"Ayo cepat.... Kapalnya mau berangkat" Teriak salah satu petugas yang menjaga pintu gerbang masuk ke dalam feri yang akan menuju kota terubuk Bengkalis.
Dengan cepat, kami pun langsung menancap gas sepeda motor yang kami kendarai dan memberikan tiket kapal feri yang kami beli kepada petugas yang berteriak tadi.
Aku, ibuku, keponakan ku, Yusnidar dan Nurfazira masuk ke dalam feri yang hampir meninggalkan kami tadi. Yah Nurfazira dan Yusnidar adalah sahabat ku di SMA. Kami pun memutuskan untuk masuk ke kursus komputer itu bersama-sama. Yah karena kami tidak mempunyai cukup biaya untuk melanjutkan kuliah, karena itu kami hanya memutuskan untuk ikut kursus komputer saja.
"Tot... Tot... Tot... " Bunyi kapal peri yang kami tumpangi tanda akan meninggalkan kota bertuah Sungai Pakning.
Kami naik menuju tingkat dua tempat di mana para penumpang yang lain nya duduk menunggu kapal feri sampai ke tempat tujuan.
Sedangkan di tingkat pertama itu hanya tempat kendaraan seperti mobil dan motor saja di sana.
Kami duduk di bangku berwarna merah tak jauh dari kantin tempat para penumpang membeli cemilan saat ingin makan di dalam feri sambil menikmati pemandangan laut yang sangat indah.
kami duduk berhadapan di mana ibuku, ponakanku serta Yusnidar menghadap ke kantin sedangkan aku dan Nurfazira membelakangi kantin.
Saat kapal feri mulai bergerak, tiba lah kepala ku merasa pusing. Maklum saja aku baru dua kali menaiki feri itu. Pertama kali aku naik feri saat aku ingin ke Bengkalis untuk melakukan daftar di tempat kursus komputer yang akan kami jalani. Dan yang ini adalah kali kedua nya.
aku merasa gelisah saat itu. Mual, pusing semua bercampur menjadi satu. Aku menoleh ke belakang tempat di mana kantin berada. Tanpa sengaja aku melihat sesosok insan yang selama ini aku kenal. Orang itu tampak sibuk melayani para penumpang yang ingin membeli makanan di tempat kantin nya. Aku tercengang melihatnya. Tidak kusangka aku bisa bertemu dengannya di sini "Dodi Arman" Itulah nama pemuda yang membuatku tercengang.
Dia adalah kakak kelasku sewaktu SMA dulu. Dimana aku dua tahun lebih muda darinya. Dia juga pemuda yang telah membuat kakak sepupuku mengaguminya. Jujur aku juga mengagumi pemuda yang bernama Dodi itu. Sifatnya pendiam, kalem ditambah lagi wajahnya bisa dibilang cukup manis membuat siapa saja bisa jatuh hati.
Dengan dia yang mempunyai sifat kalem dan pendiam itu membuat aku penasaran dengannya dan ingin berkenalan lebih dekat lagi kepada nya.
"Eh, itu bukan nya bang Dodi ya?" Tanya ku kepada kedua sahabat ku sambil menunjuk ke arah yang ku maksud.
"Mana?" Tanya Yusnidar mencari dan melihat ke arah yang ku tunjuk.
"Itu" Ujar ku lagi.
"Oh iya itu memang bang Dodi. Emang nya kenapa?" Tanya Nurfazira kepada ku.
Aku hanya bisa menggeleng kepala ku mendengar pertanyaan dari Nurfazira sambil mengigit bibir bawah ku tanda tidak ada apa-apa.
Aku terus melihat dan menatap pemuda yang membuat ku penasaran itu.
"Usu" Panggil ponakan ku kepada ku yang bernama Dina. Usu itu adalah panggilan bibi untuk anak yang paling bungsu di daerah melayu tempat ku sekarang. Dimana aku adalah bersuku melayu Riau. Yah karena aku anak yang bungsu tentu saja aku mendapat panggilan itu dari ponakan-ponakan ku.
"Usu" Panggil nya lagi sambil menarik tangan ku.
"Iya Dina. Ada apa?" Tanya ku kaget tersadar dari lamunan ku saat Dina menarik tangan ku.
"Usu ngapain sih? Lihatin siapa? Abang-abang itu? Abang-abang yang mana satu? Banyak t abang-abang nya" Kata Dina melontarkan seribu pertanyaan kepada ku membuat ku salah tingkah karena kedapatan melihat cowok.
"Gak kok, gak ada yang lihat abang-abang di sana" Kata ku memberi alasan sambil nyengir.
"Usu, belikan Dina pop mie ya. Dina lapar" Ucap gadis yang duduk di bangku kelas satu SMP itu.
"Ya ampun Dina, uang kan sama ibu kamu. Sedangkan ibu kamu ketinggalan feri tadi. Ini cuma ada sepuluh ribu sisa beli tiket tadi" Ujar ku.
Dina tampak kecewa mendengar ku berkata seperti itu. Bukan apa-apa sih, yah karena aku tidak mengetahui harga pop mie di kantin itu jelas saja aku takut uang ku tidak cukup nanti nya. Jelas-jelas itu akan membuat ku malu di hadapan pemuda yang mu taksir itu.
"Ya sudah ayo kita tanya dulu berapa harga pop mie nya. Jika uang nya tidak cukup, jangan marah ya pop mie nya gak dapat" Ujar ku lagi.
Dina tersenyum senang mendengarkan apa yang ku katakan. Dia menarik tangan ku dan menuntun ku ke kantin tempat di mana bang Dodi berada.
Saat kaki ini mulai melangkah mendekati kantin, ada getaran-getaran halus yang muncul di hatiku. Aku berusaha untuk bersikap biasa saja agar tidak kelihatan salah tingkah.
"Mau beli apa?" Tanya pemuda manis yang ada di hadapan ku itu yang tak lain adalah bang Dodi.
"Ha?" Aku kaget.
"Eh mau beli pop mie bang satu" Tambah ku lagi.
Bang Dodi mengambil pop mie yang sudah di siap kan nya tadi. Yah pop mie tersebut sudah di masukan bumbu-bumbu nya. Dan ketika ada yang mau membeli pop mie tinggal di beri air panas nya saja lagi agar para pembeli tidak lama menunggu.
"Ini" Katanya memberikan segelas pop mie kepada ku.
"Berapa?"
"Delapan ribu" Jawab nya singkat.
"Aduh untung saja uang ku cukup. Kalau tidak, mau di taruh mana muka ku" Batin ku menyerah kan uang sepuluh ribu kepada bang Dodi dan bang Dodi mengembalikan uang ku dua ribu.
"Terima kasih" Ujar ku.
"Iya" Jawab nya singkat sambil tersenyum manis yang membuat jantung ini berdetak begitu cepat. Aku juga tidak mengerti mengapa jantung ini tidak bisa bersikap normal.
Aku dan Dina kembali ke tempat duduk ku di mana tempat kami duduk dari awal masuk ke dalam feri tadi.
Senyuman dan sikap nya yang kalem tadi semakin membuat ku penasaran dengan nya. Aku berusaha untuk bersikap biasa saja agar tidak menaruh curiga kepada ibu, ponakan ku dan juga kedua sahabat ku itu.
aku mengalihkan pikiranku ke sekolahku yang baru yaitu Wiyatamandala. Yah itu lah nama sekolah kursus ku yang baru.
hari itu adalah hari dimana Kami para murid baru PP 1 (Program Profesi 1 Tahun) mengadakan tes masuk ke sekolah itu.
Aku dan juga kedua sahabatku ini merasa takut dan cemas jika nanti kami tidak lulus tes dan tidak berhasil masuk ke sekolah kursus yang cukup terkenal di kota terubuk itu.
Kapal feri bernama Bahari Nusantara berlabuh ke pelabuhan roro Bengkalis. Semua penumpang turun untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing. Tidak ketinggalan aku, ibuku, keponakan ku dan kedua temanku. Aku menelusuri jejak langkah para penumpang yang lain menuruni tangga berwarna biru itu.
"Apa kalian tahu jalan di daerah ini?" Tanya ku kepada kedua teman ku saat kami sudah berada di luar kapal feri. Aku berboncengan dengan ibuku dan keponakan ku. Sedangkan kedua teman ku berboncengan berdua.
Mereka menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepala mereka.
"Waduh, jika begini kita bisa nyasar. Aku juga gak tahu daerah ini. Secara baru dua kali aku datang ke tempat ini" Ujar ku lagi dengan bingung.
"Oh ya, begini saja. Bagaimana kita pergi ke rumah saudara ku yang berada di daerah Senggoro. Aku tahu tempat nya di mana" Kata Nurfazira membuat perasaan kami sedikit lega. Yah setidak nya ada tempat untuk berteduh dan menghilangkan rasa lelah sebentar.
Kami pun langsung menancap gas menuju ke rumah saudara Nurfazira yang di maksud.
***
"Yet, kok rumah nya sepi? Apa gak ada orang nya?" Tanya ku kepada Nurfazira saat kami tiba di rumah saudara nya itu dan melihat rumah berwarna kuning itu tertutup rapat seperti tidak ada penghuni nya.
Yet itu adalah nama panggilan keluarga nya kepada Nurfazira. Yah kami pun tidak tahu kenapa keluarga menyebut nya dengan memanggil nama Yet. Entah karena mereka ngefans sama Iyet Bustami atau bagaimana kami pun tidak tahu. Dan karena keseringan mendengar nama itu, jadi nya kami pun ikut-ikutan memanggil nama Nurfazira dengan nama Yet.
"Aku juga gak tahu sih. Tunggu sebentar biar ku telfon mereka dulu" Ujar Nurfazira merogoh saku celana nya untuk mengambil ponsel dan menghubungi saudara nya itu.
"Ye... Ayah kamu sih Din lama banget. Gak tahu deh ngapain aja di rumah jadi ketinggalan mereka feri nya. Coba aja cepat pasti kita tidak terlontar seperti ini" Keluh ku yang kepada keponakan ku itu.
Yah biasa lah abang ipar ku itu mempunyai kebiasaan jika mau berangkat paling lama persiapan nya. Mandi nya tiga jam, belum lagi buang air besar nya, ngopi dan lain-lain sebagai nya. Pokok nya serba lama persiapan abang ipar ku itu.
"Mereka tidak ada di rumah. Mereka sedang jalan-jalan ke Pekanbaru" Jelas Nurfazira saat selesai ia menghubungi saudaranya itu.
"Yah.... " Keluar sepatah kata dari mulut Yusnidar sebagai ungkapan rasa kekecewaan karena tidak ada tempat untuk berteduh.
"Ya sudah, kita di sini aja. Tunggu sampai kakak dan abang ipar ku datang" Saran ku lagi.
"Kita juga tidak tahu jalan juga. Jika kita memaksakan untuk lanjut bisa-bisa kita nyasar lagi" Tambah ku lagi.
"Tapi... " Belum sempat aku melanjutkan perkataan ku terdengar suara ponsel ku berdering. Aku mengambil ponsel yang bermerk Mito ke dalam saku celana ku.
"Hallo" Sapa ku.
"Kak, kalian sudah di mana? Apa sudah masuk ke dalam kapal feri? Atau masih mengantri?" Tanya ku kepada kakak ku yang menelepon ku tadi.
"Kami berada di senggoro di rumah saudara nya Yet. Tak jauh dari mesjid kuning" Jelas ku melihat patokan mesjid kuning yang berdiri gagah tidak jauh dari rumah saudara nya Yet itu agar kakak dan abang ipar ku mudah mencari kami.
Mesjid kuning adalah mesjid bersejarah yang berada di kota terubuk Bengkalis. Ku cerita kan sedikit ya sejarah mesjid kuning agar kalian tahu sejarah di kota terubuk ini.
Masjid Kuning awal berdiri hanya berdinding papan, bangunannya pun sangat sederhana dan kecil. Setelah masjid dibangun, di tanamlah dua batang kenanga. Kenanga disebelah kanan ditanam oleh Panglima Minal, disebelah kiri ditanam oleh istrinya, Buyut.
Beberapa tahun kemudian, kenanga itu pun besar dan berbunga. Lama kelamaan masjid kecil ini tersungkup (tertutupi) oleh bunga kenanga. Sehingga, dari kejauhan terlihat hanya warna kuning bunga kenanga. Kabarnya, itulah sebab kenapa masjid itu disebut Masjid Kuning.
Masjid Kuning telah mengalami pemugaran sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan yang kedua dilakukan setelah Indonesia merdeka. Salah satu imam Masjid Kuning yang terkenal adalah imam Simpul, merupakan cucu Panglima Minal.
Masyarakat Bengkalis percaya bahwa Masjid Kuning memiliki kekuatan mistik. Menurut cerita yang beredar, masjid tersebut dijaga oleh makhluk gaib yang tak jarang menampakkan diri kepada orang-orang tertentu.
"Oke cepat ya" Ujar ku mengakhiri percakapan ku dan kakak ku di ponsel.
"Sudah di mana mereka?" Tanya Ibu ku yang dari tadi duduk di teras rumah saudara nya Yet itu.
"Mereka sudah sampai di sini. Dan sudah turun dari kapal feri sebentar lagi pasti tiba" Jawab ku.
Ibu ku hanya mengangguk-anggukkan kepala nya.
"Itu mama" Teriak Dina kegirangan saat melihat orang tua nya bersama kedua adik laki-laki nya sudah Tiba dengan menggunakan motor bermerk Supra x berwarna merah itu.
"Sudah lama kalian sampai?" Tanya kakak ku saat mereka sudah tiba di hadapan kami.
"Lumayan. Jika bertelur kami sudah menetas" Jawab ku singkat dengan sedikit bercanda kepada kakak ku itu.
"Ini rumah saudara nya Yet? Gak ada orang nya?" Tanya kakak ku lagi.
"Gak, mereka sedang pergi ke Pekanbaru" Jawab Yet seadanya.
"Jadi kalian duduk di sini lah dari tadi?"
"Iya kami hanya duduk di sini saja. Mau bagaimana lagi kami gak tahu jalan di daerah sini. Mau tak mau, suka tak suka ya kami menunggu saja di sini hingga kalian tiba" Ujar ku lagi.
"Alah...kasihan lah kalian, Seperti orang terbuang saja" Goda kakak ku.
Aku menatap kakak ku dengan kesal. Yang buat kami menjadi orang terbuang ya karena suami nya yang lama persiapan nya. Janji nya berangkat pukul tujuh malah ketinggalan peri dia nya.
"Ya sudah kita cari sarapan dulu ya" Ajak kakak ku.
"Ha oke, kebetulan perut sudah keroncongan" Ujar ku. Yah karena ingin cepat berangkat hingga takut ketinggalan feri nya sampai-sampai kami tidak sempat sarapan pagi tadi. Hal hasil yah kami merasa kelaparan saat ini.
Tapi hasil nya tetap juga terlambat karena ulah abang ipar ku itu.
"Ayo kita berangkat" Kata Yusnidar kegirangan. Kami pun berangkat menuju ke sebuah taman untuk sarapan di sana sambari menunggu bang Fitra yang akan membawa kami ke tempat kursus komputer untuk melakukan tes masuk di sana.
Bang Fitra lah yang mengurus pendaftaran dan segala macam nya saat kami mau masuk di kursus itu. Dan karena hari ini akan di adakan tes, maka kami harus datang ke tempat kursus itu.
Kami memutuskan untuk duduk di taman di menunggu bang Fitra datang untuk membawa kami ke tempat kursus komputer yang akan kami jalani.
"Sebelum Fitra datang, kita makan dulu ya sarapan. Kalian mau pesan apa?" Tanya kakak ku kepada kami semua. Yah di taman yang terdapat tak jauh dari tugu bengkalis itu tersedia juga penjual kaki lima yang menyajikan beberapa makanan. Seperti nasi goreng, mie goreng atau mie rebus dan lain-lain nya.
"Aku mau nasi goreng" Jawab Yusnidar.
"Aku naso goreng juga deh" Yet tak mau kalah.
"Aku mie goreng" Ujar ku lagi.
Sedangkan ibu ku memesan nasi goreng, kakak dan abang ipar dan juga anak-anak nya pun memesan mie goreng.
Tak lama kami memesan, bang Fitra pun datang dengan sepeda motornya yang bermerk Jupiter Z.
Bang Fitra langsung duduk berhadapan dengan abang ipar ku. Mereka pun ngobrol ringan seperti tanya kabar dan lain-lain. Yah mereka memang sudah lama saling kenal. Hal itu di karenakan bang Fitra adalah teman satu mengajar pramuka dengan abang ipar ku itu. Hanya saja abang ipar ku itu sudah senior. Lama kami menunggu pesanan kami yang tak kunjung datang.
"Mereka sedang memasak makanan yang kalian pesan itu. Lebih baik kita ke tempat kursus nya saja dulu di Wiyatamandala untuk mengadakan tes nya menjelang pesanan nya siap" Saran bang Fitra.
"Lagian sudah jam sembilan lewat ini takut nya mereka sudah selesai melakukan tes nya" Tambah nya lagi.
"Iya benar saja apa yang di katakan Fitra. Lagian tes nya juga tidak begitu lama bukan?" Ujar abang ipar ku.
"Gak lama sih, paling juga tes nya objektif" Kata bang Fitra.
"Ya sudah kalian pergi tes saja dulu. Dari pada terlambat nanti nya" Ujar kakak ku pula.
Aku, Nurfazira alias yet serta Yusnidar pun pergi mengikuti bang Fitra yang membawa kami ke tempat kursus komputer Wiyatamandala itu dengan menggunakan motor masing-masing.
***
Sesampainya di sana Direktur LPK Wiyatamandala pun mempersilahkan kami masuk ke ruangan tes.
"Ini murid baru dari Sungai Pakning nya?" Tanya Direktur itu.
"Iya, mereka agak terlambat karena ketinggalan kapal feri tadi pak" Jawab bang Fitra.
"Ya sudah, silahkan masuk" Ujar Direktur itu lagi.
Untung lah bang Fitra telah meminta izin atas keterlambatan kami tadi kepada Direktur sekaligus guru yang akan mengajar di LPK Wiyatamandala itu.
"Lumayan banyak murid yang daftar" pikiranku dalam hati ku.
Semua murid baru yang mengikuti tes memakai baju kemeja bewarna putih. Untuk laki-laki memakai celana panjang berwarna hitam dan untuk perempuan memakai rok panjang berwarna hitam pulak.
Hanya aku, Nurfazira dan Yusnidar memakai pakaian bebas karena kami tidak tahu sama sekali bahwa memakai pakaian seperti itu. Jadi yah kami memakai pakaian bebas saja. Untung saja Direktur Wiyatamandala itu tidak marah kepada kami bertiga. Ia menyuruh dia masuk ke tempat ruangan tes tampa mempermasalahkan pakaian kami.
Setelah Kami selesai mengikuti tes kami pun diberi selembar kertas yang berisikan daftar ulang dan tanggal masuk di tempat khusus itu. Tepat nya seminggu lagi kami akan masuk ke tempat kursus itu.
Aku merasa cemas karena aku harus berpisah dengan kedua orang tuaku yang sudah rentan dan sakit-sakitan. Mau tidak mau, aku harus pergi untuk menuntut ilmu demi masa depanku yang cerah. Kami menuju taman tempat di mana Kakak, Abang ipar, Ibuku dan juga ponakan ponakanku menunggu di sana. Sesampainya di sana makanan yang telah kami pesan tadi sudah terhidang di meja tempat kami duduk. Tanpa menunggu lama lagi aku langsung menyantap nasi goreng yang aku pesan tadi dengan hiasan timun serta telur dadar yang semakin menggugah seleraku di saat perutku kelaparan. Tentu saja aku merasa lapar karena sedari rumah aku belum sarapan sama sekali takut ketinggalan feri. Namun pada akhirnya kami ketinggalan feri juga.
Usai makan, kami menuju ke tempat saudaranya abang iparku tepatnya sepupu abang iparku untuk beristirahat di sana. Setelah beberapa lama kami beristirahat kami langsung bergegas pulang. Namun bisa kulihat wajah Nurfazira saat itu sangatlah khawatir karena mulai masuk ke tempat kursus itu adalah minggu depan.
Tidak hanya Nurfazira, aku dan Yusnidar pun kaget mendengar hal itu. Yah karena kami pikir masuk nya tiga bulan lagi usai lebaran. Karena para anak kuliahan baru masuk nya pada bulan itu. Ternyata kami salah. Kami masuk lebih awal karena yah kami hanyalah kurusu komputer bukan kuliah.
Nurfazira terlihat sangat bingung karena belum ada persediaan uang pangkal atau uang masuk sama sekali. Yah tentu saja di sekolah mana pun terdapat uang pangkal yang harus di bayar terdahulu. Tidak hanya uang pangkal, uang kos pun dia belum ada sama sekali. Kami pun sama sekali belum mencari rumah kos karena kami pikir masuk nya masih lama.
Maklum iaa baru saja mendapat pekerjaan sebagai Baby Sister yang belum hampir seminggu. Rencananya jika masuk tiga bulan lagi, ia bisa menabung sedikit untuk uang sekolahnya. Namun semua rencananya itu gagal total.
"Aduh gimana ini? Aku sama sekali belum ada uang untuk membayar uang pangkal nya dan uang kos kita" Ujar Nurfazira dengan cemas.
"Aku baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai baby sister itu pun belum seminggu" Tambah nya lagi.
Yah kami bertiga bukan lah orang yang berada. Kami sama-sama berasal dari keluarga yang sederhana. Padahal aku sangat ingin untuk berkuliah, hanya saja biaya nya tidak ada. Karena orang tua ku sudah tua dan renta tidak produktif lagi. Ini saja aku kursus di bantu sama saudara-saudara ku yang hidup nya pun tidak begitu mewah.
Hanya kakak ku yang satu ini terlihat rejeki nya berlebih sedikit hingga bisa kami bergantung kepadanya.
Oleh karena itu aku tidak mau terlalu menuntut. Jika mereka hanya bisa menyekolahkan ku hanya sekedar khusus komputer saja aku terima dan aku juga sangat bersyukur karena bagaimanapun aku masih bisa melanjutkan pendidikanku walau hanya sebatas kursus.
Sedang kan orang tua Nurfazira dan Yusnidar bekerja hanya sebagai buruh harian lepas yang penghasilannya tidak menentu. namun Kami mempunyai tekad untuk melanjutkan pendidikan kami meski bagaimanapun caranya. Yah meski hanya dengan kursus komputer, namun di tempat kursus ini banyak para alumni-alumni yang telah berhasil mendapatkan pekerjaan yang layak karena pada saat ini banyak kantor-kantor yang membutuhkan lulusan yang bisa mengoperasikan komputer. Oleh karena itulah kami memilih untuk mengikuti kursus ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!