Hari-hari Nadia selalu saja dibawah tekanan orang tuanya. Ini akibat Naida yang hanya merupakan anak tiri di keluarga mereka dan Nadia merasa sangat tak memiliki nyali untuk melawan mereka semua. Padahal jika ia menginginkan melawan keluarganya tersebut, pasti ia sudah lama tak ditindas oleh keluarganya sendiri.
Tapi sangat disayangkan jika Nadia tak memiliki keberanian itu. Bertahun-tahun ia menjalani kehidupan yang sama sekali tak sepadan dengan kondisi dirinya. Ia mengalami sakit-sakitan dan lebih pantas disebut seorang babu. Bahkan pembantu saja mendapatkan gaji sementara ia selalu saja melayani keluarganya, akan tetapi ia tak pernah sama sekali mendapatkan balasan atas kebaikannya.
Bisa dikatakan Nadia adalah orang terbodoh. Ia mengetahui hal tersebut tapi Nadia tak sama sekali merasa menyesal. Namun terkadang sifat memberontak nya bisa keluar sesekali dan jujur saja itu sangat merepotkan Nadia. Nadia berusaha untuk mengontrol dirinya dan tidak melakukan tindakan yang sangat ceroboh.
Nadia pun harus menjadi orang yang patuh dan juga penurut. Itu sudah menjadi keputusannya sendiri walaupun beberapa orang merasa kasihan kepadanya dan menentang apa yang dilakukan oleh keluarganya terhadap dirinya. Nadia menundukkan kepala sembari membersihkan kamar kakaknya. Padahal ia masih bisa dikatakan di bawah umur karena baru saja berulang tahun yang ke tujuh belas, akan tetapi beban yang ia pikul begitu sangat berat.
Nadia pun berusaha agar tak memikirkan hal tersebut dan hanya terfokus untuk bekerja hingga suara kakaknya yang datang dari luar membuka pintu pun mengagetkan Nadia.
Nadia menatap ke arah sang kakak dan kemudian menundukkan kepalanya. Kelly pun memandang ke arah Nadia dengan tatapan yang sangat fokus. Namun ia pun mengepalkan tangannya melihat penampilan Nadia yang benar-benar kumuh tapi masuk ke dalam kamarnya.
"Nadia! Apa yang kau kenakan saat membersihkan kamar ku? Kau memakai pakaian yang sangat usang ini? Kenapa aku merasa jika kau sangat menjijikkan. Aku tak suka kau ada di sini! Cepat pergi dari kamar ku!"
Dan dengan perasaan yang begitu tega, Kelly pantas mendorong tubuh Nadia hingga wanita itu pun lantas terjatuh di depan pintu luar kamar Kelly. Naida pun memejamkan matanya dan menguatkan perasaannya yang jujur saja sangat bercampur aduk.
Nadia lantas mengambil barang-barang untuk membersihkan kamar Kelly tadi dan membawanya ke dapur. Ia menundukkan kepala dan tak berani mengangkatnya setelah kesalahan yang ia perbuat. Nadia hendak menangis tapi selalu ditahan olehnya dan menganggap jika ia adalah orang yang kuat dan dirinya takkan pernah menangisi takdirnya yang seperti ini. Ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri dan Nadila berharap jika ia akan bisa menepati janji tersebut.
"Nadia? Kenapa kau berdiri di sana? Kau membuat pandangan ku terganggu saja. Cepat pergi ke dapur dan buatkan aku minum." Nadia menatap ke arah ibu tirinya yang merupakan istri pertama sang ayah dan sementara itu ia adalah anak dari istri kedua tapi sangat disayangkan ibunya telah meninggal cukup lama dan orang yang melakukan itu adalah istri pertama sang ayah, yaitu wanita di depannya ini.
Nadia pun menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Dan karena easa bersalah kepada ibu tirinya yang merupakan istri pertama tersebut lah yang membuat Nadia selama ini kuat. Ia merasa pantas diperlakukan seperti ini karena semua yang ia dapatkan adalah konsekuensi dari apa yang telah dilakukan orang tuanya.
"Baik!"
Nadia pun langsung pergi ke dapur. Ia membersihkan tubuhnya terlebih dahulu karena tadi ia membersihkan kamar Kelly dan otomatis dirinya pasti dalam kondisi yang sangat kotor. Nadia pun langsung membuatkan air minum buat sang ibu setelah dirinya selesai membersihkan diri.
Namun perasaan hampa itu selalu saja muncul di dalam hati Nadia. Ia juga terkadang berpikir akan sampai kapan takdirnya seperti ini. Nadia hanyalah manusia biasa yang mana dirinya sewaktu-waktu akan merasa muak dengan kondisinya.
Nadia pun langsung menggelengkan kepalanya dan menepis segala pikirannya tersebut. Ia tak boleh berpikir seperti itu dan seharusnya Nadia sadar jika hidupnya haruslah menanggung segala kesalahan dari orang tuanya.
"Walaupun apa yang telah kau lakukan adalah perbuatan yang cukup hina, tapi sama sekali aku tak pernah membencimu, Mama!" bisik Nadia kepada hati kecilnya.
Wanita tersebut pun langsung pergi ke ruang tamu dan langkahnya terhenti saat dirinya mendengar pertengkaran dari ibu dan juga kakaknya.
"Mama! Sudah Kelly bilang kalau Kelly gak mau nikah sama dia. Kelly punya kehidupan Kelly sendiri, dia itu terlalu culun, dan juga aku tak bisa menyukainya. Aku jijik kepadanya. Walaupun dia kaya tapi aku yakin bisa mendapatkan orang yang lebih kaya dari dia."
Sang ibu yang mendengar pernyataan tersebut lantas marah besar dan sampai menampar wajah Kelly. Kelly tak seharusnya mengatakan hal tersebut terlebih lagi ucapannya sangat berbahaya dan bisa saja memicu konflik yang sangat besar.
"Kau keterlaluan Kelly! Pikirkanlah keluarga kita! Semuanya bergantung kepada dia."
"Ini semua karena Mama yang selalu saja haus harta. Aku tak setuju dan tak akan pernah mau! Mama saja yang menikah dengannya."
"Kelly! Mulut mu benar-benar sangat keterlaluan. Aku bahkan tak pernah mengajarkanmu berbicara seperti itu!" bentak sang ibu kepada keli yang sama sekali tak mendengarkan ucapan dari ibunya tersebut.
Kelly pun menangis dan lalu kemudian masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu pun membanting pintu sehingga suara yang cukup nyaring.
Nadia sendiri sampai terkejut dan lalu kemudian ia mengusap dadanya. Dirinya sangat merasa bersalah karena telah mendengar pertengkaran tersebut. Di dalam hatinya ia juga merasa tidak tega dengan sang kakak yang harus dipaksa menikah.
Namun Nadia belum ingin memikirkan masalah tersebut dan ia harus menyelesaikan misinya Untuk mengantarkan air minum milik sang ibu terlebih dahulu. Nadia pun datang dan lalu kemudian meletakkan air minum di atas meja.
Ia melirik ke arah sang ibu dengan tatapan ketakutan. Rupanya sang Ibu terus memperhatikannya sehingga mata mereka saling bertabrakan. Tania yang masih terbawa suasana geram terhadap Kelly pun lantas mengambil air minum tersebut dan lalu kemudian menyiramkannya ke wajah Nadia. Nadia sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh ibunya.
Iya menatap ke arah tubuhnya yang sudah basah karena siraman air dari sang ibu. Ia menatap ke arah ibunya dengan pandangan berkaca-kaca.
"Mama!"
"Tutup mulut mu sialan! Kau tak berhak memanggil ku seperti itu. Pergi kau dari sini! Aku sedang tak ingin menatap wajah mu yang begitu jelek," marah Tania dan lalu kemudian mendorong tubuh Nadia.
Nadia hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah sembari pergi dari hadapan sang ibu, seusai dengan apa yang diharapkan oleh ibunya tersebut.
_______
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA
"kenapa kau selalu saja berpura-pura di depan keluarga Tania! Apakah kau tak ingin menunjukkan diri mu yang asli?"
Saddam pun menatap ke arah asistennya yang terus saja mengoceh. Padahal ia tak tahu menahu dengan kebenarannya tapi masih saja menjadi orang yang sok tahu. Saddam pun menarik napas panjang dan kemudian melemparkan pena ke arah asistennya tersebut.
"Jangan terlalu banyak berpikir. Tentu setiap apa yang aku lakukan memiliki alasan, dan kau tak boleh ingin mencari tahu apa alasan ku. Cukup diam dan tak usah menjadi orang yang kepo."
Saddam pun kembali fokus dengan laptopnya dan beberapa wacana kantor. Mungkin orang tak ada yang mengetahui jika Saddam adalah orang yang sangat dingin sebenarnya hanya saja ia berusaha untuk mengubah sifatnya tersebut untuk mencari pendamping hidupnya.
Karena saking dingin dan tak tersentuh ia bahkan sulit untuk mendapatkan seorang jodoh. Sifat gengsi dan juga egois yang dimiliki olehnya membuat tak satu pun wnaita berani jatuh cinta kepada seorang Saddam, terlebih lagi ia selalu saja menyamar menjadi orang yang culun berharap jika tak ada orang yang berani mendekatinya dan hidupnya akan tenang.
Ia sengaja melakukan persyaratan untuk membantu ekonomi salah satu keluarga yang bergantung pada perusahaannya. Apalagi ia mendengar jika mereka memiliki anak perempuan. Saddam yang tak ingin repot-repot lantas memilih anak mereka sebagai calon istrinya nanti.
Ia pikir hal tersebut cukup impas. Karena umurnya yang juga tidak muda lagi dan orang tuanya juga mendesak agar dirinya cepat menikah.
Semoga saja apa yang ia lakukan kali ini berhasil. Walaupun dirinya masih menggunakan penyamaran kepada Kelly, dan belum menunjukkan identitas aslinya kepada wanita itu.
Saddam ingin melihat apakah sifat Kelly sesuai dengan yang diharapkan, namun jika sifat wanita itu sangat bertentangan dengan apa yang ia inginkan maka meski mereka cukup menikah kontrak saja.
Ia sudah bertemu dengan Kelly beberapa hari yang lalu. Akan tetapi ia benar-benar tak menyukai sifat wanita itu yang selalu menganggap remeh dirinya. Namun apa daya karena Saddam yang tidak ingin repot-repot mencari calon istri pun mau tidak mau harus menjadikan Kelly sebagai pilihannya.
Sadap menutup laptopnya dan lalu kemudian membuka kacamatanya. Saat membuka kacamata Aura sadar langsung berubah. Sadam pun tak peduli terlalu kemudian meminjamkan matanya dan ia ingin tidur sejenak karena beberapa hari ini tidurnya terganggu.
Hanya sang asisten yang tahu dengan wajah asli Saddam. Maka dari itu ia merasa heran kenapa ada masih saja menggunakan penyamaran terhadap Kelly, Padahal mereka sebentar lagi akan menikah.
"Tuan! Apakah kau membutuhkan kopi?" Saddam pun menatap ke arah asistennya tersebut dan lalu kemudian membuang wajahnya.
Asisten yang selalu bersama Saddam beberapa tahun ini sudah mengerti dengan apa yang diinginkan oleh laki-laki tersebut. Itu artinya pria tersebut menyetujui ingin meminum kopi.
"Oh Tuhan, apa aku memiliki bos yang seperti kulkas berjalan. Dia benar-benar seperti robot. Apakah hidupnya tidak membosankan seperti itu?" tanya sang asisten yang sedang menggerutu tersebut.
Sadarmu tahu jika asistennya tersebut tengah menggerutu. Maka dari itu ia terus memandang ke arah sang asisten, dan asistennya merasa tak nyaman terus kita tapi seperti itu dan lalu kemudian meminta maaf sembari menyengir.
"Dia benar-benar mengerikan."
Sadam pun memutar bola matanya dan lalu kemudian menatap ke arah jendela dengan tatapannya sangat kosong.
__________
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA
"Bagaimana dengan wanita itu? Apakah dia sangat cocok dengan selera mu?" tanya sang ibu sembari menuangkan segelas air putih untuk sang anak.
Ia pun memasukkan beberapa lauk pauk ke piring anaknya agar makan lebih banyak. Saddam pun melirik ke arah ibunya dan kemudian menyantap makanan yang telah diberikan ibunya.
Laki-laki tersebut terus saja diam dan belum ingin menjawab pertanyaan dari ibunya. Tampaknya ia pun sama sekali tak ingin menjawab pertanyaan dari ibunya tersebut.
"Saddam, aku ibumu dan sedang bertanya kepadamu."
Saddam menatap ke arah ibunya dan ia tak melakukan apapun. Anak laki-laki itu hanya menarik seuntai tisu dan lalu menyapukannya di bibirnya.
"Hm."
"Apakah dia baik? Dan sesuai?"
"Entahlah. Semua wanita menurutku sama saja." Saddam pun langsung berdiri dari meja makan dan lalu kemudian meninggalkan dapur begitu saja.
Ibunya sampai berdecak kesal melihat kepribadian anaknya yang seperti itu. Namun ia sama sekali tak marah hanya saja merasa sedikit kesal.
"Anak itu benar-benar. Padahal aku sedang berbicara baik-baik dengannya."
"Sudahlah. Sifatnya memang seperti itu dan kau tak bisa mengubahnya. Lebih baik kau makan ini."
Sang istri terus saja menatap nyalang kepada suaminya yang selalu membela anak mereka padahal sudah jelas-jelas Saddam salah tapi ia selalu benar di mata ayahnya. Wajar saja karena anak kesayangan sang ayah.
"Kau selalu saja kau selalu saja membelanya. Entah itu betul atau tidak tapi di mata mu Saddam selalu benar."
"Iya sayang iya, maafkan diriku ini."
Di dalam kamar kadang hanya menatap ke arah robot buatannya. Ini adalah robot percobaan kesepian kalinya, dan tentunya untuk kali ini ia berhasil. Kemudian ia pun langsung mencoba robot itu.
"Lumayan menarik dari pada yang sebelumnya," gumam pria itu dan lalu kemudian melepaskan kacamatanya.
Tampak aura pria itu yang benar-benar tampan. Akan tetapi sadar sendiri mengabaikan ketampanan yang dimilikinya.
Laki-laki tersebut memilih untuk menyelesaikan beberapa proyek di kantor yang masih menumpuk. Proyek kali ini berhubungan dengan robotnya, rencana Saddam akan launching robot canggih ini bulan depan. Maka dari itu ia harus segera menyelesaikan beberapa masalah dari robot tersebut.
Semalaman penuh ia harus bersama dengan laptopnya tanpa mengenal rasa lelah. Hingga suara ponsel dari miliknya memecahkan fokus Saddam.
Saddam pun menatap ke arah ponselnya tersebut dan mengerutkan kening melihat nomor tak dikenal. Tak ingin terlalu basa-basi Ia pun langsung mereject telepon tersebut.
"Mengganggu," gumamnya marah.
Ia pun langsung bekerja kembali menyelesaikan proyek miliknya. Namun dari puasa itu tak henti-hentinya terus saja berbunyi. Saddam sendiri pun merasa muak dengan ponselnya tersebut.
Terpaksa ia mengangkat telepon dari orang itu. Dan lalu kemudian mendengarkan orang di seberang sana yang tengah berbicara.
"Kau kan yang bernama Saddam? Kau laki-laki culun sialan. Cepat bilang ke orang tua ku jika aku tak ingin menikah dengan mu. Meskipun kau lebih kuat dari keluarga kami, tapi kau tak berhak menindas kami."
"Pikirkan baik-baik, siapa yang menindas mu?" Saddam pun langsung mematikan sambungan telepon itu dan kembali fokus bekerja. Perempuan tersebut membuatnya muak, sejujurnya ia tak tertarik untuk menikah dengan Kelly.
_______
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!