NovelToon NovelToon

Menikahi Cewek Bar - Bar

dejavu

Intan Safitri adalah gadis yang ceria dan sangat ceroboh. Dia tidak pernah memikirkan hal yang terlalu rumit, baginya hanya membuang - buang waktu dengan memikirkan hal - hal yang tidak terlalu penting.

Sekarang dia duduk di kelas 3 SMA, tiga hari lagi dia berulang tahun dan genap sudah usianya 18 tahun. Di usianya yang ke 18 , dia berniat untuk mencari seorang pacar. Karena selama ini dia tidak pernah mencoba untuk menjalin hubungan dengan siapa pun.

Malam, harinya semua keluarga sedang duduk di meja makan, semua anggota keluarga nya sedang berkumpul dan makan malam bersama. Karena sekarang adalah akhir pekan , makanya semua orang berkuumpul di rumahnya.

Intan duduk di samping kakak iparnya yang sedang menyuapi anaknya.

"Kak, dia makanya kok bisa lahap banget ya." kata Intan

"Iya, dia akhir - akhir ini memang doyan banget makan" jawab kakak iparnya itu tersenyum.

"Lihat lah, pipinya sudah tambah bulat. Iiiihhh aku gemes tahu" ucap Intan mencubil pipi keponakannya itu. Kikan hanya tersenyum melihat kelakuan adik iparnya itu.

"Intan, jangan ganggu kakakmu iitu, ayo cepat habiskan makananmu!" seru sang mama

Intan tersenyum dan mengangguk, Intan pun melanjutkan makannya dengan sesekali menoel pipi sang keponakan.

Selesai makan, mereka pun beralih uuntuk duduk di depna ruang tv. Seperti ini lah keluarganyya Intan setiap minggunya.

Intan asik main dengan keponakan - keponakan nya, dia tidak memperdulikan para orang dewasa yang sedang brbincang.

"Apa papa yakin ingin memberitahukannya sekarang? Dia pasti akan terkejut pah" kata Vian, kakak laki - laki pertama Intan.

"Entalah papa jga tidak yakin, tapi kalau tidak sekarang kapan lagi? Waktunya sudah sangat mepet" kata sang papa.

"Aku tidak akan sanggup melihatnya nanti" kata Fitri, mamanya Intan.

"Mah..." Mahi kakak intan kedua memegang tangan sang mama.

"Intan..."panggil Wisnu. Intan menoleh kearah papanya.

"Iya pah, ada apa?" tnaya Intan

"Sini dulu nak." kata Wisnu.

Intan dengan patuh menghampiri sang papa dia duduk di sebelah mamanya.

" Iya Pah ada apa?"tanya Intan

"Ada sesuatu yang mau papa bicarakan sama kamu"

"Tapi kamu jangan potong omongan papa dlu, dengerin papa sampai selesai ngomong, ok" kata Wisnu, Intan kembali mengangguk.

"Hmm... Papa tahu setelah ini mungkin kamu akan marah sama papa, tapi ingat nak, ini semua papa lakukan demi kebaikan kamu dan papa juga tidak bisa berbuat apa - apa...."

"Dulu saat kamu masih kecil, kau itu sering banget sakit - sakitan dan entah bagaimana caranya, jika kamu berdekatan dengan anaknya teman papa. Penyakit kamu itu langsung hilang dan kamu sehat terus..."

"karena kejadian itu... Papa dan mama pun... Menjodohkan kamu dengan anaknya teman papa itu." kata Wisnu. Dia menatap putri bungsunya itu.

Intan hanya diam mencerna semua perkataan papanya itu.

"Intan?.."

"Terus, apa maksud dari itu semua pah? Jangan bilang..."

Wisnu mengangguk. " Kemaren teman papa itu menemui papa dan mereka ingin segera melangsungkan perni...."

"Tapi, Intan masih sekolah pah?" potong Intan.

"Iya papah tahu, tapi kan nak, sebentar lagi kamu juga akan lulus."

"Masih lama, Intan baru 2 bulan kelas tiga dan lulus juga masih lama."

"Nak, kan itu juga tidak lama. Menikah itu kan juga mengganggu sekolah kamu, jadi nggak ada masalah dengan itu." balas Wisnu.

"Tapi Pah..."

"Intan tolong lah ngertiin papa ya, ini semua juga demi ke baikan kamu" potong Wisnu, memegang tangan Intan, mencoba memberi pengertian pada putrinya itu.

Intan hanya diam, dia berdiri dan tanpa pamit dia berlari menuju kamar.

"Intan..." panggil Fitri. Menatap putrinya yang sedang berlari.

"Biarkan saja, beri dia waktu.."Cegah Wisnu saat melihat sang istri hendak mengejar Intan

Sementara Intan di kamarnya sedang terduduk di balik pintu. Dia menangis, dia masih belum menerima dengan berita yang di sampaikan oleh papanya barusan.

Bagaimana mungkin dia menikah di saat usianya yang masih kurang dari 18 tahun ini.

"apa sebenarnya yang mereka pikirkan?"

"Kenapa mereka sangat egois?"

"Apa mereka tidak memikirkan perasaanku?"

Itu lah yang muncul di kepala Intan, air matanya dari tadi tidak mau berhenti.

"Arggghhh...." geram Intan, otaknya benar - benar tidak bisa berfikir.

____

Di tempat lain, seorang pria yang sedang sibuk dengan kertas - kertas di atas mejanya. Bagi nya, hal yang paling menarik di dunia ini adalah bekerja.

Herlin menggeleng melihat kelakuan putranya yang gila kerja itu. "Kalau seperti ini, kapan kamu akan menikahnya? Yang kamu lihat itu hanyalah kertas - kertas saja setiap waktunya." ucap wanita itu berjalan meng hampiri putranya itu.

"Mama?" Azlan mendongak melihat mamanya yang sudah ada di depannya.

"Ayolah nak, istirahatlah, jangan kerja terus. "kata Herlin menepuk bahu anaknya.

"Iya mah."

"Kamu iya mulu, tapi nggak juga berhenti"

" Iya bentar lagi aku akan istirahat." balas Azlan.

"Az, papa mau ngomong sama kamu, temui papa dulu gih" kata Herlin

"Mau ngomongin apa mah?" tanya Azlan, kembali menatap layar laptopnya.

"Temui papamu sekarang, sebelum dia ngambek" kata Herlin, yang menutup laptop Azlan.

"Huft, baiklah." Azlan pun bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

Dengan semangat Herlin menggadeng lengan putranya.

Azlan duduk di sebelah papanya yang sedang menonton tv. Sementara Herlin berjalan ke dapur untuk mengambilkan kopi untuk sang putra .

"Pah?"

"kamu sudah selesai?" tanya Rusdi

"Kata mama, papa mauu ngomong sama Az"

"Iya, makanya papa tanya apa kamu sudah selesai kerjanya"

"Hmm... "

"To the poin aja pah..." potong Azlan

" Bersiap lah tiga hari lagi kamu akan menikah" ucap Rusdi.

"APA?"teriak Azlan kaget.

"PEankan suaramu nak, nggak baik berteriak depan orang tu" kata Herlin meletakkan secangkir kopi depan Azlan.

"jangan pura - pura kaget begitu, kamu kan tahu sendiri kalau hal ini sudah lama di rencanakan." kata Rusdi.

"Tapi pah, bukan kah itu sudah lama...."

"Karena sudah terlalu lama tulah, makanya 3 hari lagi langsung akad." jawab Rusdi.

"Tapi..."

"Nggak anak penolakan!!" tegas Rusdi menyeruput tehnya.

"Persiapannya bagaimana? Bukankah itu membutuhkan waktu yang lama untuk menyiapkannya."

" kamu tenang aja, semua sudah beres. Besok kamu tinggal ajak Intan ke toko perhiasan dan butik." kata Herlin

"Aku nggak punya waktu untuk melakukan itu semua mah."kata Azlan.

"Pokoknya mama nggak mau tahu, besok kamu jemput dia pukul 2 siang. Mama sudah mengatur semuanya" kata Herlin tak terbantah.

"Aish, terserah kalian, aku capek" Azlan beranjak berdiri dan berjalan ke kamarnya.

Rusdi diam menatap kepergian anaknya , " Mas, tenang aja, dia pasti akan datang." kata Herlin.

"ayo kita lanjutkan menonton dramanya." Herlin menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.

~ Bersambung

Di jemput calon suami

Ke esokkan paginya, Intan berjalan dengan lesuh ke meja makan. Sebenarnya dia sangat malas untuk makan bersama papa dan anggota keluarga lainnya. Tapi jika dia tidak sarapan, maka akan lebih besar masalah yang di dapatnya setelahnya. Sang mama akan mengomel sampai dia tertidur, dan dia tidak sanggup mendengarnya.

"Aku sudah selesai, Mah, pah aku berangkat dulu ya" Pamit Intan mencium tangan kedua orang tuanya.

"Tapi makanan kamu belum habis." kata Fitri

"Intan udah kenyang mah, aku pergi." Intan pun berlalu pergi.

"Kamu lihat dia sudah baik - baik saja." kata Wisnu pada Fitri.

"Sudah jangan khawatir lagi ya, mendingan kamu membantu Herlin untuk persiapannya." lanjut Wisnu.

"Persiapannya sudah 90%, dan itu pun tinggal fitting baju sam ukuran cincin" jawab Fitri.

___

Intan berjalan dengan sangat lesuh, entah kenapa, Inta merasa koridor sekolahnya bertambah panjang karena sedari tadi dia berjalan , dia juga belum sampai ke kelasnya.

"Rasanya, aku malas banget ke sekolah, kamu bukan karena hari ini ada ulangan, aku nggak bakalan datang" gumam Intan.

Sesampainya di kelas, ia sudah melihat para teman - temannya sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Karena penasaran , Intan pun menghampiri salah satu temannya.

"Lagi ngerjain apaan?" tanya Intan.

"Tugas MTK, apa lu udah mengerjakannya?" tanya Fei.

"Yang mana?" tanya Intan kaget.

"Yang halaman 20" jawab Fei, yang ibuk menyalin buku temanya yang sudah selesai mengerjakannya

"Mampus, gue belum siap" kata inta, ia bergegas mengeluarkan bukunya, dan duduk di sebelah Fei.

"Dasar, sudah tahu belum mengerjakan tugas, kenapa lu datang terlambat"

"Ya, namanya juga lupa." kata Intan.

___

Azlan masaih berkutat dengan berkas - berkasnya, padahal waku sudah menunjukkan setengah dua. Dan sang mama juga sudah menghubunginya sedari tadi, Azlan benar - benar kesal dengan semua itu.

"Kenapa mama tiba - tiba menjadi meybalkan seperti ini." dengus Azlan.

Dengan terpaksa ia pun beranjak dari kursi kebesarannya itu. Kalau tidak memikirkan orang tuany, Azla sungguh tidak akan mau pergi.

Dengan kecepatan penuh Azlan membelah jalanan yang siang itu kebetulan sepi. Tibalah kini, Azlan sedang menunggu di depan sekolah gadis yang akan menjadi istrinya itu.

Apa sebenarnya yang di pikirkan oleh orang tuanya? Bagaimana bisa mereka menikahkannya dengan anak SMA?...

Azlan membuka ponselnya dan melihat pesan masuk yang di krimkan oleh mamanya. Ternyata mamanya mengiirim nomor ponsel gadis itu dan lengkap dengan foto nya.

"Dari tampangnya saja, sangat belia. Bagaimana mungkn aku enikah dengan bocah sepertinya" gumam Azlan menatap Foto Intan.

Pukul 2 siang, Azlan mendengar bunyi bel sekolah Intan, dia pun dengan segera mengirimkan pesan singkat padanya .

____

Intan yang sedang memasukkan semua peralatan belajarny ake dalam tas,kaget dengan bunyi ponselnya. Dengan segera ia mengecek ponelnya, dia mendapatkan sebuah pesan dari nomor yang tidak di kenal.

"Siapa ini? Ah mungkin orang iseng" ucap Intan mengabaikan pesaln tersebut , ia pun kembali memasukkan peralatannya.

Hari ini addalah jadwal Intan untuk piket kelas, jadi dia pulang paling akhir karena harus menyapu terlebih dulu. Meski pun dia bersekolah di sekola elit, tapi di sini tetap saja menerapkan kalau muridlah yang membersihkan kelas masing - masing sama dengan sekolah - sekolah lainnya.

"Ntan, gue duluan ya, kacanya udah gue lap. Lu tinggal nyapu dan yang ngepel biar Diah. Kata dia akan ngepel besok pagi" ucap Fei.

"Iya, hati - hati di jlan." ucap Intan.

Intan sangat suka menyapu, setiap piket kelas dia akan memilih untuk menyapu dari pada pekerjaan lainnya.

Sekitar 10 menit, akhirnya Intan pun selesai menyapu kelas. Dengan pelan dia pun berjalan ke luar sekolah, karena hari ini dia berencana akan naik bis, jadi dia tidak meminta jemput sama supirnya. Ia ingin menenangkan pikirannya, dengan pulang dengan bis Intan bisa menikmati me timenya sebentar.

"Selamat siang bapak ganteng" sapa Intan pada Satpam sekolahnya. Intan memang sangat dekat dengan satpam sekolah karena dengan begitu dia bisa meminta tolong pada pak satpam jika dia telat datang ke sekolah.

"Iya neng cantik."

Intan berjalan dengan riang, tanpa melihat ke kanan dan kiri dia langsung saja berjalan menuju halte bis yang tak jauh dari sekolahnya.

Dari dalam mobil Azlan memperhatikan Intan, dia sudah membuka kunci pintu mobilnya, dia mengira kalau Inta akan masuk kedalam mobilnya, tapi apa yang di lakukan oleh gadis itu. Dia hanya berjalan melewati mobil Azlan begitu saja.

"Kenapa dia tidak masuk?" gumam Azlan

Dia melihat Intan duduk di halte, " apa dia tidak membaca pesan ku?" gumamnya lagi, Azlan mengecek ponselnya dan benar saja gadis itu ternyata tidak membaca pesannya.

"Patas saja." Azlan pun menjalankan mobilnya dan berhenti di depan Intan. Azlan membuka kaca mobilnya, dan menyuruh Intan untuk masuk.

"Hei bocah, masuklah!" teriaknya

Intan mendongak dan melihat Azlan, dan hanya dia. Intan seolah tidak mendengar ucapan pria itu, dia mencueki Azlan

"Apa kau tuli!" ujar Azlan lagi, Intan masih tak bergeming.

"TC" Azlan pun keluar dari mobilnya, dengan kesal ia berjaln menghampiri Intan.

"Apa kau tidak punya telinga?" tanya Azlan berdiri di depan Intan.

"Maaf, apa kau mengenalku? Aku tidak mengenalmu" kata Intan,

"Masuklah ke mobil, kita akan ke butik." kata Azlan.

"Maaf lagi, anda siapa?" tanya Intan yang sudah mulai takut. Fikiran aneh pun mulai menghinggapinya.

"Aku calon suamimu!" kata Azlan.

"APA???" teriak Intan.

"Aish... Jangan teriak, ayo cepat aku tidak memilki waktu hanya untuk mengurus ini" kata Azlan, pria itu berjalan masuk ke dalam mobil.

Intan masih diam di tempatnyya, dia tidak menyangka akan di jemput oleh orang yang akan menjadi suaminya.

"Sampai kapan kau akan tetap di sana?" Intan pun tersadar dari lamunanya. Dengan cepat - cepat dia masuk kedalam mobilnya.

____

"Ayo cepat pilih cincin yang kamu suka!" seru Azlan saat mereka sampai di toko periasan langganan mamanya.

"Aku tidak tahu, bapak saja yang pilih." ucap Intan.

"Apa, BAPAK?" Azlan kaget mendengar Intan memanggilnya bapak. Bagaimana bisa gadis itu mengeluarkan kata - kata itu.

Azlan mentapnya tajam. " Kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Intan dengan tatap polos.

"Cepat pilih!" ketusnya.

"Sudah tua pemarah lagi" gerutu Intan.

"Kau bilang apa?"

"Mbak, tolong keluarga desain terbaru dari toko ini" kata Intan . Gadis itu berencana ingin membuat pria yang ada di sampingnya ini ilfil padanya.

"Ingat mbak, yang paling bagus dan mahal" lanjut Intan. Dia melirik ekspresi pria itu.

' kenapa wajahnya biasa saja?' batin Intan.

"Ini silahkan di pilih. " penjaga toko pun mulai menjelaskan tentang cincin yang di keluarkannya.

"Pilih lah yang simple - simple saja, dan cepatlah!" ujar Azlan.

"Yang ini saja mbak" ucap Intan memilih cincin dengan desain yang simple, penjaga toko pun tersenyum.

" Wah anak bapak pintar sekali memilihnya, masih kecil tapi sudah tahu barang bagus. " ucap pejaga itu, dan berhasil mendapatkan plototan dari Azlan.

~ Bersambung

Pak Tua menyebalkan

Kini Azlan dan Intan sedang berada di butik langganan mamanya Azlan. Sejak keluar dari toko perhiasan, Azlan menekuk wajahnya kesal. Bagaimana tidak, masa dia di kira ayahnya dari Intan. Mana gadis itu terus saja memanggilnya dengan sebutan bapak lagi.

"Pak ini bagaimana? " tanya Intan saat tirai di buka, Azlan mendongak melihat penampilan Intan. Azlan mengerutkan keningnya, dia benar - benar tidak suka dengan model - model gaun yang di coba Intan.

"Ganti!" seru Azlan

"APA?" teriak Intan, dia benar - benar sudah lelah mencoba gaun - gaun pernikahan itu. Sudah lah berat ribet lagi.

"Nggak mau, kalau mau bapak aja sana yang coba, di kira nggak capek apa ganti - ganti terus."gerutu Intan berjalan ke sofa yang di duduki oleh Azlan.

"Buruan ganti, apa kamu mau nanti di acara weddingnya gaun kamu jelek"

"Bodo amat, lagian aku juga nggak minat buat nikah." balas Intan.

"Kalau mau bapak aja sana yang milih langsung, biar aku nggak capek ganti - ganti mulu." lanjut Intan.

Azlan menatap gadis di sampingnya, dia menggeleng kan kepalanya. Azlan berdiri dan memilihkan gaun untuk Intan.

"Ini coba lah" Azlan menyerahkan gaun itu pada Intan.

"Ini yang terakhir, cocok nggak cocok, pokoknya aku nggak akan mau coba gaun lagi." kata Intan , meraih gaun itu dan berjalan dengan malas ke ruangan ganti.

Sekitar 10 menit Intan pun keluar dengan menggunakan gaun pilihan Azlan.

"Bagaimana?" tanya Intan

"Hmmm..."

"Oke mbak, kita ambil yang ini dan tolong sesuaikan ukurannya dengan ukuran tubuh saya, ya" ucap Intan memotong Azlan, dia sudah tidak ingin berdebat lagi dengan pria yang ada di depannya itu.

Dengan santai Intan meninggalkan Azlan dan berjalan ke ruang ganti.

"Dasar cewek aneh" gumam Azlan.

Tak berapa lama Intan pun keluar dengan menggunakan baju seragam sekolahnya, dia menghampiri Azlan. " Sekarang kemana lagi? Aku udah capek banget ini, tidak bisakah kita langsung pulang saja?" tanya Intan.

"Iya pulang." balas Azlan, berjalan duluan meninggalkan Intan.

"Dasar bapak - bapak nggak jelas." dumel Intan.

____

Malam harinya seperti biasa, Intan dan keluarganya makan malam bersama, tapi kali ini hanya dia dan kedua orang tanya karena kedua abangnya sudah kembali ke rumah masing - masing.

"Bagaimana tadi, kamu udah ketemu sama Azlankan?" tanya Fitri.Intan mengangguk.

"Menurut kamu dia orangnya bagaimana?" tanya Fitri lagi.

"Tua"hanya kata itu yang keluar dari mulut Intan

Fitri dan Wisnu saling tatap, Tua? Apa maksud Intan tua? Bukankah Azlan itu masih mudah dan tampan.

"Intan, kamu ketemu Azlan kan?" tanya Fitri memastikan.Intan pun mengangguk. "Lalu kenapa kamu bilang dia tua? Dia itu masih mudah dan tampan." lanjut Fitri.

"Mudah apaan mah, dia itu sudah tua" kekeh Intan mengatakan Azlan tua.

Fitri mengeluarkan ponselnya, dia menunjukan foto Azlan pada Intan. " apa dia orang yang kau temui?"tanya Fitri dan Intan pun mengangguk.

"Iya dia, bapak itu"ucap Intan. Fitri dan Wisnu hanya bisa menggeleng melihatnya.

____

Intan menjalaninya hidupnya bagai raga tak bernyawa dia sangat malas ke mana pun. Semenjak dia mendapatkan kabar kalau dia di jodohkan dan akan segera menikah, Intan rasanya sangat lemas. Tidak semangat sedikit pun dalam menjalani hidup.

Akhir - akhir ini Intan juga jadi sering melamun, seperti sekarang, dia sibuk dengan pikirannya sedang kan kedua temannya dari tadi memanggilnya.

"Eh ,Ntan lo kenapa sih? Dari tadi bengong mulu, ntar ke sambet baru tahu"Kata Fei menepuk lengan Intan.

"A.... Apa , kalian ngomong apa tadi, sorry gue lagi nggak fokus" kata Intan.

"Lo lagi ada masalah apa sih Ntan? Cerita aja ke kita" saut Yuni.

"Nggak gue nggak ada masalah apa- apa, ayo cepat habis kan makanannya.Setelah ini kita akan ke ruangan bu Laras." kata Intan.

"Makanan yang mana lagi yang harus kami habisin, coba lihat deh cuma piring lu aja yang masih penuh" jawab Fei. Intah melihat ke piring teman - temannya dan benar saja, ternyata dia benar - benar melamun dan tak sadar kalau sedari tadi kerjaannya hanya mengaduk - aduk makanannya.

"Eh... Hehehe.."

"Lu kenapa sih?" tanya Mayang

"Ntar gue ceritain, nggak bisa disini terlalu rame"jawab Intan.

"Udah yuk, gue lagi nggak selera..." ucap Intan lagi. Mereka pun beranjak pergi berlalu meninggalkan kantin.

____

Sepulang sekolah Intan dan kedua temannya tidak langsung pulang, mereka nongkrong di cafe terlebih dulu. Mereka duduk di sudut cafe tepatnya di sebelah jendela.

"Jadi, lu ada masalah apa?"tanya Fei.

"Jangan bikin kita penasaran lebih lama. Ntan"ujara Mayang.

"Besok gue Nikah"

"APAAAA?" teriak keduanya.

"Duuuhh, kalian jangan teriak gitu dong bikin malu aja, liat tu pengunjung lain pada liatin kita."ucap Intan

"Maaf... Maaf"ucap mereka meminta maaf pada pengunjung lain.

"Lo seriu, Tan?" tanya Fei. Intan mengangguk

"Kok bisa? Sama siapa?" tanya Mayang

"Gue juga nggak tahu, kemaren malam papa kasih tahu ke gue dan kemarennya gue di ajak cari cincin dan fitting baju"

"APA? Secepat itu?" ucap mereka setengah berteriak.

"Kapan acaranya?" tanya Fei.

"Besok."jawab Intan singkat

" Besk bukanya, hari ulang tahu lo?" ucap Fei lagi.

"Hmm."

"Terus lo gimana? Apa lo nerima sema ini begitu aa? Ntan bagaimana dengan cowok incaran lo? Dan bagaimana dengan semua rencana lo"Kata Mayang.

"Gue nggak tahu harus berbuat apa. Kalian tahu sendiri kan papa gue gimana." kata Intan pasra.

"Dan cowok yang mau di nikahkan sama elo itu gimana? Apa dia nerima gitu aja atau dia juga nerima karena terpaksa sama kayak elo" ucap Fei.

"Gue nggak tahu, apa kalian tahu dia itu pria tuayang menyebalkan" dengus Intan yang tiba - tiba ingat perilaku Azlan kemaren kepadanya.

FLASHBACK ON

Intan dan Azlan keluar dari butik dan berjalan ke pakiran mobil. Saat di perjalanan, tiba - tiba perut Intan berbunyi.

Kruuugg~

Intan memegang perutnya, dia sangat malu karena perutnya mengeluarkan bunyi yang cukup keras.

Azlan menoleh pada Indan. " Apa kau lapar?" tanya nya

"Sepertinya begitu. Aku baru pulang sekolah, dan bapak langsung bawa saya pergi tanpa meberi makan terlebih dulu." ucap Intan

"TC, Tidak bisa kah kau berhenti memanggilku dengan sebutan bapak itu?" kata Azlan, dia sangat kesal dengan gadis di sebelahnya itu.

"Tidak, karena itu adla panggilan yang cocok untukmu."

"Asal kau tahu, aku tak setua itu untuk kau panggil bapak." dengus Azlan.

"Bisa kah kita menepi sebentar, aku mau beli batagor itu untuk menganal cacing - cacing ku ini'"kata Inta menunjuk, ke pedagang batagor yang mangkal di pinggil jalan.

"Apa kau yakin, ingin makan di sini?" tanya Azlan

"Kenapa tidak, ayo cepat berhenti" kata Intan. Azlan pun menepikan mobilnya.

"Cepatlah!"

"Iya, tunggu aku disini.Awas saja kalau kau meninggalkanku" ancam Intan.

"Iya, cepatlah, berisik banget!" dengan semangat Intan berlari menghampiri pejual batagor itu. Saat Intan sedang menunggu pesanannya, Intan melihat mobil Azlan melaju meninggalkannya.

"HEI... PAK TUAAAA!!" teriak Intan

"Aish, kurang ajar. Dasar pak tua menyebalkan!"

~ Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!