NovelToon NovelToon

Transmigrasi Menjadi Gadis 17 Tahun

Bab 1. Hesty

Hesty, seorang wanita yang bekerja sebagai seorang blogger kecantikan. Dia sudah memiliki banyak pengikut yang selalu menantikannya untuk siaran langsung.

Dibalik wajahnya yang cantik dan sikapnya yang anggun, Hesty ternyata juga ahli beladiri. Dia pernah mengikuti kejuaraan bela diri ketika usianya 17 tahun. Meskipun akhirnya Hesty gagal mengikuti kejuaraan tersebut karena ibunya membatalkannya. Bu Lestari tidak suka, Hesty bertindak kasar seperti laki-laki.

Orang tuanya ingin Hesty menjadi gadis yang cantik dan anggun seperti gadis seusianya. Mereka menganggap, bela diri hanya akan membuat Hesty sering berantem dan pasti akan membuat mereka khawatir. Tetapi, secara diam-diam Hesty masih sering berlatih hanya untuk membuat tubuhnya sehat saja.

Orangtua Hesty seorang pengusaha sukses di bidang kuliner dan Hesty merupakan anak satu-satunya. Mereka berharap, Hesty bisa mewarisi tanggung jawab meneruskan usaha orangtuanya. Sayangnya, Hesty malah tertarik menjadi blogger kecantikan. Apa yang dilakukan Hesty adalah bentuk protes karena orangtuanya melarangnya ikut kejuaraan bela diri.

"Hesty, kenapa kamu sangat keras kepala, tidak mau belajar bisnis. Jika kami sudah tua nanti, siapa yang akan meneruskan usaha kami, jika bukan kamu?" ucap ayahnya Hesty, pak Rahmat.

"Sayang, benar kata ayahmu. Lagi pula, seharusnya kamu sudah mulai belajar sejak awal. Kamu adalah anak kami satu-satunya," tambah sang ibu yang bernama Lestari.

"Ayah, ibu. Hesty sudah menuruti keinginan kalian untuk tidak ikut kejuaraan bela diri. Kalian menginginkan gadis yang lembut dan anggun. Aku sudah penuhi keinginan kalian," jawab Hesty kesal.

"Hesty, memang benar kamu sudah menjadi gadis yang lembut dan anggun seperti yang kami minta. Tetapi tidak harus menjadi blogger kecantikan sebagai pekerjaan kamu. Kami ingin kamu belajar bisnis, dan tinggalkan pekerjaanmu yang sekarang," ucap pak

Rahmat sedih dan kecewa.

Hesty terdiam sesaat karena sebenarnya dia juga tidak tega melihat orangtuanya begitu berharap padanya agar meneruskan usaha mereka.

"Baiklah, Ayah, Ibu. Hesty bersedia belajar bisnis. Tetapi, Hesty masih ingin tetap melanjutkan pekerjaan Hesty sebagai blogger kecantikan. Aku harap kalian setuju dengan permintaanku ini," ucap Hesty menawarkan keinginannya.

Hesty berusaha mencari jalan keluar yang terbaik untuknya dan orangtuanya.

Akhirnya, agar Hesty bersedia meneruskan usaha mereka, orangtua Hesty setuju dengan permintaan Hesty.

Sejak itulah, Hesty menjalankan keduanya dengan baik. Sehingga dia mulai sibuk dan hampir tidak ada waktu untuk berkencan.

Hidup Hesty nyaris sempurna, dengan dimilikinya seorang calon suami yang sempurna. Dia bernama Farhan. Seorang pria keturunan yang bekerja sebagai salah seorang manajer di sebuah perusahaan besar di kotanya.

Kehidupan percintaan Hesty, tidak semulus kariernya. Semenjak dia sibuk berkarier, hubungannya dengan Farhan sedikit merenggang. Hesty sibuk bekerja demikian juga dengan Farhan.

Hesty juga memiliki seorang sahabat karib bernama Gea. Gea dan Hesty sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan, mereka selalu sekolah di tempat yang sama. Setelah mereka dewasa, mereka masih tetap menjalin persahabatan.

Suatu hari, Gea menceritakan dirinya yang sedang patah hati. Gea patah hati karena orang yang dia cintai, menolaknya. Ketika Hesty bertanya, siapa pria yang sudah menyakiti hati Gea, Gea tidak pernah mau jujur padanya. Hesty menghormati privasi Gea yang tidak ingin di beritahukan padanya.

Hari itu, adalah hari ulang tahun Gea. Karena itu, Hesty dan Farhan mempersiapkan pesta yang sederhana untuk Gea disebuah hotel. Gea sangat bahagia mendapatkan kejutan dari Hesty dan Farhan.

Pesta yang hanya di hadiri mereka bertiga dan beberapa teman dekat Gea. Pesta diawali dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan tiup lilin. Setelah itu dilanjutkan dengan acara makan-makan dan minum.

Pesta berakhir ketika jam sudah menunjukan pukul 12 malam. Karena sudah terlalu malam, Hesty meminta Gea untuk satu mobil dengan dia dan Farhan. Setelah Farhan mengantarkan Hesty, Hesty meminta Farhan untuk mengantarkan Gea pulang.

Farhan awalnya menolak mengantarkan Gea. Tetapi, Hesty terus memaksa Farhan sehingga dia setuju. Hesty sempat curiga dan penasaran, kenapa Farhan seolah menjauh dari Gea. Padahal Gea adalah sahabat karib Hesty. Seharusnya, Farhan juga bisa berteman baik dengan Gea.

Beberapa hari kemudian, Hesty menerima pesan singkat dari Gea. Gea merasa putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya. Hesty merasa panik dan takut, jika Gea akan benar-benar bunuh diri. Hesty berusaha menghubungi Gea berkali-kali, tetapi tidak diangkat.

Hesty semakin panik dan khawatir. Lalu, pesan kedua dari Gea diterima Hesty. Disitu tertulis bahwa dia berada diatas gedung tempat biasa mereka berkumpul sewaktu kuliah.

Dengan segera, Hesty menuju ke gedung yang dimaksud oleh Gea. Hesty sangat panik dan tidak sabar ingin segera sampai ke atap, hingga dia memutuskan untuk naik lewat tangga karena lift sedang digunakan. Langkah Hesty yang tadinya gesit, kini mulai lemah. Padahal, dia sudah hampir sampai.

Dengan perjuangan yang teramat berat, sampailah Hesty di atas gedung. Kakinya terasa lemas. Napasnya masih kembang kempis dan wajahnya merah karena kelelahan. Matanya nanar mencari keberadaan Gea. Tetapi, Gea tidak ada di sana.

"Gea, kamu dimana! Jangan lakukan hal bodoh!" teriak Hesty keras dan hatinya semakin panik karena dia tidak menemukan Gea.

"Gea ...!"

Mata Hesty tertuju pada sebuah sepatu yang ada di pinggir gedung. Hesty perlahan mendekat dan diambilnya sepatu yang tinggal sebelah itu. Hesty berusaha memastikan siapa pemilik sepatu tersebut. Hatinya tiba-tiba berdesir sakit, ketika dia menyadari bahwa sepatu yang ada di tangannya adalah sepatu Gea.

"Gea ... jangan bodoh!" teriak Hesty sambil berdiri dipinggir gedung.

Hesty menatap jauh ke bawah, dan mencoba mencari keberadaan Gea. Hesty berjalan dipinggir gedung tanpa memperhatikan posisinya yang rawan jatuh. Hesty sangat sedih, membayangkan Gea jatuh dari atap gedung yang tinggi ini. Tak akan ada satu manusia pun yang akan selamat.

Disaat hatinya kacau, Hesty merasa ada sesuatu yang mendorongnya dari samping. Saat dia akan menoleh, badannya sudah lebih dulu terjun bebas. Hesty pasrah dan dia yakin, dia tidak akan selamat.

Hesty memejamkan mata berdoa kepada Tuhan. Andai dia diberi kesempatan kedua, dia akan berbuat baik pada orang lain. Dan juga mensyukuri apa yang dia miliki saat ini. Dia akan menurut pada ayah dan ibunya. Dia akan lebih memperhatikan Farhan sebagai calon suaminya.

Ternyata, ada banyak hal yang Hesty sesali ketika nyawa akan hilang. Penyesalan ini dia bawa hingga mati. Tubuh Hesty jatuh tergeletak diatas lantai halaman gedung tinggi tersebut dan langsung mengembuskan napas terakhirnya.

Hesty bangun dan sedih, melihat orang-orang mulai mendekati tubuhnya dengan tatapan takut. Mereka semua terlihat sedih melihat kondisi tubuh Hesty. Sementara, arwah Hesty tiba-tiba melesat, terbang ke arah sebuah rumah sakit yang tidak jauh dari tempatnya jatuh.

Bab 2. Terbangun

Arwah Hesty masuk kedalam tubuh seorang gadis yang sudah terbaring kaku di dalam peti mati. Gadis itu bernama Bella. Gadis belia yang baru berusia 17 tahun. Bella dinyatakan meninggal oleh dokter, setelah bunuh diri dengan meminum racun.

Hesty merasa panik ketika dia sadar berada di dalam peti mati. Bagaimana dia bisa berada di sini? Apakah dia benar-benar sudah mati dan bagaimana dia bisa keluar dari tempat ini?

Peti mati yang berisi jenazah Bella itu, segera dibawa pulang dengan mobil ambulans untuk segera dimakamkan. Mobil ambulans melaju cepat menuju tempat pemakaman yang sudah disiapkan.

Beberapa kerabat sudah menunggu, termasuk ibu dan kakak tiri Bella yang tampak sedih. Sementara sang ayah yang sejak dari rumah sakit mengurus jenazah Bella, tampak tertekan dan sedih. Walaupun beliau tidak memperlihatkan kesedihannya di depan orang lain.

"Ayah, ibu tahu Ayah sangat kehilangan Bella. Tapi, Ayah harus menjaga kesehatan Ayah demi kami. Kami sangat membutuhkan Ayah," ucap Bu Mira sedih.

"Ayah, Ayah jangan terlalu sedih. Putri Ayah bukan hanya Bella. Ayah masih memiliki aku," ucap Risha mencoba menghapus bayangan Bella dari diri ayahnya.

Risha, memang merasa iri pada Bella. Karena sejak kehadiran Bella di rumahnya, ayahnya lebih perhatian pad Bella daripada kepada dirinya. Sekarang, setelah Bella meninggal, maka Risha akan menjadi putri satu-satunya bagi ayahnya.

"Iya. Sekarang hanya kalian yang ayah miliki. Bella sudah tenang menyusul ibunya di surga. Padahal, ayah masih memiliki harapan agar dia menikah secepatnya. Bagaimana ayah menjelaskan pada Riko tentang kematian Bella?" ucap pak Genta sambil menghela napas berat.

"Ayah, kita ganti saja pengantin wanita dengan Risha. Mereka pasti tidak akan menolak. Bukankah mereka sama-sama anak Ayah," jawab Bu Mira sengaja menyodorkan Risha.

"Entahlah. Saat ini, aku sedang fokus dengan pemakaman Bella. Jangan bicarakan itu lagi," ucap pak Genta yang segera mendekati ambulans yang baru tiba.

Ucapan pak Genta membuat Risha dan ibunya kecewa. Padahal mereka sudah berusaha untuk mempengaruhi pak Genta agar menjodohkan Riko dengan Risha bukan Bella. Mereka sungguh tidak mengerti, mengapa pak Genta lebih memilih Bella bukannya Risha. Padahal Risha adalah anak tertua dan anak resmi dari pak Genta.

Sementara itu, beberapa orang bersiap mengangkat peti mati dan akan dibawa ke tempat pemakaman. Akan tetapi, tiba-tiba terdengar suara minta tolong dari dalam peti mati.

Awalnya, mereka berusaha untuk tidak mengindahkan suara tersebut. Tetapi, semakin lama, suara minta tolong itu semakin jelas dan keras disertai suara peti dipukul dengan tangan.

"Tooloong ...."

Mereka saling berpandangan sambil berusaha mendengarkan dengan lebih dekat. Tetapi, ada juga yang berlari menjauh karena ketakutan.

Pak Genta dan beberapa orang yang masih di samping peti mati, berusaha membuka pintu peti. Dan alangkah terkejutnya mereka, saat melihat Bella bangkit dari tidurnya dengan napas berat karena dia kekurangan oksigen.

Bella berusaha menarik dan menghirup udara sebanyak mungkin agar napasnya bisa kembali normal.

"Bella, kamu ... kamu masih hidup?" tanya pak Genta kaget sekaligus senang melihat Bella masih hidup.

Hesty tampak kebingungan dengan apa yang terjadi. Apa lagi, mereka semua memanggilnya dengan nama Bella.

Pak Genta segera meminta sopir ambulans untuk membawa Bella kembali ke rumah sakit untuk diperiksa kembali. Pak Genta mengajak bu Mira dan Risha untuk ikut bersamanya ke rumah sakit.

Bu Mira dan Risha saling berpandangan dan berusaha menyembunyikan rasa kesalnya karena Bella ternyata hidup kembali. Mereka berusaha menunjukkan rasa bahagia di hadapan pak Genta.

Hesty terbaring di atas tempat tidur di ruang UGD rumah sakit. Dirinya masih belum menyadari apa yang terjadi. Dia juga bertanya-tanya, bagaimana dia masih bisa hidup dan tubuhnya masih utuh padahal dia terjatuh dari atap gedung yang cukup tinggi.

Hesty mencoba memahami keadaan ini saat dokter memanggil keluarganya untuk memberikan penjelasan atas kondisi Hesty. Tapi, yang datang itu bukan keluarga Hesty.

"Bagaimana keadaan anak kami, Dok?" tanya pak Genta panik.

"Setelah dilakukan pemeriksaan, anak Bapak dalam keadaan sehat dan semuanya baik-baik saja," ucap dokter dengan suara bergetar.

"Tapi, bukankah dia sudah dinyatakan meninggal. Bagaimana dia bisa hidup kembali, Dok?" tanya Bu Mira antara kesal dan penasaran.

"Sebagai dokter, kami sebenarnya hampir tidak percaya, jika orang yang sudah dinyatakan meninggal, bisa hidup kembali. Tetapi, semua ini nyata dan ini mukjizat yang seharusnya keluarga syukuri. Bukankah begitu?" jawab Dokter sambil menatap pak Genta dan Bu Mira bergantian.

"Dokter benar. Ini adalah sesuatu yang sangat menggembirakan dan harus kami syukuri. Terima kasih, Dokter," ucap pak Genta sambil menghela napas panjang.

"Sama-sama, Pak. Karena semua baik-baik saja, hari ini adik ini boleh dibawa pulang. Jika ada sesuatu, kalian bisa konsultasikan pada kami," ucap Dokter sambil tersenyum. "Saya permisi, karena masih banyak pasien yang harus saya tangani."

"Silahkan, Dok. Sekali lagi, terima kasih," ucap pak Genta, sambil berjalan mengantarkan dokter hingga sampai ke pintu.

Pak Genta segera membawa Hesty pulang ke rumah. Hesty pun tidak menolak atau mendebat apa saja yang yang dikatakan pria yang menjadi ayahnya kini. Dia mengikuti semuanya tanpa bertanya, jika sekiranya hal itu masih dalam batas kewajaran.

Sesampainya di rumah, Hesty diantarkan pak Genta hingga ke dalam kamarnya.

"Beristirahatlah, jangan pergi kemanapun. Nanti jika waktunya makan, bibik yang akan mengantarkannya padamu," ucap pak Genta sambil mengusap rambut Hesty.

Hesty hanya tersenyum melihat perhatian ayahnya Bella yang sangat mencintai Bella.

"Ayah pergi dulu."

Hesty menatap kepergian pak Genta dengan hati sedih. Sedih karena dia melihat kasih sayang seorang ayah yang begitu menyayangi putrinya.

Hesty penasaran dengan dirinya yang sekarang. Hesty berjalan menuju cermin yang berada di atas nakas. Dan dia sangat terkejut ketika melihat tubuhnya berubah.

Hesty akhirnya mengerti, bahwa dirinya sudah menjadi gadis lain. Hesty kini telah menjadi Bella. Seorang gadis culun yang tidak pandai berdandan dan tidak suka memakai make up.

Hesty menyadari, jika dia kini harus bisa menjalani hidup sebagai Bella meskipun dia tidak akan bisa melepaskan semua kenangannya sebagai Hesty. Menjalani kehidupan sebagai orang lain, pasti akan sangat sulit. Tetapi dia merasa bersyukur, karena masih diberi kesempatan untuk hidup.

Hesty harus bisa hidup menjadi gadis yang baru berusia 17 tahun. Hesty akan memanfaatkan kesempatan ini, untuk mencari tahu, siapa orang yang sudah mendorongnya hingga terjatuh dari atap gedung. Dia juga ingin membalas dendam pada orang yang sudah membunuhnya itu.

Tetapi, Hesty juga tidak ingin egois. Dia juga harus bisa menyelesaikan masalah yang saat ini dialami oleh Bella. Apalagi melihat gadis seperti Bella harus mati bunuh diri. Hal itu sangat mencurigakan. Ditambah lagi, sejak Bella hidup kembali, Bella merasakan ada yang tidak beres dengan sosok wanita dan putrinya yang ternyata adalah ibu dan kakak tirinya.

Sepertinya kehidupan Bella, tidaklah sesederhana yang dia lihat.

Bab 3. Penyelidikan awal

Bella masih berusaha menjalani kehidupan barunya sebagai Bella tanpa mengeluh. Dalam kebingungannya mengenali sosok orang-orang di sekitar kehidupan Bella, dia mendapatkan secercah harapan dari seorang sahabat yang bernama Vivi.

Vivi kebetulan datang menjenguk Bella. Meskipun awalnya Vivi mendapat penolakan dari ibu tiri Bella, yang tidak suka melihat Bella memiliki teman. Tetapi, karena pak Genta ingin Bella bisa merasa lebih baik, Pak Genta mengizinkan Vivi menemui Bella.

"Bella, bagaimana keadaan kamu, apakah kamu sudah baikan?" tanya Vivi sambil duduk ditepi ranjang.

"Kamu siapa?" tanya Bella bingung.

"Bella, aku ini Vivi, teman baik kamu. Jangan bilang, kamu lupa siapa kamu? Kamu juga lupa semua orang?" tanya Vivi kaget dengan kondisi Bella.

"Apa benar kamu teman baikku? Kalau begitu bisakah aku percaya padamu ?" tanya Bella serius.

"Tentu saja. Aku adalah satu-satunya temanmu. Tapi, apakah benar yang aku pikirkan?"

"Iya, tapi jangan bilang siapa-siapa. Karena aku tidak ingin membuat semua orang curiga padaku. Aku ingin kamu membantuku mengenali semua orang, termasuk teman dan juga orang-orang yang mungkin tidak menyukaiku," kata Bella sambil memohon pada Vivi.

Dengan bantuan Vivi , Bella berusaha mengenali orang-orang disekitar Bella, lewat sebuah album keluarga. Mulai dari ayah, ibu dan saudara tirinya. Juga teman sekolah dan keluarga dekat lainnya.

"Bella, kamu ini kenapa, bisa lupa denganku dan semua orang? Apakah karena kamu pernah mati dan hidup kembali, kamu jadi lupa segalanya?" tanya Vivi penasaran.

"Mungkin saja, Vi. Apakah tidak ada yang lain yang tidak ada di album foto ini? Ibu kandungku?" tanya Bella penasaran karena foto ibunya tidak ada di album keluarga miliknya.

"Aku tidak tahu tentang ibu kandungmu. Kamu pernah bilang, jika kamu ingin menyelidikinya sendiri. Oh ya, hampir saja lupa. Kamu sudah memiliki calon tunangan," jawab Vivi sambil tersenyum.

"Apa, tunangan? Aku masih kecil, masak aku sudah bertunangan. Lagian siapa pria itu, mana fotonya?" tanya Bella kaget.

"Namanya Riko. Dia sekarang sedang bekerja di luar negeri. Di sini, tidak ada fotonya. Kamu sebenarnya tidak suka dengan pertunangan ini sehingga foto yang diberikan ayahmu, kamu buang. Kamu merasa ayahmu sengaja ingin membuang kamu, jauh dari rumah ini," jawab Vivi sambil menghela napas dalam.

"Aku mengerti, aku pasti akan dibawanya pergi setelah menikah dengan Riko itu. Bagaimana dengan ibu dan kakak tiriku? Mereka terlihat sangat baik dan sedih melihat aku mati. Mereka pasti sangat menyayangiku," tanya Bella.

"Kamu salah. Mereka hanya baik di luarnya saja. Di depan ayahmu, mereka memang terlihat menyayangimu. Tapi dibelakang, mereka memperlakukanmu dengan buruk. Apalagi setelah kamu dijodohkan dengan Riko yang terkenal tampan dan kaya. Mereka berusaha membujuk ayahmu agar membatalkan perjodohan kamu dengan Riko dan diganti dengan kakakmu. Tapi ayahmu tidak setuju," jawab Vivi panjang lebar.

Bella sudah paham dan mengerti apa yang dikatakan Vivi meskipun ada beberapa hal yang harus dia lakukan sendiri. Bella meminta Vivi untuk membelikannya peralatan make up yang akan Bella gunakan untuk mencapai tujuannya.

Bella mulai menyelidiki ibu dan saudara tirinya, yang menurut Vivi ternyata hanya baik kepadanya di depan ayahnya tetapi jahat jika ayahnya tidak ada. Bella ingin membuktikannya sendiri.

Karena Bella masih belum sembuh benar, jadi hari ini, Bella belum masuk sekolah. Seperti biasanya, mereka sarapan bersama sebelum ayahnya pergi bekerja.

Bella melihat bagaimana ibu tirinya begitu memperhatikannya. Dia melayani Bella makan seperti anaknya sendiri. Karena menurut sang ayah, Bella masih dalam keadaan sakit. Jadi perlu seseorang yang bisa membantu Bella. Begitu juga dengan kakak tirinya. Dia juga terlihat sangat menyayangi Bella.

Tetapi, setelah pak Genta pergi, sikap Bu Mira tiba-tiba berubah. Demikian juga dengan sikap Risha.

"Enak ya, ada yang melayani. Apa yang kamu lakukan sehingga kamu bisa hidup kembali. Kamu itu seharusnya sudah mati menyusul ibu kamu," ucap Bu Mira kesal bercampur emosi sambil mengangkat dagu Bella yang masih duduk di ruang makan.

"Ibu, kita buat lagi hal serupa. Kali ini, kita harus pastikan bahwa dia sudah mati. Jangan sampai dia bisa hidup kembali," bisik Risha pelan di telinga ibunya.

"Boleh. Tapi biarkan dia menikmati hidupnya beberapa hari. Jangan sampai membuat ayahmu curiga," ucap Bu Mira sambil melepaskan tangannya dari wajah Bella.

Mendengar pembicaraan ibu dan anak itu, Bella menyadari jika dia bukan berniat bunuh diri, tetapi karena mereka yang telah menjahatinya.

Bu Mira dan Risha duduk santai di ruang keluarga. Mereka berbicara serius sehingga membuat Bella curiga. Bella berusaha mendengarkan pembicaraan mereka dari balik pintu.

"Ibu, ibu harus membantu Risha, supaya Risha bisa menikah dengan Riko," ucap Risha manja pada ibunya.

"Sabar, Sayang. Ibu pastikan kamu yang akan menikah dengan Riko, bukan Bella. Tinggal tunggu waktu saja," ucap bu Mira sambil membelai rambut Risha.

"Tapi, rencana ibu gagal. Kita harus bagaimana, Bu? Risha takut ayah curiga tentang bunuh diri Bella. Kita akan kesulitan bertindak lagi. Apalagi jika Bella mengatakan bahwa kita yang meracuni dia. Ayah bakal mengusir kita dari rumah ini," ucap Risha cemas.

"Tidak akan. Ayahmu memiliki janji yang tidak akan dia langgar. Kamu tenang saja. Kali ini, kita lakukan secara halus, dia tidak akan pernah curiga," kata bu Mira yakin.

Bella menarik napas panjang. Ternyata merekalah yang telah membuat Bella meminum racun dan mengatakan bahwa Bella bunuh diri karena tidak mau menikah dengan Riko.

Kali ini, Bella tidak akan membiarkan usaha mereka berhasil. Karena itu, Bella berpura-pura lemah agar kejahatan mereka terbongkar.

Dia hari kemudian, pak Genta melakukan dinas keluar kota. Rencananya beliau akan pergi selama 3 hari. Bella tersenyum pada ayahnya saat ayahnya berpamitan. Padahal biasanya Bella akan murung dan sedih jika ayahnya pergi dinas. Kali ini, ayahnya bernapas lega melihat Bella sudah banyak berubah setelah kejadian hari itu. Ayahnya bisa pergi dengan tenang.

Bella juga sudah bisa berangkat sekolah seperti biasa. Meskipun Bella lebih banyak diam karena dia harus bisa mengenal mereka, satu demi satu. Dengan bantuan Vivi, semuanya berjalan seperti keinginan Bella.

Pulang sekolah, ibu Mira dan Risha sudah menunggu. Saat Bella selesai berganti pakaian, mereka mendatangi Risha sambil membawa segelas minuman.

"Bella, ibu buatkan minuman sehat untuk kamu. Ibu yakin, setelah kamu minum ini, kamu pasti akan bahagia dan bisa bertemu dengan ibu kamu," kata bu Mira lembut selembut sutera.

"Apakah ibu akan memberitahu Bella siapa ibu kandung Bella?" tanya Bella penuh harap.

"Minumlah dulu, nanti ibu pikirkan. Kamu tahu sendiri, ayahmu melarang ibu untuk menceritakan apapun tentang ibumu padamu. Tapi, asalkan kamu menurut pada ibu, ibu pasti akan memberitahumu," ucap bu Mira sambil tersenyum sinis.

Melihat bu Mira, Bella yakin jika bu Mira sedang berbohong padanya. Karena itu, Bella mulai waspada akan tindakan bu Mira, termasuk minuman yang dia bawa.

"Minumlah!" perintah bu Mira.

Bella mengambil gelas dari tangan Bu Mira. Dengan perasaan ragu, Bella terdiam sambil menatap gelas di tangannya. Saat itu, Risha muncul dari arah pintu dan mendekati Bella.

"Minum sekarang, Bella!" perintah Risha.

Bella yang sudah berniat menjebak mereka, merasa kesal karena ibu dan anak itu seolah memaksanya untuk meminumnya. Dengan cekatan, Bella Bella menarik lengan Risha hingga terduduk di tepi ranjang. Bella menyodorkan minuman itu kepada Risha dan ganti dia yang memaksa Risha untuk meminumnya.

"Kenapa bukan Kak Risha yang meminum ini. Bella sudah sehat dan tidak butuh minuman ini lagi," ucap Bella sambil terus menakut-nakuti Risha.

Tentu saja tindakan Bella membuat bu Mira dan Risha panik. Bu Mira segera melempar minuman itu ke lantai. Dan terlihatlah bahwa minuman yang dibuat bu Mira beracun.

"Ternyata kalian sengaja ingin meracuni aku lagi. Jika ayah sampai tahu perbuatan kalian, ayah pasti akan mengusir kalian dari rumah ini. Dan aku juga bisa melaporkan kalian atas percobaan pembunuhan," ucap Bella keras pada mereka.

"Silahkan saja, kami tidak takut. Mau lapor polisi, apakah kamu ada bukti?" ucap bu Mira sambil tersenyum sinis.

Bella terdiam mendengar perkataan ibu tirinya. Lagipula Bella tidak ingin membuat ayahnya sedih saat tahu istri dan anaknya menyakiti anaknya yang lain. Apalagi lapor polisi, ayahnya pasti yang akan terluka dan sakit hati.

Bella berusaha mencari jalan lain. Asalkan mereka sudah tahu jika Bella berubah, mereka akan segan jika ingin berbuat jahat padanya. Lebih baik, dia fokus pada dirinya sendiri terlebih dahulu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!