NovelToon NovelToon

Sang Ratu

1. Kebangkitan

"Ini adalah saatnya Syura. Saatnya kamu menjadi seorang ratu bagi mereka." Seorang wanita dengan mahkota dan gaun yang indah berbalutkan emas berdiri di hadapan seorang wanita dengan pakaian yang seksi.

Wanita itu adalah Syura, anak dari ratu ular. Dia adalah salah satu siluman pilihan yang memilik kesakitan yang sangat luar biasa. Dia adalah siluman ular penerus dari ibunya menjadi seorang pemimpin Bangsa Ular.

Saat itu Syura dan ibundanya tengah berdiri di singgasana yang di tempati oleh ibunya dengan ribuan rakyat ular yang sudah berkumpul.

Detik terus berjalan, akhirnya tibalah waktu penobatan Syura sebagai ratu ular. Penobatan Syura sebagai ratu ular pun berjalan dengan lancar, semua orang bersorak menyebutkan nama Syura. Mereka sangat mengagungkan Syura sebagai ratu ular yang baru.

Setalah penobatan dirinya menjadi ratu, Syura dan bundanya pergi ke sebuah ruangan yang saat itu sangat gelap dan hening.

Ketika dirinya dan bundanya masuk ke dalam ruangan itu, satu persatu obor di ruangan itu menyala bergantian. Saat obor menyala keseluruhan, ruangan itu sangat terang. Syura melihat sebuah batu permata berwarna emas dan menyala dengan terang.

"Bunda, apakah ini yang namanya Permata Bulan Emas? Permata yang paling berharga bagi bangsa ular," ucap Syura terlihat kagum dengan kilaunya permata itu.

"Ya, inilah Permata Bulan Emas. " Jawab Bunda Syura, setelah itu dia mengajak Syura mendekati permata itu. Ketika Syura berada di dekat permata, tiba tiba cahaya dari permata itu meredup. Melihat hal itu, Syura tampak bingung dengan yang terjadi.

"Kenapa kilaunya meredup Bunda?" Tanya Syura dengan sesekali melihat ke arah permata itu.

"Itu tandanya permata ini tahu ... Tahu kalau kamu sudah menjadi ratu bangsa ular. Dia memberi penghormatan untuk kamu," jawab Ibu Syura.

Mendengar penjelasan itu, Syura hanya tersenyum kepada ibunya. Setalah itu, ibunya mengajak Syura untuk pergi.

Langkah demi langkah di ambil oleh Syura dan ibunya menjauh dari ruangan itu. Di waktu yang sama, obor yang menyala mati dengan bergantian.

"Syura... Sekarang ini adalah tanggung jawab kamu. Kamu harus menjaga permata dan kerajaan ular dari para penjahat, Bunda percaya dengan kamu!" Ucap Bunda Syura ketika dia dan Syura sudah berada di luar ruangan permata bulan.

"Baik Bunda." Jawab Syura.

Syura dan ibunya pun pergi dari ruangan itu.

Waktu berlalu begitu cepat, beberapa hari setelah penobatannya menjadi seorang ratu. Syura berdiri di dekat permata, dia memandang ke arah permata itu dengan tatapan tajam. Lalu, dia mengambil permata itu dan meletakkan permata itu di telapak tangannya.

"Permata Bulan Emas, tidak pernah aku duga, aku bisa melihat kamu dengan jelas seperti ini. Kilaumu benar benar sungguh indah, pantas banyak siluman ataupun manusia yang berbondong bondang mengincar kamu. Tapi aku janji, walaupun kamu hanya sebuah batu, namun kamu bukan lah batu biasa. Kekuatan mu sangat berarti bagi bangsa ular. Aku sumpah dengan kamu, aku Syura sang ratu ular, bersumpah akan menjaga dan melindungi kamu dari orang orang yang ingin berbuat jahat ataupun ingin merebut kamu dari kerajaan ular." Ucap Syura dengan tegas.

Mendengar sumpahnya, alam semesta seakan mengikat janji itu. Angin yang tenang sontak berhembus dengan kencang, daun kering berterbangan kesana kemari tak tentu arah. Suara sumpahnya bergema di seluruh penjuru kerajaan.

Setalah bersumpah kepada permata itu, Syura kambali meletakkan permata itu di tempat awal dirinya mengambil.

Tahun demi tahun, abad demi abad sudah  di lalui Syura menjadi seorang ratu ular, di masa kepemimpinannya tidak ada satu penjahat pun yang berhasil meloloskan diri dari kerajaan ular, mereka akan selalu binasa di tangan pasukan Syura.

Namun tidak dengan Abdi, dia adalah seorang pawang ular sekaligus seorang pengusaha kaya raya. Dia bukanlah pawang ular biasa di mana dirinya memiliki kemampuan dapat merubah dirinya menjadi seekor burung elang raksasa yang dapat menyaingi kekuatan Syura.

Di kala itu, kedamaian kerajaan ular di rusak oleh Abdi. Dia datang dan menyerang setiap ular yang ada di kerajaan ular.

Dia menyiksa Syura dan keluarganya, ketika dia mengubah dirinya menjadi seekor elang.

Saat itu ketegangan terjadi, Abdi yang berubah menjadi seekor elang raksasa. Dia berusaha untuk menyerang keluarga Syura, Bunda Syura yang menyadari hal itu, dia mengubah dirinya menjadi seorang ular raksasa berkepala manusia, begitupula Syura.

Mereka terlibat pertarungan sengit antara ratu ular dan siluman elang raksasa. Ketika Syura sibuk bertarung melawan elang raksasa, suara seruling di bunyikan oleh anak buah Abdi. Mendengar suara seruling itu telinga Syura dan ibunya sangat kesakitan. Mereka terlihat menutup telinganya dan berusaha tidak mengikuti irama dari seruling itu. Namun, Syura yang menyadari kalau kelemahannya adalah suara seruling. Dia tidak bisa mengontrol dirinya dan akhirnya mau tidak mau dia dan ibunya menari mengikuti suara seruling itu.

Ketika mereka berdua tengah lengah dan terus menari, Abdi yang bersosok elang menyerang mereka hingga mereka berdua terluka parah di tanah.

Setalah terjatuh tersungkur, Syura dan ibunya terlihat muntah darah dan sangat lemah. Terdengar dari kedua mulut mereka, suara erang kesakitan keluar dari mulutnya.

Mendengar hal itu, Abdi pun mengubah dirinya dari elang raksasa menjadi manusia. Dia terlihat seperti seorang laki laki yang serakah dan haus harta.

"Halo Ratu Ular, dan Mantan Ratu Ular. Kalian berdua baik baik saja kan?" Tanya Abdi dengan mengejek Syura dan ibunya yang sudah tergeletak di tanah.

Dia berjalan mendekati Syura dan ibunya dengan perlahan.

"Ups, kalian tidak baik baik saja ya, kasihan!."

"Aku tidak butuh kamu kasihani!" Jawab Syura dengan nada tegas namun sudah terbata bata. Dia berusaha untuk bangun dari jatuhnya.

Melihat hal itu, Abdi membantu Syura bangun. Dia membangunkan Syura dengan cara mencekik leher Syura. Syura yang merasakan hal itu, dia hanya bisa diam dengan mengerang kesakitan. Dia meronta untuk membebaskan diri, namun dia yang lemah tidak bisa banyak melawan.

"Kamu itu sudah lemah, jadi kamu jangan terlalu banyak melawan. Atau, kamu mau aku habisi sekarang di hadapan ibu kamu?" Ancam Abdi.

Mendengar ancaman itu, Syura hanya diam dan tidak melawan. Dia mengubah dirinya menjadi seekor ular.

"Dengarkan aku kalian semua, habisi si ratu tua itu. Aku akan pergi mengambil batu permatanya."

"Baik," jawab beberapa pawang lain dan mereka pun menyiksa Ibu Syura hingga dia meninggal.

Setalah beberapa saat berjalan akhirnya dia dan Syura sampai di ruangan permata bulan. Dia berjalan perlahan bersama dengan Syura yang kala itu sudah tidak dapat melawan. Dia mengira kalau dengan mengubah dirinya menjadi ular dia bisa keluar dari cengkraman tangan Abdi, namun hal itu tidak membuahkan hasil yang indah. Dia tetap tidak bisa menyelamatkan diri dan permata bulan.

Ketika Syura dan Abdi masuk ke dalam  ruangan itu, obor menyala dengan bergantian. Dia melihat permata itu bersinar dengan sangat terang. Namun ketika Syura datang mendekati permata itu, kilau permata itu meredup.

Menyadari hal itu, Abdi menghampiri permata itu dan mengambilnya. Dia terlihat sangat bahagia dan kagum dengan keindahan batu permata bulan emas.

Setalah berhasil menemukan permata itu, Abdi melemparkan Syura ke lantai hingga dia sekarat.

Abdi yang melihat permata itu di depan matanya secara langsung. Dia menghampiri permata itu dengan perlahan dan kemudian mengambil permata tersebut.

"Akhirnya ... Akhirnya aku mendapatkan permata ini. Tidak sia sia aku jauh jauh kemari dengan wujud elang ku," ucap Abdi dengan lantang, lalu dia melanjutkan tertawa girang tanpa henti.

"A ... Aku mohon, jangan ambil permata itu," ucap Syura dengan terbata bata.

Mendengar ucapan itu, Abdi melihat ke arah Syura dengan tatapan mata yang serius. Dia berjalan perlahan mendekati Syura dengan membawa permata itu.

Ketika dia sudah berada di dekat Syura, dia merundukkan tubuhnya dan menatap tajam Syura yang sudah tidak berdaya.

"Kenapa, hah? Kenapa kalau aku mengambil permata ini, apa kamu ingin melawan ku?" Tanya Abdi dengan tegas.

Saat itu Syura sudah benar benar tidak bisa berkata kata. Dia hanya bisa memandang Abdi dengan pandangan mata yang sedih. Dia seolah memohon kepada Abdi untuk tidak mengambil permata itu, namun Abdi tidak menggubris apa yang diinginkan Syura.

"Aku tahu, kamu menginginkan aku untuk tidak mengambil batu permata ini. Baiklah ... Baiklah aku tidak akan mengambil permata ini, tapi ... KAMU HARUS MATI!!!" Ucap Abdi lalu dia terdiam selama beberapa saat. Setalah itu tanpa banyak berpikir dengan cengkeraman nya yang kuat dia mencekik leher Syura.

Dia mengubah dirinya menjadi elang dan menghantamkan kepala Syura ke tembok beberapa kali. Tidak hanya itu, dia juga mencakar Syura berulang kali hingga  wajah dan tubuh Syura tidak berbentuk.

Setalah melakukan penyiksaan yang sangat sadis, Abdi mengubah dirinya menjadi manusia. Dia mengeluarkan pistol yang di sembunyikan di balik baju yang dia pakai.

"Kamu itu hanya seorang siluman ular yang lemah," ucap Abdi dengan tegas setalah itu dia menembak Syura.

Merasa Syura sudah mati, Abdi kembali mengubah diri menjadi elang. Dia membawa Syura ke sebuah jurang yang tidak jauh dari kerajaan ular. Dia menjatuhkan mayat Syura di jurang itu, lalu meninggalkan Syura begitu saja.

Hari demi hari sudah berlalu, jasad Syura pun sudah membusuk dan terlihat hanya tersisa tukang belulang yang berbentuk ular. Namun ketika malam bulan purnama penuh, keajaiban muncul dimana cahaya bulan yang menyinari tulang Syura, mengubah Syura menjadi manusia ular kembali dan kembali menghidupkan Syura dalam kematiannya.

Tubuh Syura yang saat itu sudah hancur, perlahan kembali utuh dan berbentuk seperti manusia seutuhnya.

Saat tubuhnya benar benar sudah utuh dan kekuatannya sudah sempurna, mata Syura terbuka. Tampak sepasang mata ular yang penuh dengan kebencian dan amarah terlihat jelas di mata Syura.

Setalah itu, dia bangun dari tidurnya dan menatap tajam bulan yang menyinari tubuhnya.

2. Mencari pelaku

"Terimakasih Dewa, terimakasih sudah memberi kesempatan kedua untuk saya. Saya berjanji, saya akan menemukan para pelakunya. Aku bersumpah atas darah ibundaku, aku akan balas dendam. Aku tidak akan membiarkan, orang orang yang menghancurkan hidupku, hidup dengan damai. Itulah sumpah ku, sumpah Syura sang ratu ular!" Teriak Syura dengan lantang di tengah lebatnya hutan dan terangnya bulan yang menyinari tubuhnya.

Tiba tiba angin berhembus dengan kencang, pohon bergoyang kesana kemari. Daun kering terbang melayang ke udara dan mengelilingi Syura hingga tercipta sebuah pusaran angin yang sangat besar yang  menyelimuti dirinya.

Dia melupakan kemarahannya dengan membuat angin tersebut. Namun, ketika dia sudah tenang, dia jatuh tertunduk dengan air mata yang terus mengalir membasahi matanya.

"Akan ku balas kan dendam Bunda, akan aku buat hidup orang yang membunuh Bunda tidak tenang, aku janji itu, " ucap Syura dengan lirih dan hanya dapat tertunduk dengan air mata yang menetes.

Keesokan harinya, Abdi mengadakan sebuah pertemuan dengan beberapa orang penting. Dia melakukan itu untuk menunjukkan sebuah penemuan besarnya yang tidak lain adalah penemuan permata bulan milik kerajaan ular.

Waktu itu Abdi sangat girang dengan apa yang di lakukannya. Dia tidak merasa bahwa marabahaya sudah mengintai dirinya.

Akhirnya tibalah Syura di sebuah kota, dikala itu dia sudah mengubah pakaiannya menjadi lebih tertutup. Dia bersikap seperti seorang manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan, namun tatapannya tajam melihat ke sekitarnya untuk mencari keberadaan para pelaku.

Ketika dia sampai di sebuah taman, dia sangat terkejut karena seorang pawang ular tengah melakukan atraksi tari ular. Dia membunyikan seruling bambu dan di waktu yang bersamaan ular yang ada di dalam wadah keluar dengan berliuk liuk mengikuti suara seruling.

Melihat hal itu, Syura marah. Dia ingin memberi pelajaran kepada pawang itu, namun karena waktu itu banyak penonton yang datang melihat atraksi itu. Akhirnya, mau tidak mau dia menahan kemarahannya dan pergi dari tempat pertunjukan.

Waktu berlalu begitu cepat, malam hari pun tiba, setalah melakukan pertunjukan pawang itu pergi dan ingin melakukan pertunjukkan di tempat lain. Namun, ketika pawang itu baru beberapa langkah pergi dari tempat pertunjukan, dia di hampiri oleh Syura dengan pakaian ularnya. Dia menarik perhatian pawang itu dengan tubuhnya yang seksi bak gitar spanyol itu.

Saat itu dia menari nari di hadapan pawang itu dengan sangat seksi hingga membuat pawang ular itu hanya dapat menelan ludahnya. Dia mengikuti setiap langkah Syura yang pergi menjauh dari dirinya. Dia mengira dengan mengikuti Syura, dia akan mendapatkan kebahagian duniawi.

Namun hal itu tidaklah benar, ketika Syura sudah berhasil menarik perhatian pawang itu. Pawang itu menaruh tas yang berisi ular secara sembarangan. Dia yang sudah tidak sabar akan melakukan hubungan badan dengan Syura, tidak menyadari penutup dari tas itu terbuka dan membuat ular di dalamnya keluar mengikuti pawang itu yang terus mengikuti Syura.

Setalah beberapa saat berjalan, akhirnya Syura tiba di sebuah hutan dengan pepohonan yang rindang, gelap dan sunyi. Saat itu Syura berdiri dengan membelakangi pawang itu, melihat tubuh Syura yang seksi pawang itu benar benar tidak tahan dan ingin bermalam dengan Syura. Dia bergegas melepaskan celananya, hingga menyisakan celana bokser pendek.

Di saat itu, ular yang di pekerjakan oleh pawang itu semakin dekat dengan dirinya, namun melihat kalau di hadapan pawang ular itu adalah ratu ular. Ular itu langsung berbalik dan pergi dari tempat itu.

Ketika ular itu sudah pergi, pawang ular itu langsung memeluk Syura dari belakang dengan erat. Kemudian dia membanting Syura ke tanah hingga dia terbaring di tanah dan laki laki pawang itu berdiri di dekat Syura, bersiap untuk memasukkan miliknya ke milik Syura.

Saat itu mata Syura tertutup rapat melihat kejadian itu, berbeda dengan Syura, pawang itu justru tampak bahagia. Dia tidak menyadari kalau ajalnya sudah dekat.

Pawang itu sudah sangat siap untuk melakukan hubungan badan dengan Syura namun, mata Syura tiba tiba terbuka tampak mata ular yang penuh dengan kemarahan terpampang jelas di mata Syura.

"Kamu ingin berhubungan dengan aku?" Tanya Syura dengan menatap pawang itu dengan mata ularnya. Dia sesekali menunjukkan sisik ular kepada pawang itu.

Melihat hal itu, pawang itu sangat terkejut. Dia sangat ketakutan, tubuhnya tiba tiba mental menjauhi Syura. Dia berusaha untuk kabur dari Syura namun apalah daya, usahanya untuk melarikan diri tidak berhasil. Dia harus mati di tangan Syura kerana patokan ular yang  di lakukannya di sekitar dahi pawang itu.

"Manusia seperti kamu tidak pantas untuk hidup, tidak akan ku biarkan orang seperti kamu tinggal di dunia ini!" Ucap Syura dengan tegas dan serius setalah dirinya membunuh pawang itu.

Beberapa saat kemudian ular itu kembali muncul, dia menghampiri Syura. Dia berjalan merayap hingga dia menghentikannya di depan Syura.

Saat itu ular tersebut seolah memberikan penghormatan kepada Syura, dia meninggikan kepalanya dan dengan perlahan dia menundukkan kepalanya. Setelah itu dia pergi setelah mendapat balasan dari Syura.

Keesokan harinya, Syura kembali mencari tahu keberadaan pawang ular yang sudah membunuh ibunya.

Kala itu panas terik matahari membakar kulit Syura. Dia mencoba terus mencari keberadaan permata dan pawang itu. Dia mencari permata itu dengan menggunakan kekuatannya, namun dia tidak bisa mendapatkan penglihatan apapun dari permata itu.

Dia yang tidak mengetahui keberadaan pawang itu, pada akhirnya harus mencari secara manual tanpa bantuan kekuatannya.

Setalah beberapa saat berjalan, dia melihat sebuah kertas yang di tempelkan di sebuah tiang listrik. Kertas itu bergambarkan foto dari pawang ular itu dan permata bulan.

Melihat hal itu, Syura mengambil kertas tersebut dan menerawang keberadaan si pawang.

Terlihat di sebuah rumah besar dan mewah, Abdi sedang duduk di sofa dengan secangkir teh. Dia sangat bahagia atas keberhasilannya menemukan dan mengambil permata milik bangsa ular. Namun kebahagiaannya di usik oleh anak laki lakinya.

"Papa," panggil seorang laki laki tampan dengan tubuh tinggi, kulit putih bersih dan rambut rapi. Dia memanggil Abdi dengan marah dan kesal.

Dia adalah Adnan, seorang dokter sekaligus anak kandung dari Abdi.

Di saat itu Adnan menghampiri ayahnya yang sedang minum teh diruang tamu dengan sangat murka. Dia menemui ayahnya dengan membawa sebuah undangan di tangannya.

"Apa semua ini Pah? Kenapa Papa mencetak dan menentukan perjodohan ku dengan wanita itu tanpa sepengetahuan ku? Apa yang Papa pikirkan?" Tanya Adnan dengan sangat marah setelah itu dia membanting undangan itu di atas meja.

Melihat hal itu, Abdi menaruh tehnya di atas meja. Dia bangun dari duduknya dan berdiri di hadapan Adnan.

"Dengar Adnan, ini demi kita semua. Lagian, Papa pikir wanita itu juga baik. Dia juga layak menjadi seorang istri, dia juga baik dengan ibu kamu, dengan ayah. Dia itu istri yang sempurna untuk kamu," jawab Abdi mencoba menenangkan Adnan.

"Enggak Pah, Adnan itu tidak suka dengan dia. Adnan ingin menentukan cinta Adnan sendiri, dan Adnan tahu ... Papa melakukan ini bukan karena kita, tapi karena papa sendiri. Papa yang terlalu serakah dengan harta, hingga lupa dengan kebahagiaan keluarga sendiri!" Jawab Adnan dengan marah.

Setalah itu dia pergi dari hadapan ayahnya dan menuju ke dalam mobil hitam yang sudah terparkir di pintu masuk rumahnya.

Melihat hal itu, Abdi hanya diam. Dia hanya memandang ke arah anaknya yang pergi dari rumah tanpa berpamitan dengan dirinya.

Ketika Adnan keluar dari rumah, Syura pun juga sampai di rumah pawang ular itu. Dia tampak keluar dari angkutan umum, dan berjalan dengan tidak melihat jalan. Dia tidak memperhatikan kalau ada mobil Adnan akan keluar dari rumah.

Adnan juga tidak memperhatikan Syura karena di saat itu dia mengendarai mobilnya dengan sangat penuh amarah, namun untungnya di waktu yang tepat dia berhasil menghentikan mobilnya dengan menginjak rem mobilnya.

Menyadari kalau dirinya menabrak seseorang, Adnan pun terkejut dan keluar dari mobilnya. Dia membantu Syura yang dia kira tertabrak oleh mobilnya.

"Maaf aku tidak sengaja," ucap Adnan dengan keluar dari mobil dan membantu Syura.

Syura yang mendengar hal itu pada awalnya kesal dan marah kepada laki laki yang hampir menabraknya, namun ketika Syura melihat laki laki itu dia tampak terpanah dengan ketampanan laki laki itu. Tidak hanya Syura, Adnan yang melihat wajah cantik Syura pun juga terpanah dengan kecantikan Syura.

"Tidak papa, " jawab Syura dengan nada rendah.

Dia menatap laki laki itu dengan tatapan yang penuh kasih sayang. Tiba tiba jantungnya berdetak dengan kencang ketika dia dekat dengan laki laki itu. Dia bingung dengan perasaan yang di rasakan oleh dirinya, padahal ini adalah kali pertama dia bertemu dengan laki laki itu.

"Kamu seriusan tidak papa?" Tanya Adnan menegaskan keadaan Syura.

"Iya, saya baik baik saja."

Semenjak hari itu, Syura dan Adnan semakin dekat. Mereka tampak  terlibat cinta pada pandangan pertama.

Lantas apa yang terjadi selanjutnya? Baca next chapternya🥰

3. Megetahui

Kedekatan Syura dan Adnan pun benar benar terjalin, mereka jatuh cinta antara satu dengan yang lain. Bahkan sampai membuat Syura lupa bahwa dirinya adalah siluman ular yang mana dirinya tidak pantas bersama dengan manusia.

Hari ulang tahun Adnan pun tiba, saat itu terjadi kemeriahan dan kemegahan di rumah Adnan. Terjadi sebuah pesta yang sangat megah, banyak tamu penting yang hadir di acara Adnan, salah satunya adalah Namira.

Namira adalah wanita yang di jodohkan oleh Abdi dengan Adnan, namun Adnan menolaknya karena dia tidak mencintai Namira dan hanya ingin menentukan cintanya sendiri.

Acara pun dimulai, namun Adnan tampak  menunggu seseorang yang spesial. Dia menunggu kedatangan Syura, wanita yang akan di lamarnya di hadapan tamu dan keluarganya.

Tarian dan nyanyian pun di tampilkan, kini tinggal pemotongan kue yang harus di lakukan oleh Adnan, namun Adnan masih cemas. Dia ragu untuk memotong kue tanpa kehadiran Syura, tamu spesialnya.

Melihat kecemasan Adnan, seorang wanita paruh baya menghampiri Adnan dan memegangi salah satu bahunya. Dia adalah Ibu Adnan.

"Ada apa Adnan?" Tanya Ibu Adnan, ketika melihat anaknya yang tampak cemas.

"Aku menunggu kedatangan seseorang ibu, aku tidak akan memotong kue sebelum dia datang," jawab Adnan.

Mendengar ucapan itu, Namira menghampiri. Dia mengira kalau orang yang di maksud Adnan adalah dirinya.

"Aku ada di sini Adnan!" Sahut Namira, namun saat itu Adnan tidak menggubrisnya.

Melihat hal itu Namira marah dan kesal, kemarahannya seketika menghilang ketika secara tiba tiba lampu mati, hal itu membuat semua orang kebingungan. Menyadari hal itu Abdi meminta penjaga memeriksa saklar, namun saat penjaga baru berjalan beberapa langkah, salah satu lampu menyala dan menyorot ke arah panggung. Saat itu di atas panggung terlihat seorang wanita berpose dengan lentiknya dan siap untuk menampilkan sebuah pertunjukan tari.

"Aku Datang!!!" Suara Syura pun bergema ketika dia berbicara. Melihat hal itu, Abdi tampak kebingungan dan heran dengan penari yang tiba tiba hadir di acara Adnan dan keluarganya.

Berbeda dengan ayahnya, Adnan justru mendekati wanita itu dengan senyum di bibirnya. Dia mendekat bukan karena sebab, dia menghampiri penari itu karena dia mengetahui kalau penari itu adalah Syura.

"Aku.... Datang....." Ucap Syura lagi lalu dia menolah ke arah para tamu dengan tatapan mata yang tajam dan penuh dengan kemarahan.

Setelah penari itu berbalik, Abdi terkejut, dia tidak percaya kalau penari itu memiliki wajah yang sama persis dengan siluman ular yang sudah di habisinya.

Menyadari wajah Abdi terkejut, Syura tersenyum dan kemudian musik pun di putar. Dia mengambil satu langkah setelah itu dia menari mengikuti ketukan irama dari musik. Dia tampak meliuk-liukkan bak seekor ular.

Melihat tarian yang di tampilkan penari itu, Abdi tampak gugup. Tangannya gemetar bahkan sampai gelas yang di pegang nya terjatuh ke tanah tanpa di sadarinya. Tidak ingin terjadi sesuatu di acara anaknya, Abdi pun pergi dari acara itu. Dia pergi menuju ke kamarnya dengan keringat sebiji jagung mengucur deras membasahi tubuhnya. Dia tampak tidak percaya kalau siluman ular yang sudah di bunuhnya beberapa hari lalu kembali hidup dan berada di rumahnya.

"Tidak mungkin, tidak mungkin ular itu kembali hidup setelah apa yang aku lakukan dengan dirinya," ucap Abdi dengan kebingungan dan merasa tidak percaya. Dia berjalan ke sana kemari dengan sangat gelisah dan cemas dalam kamarnya.

Dia tampak membayangkan adegan demi adegan yang pernah di lakukannya kepada siluman itu.

"Dia tidak mungkin melakukan balas dendam, dia bukan siluman ular itu ... Bukan!" Ucap Abdi untuk menenangkan dirinya.

Setalah beberapa kali berjalan mundar mandir di dalam kamarnya. Dia mengambil ponsel di kantung celananya dan menghubungi seseorang di ponselnya. Dia memberi tahu orang yang ada di ponsel itu kalau siluman ular yang pernah di bunuhnya kembali hidup dan ingin melakukan balas dendam.

Ketika panggilan sudah berakhir, Abdi berusaha untuk bersikap tenang. Dia terlihat kembali turun dari kamarnya, dengan senyum di bibirnya dan seolah tidak merasakan sebuah kekhawatiran.

Tarian yang di lakukan oleh Syura pun sudah berakhir, tepukan tangan dan sorakan terdengar keluar dari para tamu. Mereka seolah mengapresiasi apa yang di lakukan oleh Syura.

Adnan yang melihat apresiasi itu, dia menghampiri Syura yang masih berdiri di atas panggung. Dia tersenyum kepada Syura dan juga mengapresiasi tarian yang di lakukan oleh Syura.

"Wah, sungguh indah tarian kamu. Aku tidak percaya kalau kamu bisa menari sebagus ini," puji Adnan di hadapan Syura.

Syura yang mendengar ucapan itu, dia tampak sangat bahagia. Dia tersenyum kepada Adnan atas pujian yang di lontarkan Adnan.

Tiba tiba Adnan mengulurkan tangannya untuk mengajak Syura bertemu dengan keluarganya. Dia berniat untuk memperkenalkan Syura kepada keluarganya.

Di saat itu, Ayah Adnan juga sudah tiba dan berdiri di samping istrinya. Melihat itu Syura tersenyum, dia berjalan menghampiri Abdi dengan tatapan mata yang terus melihat ke arah Abdi.

"Wah, tarian kamu sangat bagus, kamu sangat pandai menari," puji Ibu Adnan dengan baik kepada Syura. Syura yang mendengar ucapan itu, dia tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada Ibu Adnan.

"Oh iya, Mama, Papa. Perkenalkan ini Syira," ucap Adnan untuk memperkenalkan Syura kepada orang tuannya. Mendengar Adnan  memanggil Abdi papa, Syura sangat terkejut karena dia jatuh cinta dengan anak pembunuh. Dia benar benar tidak percaya kalau Adnan adalah anak Abdi. Dia yang tidak percaya dengan hal itu, berusaha untuk menutupi ketidakpercayaannya dengan senyum kepada orang tua Adnan.

"Halo, Om, Tante. Nama saya Syira." Sahut Syura memperkenalkan diri. Setalah itu, dia mengulurkan tangannya ke arah Abdi dengan melanjutkan "dan seorang penari ular!."

Mendengar kata ular di sebutkan oleh Syura di hadapan Abdi, tubuh Abdi gemetar. Dia tampak ketakutan dengan hal itu, dia hanya melihat ke arah Syura dengan sesekali menelan ludahnya sendiri.

"Ada apa Om? Kenapa Om seperti ketakutan melihat saya? Apakah sebelumnya Om pernah melihat saya?" Tanya Syura.

Mendengar pertanyaan itu, dia tersenyum dan berusaha untuk tidak khawatir. Dia mencoba menenangkan dirinya.

Momen perkenalan antara Syura dan keluarga Adnan pun sudah berlalu, saat itu Syura menangis di sudut ruangan yang tampak gelap. Dia menjauhi tempat acara dan meluapkan kesedihannya.

Dia tidak percaya kalau dia membuat kesalahan dengan jatuh cinta dengan Adnan dan berharap bisa bersama dengan Adnan. Semenjak hari itu, Syura pun menekankan diri untuk melupakan Adnan aki laki yang di cintainya. Namun, cinta pertama adalah cinta yang sulit untuk di lupakan, setiap kali dia ingin melupakan cintanya dia akan merasakan sakit dan siksa di dalam hatinya.

Di kala kesedihan melanda hatinya, tiba tiba seseorang berjalan mendekati dirinya. Dia berjalan perlahan, mendekati Syura.

Ketika orang itu berada di dekat Syura , dia memegangi salah satu bahu Syura. Syura mengira kalau orang itu adalah orang jahat, yang ingin menyakiti dirinya.

Dia bersiap untuk menunjukkan wujudnya yang seekor siluman ular dan mengejutkan orang itu, namun ketika dia menyadari kalau orang yang memegangi bahunya adalah manusia. Syura pun membatalkan dirinya untuk menunjukkan wujudnya.

"Syura! Are you oke?" Panggil Namira dengan perlahan.

Menyadari kalau suara itu adalah tamu dari Adnan, Syura pun menenangkan dirinya. Dia tidak mengubah wujudnya.

"Iya, saya baik baik saja!" Jawab Syura lalu dia pergi dari kegelapan dan meninggalkan Namira.

"Aneh, tadi dia nangis nangis seperti orang berduka, tapi sekarang ... Sekarang dia serius dan tegas, dia memang penuh dengan misteri!."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!