NovelToon NovelToon

Kupu-kupu Malam Yang Tak Laku

Memiliki Aturan

Keringat bercucuran dari kening seorang wanita sexy, yang sedang melakukan adegan dewasa bersama dengan salah satu kliennya. Walaupun ia sama sekali tidak menikmati permainan panas itu, tetapi ia sangat mengutamakan kualitas dalam profesi yang ia jalani, sebagai seorang ‘kupu-kupu malam.’

Kebanyakan dari mereka meminta servis yang lebih dan memuaskan, dari seorang Elma. Mereka rela merogoh kocek yang sangat fantastis, demi bisa mendapatkan waktu semalaman penuh bersama dengan Elma.

Ya, bukan Elma namanya, kalau ia tidak bisa memberikan kepuasan kepada para pelanggannya. Ia harus memberikan sebuah perasaan kenikmatan untuk mereka, karena kualitas dirinya harus selalu terjaga, demi mendapatkan banyak uang tip dari mereka.

Mereka masih saling memeluk satu sama lain, meskipun jam sudah menunjukkan titik penghabisan waktu yang sudah mereka sepakati. Itu semua karena Elma yang terlalu lelah, karena secara full memberikan servisnya kepada lelaki gendut yang sudah beruban itu.

Elma melirik ke arah jam dinding hotel, dan mengetahui jam yang sudah lewat dari waktu yang mereka sepakati. Walaupun masih dalam keadaan lelah, Elma segera bangkit dari ranjang panas yang semalaman ini ia mainkan bersama dengan lelaki tua itu.

Tangannya meraih dan menahan lengan halus Elma, “Jangan dulu pergi, nanti saya kasih tip tambahan,” ujarnya, Elma hanya bisa tersenyum mendengarnya.

Elma menarik tangannya dari tangan kotor lelaki tua itu, “Ini sudah kesepakatan. Waktu kita sudah habis, dan saya tidak menerima perpanjangan waktu,” ujarnya dengan gaya bicara khas yang terdengar sangat anggun.

“Ayolah, sebentar lagi. Satu ronde lagi,” rayunya, yang terlihat sudah sangat lemas itu.

Elma menyeringai bingung di hadapan lelaki tua itu, ‘Apanya yang satu ronde lagi? Baru 5 menit udah keluar. Mau berapa ronde lagi, hah?’ batinnya, yang merasa aneh dengan pria tua yang sok-sokan menyewa dirinya, padahal tidak tahan lama.

Walaupun Elma tidak menikmati kebersamaan bercinta dengan para kliennya, ia juga wajib memilih. Ia sangat tidak ingin melakukannya bersama dengan orang yang tidak tahan lama. Itu hanya membuatnya merasa sia-sia saja.

Elma segera mengenakan gaun berwarna merah menyalanya itu. Ia pun bersiap, tanpa memedulikan ucapan lelaki tua yang masih terbaring lemah di tempatnya itu.

“Apa saya bisa membuat janji lagi besok?” tanya lelaki tua itu dengan mudahnya, membuat Elma tersenyum di hadapannya.

“Saya punya aturan, untuk menerima tamu tiga hari sekali. Saya harus menjaga kualitas, bukan kuantitas banyaknya permainan dalam sehari. Saya tidak ingin mengecewakan mereka. Jika ingin memesan lagi, silakan hubungi mommy saya, dan mengatur jadwal yang sudah diatur mommy saya,” jawab Elma menjelaskan, membuat lelaki tua itu merasa sangat kesal mendengarnya.

“Kenapa lama sekali? Berapa banyak klien lagi yang harus kamu layani?” tanyanya.

Elma berpikir sejenak, “Mungkin sekitar 30 orang, untuk sementara ini,” jawab Elma, yang malah membuat lelaki tua itu menjadi sangat kaget karena terlalu lama.

“Come on, kenapa harus seperti itu? Saya harus menunggu selama 3 bulan, jika ingin bercinta denganmu lagi?” tanyanya yang merasa tidak bisa menerima yang Elma katakan.

Elma menyunggingkan tipis senyumnya, “Jika Anda menginginkan, saya tidak memaksa Anda. Jika tidak, Anda bisa meminta kepada mommy untuk memilihkan gadis lain,” ujarnya yang enteng, karena merasa sudah sangat tidak membutuhkan yang namanya kuantitas.

Elma sangat percaya, jika kualitasnya baik, ia akan dicari orang lagi. Jadi, ia harus bisa mempersiapkan dirinya selama 3 hari ke depan, untuk membuat panas malam-malam selanjutnya bersama dengan klien lainnya.

“Selama 3 hari ke depan, kamu pasti free. Apa bisa saya main ke rumahmu, dan membawakan kamu makanan? Saya akan membawakan apa pun, dan mengajak kamu berbelanja. Tapi tolong bilang ke mommy kamu, untuk mengatur jadwal kita 3 hari ke depan. Saya ingin mengajukan lebih dulu,” ujarnya, sontak membuat Elma kembali tersenyum mendengarnya.

“Maaf, Tuan. Saya tidak bisa melakukannya. Lebih baik Anda melakukan hal yang sportif, dan mengikuti semuanya secara tertib,” tolak Elma, membuat lelaki tua itu benar-benar kesal mendengarnya.

Elma tak memedulikannya, ketika ia selesai dengan pakaiannya, ia pun segera meninggalkan lelaki tua itu di sana. Ia merasa sangat lega, karena sudah menyelesaikan malam yang sangat panjang baginya.

‘Karena sedikit-sedikit keluar, aku jadi sulit untuk melakukan hal yang lebih menantang. Setiap 5 menit sekali, aku harus berusaha untuk membuatnya kembali tegang. Kalau tidak, mungkin aku tidak akan pernah bisa menyelesaikan malam ini. Benar-benar melelahkan klien yang seperti itu!’ batin Elma, menggerutu dengan kesalnya, sembari tetap berjalan menuju ke arah basement hotel.

Di sana, sudah ada sopir yang memang diperintahkan mommy mereka, untuk menunggu Elma menyelesaikan tugasnya. Tanpa basa-basi, Elma pun masuk ke dalam mobil alphard berwarna hitam, dan sang sopir pun segera melajukan kendaraannya menuju ke arah apartemen Elma.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi, dan Elma baru saja menyelesaikan pekerjaan ini, yang sudah ia lakukan sejak 8 jam yang lalu. Sepanjang jalan ia hanya bisa mendumel kesal, karena ia mendapatkan klien yang benar-benar membuatnya bekerja ekstra.

‘Sial, kenapa dia harus menyewa 8 jam? Apa dia gak sadar diri dengan kemampuannya yang lemah itu?’ batin Elma, benar-benar sangat kesal karena mendapatkan klien yang benar-benar sangat membuatnya kesal setengah mati.

Handphone-nya berdering, membuatnya terkejut mendengarnya. Dengan segera, Elma pun mengangkat telepon yang ternyata dari mommy-nya.

“Hello, Mommy,” sapa Elma.

“Hello, Sayang. Bagaimana, kamu sudah selesai sama klien yang ini?” tanya seorang wanita berusia hampir 40 tahun, yang selalu dipanggil ‘Mommy’ dengan seluruh anak-anak asuhnya.

“Sudah, Mom. Cuma lain kali, aku gak mau terima orang yang lemah begitu. Aku gak bisa, malah bikin capek aja. Dengan kurang ajarnya, dia malah minta tambahan waktu, dan gak ingat kemampuan dirinya sendiri,” gerutu Elma, membuat Mommy-nya tertawa mendengarnya.

“Ya sudah, lain kali Mommy akan perketat seleksi untuk kamu,” ujarnya. “Oh ya, jangan lupa cek rekening kamu. Mommy sudah transfer sisa pembayaran dan juga tip buat kamu,” tambahnya yang mengingatkan Elma mengenai hal ini.

Satu senyuman mengembang di wajah Elma, “Okay, Mommy. Thank you!” ujarnya yang terdengar sangat manis.

“You’re welcome, Honey. Bye.”

“Bye, Mommy.”

Mereka pun menyudahi percakapan mereka, membuat Elma merasakan kepuasan sendiri dengan apa yang sudah ia dapatkan malam ini.

‘Walaupun harus bersusaha susah payah, gak apa-apa. Mommy kasih aku tip, buat belanja kekurangan aksesoris untuk klien yang berikutnya. Kalau pakai punya Mommy, aku takut yang lain pada iri,’ batinnya, yang merasa sangat senang dengan apa yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya itu.

Memiliki Kekasih

Elma sudah sampai di apartemen miliknya, yang ia beli dari hasil jerih payahnya melakukan pekerjaan yang tidak baik ini. Ini semua ia lakukan, karena dirinya yang tidak bisa bergantung kepada siapa pun di dunia ini. Kedua orang tuanya sudah meninggal, sehingga ia tidak memiliki siapa pun untuk menasehatinya.

Elma juga sudah mencoba untuk mencari kekasih, agar ia bisa menikah dan menggantungkan dirinya kepada lelaki pilihannya itu, tetapi uang yang diterima dari bisnis gelap ini lebih banyak dan lebih menggairahkan daripada uang bulanan yang mungkin nanti akan diberikan oleh lelaki pilihannya itu.

Namun, Elma juga masih tetap memiliki seorang kekasih, yang jarang sekali ia temui. Ia lebih fokus untuk pekerjaannya, dan perawatan dirinya selama 3 hari ke depan saat ia libur bekerja.

Setibanya Elma di apartemen, ia pun segera turun dari alphard hitam tersebut, dan melangkahkan kaki menuju ruangan apartemennya.

Membutuhkan waktu 1 jam lamanya, untuk bisa sampai di apartemen kediamannya ini. Tubuhnya begitu lelah, tetapi ia masih harus membilas tubuhnya dengan benar karena ia sudah tidak tahan dengan aroma lelaki tua yang menempel pada kulitnya itu.

Saat sudah memasuki ruangan apartemennya, Elma pun melemparkan tas terbatas Hermes edisi Matte Black Niloticus Crocodile So Black Birkin 30, dengan Rare Hardware PVD seharga 209.553 USD, ke atas ranjang Super King Bed berukuran 200 x 200 cm yang bernuansa serba hitam.

Elma sangat menyukai warna hitam, karena baginya hitam sangatlah memesona dan elegant. Apalagi hitam juga melambangkan warna dalam hidupnya, yang terasa sangat suram baginya.

Round Toe Super High Heels Pumps Stiletto pensil berwarna merah menyala, dengan ukuran tinggi 16cm, dihempaskan secara asal ke sekitar ranjang tidurnya. Cocktail dress berwarna merah menyala yang ia kenakan pun ia tanggalkan, dan juga semua pakaian dalam yang ia kenakan.

Elma melangkah menuju ke arah kamar mandinya, dan langsung membenamkan tubuhnya di dalam bathtub berisi air hangat dan taburan lily white flower di dalamnya, yang sebelumnya sudah disiapkan dengan benar oleh pelayannya.

Kenikmatan yang Elma rasakan kini, sangat membuat dirinya bahagia. Ia mengukur kebahagiaan hanya dengan uang, membuatnya merasa harus bekerja terus-menerus, untuk menghidupi dirinya sendiri dengan kemewahan yang ada.

‘Aku harus putar otak, supaya bisa beli rumah sendiri untuk investasi,’ batinnya, yang selama ini belum sempat membeli rumah, saking banyaknya pakaian dan aksesoris lainnya yang ia dahulukan.

Handphone-nya berdering, Elma khawatir itu adalah telepon dari orang penting atau dari mommy-nya.

Elma meraih gagang telepon, dan menghubungi pelayannya yang saat ini sedang menyiapkan sarapan pagi untuknya.

“Tolong ambilkan handphone saya,” pinta Elma, yang lalu segera mengakhiri perbincangannya di telepon.

Tak membutuhkan waktu lama, seorang maid datang dengan membawakan handphone keluaran terbaru dari Iphone series, dengan jumlah kamera tiga buah di sisi bagian belakang handphone.

“Permisi Nona,” ucapnya, seraya memberikan handphone tersebut pada Elma.

Elma tanpa kata meraihnya, dan maid itu segera pergi dari hadapan Elma dengan pandangan yang terus menunduk.

Ekspresinya seketika berubah menjadi datar, ketika melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini. Elma pun menerima panggilan tersebut, yang ternyata dari kekasihnya.

“Halo,” ucap Elma datar.

“Elma, kamu di apartemen? Kenapa gak pernah angkat telepon saya dari semalam?” tanya Morgan, yang merupakan kekasih dari Elma.

Selama hampir 3 tahun mereka menjalin hubungan bersama, Elma sama sekali belum pernah melakukan hubungan intim dengan Morgan. Jangankan berhubungan intim, mereka saja jarang sekali berkomunikasi, sehingga membuat Morgan masih saja penasaran dengan Elma yang sangat sulit ditakhlukkan.

“Aku sibuk kerja, ada meeting proyek semalaman,” jawab Elma secara asal.

Ya, Morgan memang tidak mengetahui apa pun tentang Elma. Ia tidak tahu kalau sebenarnya Elma berprofesi sebagai kupu-kupu malam. Hal itu akan terus Elma sembunyikan, karena ia tidak ingin sampai kehilangan pekerjaannya karena Morgan.

Elma berpikiran buruk, jika nanti Morgan akan mengatakan hal ini kepada media, dan mempermalukannya. Itu sebabnya Elma tidak mengatakan yang sebenarnya pada Morgan.

“Kamu sudah bangun sepagi ini?” tanya Morgan lagi.

Morgan tidak tahu, bahkan Elma sama sekali belum tidur semalaman suntuk. Itu karena ia harus melayani tamu yang sangat istimewa. Saking istimewanya, ia sampai dibuat kewalahan sendiri karena kelemahan client itu.

“Ya, aku baru bangun.” Elma menjawab seadanya, lagi-lagi menutupi semua kebenaran yang ada.

“Baiklah, saya ke apartemen kamu sekarang. Saya bawa bubur untuk kamu,” ujar Morgan, sontak membuat Elma mendelik kaget mendengarnya.

“Kamu gak perlu repot-repot. Aku udah suruh pelayan untuk masak,” sanggah Elma.

Sebisa mungkin Elma selalu menghindarinya, karena ia tidak ingin terlalu dalam mencintai seorang lelaki. Ia khawatir, jika nanti ia mencintai kekasihnya terlalu dalam, ia akan dibatasi tentang pekerjaannya, bahkan sama sekali tidak diizinkan melakukan pekerjaan itu.

“Kenapa, El? Saya beneran sedang menuju ke sana,” ujar Morgan, yang masih tetap memaksa ingin sekali datang ke apartemen Elma.

Elma memutar otak untuk jawaban yang akan ia berikan kepada Morgan. “Aku sebentar lagi ada online meeting. Aku takut gak bisa nemenin kamu ngobrol,” tolaknya lagi.

“Saya bisa duduk di ruangan tamu, kok. Kamu jangan takut terganggu. Saya cuma mau ketemu sama kamu aja,” ucap Morgan, membuat Elma merasa sangat kesulitan untuk menolak keinginan Morgan.

“Emm ... lain kali aja ya, Gan. Aku gak bisa kalau sekarang banget,” ujar Elma, membuat Morgan mengerti dengan maksud dari Elma.

Morgan menghela napasnya dengan panjang. “Kamu sengaja menolak aku dari tadi dengan berbagai macam alasan. Kenapa gak to the point aja, sih? Kenapa harus berbelit-belit bicara ini dan itu?” tanyanya, membuat Elma membolakan matanya.

“Ya, aku gak bisa. Pokoknya aku gak bisa sekarang,” ucap Elma yang lalu segera mengakhiri sambungan telepon dari Morgan.

Elma menghela napasnya dengan panjang, karena merasa sangat sulit untuk menyingkirkan Morgan saat ini. Semakin lama ia semakin risih saja, dengan sikap Morgan yang sudah seenaknya saja baginya.

“Morgan ini, semakin gak bisa dikendalikan. Aku gak mau kalau sampai dia merusak semua reputasi yang sudah aku bangun. Aku gak akan rela,” gumamnya, yang sangat tidak rela dengan apa yang akan Morgan lakukan dengan pekerjaannya saat ini.

Elma menghela napasnya panjang, sembari meletakkan handphone-nya di area yang jauh dari air.

“Apa harus aku sudahi aja hubungan ini?” gumam Elma, yang malah terpikirkan untuk menyudahi hubungan yang ia anggap sangat toxic.

Kebebasannya adalah nomor satu. Ia sudah mencoba untuk menjalin hubungan dengan Morgan, tetapi dirinya menolak untuk setiap kekangan dan lainnya.

Elma menghela napasnya, lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding bathtub tersebut.

“Nona, ada tamu di depan.”

Rencana Penyelesaian

Mendengar pelayannya berbicara seperti itu, Elma pun mendelik kaget mendengarnya. Ia merasa kesal, karena memikirkan Morgan yang terlalu nekat baginya.

‘Morgan kenapa nekat banget buat ke sini, sih?’ batin Elma, yang merasa sangat kesal mendengarnya.

“Suruh dia tunggu sebentar,” ucap Elma yang mengatakan demikian kepada pelayan yang berada di luar pintu kamar mandinya.

“Baik Nona.”

Karena sudah ditunggu oleh seseorang yang ada di luar, Elma pun bergegas untuk menyelesaikan mandinya. Rasa kesal pasti ada, karena ia ingin berlama-lama membilas tubuhnya yang kotor itu. Namun, ia harus terganggu dengan seseorang yang ada di luar sana.

Setelah menyelesaikan mandinya, Elma pun membuka lemarinya yang penuh dengan baju sexy dengan merk ternama. Tangannya meraih satu di antara banyaknya pakaian yang menggantung, dan pilihannya jatuh pada midi dress berwarna orange, yang sangat selaras dengan kulit putih bersihnya itu.

Setelahnya Elma pun menata rambutnya dengan cepat, karena tidak ingin terlalu lama membuat orang tersebut menunggu. Jika tidak ada siapa pun yang menunggunya, Elma pasti akan menghabiskan waktu 3 jam lamanya hanya untuk makeup dan juga menata rambutnya.

Merasa dirinya sudah siap, Elma pun segera keluar untuk menemui orang tersebut.

Elma melihat seseorang yang duduk di sofa ruangan tamu apartemennya. Benar saja dugaannya, bahwa yang datang bertamu adalah Morgan, kekasihnya. Sejenak ia pun menghentikan langkahnya dan memandang ke arah Morgan yang sedang memainkan gadget-nya itu.

Elma menghela napasnya dengan panjang, karena merasa sedikit kesal melihat Morgan yang sudah berada di sini.

“Morgan,” sapa Elma datar, Morgan sedikit terkejut lalu segera menyimpan gadget-nya dan memandang ke arah Elma.

“Sayang ....” Morgan pun bangkit dan berdiri di hadapan Elma dengan senyuman yang terukir, walaupun Elma sama sekali tidak tersenyum sejak awal melihatnya.

“Saya bawain kamu bubur untuk sarapan,” ucap Morgan tiba-tiba, Elma lagi-lagi menghela napasnya dengan panjang.

Elma melipat kedua tangannya, “Aku ‘kan sudah bilang, kalau pelayanku sudah masak sarapan buat aku. Kamu juga gak perlu repot-repot datang ke sini, cuma buat ngasih ini ke aku. Aku bisa beli bubur sendiri, atau bisa minta tolong buatkan sama pelayan,” ucapnya dengan nada yang datar, membuat Morgan tidak rela mendengarnya.

“Gak bisa gitu dong, Elma. Saya ingin bertemu kamu, dan ngasih perhatian lebih ke kamu. Masa saya gak boleh melakukan hal kecil seperti ini kepada kekasih saya?” ujar Morgan, yang terdengar sangat sendu.

Elma hanya bisa menghela napasnya dengan panjang, saking bingungnya harus mengatakan apa lagi di hadapan Morgan.

Sejujurnya Elma sudah sangat tidak tahan dengan sikap memaksa Morgan yang sangat terasa mencekik baginya. Ia sudah ingin menghempaskan Morgan saja, karena hatinya tidak bisa jika terlalu sering dipaksakan.

‘Mending aku udahin aja hubungan ini, daripada terus menyiksa,’ batin Elma, yang memang sudah berencana melakukan hal ini sejak tadi.

“Tanggal 27, apa ada waktu luang?” tanya Morgan tiba-tiba, Elsa memandangnya dengan datar.

“Kamu tahu bukan, kalau aku kerja setiap hari dan setiap tiga hari sekali aku ada meeting pembahasan perkembangan proyek yang sedang aku jalani. Tanggal 27, aku sibuk banget,” papar Elma menjelaskan.

Terlihat tatapan kecewa di mata Morgan, karena ia merasa sangat sedih mendengar Elma yang terus-menerus sibuk seperti itu.

“Yah ... padahal saya mau ajak kamu dinner, karena tanggal 28 hari jadi kita yang ke-3 tahun,” ujarnya dengan penuh nada kekecewaan.

Elma sampai lupa, kalau usia hubungan mereka akan mencapai 3 tahun, saking sibuknya ia menangani para klien.

Ekspresi Elma terbaca oleh Morgan. “Jangan bilang kamu lupa dengan hari jadi kita?” bidiknya, Elma memandangnya dengan senyuman.

“Maaf,” ucap Elma, yang tak direspon sama sekali oleh Morgan.

‘Kita udah mau 3 tahun? Kenapa bisa lupa? Bagaimana caranya mutusin hubungan ini coba?’ batin Elma, yang malah menjadi semakin bingung saja dengan hal ini.

“Saya harap kita bisa dinner di tanggal 27, atau boleh tanggal 28. Saya gak masalah di tanggal berapa pun itu, yang penting kita bisa dinner bareng,” ujar Morgan, tetapi Elma masih saja diam mendengarnya.

Melihat ada keraguan di wajah Elma, Morgan pun memandang dalam ke arah Elma, dengan tangannya yang menggenggam erat tangan Elma.

“Saya mohon, kamu jangan terlalu sibuk di hari jadi kita yang ke-3 nanti. Saya akan berusaha untuk menyiapkan yang terbaik untuk dinner nanti. Please, jangan juga menolak permintaan saya ini,” ujar Morgan, membuat Elma merasa iba mendengar permintaannya itu.

Elma masih berpikir dengan apa yang harus ia lakukan. Melakukan dinner dengan Morgan, memang tidak ada salahnya. Namun, ia merasa hal seperti ini tidak harusnya ia lakukan, mengingat dirinya yang hendak memutuskan hubungan antara ia dan juga Morgan.

‘Jadi aku harus gimana? Putusin di hari jadi aja kali ya?’ batin Elma, yang merasa bingung dengan keadaan.

Karena beberapa pertimbangan, Elma pun akhirnya memutuskan untuk menerimanya. Ia mengatakan pada Morgan bahwa ia akan mengabulkan apa yang menjadi permintaan Morgan.

Hari pun sudah beranjak siang, dan Elma masih belum melakukan sarapan. Jam sarapan sudah hampir habis, membuat Elma merasa sangat kelaparan saat ini.

‘Lapar juga ...,’ batin Elma, yang lalu berlalu pergi menuju ke arah meja makannya.

Morgan sudah sejak tadi kembali ke rumahnya, karena mendadak ia ada urusan yang harus dikerjakan. Sementara itu, Elma malah senang ketika Morgan pamit untuk melakukan sesuatu.

Beberapa makanan sudah tersedia di atas meja makan, tetapi Elma masih saja belum menyentuhnya. Kini, makanan tersebut sudah dingin sehingga Elma tidak mau memakannya lagi.

“Tolong dipanaskan,” suruh Elma, mereka pun segera menyiapkan makanan yang ada, dan memanaskan kembali makanan tersebut di oven.

Setelah selesai mereka memanasi makanan, Elma pun makan dengan nikmatnya, saking laparnya ia. Matanya pun sudah terasa berat, dan ingin sekali beristirahat untuk mempersiapkan staminanya.

Kini, Elma pun sudah berada di ruangan kamarnya. Setelah menyantap habis semua makanan yang ada di meja makan, Elma pun merasakan kantuk yang teramat dalam, lalu segera memejamkan matanya di atas ranjang tidurnya.

***

Beberapa hari sudah Elma lewati dengan baik. Kini sudah tiba waktunya untuk mereka melakukan dinner bersama.

Morgan menjemput Elma di apartemennya, dan langsung mengajaknya untuk melakukan dinner di sebuah restoran yang mewah, yang sebelumnya sudah Morgan pesankan untuk mereka.

Suasana di resto nampak sangat indah dan romantis, membuat Elma sedikitnya senang dan bahagia melihat suasana di sekitar resto ini.

Mereka kini duduk berhadapan, dengan Morgan yang mengenakan pakaian lengkap dengan tuxedo hitam miliknya, dengan Elma yang mengenakan cocktail dress berwarna silver, sehingga terlihat sangat cantik di hadapan Morgan.

Morgan memandang Elma dengan dalam. “Kamu sangat cantik malam ini.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!