"Lakukan, cepat! Kenapa kamu diam saja, hah?" bentak Jayden dengan wajah penuh amarah. Sudah hampir dua jam ia belum mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Maafkan aku, Tuan. Aku sedang melakukannya," jawab seorang wanita yang sedang berusaha untuk memuaskan pria yang ada di hadapannya itu.
Jayden Alfred, pria yang berusia 28 tahun, memiliki wajah tampan dan juga rahang tegas. Di usianya saat ini, ia telah menyandang status duda tapi perjaka. Istri Jayden di malam pertama pernikahan mereka, tidur dengan seorang pria di dalam sebuah kamar hotel.
Jayden yang menyaksikan sendiri perbuatan sang istri, langsung menjatuhkan talak padanya. Jayden hancur, hatinya seakan mati dengan yang namanya cinta karena dikhianati seorang wanita.
Kesuksesan dan ketenaran yang selama ini ia dapat seakan tidak ada gunanya. Karena semua itu tidak bisa membuat hatinya takluk dengan yang namanya kaum hawa.
Terlebih lagi, Jayden mempunyai kekurangan yang hanya dia dan ke dua sahabat dekatnya saja yang tahu.
"Percepat, kamu membuatku muak!" Jayden menarik rambut panjang wanita itu ke belakang dan menggerakkan kepalanya maju mundur dengan cepat.
Namun apa yang jallang itu lakukan sejak tadi, sama sekali tidak membuat pusaka kebanggaan milik Jayden bangun dari peristirahatannya. "Enyah kamu dari hadapanku!'' suara lantang menggema di seluruh sudut ruang kamar. Jayden mendorong tubuh wanita tersebut hingga jatuh tersungkur ke lantai.
"Aku tidak akan membayar mu sepeserpun, karena kamu tidak berhasil membuatnya bangun!"
"Tapi Tuan, saya sedang membutuhkan uang. Tiga jam bersama anda apakah tidak berarti sama sekali?" ucapan wanita itu membuat Jayden semakin murka.
Prang!
Karena kesal, Jayden melempar botol wine yang berada di atas meja ke lantai. Hingga hancur menjadi puing-puing kecil.
"Sepertinya kau belum tau siapa aku." Jayden mengambil pakaian milik wanita tersebut lalu ia lemparkan ke wajahnya. "Kamu meminta bayaran padaku, sedangkan kamu tidak becus bekerja. Menjijikan!"
"Maafkan saya, Tuan. Milik anda saja yang sejak tadi tidak mau bangun. Padahal jika pria lain tentu saja ia akan--"
Dor!
Belum selesai wanita itu menyelesaikan kalimatnya, satu tembakan mendarat di dahinya hingga tembus ke belakang kepala.
"Dasar tidak berguna!" Jayden meniup pistolnya dan kembali memasukannya ke dalam laci. Ia menaruh itu untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
"Bereskan mayatnya!" perintah Jayden pada salah satu bodyguard nya yang berada di luar kamar.
"Baik, Tuan."
"Hah!" Jayden mengusap wajahnya frustasi, lalu mengambil handuk dan melilitkan ke pinggang. Pria itu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sudah banyak wanita panggilan yang Jayden bayar untuk membangunkan asetnya, namun semuanya tidak ada yang berhasil.
Dan kalau bukan karena permintaan mom Jean dan dad Darren yang memintanya untuk segera memberikan seorang cucu, ia tidak akan pernah mau melakukan ini.
Setelah selesai mandi, Jayden memutuskan untuk turun dan bergabung bersama ke dua sahabatnya. Yang sejak tadi sudah menunggunya.
Sepanjang Jayden berjalan, banyak mata wanita liar yang menatap ke arahnya. Namun, ia sama sekali tidak tertarik dan terkesan acuh.
Karena jika Jayden menanggapinya, bukankah akan tetap saja sama. Mereka hanya membuang waktu berharganya saja.
"Mommy mencari mu, ia ingin kamu pulang malam ini. Daniel ingin memperkenalkan calon tunangannya beberapa minggu lagi," ucap seorang pria yang tak lain adalah Zayn, asisten pribadi sekaligus sahabat Jayden.
Zayn sangat over protektif pada Jayden, karena dia tau bahwa sahabatnya itu sangat ceroboh dan selalu seenaknya sendiri.
"Apa kamu tidak ingin minum bersamaku dulu, Zayn?'' Jayden tersenyum tipis seraya menyugar rambutnya ke belakang. Memperlihatkan otot-otot rahangnya yang menggoda. Ditambah lagi keringat yang mengalir membasahi pelipisnya, pesona seorang Jayden memang tidak ada duanya.
"Berhentilah tebar pesona. Kamu hanya akan memancing mereka untuk mendekat ke arahmu. Tapi setelah mereka tidak bisa membuatmu puas, kamu menghabisinya," sindir Noah yang sejak tadi duduk di sebelah Zayn.
Jayden terdiam mendengar ucapan Noah. Memang benar tidak ada wanita yang bisa memuaskan hasratnya sampai sekarang. Dan itu benar-benar hampir membuat Jayden frustasi.
"Aku melakukan itu agar mereka tidak menyebarkan rumor tentangku!" elak Jayden kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa.
Zayn tersenyum tipis, lalu menarik lengan sahabatnya itu. "Mau pulang, atau daddy yang akan menjemputmu kemari!"
"Jangan mengancam ku, biarkan aku berada di sini sebentar," Jayden memanggil waiters dan memesan whiskey. "Berikan satu botol lagi padaku."
Waiters itu tersenyum malu-malu saat Jayden menatap dan mengedipkan matanya. Namun segera pergi saat Zayn memelototinya.
"Dia sangat seksi dan cantik, bukan. Lihat tubuhnya itu Zayn. Benar-benar menggoda dan...''
"Dan sama sekali tidak membuat milikmu bangun!" celetuk Zayn dan Noah bersamaan. Keduanya saling menatap dan tertawa terbahak. Sungguh, menjahili Jayden bukanlah ide buruk.
Lihat saja wajahnya saat ini, memerah karena malu dan menahan amarah yang menggebu di dalam hatinya.
"Diam atau aku hancurkan bisnis gelap kalian!" Seketika keduanya diam saat mendapat ancaman dan tatapan tajam dari Jayden. Mereka selalu saja membuat moodnya hancur berantakan.
"Kita pulang sekarang!" seru Jayden mengajak mereka berdua pergi.
.
.
.
.
Di tempat lain, namun masih berada di Club yang sama, seorang wanita seksi sedang menari dan berlenggak lenggok di atas panggung. Tanpa peduli banyak mata mesum yang menahan air liur karena melihat keindahan tubuhnya.
"Wah lihat itu, dia benar-benar sangat cantik dan seksi." ucap salah satu pengunjung pria.
"Kamu benar, bodynya bak gitar Spanyol, sangat menggoda. Aku ingin sekali memilikinya."
"Sayang sekali, wanita secantik itu harus menjadi pemuas hidung belang." pria itu menggeleng dan menyayangkan apa yang wanita itu lakukan.
"Jadi kau bukan pria hidung belang begitu?" ejek pria yang lain.
"Sudahlah, aku malas sekali berdebat denganmu." Ke dua pria itu pergi setelah melihat penampilan sang penari.
Jayden menghentikan langkah kakinya untuk melihat wanita dengan pakaian yang sangat terbuka tersebut. Tanpa sengaja mata mereka saling bertemu sesaat.
Deg!
"Kenapa dadaku sedikit sakit." gumam Jayden dalam hati. Saat mata mereka saling bertemu tadi, Jayden merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya. Sebuah desiran di dalam hati. "Ck! Semua wanita sama saja, murahan dan mata duitan.''
Zayn dan Noah hanya bisa menggeleng mendengar penuturan sahabatnya tersebut. Karena ucapan Jayden memang benar adanya, mereka mendekati Jayden hanya untuk uang.
"Mungkin tidak semuanya. Kamu akan segera menemukannya Jay. Setelah itu aku jamin kamu tidak akan pernah mau melepaskannya." ucap Zayn seakan menasehati Jayden. Padahal dirinya sendiri jomblo akut.
Berbeda dengan Noah yang sudah menikah dan saat ini istrinya sedang hamil tua. Namun, pria itu malah memilih pergi ke Club demi menemui Jayden.
"Jangan pernah membahas itu, karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau membuka hati untuk wanita." Langkah kaki Jayden terhenti, ketika tidak sengaja ada seseorang yang menabrak tubuhnya.
Brukh!
"Dimana kamu taruh matamu itu!" teriak Jayden menatap lekat wanita berkacamata itu. "Padahal matamu itu ada empat, tapi masih saja bisa menabrak ku yang sebesar ini," ejek Jayden.
Wanita itu mengepalkan tangannya erat mendengar ucapan Jayden yang seakan sedang menghina dirinya.
"Maaf."
Hanya itu saja yang bisa ia katakan. Seandainya Jayden tidak menahan pinggangnya, bisa dipastikan wanita itu akan jatuh ke belakang.
Mata Jayden sama sekali tidak bisa berpaling dari wajah wanita berkacamata yang ada di pelukannya saat ini.
"Tolong, bisakah kamu melepaskan aku sekarang. Aku harus pergi," pinta wanita tersebut, ia merasa risih dengan posisi mereka saat ini.
"Jingga?! Kamu disini?" pekik Noah yang terkejut melihat sepupunya di dalam Club malam.
"Jingga? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi dimana?" lirih Jayden menerka.
"Noah?! Mampus. Aku harus segera kabur dari sini," gumam Jingga sedikit menutupi wajahnya dengan jaket kulit yang berada di tangan kananya.
"Anda pasti salah orang, Tuan. Permisi." Jingga menginjak kaki Jayden dan berhasil lari dari sana.
"Menarik!" Jayden tersenyum tipis melihat kepergian Jingga. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.
Namun yang pasti, kontak fisik yang baru saja terjadi membuat aset Jayden tiba-tiba menunjukkan pergerakan yang selama ini dia tunggu-tunggu.
"Shiit! Bagaimana bisa dia bangun hanya dengan bersentuhan dengannya?!" gerutu Jayden dalam hati. "Tapi siapa gadis itu? berani sekali dia mengacuhkan aku begini. Apa aku ini kurang tampan," tanya Jayden pada diri sendiri.
"Jangan macam-macam Jayden, aku tau apa yang ada di dalam otak mesum mu itu!" ancam Noah yang langsung membuat Jayden tersadar dari lamunan.
"Cih! Aku sama sekali tidak tertarik dengannya. Ukuran 36b terlalu besar untukku." ketus Jayden berbohong dan langsung pergi menuju mobilnya meninggalkan mereka berdua.
"What?" pekik Zayn dan Noah bersamaan lalu saling menatap heran.
...----------------...
Jangan lupa tinggalkan jejak, Like, Komen dan Dukungannya🤗
Visual Jayden Alfred, Silahkan kakak bayangkan sendiri ya🤭
"Jadi bagaimana, dia normal 'kan?" tanya Jayden pada dokter yang selama ini menangani permasalahan yang ada pada dirinya. Sejak kejadian semalam, dimana aset kebanggaannya bangun, Jayden tidak bisa tidur dengan tenang dan penasaran.
Pagi sekali pria itu mengunjungi dokter Wiliam untuk memastikannya.
"Katakan, kenapa kamu diam saja!" bentak Jayden, membuat dokter Wiliam hanya bisa menggeleng dan menghela nafas. Seperti biasa, itu adalah jawaban yang sama, yang ia berikan selama lima tahun terakhir ini.
"Oh sial!" umpat Jayden. Ia membenarkan resleting celananya dan duduk di hadapan dokter Wiliam.
Tangannya gatal dan ingin sekali menghabisi pria botak yang berada di depannya saat ini. Mengingat dia adalah dokter ahli andrologi terbaik, Jayden mengurungkan niatnya.
"Dia masih belum menunjukan pergerakan sama sekali, Tuan. Lalu bagaimana bisa anda mengatakan hal itu?" dokter Wiliam malah memberikan pertanyaan pada Jayden, membuat putra pertama Darren Alfred itu semakin kesal.
"Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan nya. Jika ada, resep yang selama ini saya berikan sudah pasti memberikan efek pada aset anda," imbuhnya.
"Jadi kamu tidak percaya padaku? Kamu pikir aku berbohong, begitu? Dia benar-benar berdiri tadi malam meski belum sempurna!" Jayden mengusap wajahnya frustasi. "Seharusnya semalam aku memotret dan melemparkannya ke wajah menyebalkan mu itu."
Jayden berdiri dari tempat duduknya dan melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Lebih baik pergi dari sana sebelum emosinya semakin tak terkontrol. Konsultasi yang selama ini pria itu lakukan tidak pernah membuahkan hasil apapun.
Bagi Jayden, satu detik waktu yang berlalu adalah uang. Jadi jangan salah kalau dia begitu arogan dan sombong karena sejak kecil ia di didik untuk memanfaatkan waktu.
"Maafkan saya, Tuan," dokter William menundukkan kepala. Tidak ada yang berani mendongak dan menatap wajah Jayden jika pria itu sedang dalam mode marah.
"Ini terakhir kalinya aku datang menemui mu. Jika ucapan ku terbukti benar, awas saja kamu! Habis sisa rambutmu aku gunduli!" ancam Jayden dengan seringai tipis di sudut bibirnya.
Dokter William reflek menyentuh kepala bagian belakangnya dan mengusapnya perlahan. Ia menelan saliva nya dengan susah payah, karena semua kalimat yang keluar dari bibirnya tidak pernah main-main.
Ada beberapa dokter spesialis yang Jayden habisi karena salah bicara, beruntung dokter Wiliam adalah dokter kepercayaan daddy nya. Kalau bukan, dipastikan nasibnya akan berakhir tragis.
"Begini susahnya mencari uang, semua yang aku katakan selalu salah di mata nya," dokter William membereskan peralatannya dan pergi untuk memeriksa pasien yang berada di rumah sakit lain.
"Bagaimana, semuanya baik-baik saja, bukan?" tanya Zayn yang sejak tadi menunggu Jayden di lobby. Ia bisa melihat raut wajah sahabatnya dan bisa ia tebak, kalau saat ini Jayden sedang kecewa.
"Ah, pasti jawaban si botak itu sama. Tidak ada pergerakan sama sekali," ucap Jayden dan Zayn bersamaan, lalu keduanya kembali berekspresi datar.
"Lupakan tentang ini. Malam ini kita tidak boleh datang terlambat. Kalau tidak bersiaplah untuk menerima perjodohan dengan Anna," Zayn merogoh ponselnya. Menunjukan sebuah foto seorang gadis seksi dan juga memiliki wajah di atas rata-rata. "Bagaimana menurutmu?"
"Biasa saja, aku sama sekali tidak tertarik," Jayden memakai kacamata hitamnya dan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. Terlihat begitu gagah dan keren, apalagi saat ini ia memakai kemeja santai berwarna putih dengan dua kancing bagian atas yang terbuka.
"Terserahlah," Zayn masuk terlebih dahulu ke dalam mobil, meninggalkan Jayden yang sibuk dengan ponselnya sejak tadi.
Brugh!
Tanpa sengaja seorang gadis menabraknya, membuat ponsel yang berada di tangannya terjatuh ke lantai. "Maaf. Aku sedang terburu-buru jadi tidak sengaja menjatuhkannya," gadis itu membungkuk, mengambil ponsel milik Jayden lalu mengulurkan padanya.
"Maaf kamu bilang? Lihat karena ulah gadis ceroboh sepertimu, ponsel mahal ku hancur!" teriakan Jayden membuat semua yang berada di sana menoleh ke arahnya. "Apa yang kalian lihat, hah!" seketika mereka kembali ke aktifitas masing-masing dan menganggap tidak sedang melihat apapun.
Jingga mengepalkan tangannya erat. Jika bukan karena ada pasien yang harus di tangani, mungkin saja ia akan meladeni Jayden. Bila perlu menghajarnya saat ini juga karena sudah berani mengatainya ceroboh.
"Maaf, aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu. Permisi."
"Kamu pikir bisa semudah itu lepas dariku, gadis bar-bar," Jayden melepas kacamatanya dan menarik pergelangan tangan Jingga.
"Lepaskan aku, Tuan. Ada pasien yang membutuhkan bantuan ku saat ini," kata Jingga mencoba melepaskan genggaman tangan Jayden.
"Aku tidak peduli, karena ulah mu aku kehilangan dua ratus milyar. Jadi, kamu harus bertanggung jawab," Kali ini Jayden tidak akan membiarkan Jingga lolos dari genggamannya begitu saja. Terlebih lagi Jayden menyadari siapa gadis yang berada di hadapannya saat ini.
"Nyawa pasien ku lebih penting dari pada uang anda, Tuan." Jingga menghela nafas panjang menatap Jayden yang sepertinya tidak ada niatan untuk membiarkannya pergi. "Oke baiklah, aku akan bertanggung jawab setelah ini. Jadi bisakah kamu melepaskan aku, sekarang?"
Jayden menaikkan salah satu alisnya, sesaat kemudiaan ia mengangguk dan melepaskan cengkraman tangannya. "Baiklah, aku akan menunggu pertanggung jawabanmu. Dan jangan pernah berpikir kamu bisa kabur dariku," ujar Jayden berbisik lirih di telinga Jingga.
Gadis itu mendorong dada Jayden dan segera pergi dari sana tanpa mengatakan apapun lagi.
"Shiit! Lagi-lagi gadis berkacamata itu berhasil membuatnya bangun," gumam Jayden dalam hati, ia tersenyum tipis melihat punggung Jingga yang sudah menghilang dari pandangannya.
...----------------...
Siap2 pak dokter habis di gunduli hehe...
Visual Jingga Alexander, 20tahun.
Lima tahun yang lalu...
Tepat pukul tujuh lewat sepuluh menit, Jayden mengucap janji suci pernikahan dengan seorang model terkenal asal London, Bianca Arabella.
Pertemuan mereka yang tidak di sengaja membuat keduanya saling jatuh cinta tanpa sebuah alasan.
Hingga saat malam pertama mereka tiba, Bianca tercengang mendengar pengakuan Jayden. Dunia nya seakan runtuh saat itu juga. "Apa kamu bilang? Impoten?" Bianca menganga tak percaya, lalu mengatupkan bibirnya.
"Ayolah sayang, katakan kalau kamu sedang bercanda," wanita itu melepas semua yang menempel pada tubuhnya lalu naik ke pangkuan Jayden.
"Aku sedang tidak bercanda, Bianca. Itulah kekurangan terbesarku." Jayden mendorong pundak Bianca, meminta agar istrinya itu menjauh. Karena akan percuma saja, yang ia lakukan tidak akan pernah bereaksi apapun pada aset kebanggan nya.
Bianca mundur ke belakang, kembali memakai gaun yang tercecer di lantai dengan kesal. Malam pertama yang seharusnya ia habiskan dengan panas di atas ranjang, malah di tampar dengan kenyataan yang begitu pahit.
"Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?" Bianca memakai anting di kedua telinganya, tak lupa ia memoles bibirnya dengan lipstick berwarna merah menyala. Kecantikannya sungguh membuat para kaum pria meleleh, begitu juga Jayden.
Jayden menghela nafas panjang. Ia melangkah mendekati Bianca dan memeluk wanitanya dari belakang. "Aku selalu mencoba untuk mengatakannya padamu, tapi kamu tidak pernah memberiku kesempatan itu," pria itu begitu menyesal karena malam pertamanya menjadi berantakan.
"Oke baiklah," Bianca mengurai pelukan Jayden lalu meraih ponsel yang berada di atas meja rias. Karena sejak tadi benda pipih itu terus berdering, membuatnya terganggu.
"Jadi kamu tidak marah padaku?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku tidak marah. Kita bukan anak kecil yang sedang bertengkar karena sebuah permen. Kamu dan aku sudah sama-sama dewasa. Penyakitmu itu pasti ada obatnya, sayang," Setelah membuka pesan yang dikirim oleh seseorang, raut wajah Bianca yang tadinya masam berubah merona.
"Aku sangat mencintaimu. Kamu memang berbeda dari semua wanita yang aku kenal, Bian," Jayden memeluk Bianca dengan erat. Cukup lama, sampai ponsel Bianca kembali berdering.
Jika sedang bersama, Bianca selalu menonaktifkan ponselnya. Namun, hari ini Jayden merasa ada yang aneh. Bahkan Bianca sama sekali tidak membalas ucapan cintanya.
"Malam ini aku ada pemotretan mendadak, jadi bolehkan aku pergi?"
"Di malam pertama kita?"
Bianca mengangguk. Tangannya mengusap lembut leher Jayden lalu turun ke dada dan bermain-main di sana. "Aku akan kembali sebelum pukul lima pagi," bisiknya lirih.
Mau tidak mau, Jayden menuruti semua permintaan Bianca. Pria itu sudah berjanji, saat mereka menikah tidak akan melarang apa yang Bianca ingin lakukan. Meski Jayden sangat membenci pekerjaannya sebagai model majalah dewasa.
"Aku akan mengantarmu," ucap Jayden mengambil kunci mobil yang berada di atas meja.
"Tidak! Em...maksudku, asisten pribadiku sudah dalam perjalanan menuju kemari. Aku tidak mungkin mengabaikannya, sayang." Bianca mencium bibir Jayden dan mellumatnya sekilas. "Percayalah, aku hanya milikmu."
"Pergilah," Jayden melepaskan Bianca yang langsung melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari sana. Seringai tipis dan terlihat mengerikan terukir dari bibir pria itu. "Ikuti kemana wanitaku pergi," perintahnya pada Zayn.
.
"Ah...percepat sayang. Ini sangat nikmat," suara lembut menggoda seorang wanita memecah keheningan malam, memenuhi setiap sudut kamar hotel dimana saat ini mereka berada.
"Kamu menyukainya, hum?" pria yang diketahui bernama Mike itu kembali memberikan kepuasan yang tak terbayangkan oleh Bianca sebelumnya. Kenikmatan yang tidak pernah ia dapatkan dari pria manapun.
Bianca bahkan tidak di berikan kesempatan untuk menjawab ucapan Mike. Karena saat ini, jari tangan kanan Mike sudah memenuhi rongga mulutnya.
"Lalu kenapa kamu memilih menikah dengan pria impoten itu. Bukankah aku yang selalu memberimu kepuasan di atas ranjang?" Mike memukul kuat bagian belakang Bianca dan meremas kedua benda kenyal yang sejak tadi bergerak ke sana kemari. "Jawab sayang, kenapa kamu diam saja!"
"Karena aku hanya memperalatnya saja demi karir modelling ku. Dia adalah aset terbesar yang aku miliki, Mike." jawab Bianca sedikit terbata, memang benar awalnya ia begitu mencintai Jayden. Namun, seiring berjalannya waktu perasaanya itu semakin menghilang. Apalagi saat Jayden menolah untuk menyentuhnya.
Prok...Prok...Prok...
Suara tepuk tangan dan langkah kaki yang semakin mendekat, membuat mereka berdua menoleh dan menghentikan kegiatan panasnya. Dengan cepat Bianca menendang Mike, hingga membuat pria itu jatuh terjengkang ke lantai.
"Sa-sayang, k-kamu kenapa bisa ada di sini," Bianca menarik selimut dan menutupi tubuh polosnya. "Dia yang menggodaku agar mau tidur dengannya," bohongnya. Padahal selama ini, Bianca lah yang selalu menggoda Mike dan mengajaknya menghabiskan malam panas bersama.
"Kenapa harus kamu, Bian. Kenapa?!" teriakan Jayden menggema, membuat wanita itu tersentak kaget. "Mulai malam ini kamu bukan lagi istriku!"
"Tidak, Jayden. Maafkan aku," Bianca berlari lalu berlutut di kaki Jayden. "Aku mencintaimu, sayang."
Dor!
.
.
.
"Bangun, Jayden!" teriak Zayn mencoba membangunkan Jayden yang duduk sambil tertidur tadi terus mengigau memanggil nama Bianca.
"Sial!" Jayden mengusap wajahnya frustasi. Ingatan masa lalu yang ingin dia lupakan selalu hadir saat matanya terpejam. "Cari informasi tentan gadis berkacamata yang menabrak ku tadi."
"What? Kamu baru saja bermimpi tentang Bianca, tapi kenapa malah menyuruhku mencari wanita lain. Aneh sekali," Zayn kembali duduk dan menyilang kan salah satu kakinya. Matanya tertuju pada sesosok pria yang berjalan ke arah mereka bersama seorang gadis. "Bukankah itu Daniel, adikmu? Sepertinya dia baru saja menyelesaikan tugasnya."
Jayden menoleh ke kanan, dimana Daniel sedang asik mengobrol dengan seorang gadis yang sedang ia cari. "Akhirnya kamu datang juga gadis ceroboh," gumamnya. Entah kenapa saat melihat Jingga ada getaran aneh yang menyelimuti hati Jayden.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!