetar Hu mengambil batu merah itu. Hu tidak mengetahui adanya pergerakan dari sang mumi, tangannya yang sudah tersisa tulang itu bergerak dengan mulut yang mengeluarkan suara nyaring.
Kaka Cao yang mendengarnya segera mengeluarkan sebuah kapak dari balik jubah hitamnya, sedangkan Hu dia mengeluarkan belati miliknya.
Gemuruh terdengar di seluruh makam seakan makam itu akan runtuh kapan saja. Dibalik sebuah dinding monster berbentuk kalajengking mulai merangkak keluar. Tubuhnya yang besar dan keras layaknya batu itu mulai merangkak dan mengamuk disekitar makam.
"Hu!"
"Hu! Cepat pergi!" Kaka Cao menarik Hu untuk ikut keluar bersamanya. Namun, langkahnya terhenti akibat beberapa anak tadi kini menghalanginya mereka terus mengatakan "Arwah tidak musnah, perampok tidak punya jalan"
"Gas tadi menghasilkan ilusi. Ini semua ilusi, palsu!" Belum sempat Kaka Cao bertindak, monster berbentuk kalajengking itu mengarahkan ekornya yang runcing dan menusuk perut Hu.
*
*
"Hanya melihat perampok makam itu memegang sekop emas sang leluhur, monster itu tidak ragu untuk membunuhnya"
"Sedangkan Kaka Cao terus berteriak pada Monster itu. 'Lepaskan saudaraku!' Melihat Monster itu dengan sangat cepat seperti memiliki kekuatan yang bisa menutupi dentingan lonceng, bagai sambaran petir menuju perampok makam itu"
"Lalu?! Apa yang terjadi?!"
"Apa yang terjadi?! Apakah dia mati?!"
"Cepat katakan!"
"Jika ingin tahu akhir dari perampok makam, mari kita dengarkan lain kali" dengan wajah polosnya, si pendongeng jalanan itu membuat para warga yang mendengarnya mendengus kesal. Mereka pergi dengan rasa penasaran dengan akhir dari sang perampok makam.
Si pendongeng hanya tersenyum melihat para warga yang pergi dengan saling menggerutu dia lanjut membereskan barang-barangnya dan bersiap pergi, sebelum sebuah suara dan gebrakan di mejanya.
"Hei!!"
Seorang pria berpenampilan layaknya seorang pendeta itu kini tengah terlihat sedang mencari masalah dengan sang pendongeng.
"Aku tanya padamu, siapa yang menyuruhmu membuka stan di sini? Cepat minggir!"
"Tunggu, ada apa? Kau ingin membuka stan di sini, kan?" Sontak saja pertanyaan sang pendongeng mendapatkan tatapan tajam dari si 'pendeta'.
"Sobat, dengarkan aku. Aku melihat wajahmu, dahimu menghitam. Jika kau membuka stan di sini, kau akan menimpa mala petaka besok"
"Percaya atau tidak?" Tanya si pendongeng.
"Heh, aku tidak peduli kau peramal atau pendongeng, jika mengambil wilayahku, maka enyahlah!" Ujarnya dengan tangan yang bersiap menghancurkan meja. Namun, dihalang oleh si pendongeng.
Karena gagal dia berusaha menghancurkan tihang kayu penyangga di belakang. Namun, kembali di hentikan "Dasar tidak tahu diri! Tidak tahu aturan langit!" Sungutnya kesal.
"Aku lihat wajahmu, kau pasti perampok makam dari generasi ke generasi"
"Sampai di generasimu, hanya ada nama tanpa hasil, kan?"
"................" Mendengar perkataan si pendongeng membuat si 'pendeta' terdiam.
"Kau ini disebut tidak memiliki ajaran keluarga--!" Belum sempat ucapannya selesai, kerahnya terlebih dahulu ditarik oleh si 'pendeta'.
"Katakan sekali lagi?" Ujarnya menahan emosi.
"Apa yang aku katakan? Apakah aku mengatakan yang sebenarnya? Kata-kataku mengenai lukamu?" Pertanyaan yang beruntun itu membuat amarah si 'pendeta' semakin jadi.
"So-sobat... Aku punya penyakit arthritis. Lepaskan tanganmu, sakit. Asal kau melepaskan tanganmu, aku akan mengajarimu cara menghasilkan uang" si pendongeng berusa bernegosiasi dengan si 'pendeta' dan itu membuahkan hasil, terlihat dari si 'pendeta' yang mulai melepaskan tangannya dari kerah si pendongeng.
"Sudahlah. Jika kau benar-benar memiliki cara menghasilkan uang. Lebih baik ajari dirimu dulu"
Buru-buru si pendongeng meringkuk kebelakang dan menenangkan si 'pendeta' "Ada pepatah, tanah bisa menyembunyikan emas, juga bisa mengubur orang. Dalam keadaan hidup dan mati, antara kebaikan dan kejahatan, kau harus melepaskan bekas luka"
"Terus memperkuat diri, hanya dengan begini. Kau baru bisa memegang takdirmu dengan kuat di tanganmu sendiri" si pendongeng mengatakannya dengan begitu puitis, sebelum...
"PETUGAS DATANG!" Dengan suaranya yang keras menunjuk ke arah belakang si 'pendeta'. Namun, ketika si 'pendeta' menengok tidak ada petugas sama sekali.
!?
"Huh? Sihir apa ini?" Beo 'pendeta' dengan bingung, lantaran hanya dalam sekejap si pendongeng dan peralatannya telah menghilang begitu saja, seakan memang tidak pernah ada.
Namun, itu tidak lama sebelum senyum pongah terlihat dari sudut mulut si 'pendeta'. Segera saja dia menggelar sebuah kain dan menata barang-barangnya di sana.
"Batu batu Es Li yang terakhir, satu jilatan akan menambah energi, makan sepotong, kekuatanmu tidak akan terbatas. Menyembuhkan penyakit" dengan lihai dia segera menjalankan bisnisnya. Mengeluarkan kata-kata yang manis.
"Pendeta, Batu batu Es Li adalah harta yang langka, apakah ini asli?" Tanya seorang pembeli padanya.
"Sangat berkilau. Rasanya manis. Aku akan membiarkanmu mencicipinya secara gratis"
"Aku mempertaruhkan nyawaku di awal bulan untuk menerobos sembilan rintangan di makam Raja Agung. Menaklukkan empat ratus mayat" Sambungnya dengan senyuman.
Dia menunjuk pada Batu batu Es Li yang di pegang si pembeli "Ini di temukan di bawah makam. Hanya tersisa satu ini, aku melihatmu juga berjodoh, aku jual 15 tael untukmu" tawar si 'pendeta'.
Cring ~~
Sekantong penuh uang di terima sang 'pendeta' " Datang lagi jika ada waktu!" Ujarnya sedikit berteriak.
"Tentu!"
"Heh" senyum mencurigakan terlihat dari si 'pendeta' membuat kumisnya yang ternyata palsu melorot, buru-buru dia membenarkannya, dan kembali tertawa puas.
"Mari! Mari! Ini aku membawakan kalian Pao besar yang lezat!"
Terlihat seorang pemuda tampan tengah membagikan Pao di keranjang yang dia bawa, segera saja para anak-anak yang melihatnya berkumpul membuat lingkaran di sekitar dia.
"Harum sekali! Mari! Mari!" Para anak-anak berputar mengelilingi dengan dia sebagai pusatnya.
Si pemuda yang melihat mereka bahagia juga ikutan bahagia "Masih ada baju katun, ada makanan dan pakaian. Kelak, saat aku menjadi kaya, aku akan membuat kalian seperti anak-anak dengan orang tua yang tinggal di rumah baru dan pergi ke sekolah, bagaimana?"
"BAIK!" Anak-anak menjawab dengan riang.
"Di sana! Itu dia!"
!
Sebuah suara bising mengejutkan mereka, dari arah gerbang desa terlihat para warga yang berjalan ke arahnya di pimpin oleh seorang wanita gemuk.
"Zitao! Cepat bawa pulang barangnya! Cepat pergi!" Dengan tergesa si pemuda menyerahkan barangnya pada anak yang bernama Zitao, Dia berlari ke arah belakang namu di sana telah di halang, kembali dia berlari ke arah kiri namun di sana juga terhalang warga.
"Mau lari kemana kau!"
Tidak ada jalan lagi, kini dia terkepung oleh warga.
Seorang gadis muda berbaju merah maju ke depan dengan cambuk di tangannya "Penipu bermarga Cao, cepat kembalikan uangnya atau aku akan mematahkan kakimu"
Cttarr~~
Hampir saja kakinya terkena cambukan, jika dia tidak mengelak dengan tepat. Dirangkulnya pundak sang gadis "Nona muda, mari bicara. Apakah kau tahu sup Magnolia? Mandi dengan obat ini bisa meningkatkan kekuatan 10 tahunmu. Aku jual padamu dengan harga murah" dia mengambil kotak Magnolia di balik bajunya dan menyodorkan pada sang Nona muda.
Dengan senyuman sang Nona muda menghempaskan tangan si pemuda "Aku belajar seni beladiri dan medis sejak kecil, kau ingin menipuku dengan bubuk murahan ini?"
!
Sebuah batu putih bening mendarat di kepala si pemuda, membuatnya menengok pada sang pelaku.
Dengan melemparkan batu di tangannya si wanita gendut begitu geram."Kau menjual batu bobrok ini sebagai Batu batu Es Li kepada suamiku! Apakah orang di desa meninggal karena sakit, itu karena membeli obat palsu mu?!"
"Jangan memfitnah aku, penyakit ini sudah menyebar di desa sejak belasan tahun. Jangan memeras ku disini!"
"Kau masih berani berdalih? Mengapa kau tidak mati bersama ibumu?"
"Dasar wanita gendut! Kau boleh memarahiku seperti ini, kau berani mengatai ibuku. Jangan salahkan aku jika tidak segan padamu!"
"Sialan kau! Ayah dan anak sama saja. Saat itu, ayahmu menipu uang, menghindari utang dan menjadi pengecut!" Ucap salah satu warga.
Pemuda bermarga Cao yang mendengarnya kembali mengingat hari dimana ayahnya pergi meninggalkan dia.
"Tidak disangka melahirkan anak sepertimu yang pandai menipu juga" Lanjutnya.
Plak!
"Hentikan! Menjual obat palsu masih berani memukul orang?"
"Benar-benar keterlaluan! Semuanya! Usir penipu ini dari desa!" Ujar warga tadi yang mendapatkan pukulan di wajahnya.
"Bunuh dia!"
"Pukul dia!"
Para warga segera menuruti perkataan pria tadi dan segera memukulinya dengan alat yang mereka bawa. Dia tentu tidak diam saja, dia berusaha melawan dan menjadikan si wanita gendut tamengnya.
"Jangan pukul aku!" Ujar si wanita gendut.
Di kejauhan terlihat seorang pria besar tengah berlari dengan sekantong pasir di tangannya. Dia memecah kerumunan dan memukuli warga dengan kantong yang ia bawa.
"Jangan biarkan dia kabur!"
"Jangan lari!"
Pemuda bermarga Cao yang melihat ada kesempatan segera lari diikuti pria besar tadi.
"Hah...hah..." Nafas keduanya tersengal-sengal lantaran telah berlari dengan cukup jauh.
"Berhenti berlari! Tidak terkejar lagi! Tidak terkejar lagi! " Ujar si pria besar dengan ngos-ngosan.
"Hah...hah... Maaf, Dagou" segera saja dia mengambil sebuah kain dan menempelkan pada kening si pria besar, Dagou. Yang sempat terkena cambukan.
"Attt-Sakit!"
"Terus tekan!" ucapnya.
"Lin ZhiZhi ini terlalu kejam" ucap Dagou.
"Gadis kecil ini seharusnya ikut militer untuk membunuh bajak laut Jepang" jawabnya.
"Sudahlah, bukankah kau suka gadis cantik dan hebat?" Tanya Dagou.
"Dia adalah putri Kepala desa, aku tidak pantas bersamanya"
"Ayo, aku akan membawamu makan enak di Desa Tujia"
"Hey! Kau masih berani ke Desa Tujia?" Cegah Dagou dengan panik.
"Kau tidak dengar dua hari lalu bajak laut Jepang merampok desa mereka. Ketua bajak laut itu mengambil semua uang mereka dan membuat baju zirah emas"
"Aku dengar dia bahkan bisa menantang semua senjata" lanjutnya.
"Tenang saja, jika mereka benar-benar datang, kita akan bersembunyi di makam kosong itu masa kosong Kerajaan Jin"
"Aku tidak mau! Tempat itu berhantu, begitu malam tiba, penuh dengan teriakan hantu wanita. Hiih aku tidak mau pergi"
"Dewa datang menghalangi Dewa, hantu datang memukul hantu. Tenang saja, ada aku Dewa Huang disini, aku akan melindungi mu" dengan penuh percaya diri pemuda bermarga Cao itu merangkul bahu saudaranya dan duduk di sebuah batu.
"Belum tentu siapa yang melindungi siapa. Jika kau benar-benar menganggap ku saudara, kau jangan melakukan hal-hal yang licik itu lagi. Aku sudah dipukul beberapa kali saat mengikuti-!"
!?
"Stttt!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!