NovelToon NovelToon

Rintik Dan Garis Takdir

Rintik Dan Garis Takdir - 01. Prolog

...Hallo Guys?...

...Welcome to my story....

...Happy reading. Semoga suka....

...*...

...*...

...*...

...Rintik Dan Garis Takdir - Prolog...

Disebuah rumah bergaya modern terdapat sebuah keluarga kecil yang sedang membicarakan sesuatu yang sangat serius dan menegangkan.

"Apa?" sentak nya kaget setelah sang Papa berucap seperti itu kepadanya.

"Gak! Langit gak mau Pa, Ma!" tolaknya.

Langit Marka Harendra, cowok bertubuh atletis yang sangat indah di pandang mata, dengan mata hitam pekat dan tatapan tajamnya membuat dia ditakuti oleh semua orang.Terlebih lagi Langit merupakan seorang ketua OSIS SMA Pancasila.

"Gak ada penolakan Langit!" tekan Angkasa, sang Papa.

"Gak Langit gak mau Pa!" ucapnya.

"Ini tuh udah zaman modern Pa! Udah gak zaman perjodohan! Apalagi dijodohin sama cewek kek dia itu!" ucapnya lagi.

"Ini semua demi kebaikan kamu Langit," ucap Raya, sang Mama seraya mengelus lembut rambut anaknya.

"Kebaikan buat kalian bukan buat Langit!" sentak Langit lalu pergi.

"Berani melangkah sekali lagi, kamu Papa coret dari ahli waris keluarga!" ancam Angkasa.

Argh! Sialan! batinnya.

"Oke. Langit mau dijodohin sama dia! Dengan syarat kita tunangan dulu!" ucap Langit.

"Oke, kalau itu mau kamu. Papa akan siapkan acara pertunangan kalian secepatnya." ucap Angkasa lalu melangkah keluar.

Raya menghampiri anak semata wayangnya itu.

"Langit. Mama tau kamu gak suka diatur-atur tapi ini semua demi kamu nak," ucap Raya.

"Dan bisnis keluarga kan?" tebak Langit.

"Udahlah Ma. Langit capek mau istirahat dulu," ucapnya lalu melenggang pergi ke kamar yang terletak di lantai 2.

"Langit...maafin Mama sama Papa ya nak?" ucap Raya memandang kepergian sang anak.

Dikamar Langit, warna abu-abu mendominasi seluruh tembok kamarnya bahkan ranjangnya pun berwarna hitam. Langit sangat menyukai warna itu mulai dari baju, jaket dan lainnya semua berwarna hitam.

"Argh!!" erangnya seraya menjatuhkan dirinya ke kasur king size miliknya.

"Sialan! Kenapa harus tuh cewek sih?!" kesalnya mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Awas aja lo gue bakal bikin lo benci ke gue sebenci-benci nya sampai-sampai lo sendiri yang bakal batalin perjodohan ini!" ucapnya penuh tekat.

Sedangkan itu di rumah dengan gaya klasik dan kental dengan adat Jawa-Bali terdapat sebuah keluarga yang sedang membicarakan hal yang sama dengan keluarga Langit.

"Apa? Dijodohin?" tanyanya kaget.

"Gak! Rintik gak mau!" tolaknya.

Rainy Rintik Aldhitana, gadis cantik penyuka hujan dan Langit. Tak hanya itu Rintik gadis humble dan murah senyum namun tak murah harga dirinya.

"Rintik, dengerin Papa dulu. Papa belum selesai berbicara," ucap Samudra, sang Papa.

"Iya Rintik. Dengerin Papa kamu ngomong dulu makanya! Pasti nanti kamu mau deh kalau tau siapa yang mau dijodohin sama kamu!" ucap Rindu, sang Mama.

"Emangnya siapa yang mau dijodohin sama Rintik?" tanyanya penasaran.

"Kamu kenal sangat kenal dia Rintik. Bahkan kalian satu sekolah," ucap sang Papa.

"Siapa? Tukang bersih-bersih sekolah?" tanya Rintik.

Orang tua Rintik menepuk jidat mereka kompak. Seharusnya mereka tak main tebak-tebakan dengan sang anak yang sangat polos dan sedikit lemot ini.

"Bukan Rintik!" ucap Rindu.

"Terus siapa dong?" tanyanya lagi.

"Langit. Masa kamu gak kenal sama dia?" tanya Samudra.

"Apa? Langit?" tanyanya kaget bukan main.

"Yang bener Pa?" tanya Rintik.

"Gak salah!" jawab Samudra.

"Yah, padahal kalau bener Langit, Rintik mau banget tuh!" ucapnya kecewa.

"Ya bener atuh Rintik! Masa Papa sama Mama bohongin kamu sih?!" kesal Samudra.

"Kan emang sering bohongin Rintik. Katanya mau keluar kota eh nyatanya malah liburan berduaan aja!" ucap Rintik.

"Kapan?" tanya Samudra pura-pura tak ingin padahal dirinya sangat ingat hal itu.

"Dih, Papa pura-pura lupa aja terus! Nanti jadi pelupa beneran tau rasa!" ucapnya kesal.

"Rintik gak boleh ngomong gitu sayang. Nanti kalau Papa jadi pelupa beneran emangnya mau?" tanya Rindu.

"Eh, bentar-bentar tadi Rintik mau di jodohin sama siapa?" tanyanya lagi.

"Langit!" ucap Samudra lagi.

"Aaa...demi apa?" tanyanya tak percaya.

"Demi Allah Rintik," ucap Rindu dan Samudra.

"Ah, Rintik jadi malu deh!" ucapnya malu-malu kucing.

"Malu tapi mau kan?" tanya Samudra.

"Mau banget lah!" jawabnya sangat bersemangat.

"Ya udah kapan nikahnya?" tanyanya bersemangat.

"Kamu ini kan belum lulus sekolah Rintik. Jadi gak bisa nikah dulu!" ucap Rindu lembut.

"Terus?" tanya Rintik tak paham.

"Kalian akan tunangan dulu baru kalau kalian sudah lulus sekolah kalian akan menikah," ucap Samudra.

"Yah, kenapa gak langsung nikah aja sih? Biar kaya di novel-novel itu!" ucap Rintik kecewa.

"Rintik. Mama sama Papa gak mau kalian jadi gak fokus sekolahnya karena pernikahan ini," ucap Rindu.

"Lagian kalau kamu sama Langit nikah emangnya udah siap?" tanya sang Papa.

"Ya belum sih," jawab Rintik.

"Nah, itu belum!" ucap Rindu.

"Rintik dengerin Mama ya?" ucap Rindu menjeda kalimat selanjutnya.

"Rintik udah dengerin dari tadi kok Ma," ucap Rintik dengan polosnya.

"Iya Mama tau kok. Tapi yang ini bener-bener harus di dengerin gak boleh di sepelekan!" ucap Rindu.

"Oke, Ma."

"Rintik... pernikahan itu bukan soal main-main. Pernikahan itu suatu hal yang sakral dan lebih baik kalau pernikahan itu terjadi satu kali seumur hidup," ucap Rindu.

"Pernikahan juga bukan soal cinta semata tapi kesetiaan dan pengorbanan, Rintik. Kaya Mama sama Papa ini," sambung Samudra.

"Jadi maksudnya apa? Rintik masih belum paham! Bahasa Papa sama Mama tuh susah masuk ke otak Rintik!" ucap Rintik.

"Maksud Mama itu, jangan terburu-buru untuk menikah dulu lagian kalian belum saling mengenal lebih dalam kan?" tanya Rindu.

"Rintik udah kenal lama kok sama Langit!" jawab Rintik.

"Walaupun kamu sudah lam mengenal Langit kamu tetap saja orang baru yang hanya tau sedikit tentang Langit, Rintik," ucap Samudra.

"Hmm...bener juga kata Papa sih," ucap Rintik.

"Terus kapan Rintik tunangannya sama Langit?" tanya Rintik.

"Untuk itu kita bahas nanti malam bersama orang tuanya Langit ya?" ucap Samudra.

"Jadi nanti malam kita bakal ketemu Langit sama orang tuanya?" tanya Rintik.

"Iya sayang. Makanya nanti kamu dandan yang cantik ya? Biar Langit makin suka sama kamu," ucap Rindu.

"Oke, Ma!" jawab Rintik sangat bersemangat.

"Ya udah kalau gitu Rintik belanja baju baru dulu ya?" pamitnya.

"Iya. Hati-hati dijalan," ucap Mama Papanya.

Malam harinya sesuai rencana yang sudah ditetapkan orang tua Rintik dan Langit akhirnya mereka bertemu di suatu restoran milik keluarga Langit.

"Jadi bagaimana Langit, Rintik? Kalian mau bertunangan kapan?" tanya Angkasa, Papa Langit.

"Terserah," jawab Langit.

"Secepatnya Om!" jawab Rintik sangat bersemangat.

Jawaban Rintik membuat Langit menatapnya tajam namun Rintik tak menghiraukan tatapan itu malah dia tersenyum manis kepada Langit.

"Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau minggu depan?" tanya Angkasa.

"Setuju!" jawab Rintik.

"Langit?" tanya Angkasa.

"Hmm, Langit juga setuju," jawabnya tak bersemangat.

"Ya udah kalau gitu benar ya minggu depan?" tanya Raya.

"Hmm."

"Iya."

"Kalau begitu kamu jangan panggil Om sama Tante lagi Rintik. Panggil Papa sama Mama aja ya? Biar sama kaya Langit," ucap Raya.

"Oke, Tan...eh Ma," ucap Rintik.

"Hahaha."

Setelah selesai membahas acara pertunangan Rintik dan Langit mereka pun makan malam bersama. Makan malam ini dipenuhinya dengan gelak tawa mereka.

Sedangkan Langit, dia hanya diam tanpa tertawa sama sekali dengan lelucon yang sesekali Rintik buat.

...[LANGIT MARKA HARENDRA]...

...[RAINY RINTIK ALDHITANA]...

...To be continued....

...Terima kasih sudah membaca....

...Untuk cast lainnya akan ada di chapter berikutnya ya ....

...Jangan lupa untuk like, komen, share, favorit and vote ya guys?!...

...See you di next chapter....

Rintik Dan Garis Takdir - 02. Dihukum

...Hallo guys?...

...Happy reading. Semoga suka....

...*...

...*...

...*...

...Rintik Dan Garis Takdir - Dihukum...

Hari yang sangat cerah di hari yang baru ini. Jam sudah menunjukkan pukul 6.40 namun Rintik tak kunjung bangun dari tidurnya.

"Astaghfirullah, Rintik! Udah jam berapa ini? Kenapa belum bangun juga sih?" ucap Rindu kencang hingga membuat tidur Rintik terusik.

"Apa sih Ma? Pagi-pagi udah teriak-teriak aja?!" tanya Rintik yang setengah sadar dan belum menyadari jika dirinya sudah telat.

"Pagi-pagi apanya?! Ini udah siang Rintik! Lihat tuh matahari nya udah cerah banget!" ucap Rindu membuka korden jendela Rintik.

"Silau Ma!" ucap Rintik.

"Kalau silau bangun makanya!" ucap Rindu.

"Iya-iya Rintik bangun ini!" ucap Rintik lalu bangun dari tidurnya.

"Ayo, Rintik! Udah siang ini!" ucap Rindu

"Sabar Ma! Rintik mau peregangan dulu nih!" ucap Rintik lalu melakukan peregangan yang biasa dia lakukan ketika bangun tidur.

"Anak ini! Udah mau telat masih aja peregangan!" guman Rindu.

"Jam berapa sih?" lirihnya lalu melihat jam yang saat ini menunjukkan pukul 6.45.

"What? Udah jam 6.45?" tanyanya kaget lalu segera berlari ke kamar mandi.

Rindu yang melihat tingkah anaknya ini hanya mengelus dada sabar. Sudah berulang kali dia mengingat Rintik untuk tidak tidur terlalu malam agar paginya dia tak kesiangan seperti ini.

"Mama? Kenapa gak bangunin Rintik dari tadi sih?" tanya Rintik yang sudah keluar dari kamar mandi.

Jika kalian bertanya dia mandi atau tidak? Jawabnya adalah tidak mana sempat untuk mandi saat jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lebih.

Rintik hanya menggosok giginya dan mencuci muka saja dan tak lupa memakai minyak wangi yang banyak agar tak bau badannya.

"Udah Mama bangunin dari tadi pagi tapi kamu nya aja yang kebo!" ucap Rindu.

"Rintik udah telat nih Ma. Jadi gimana dong?" tanya Rintik.

"Naik ojek aja. Ojeknya udah dateng tuh," jawab Rindu yang sedang membereskan ranjang milik Rintik.

Dengan terburu-buru Rintik memasukkan semua buku-buku tanpa melihat jadwal sama sekali.

"Rintik berangkat dulu Ma. Assalamualaikum," ucapnya lalu berjalan cepat menuruni anak tangga.

"Hati-hati Rintik. Jangan lari-lari nanti jatuh!" teriak Rindu dari kamar Rintik.

"Iya Ma," jawab Rintik yang terus mempercepat langkahnya.

Sebelum berangkat Rintik mengambil sepotong roti isi selai coklat yang sudah dibuat Mamanya dan mengambil susu kotak di kulkas.

"Ayo Pak jalan," ucap Rintik kepada tukang ojek langganan Mamanya.

"Oke, Non."

Sepanjang perjalanan Rintik sibuk memakan rotinya tak lupa meminum susu kotak nya. Rintik juga membenarkan dasi yang tadi ia pasang asal-asalan.

"Astaghfirullah!" pekiknya membuat tukang ojek itu mengerem mendadak.

"Kenapa Non?" tanya tukang ojek itu.

"Saya lupa bawa topi Pak!" ucap Rintik.

"Waduh, terus gimana nih Non?" tanya tukang ojek itu.

"Lanjutin aja Pak! Udah deket juga! Sayang kalau balik!" ucap Rintik membuat tukang ojek itu melajukan motornya lagi.

Sesampainya di depan sekolah Rintik segera berlari ke arah gerbang. Namun, sayangnya gerbang sudah ditutup.

Rintik melihat jam tangan di tangannya. Jam kini sudah menunjukkan pukul 7.15 yang tandanya upacara sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu.

Rintik celingukan memeriksa keadaan sekitar agar tak ada yang melihatnya ketika dia lompat dari pagar.

"Aman. Pak satpam juga gak ada. Yang terlebih lagi gak ada anak-anak osis!" ucap Rintik lalu mulai menaiki pagar dengan hati-hati.

"Untung aja gak ada Pak satpam jadinya aman deh!" ucap Rintik menjatuhkan tasnya.

Saat bersiap untuk melompat kebawah tiba-tiba ada suara dehaman seseorang.

"Bagus. Udah telat panjat pagar lagi!" ucap Langit.

Mampus aku! batin Rintik.

"Eh, ada Langit," ucap Rintik cengengesan.

"Turun lo!" perintah Langit membuat Rintik segera turun.

"Udah jam berapa ini?" tanya Langit.

"Langit kan punya jam tuh jadi lihat aja jam Langit sendiri!" ucap Rintik.

"Udah telat! Masih aja bercanda lo!" ucap Langit menahan amarahnya.

"Misi Kak. Maaf telat," ucap seorang gadis dengan tampilan culunnya dengan mudah masuk melewati gerbang yang ternyata tak dikunci.

Rintik melotot seketika. Jadi buat apa aku susah payah panjat pagar? Sampai-sampai ketahuan sama Langit? batin Rintik.

"Langsung baris sana," ucap Langit membuat gadis culun itu segera memasuki barisan.

Rintik yang melihat itu pun mengikuti gadis itu. Namun, dia ditahan oleh Langit.

"Mau kemana lo?" tanya Langit.

"Baris," jawab Rintik dengan polos dan tanpa rasa bersalah jika sudah telat.

"Enak aja lo! Udah telat mau ikut baris juga lo!" ucap Langit.

"Sana bersihin toilet dulu! Baru habis itu lo hormat ke bendera sampai istirahat!" sambungnya.

"Loh, kok cuma aku aja sih? Cewek tadi enggak tuh?!" protes Rintik.

"Udah gak usah banyak protes! Sana kerjain hukuman lo!" ucap Langit.

"Gak adil dong! Masa dia gak dihukum aku malah dihukum sih?!" protes Rintik lagi.

"Gimana sih! Sama calon tun—" ucap Rintik terpotong karena Langit langsung membekap mulutnya.

"Diem! Gak usah sebut kata itu di sini!" ucap Langit tepat di depan muka Rintik yang membuat pipi Rintik merah seketika.

"Tun, apa?" tanya Haekal, anggota osis bagian kedisiplinan.

Langit dan Rintik tersentak kaget, buru-buru Langit melepaskan bekapannya dan bersikap normal seperti tak ada apa-apa.

"Bukan apa-apa," jawab Langit.

"Ngapain lo disini?" tanya Langit.

"Jagain gerbang biar gak ada yang terobos masuk lagi," jawab Haekal.

Disaat mereka mengobrol Rintik memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur dari sana.

Mumpung Langit gak lihat mending aku pergi aja! Enak aja dihukum sendiri! batin Rintik.

"Jangan coba-coba buat kabur lo!" ucap Langit yang tau Rintik akan kabur.

"Ih, nyebelin deh!" lirihnya.

"Gue bawa dia kerjain hukuman dulu," pamit Langit lalu membawa Rintik mengerjakan hukumannya.

"Dasar gak adil!" guman Rintik yang terdengar Langit.

"Buruan kerjain hukuman lo! Jangan banyak protes kalau gak mau gue tambahin hukuman lo!" ucap Langit.

"Iya-iya ini lagi dikerjain!" ucap Rintik yang masih menyikat lantai toilet.

"Baru awal semester aja udah telat apalagi nanti!" sindir Langit.

"Langit?" panggil gadis cantik berparas bule itu lembut.

"Ada apa?" tanya Langit.

"Dicariin sama Lembayung tuh," jawab Luna.

Lunara Melzeya Kavyansah, namanya. Gadis bule yang sangat cantik dan memiliki banyak fans ini menjabat sebagai sekretaris di osis.

Dih, dasar cewek ular! Pasti cuma modus aja tuh! batin Rintik.

Sudah umum bagi semua warga SMA Pancasila jika Rintik dan Luna tak pernah akur karena mereka sama-sama menyukai Langit.

Dan berlomba-lomba untuk mendapatkan hati Langit. Namun, sayangnya Langit tak pernah merespon mereka sama sekali.

"Gue pergi dulu. Lo jagain dia. Jangan sampai kabur," ucap Langit lalu melenggang pergi.

"Heh! Kerjain yang bener! Dipojok sana tuh masih kotor!" ucap Luna galak tak seperti jika dia berbicara dengan Langit.

"Emangnya kamu siapa? Enak aja ngatur-ngatur aku!" ucap Rintik.

"Ck! Udah deh gak usah banyak omong lo! Kerjain yang bener tuh!" ucap Luna menendang ember yang berisi air hingga membuat sepatu Rintik basah.

"Kamu apa-apaan sih?! Basah nih!" marah Rintik karena sepatu kesayangannya basah.

"Ya elah, gitu aja pake marah lo!" ucap Luna.

"Ekhm!" deham Langit yang tiba-tiba muncul dari balik pintu toilet.

"Lo boleh pergi. Biar gue yang awasi dia," ucap Langit dingin.

"Oke, aku pergi dulu," ucap Luna tiba-tiba lembut.

Dih! Dasar cewek jadi-jadian! Tadi aja sama aku galak, judes! Sekarang sama Langit lembut gitu! batin Rintik.

...[HAEKAL HARDIANSYAH]...

...[LUNARA MELZEYA KAVYANSAH]...

...To be continued....

...Terima kasih sudah membaca....

...Kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya kepada Rintik?...

...Jangan lupa untuk like, komen, share, favorit and vote ya?!...

...See you di next chapter....

Rintik Dan Garis Takdir - 03. Dihukum 2

...Hallo guys?...

...Happy reading. Semoga suka....

...*...

...*...

...*...

...Rintik Dan Garis Takdir - Dihukum 2...

Kini Rintik sudah berada di lapangan dan hormat kepada bendera sampai jam istirahat nanti. Memang agak kejam hukuman dari Langit namun itu semua Langit lakukan agar murid yang telat jera dan tak mengulanginya lagi.

Namun sepertinya itu tidak berlaku untuk Rintik. Bahkan di saat matahari sedang terik-teriknya Rintik dengan semangat hormat kepada bendera merah putih kebanggaannya.

"Senyum-senyum kek orang gila lo!" komentar Langit yang sedang berteduh di bawah pohon.

Rintik menengok. "Emangnya gak boleh senyum-senyum? Senyum kan menambah pahala," ucap Rintik.

"Terserah! Yang bener tuh hormatnya!" ucap Langit lalu memejamkan matanya.

"Dih, dia malah tidur bukannya ikut pelajaran!" ucap Rintik lalu kembali hormat.

"Ayo, Rintik kamu pasti kuat!" semangati nya.

Lama-lama Rintik semakin kepanasan dan lelah. Sekuat tenaga Rintik menyelesaikan hukumannya ini karena sebenarnya lagi jam istirahat.

"Aduh, kok pusing ya? Padahal kan udah sarapan tadi!" ucap Rintik karena kepalanya tiba-tiba pusing.

"Eh, kok redup sih?!" tanyanya binggung.

Sepertinya tubuhnya sudah tak kuat lagi dan ambruk ke tahan.

Bruk!

Mendengar suara orang jatuh, Langit pun terbangun dan segera menghampiri Rintik yang sudah jatuh pingsan.

"Woy, bangun lo!" ucap Langit.

"Gak usah pura-pura lo! Gak mempan juga buat gue!" ucap Langit namun Rintik tak ada pergerakan sama sekali.

Langit membungkuk dan mengecek keadaan Rintik. "Beneran pingsan ni anak!"

Bersamaan dengan Rintik yang pingsan bel istirahat pun berbunyi. Semua murid berbondong-bondong keluar kelas dan menuju kantin.

"Ck! Nyusahin aja lo!" ucap Langit lalu dengan sangat terpaksa menggendong Rintik ala bridal style menuju uks.

"Udah telat, panjat gerbang, mau kabur juga sekarang malah pingsan!" gerutu Langit seraya berjalan menuju uks.

"Eh, demi apa? Itu Langit gendong Rintik? Gue gak salah lihat kan?" tanya salah satu siswi dengan make up yang sedikit tebal.

"Eh, iya tuh. Demi apa?! Gue juga pengen di gendong sama Langit!" ucap teman siswi itu dengan pakaian sedikit ketatnya.

"Iya deh sama. Tapi apa bener Rintik pingsan?" tanya teman satunya lagi.

"Ya mungkin aja bener," jawab siswi ber-make up tebal.

"Alah, paling caper aja tuh! Biar dapet perhatian dari Langit. Kalian tau sendiri kan kalau Rintik suka sama Langit," ucap salah satu siswi yang lewat.

"Bisa jadi tuh!" seru mereka setuju.

Banyak sekali bisik-bisik dari para murid yang Langit lewati. Ada yang terang-terangan memuji kebaikan Langit.

Dan ada juga yang mengira jika Rintik hanya pura-pura pingsan saja karena ingin caper serta ingin digendong oleh Langit.

"Ck! Nyusahin aja nih bocah!" ucap Langit menaruh Rintik di brankar uks.

"Periksa dia!" perintah Langit kepada petugas pmr yang bertugas.

Petugas itu mengatakan jika Rintik dehidrasi serta kecapean saja.

Tak lama datanglah kedua sahabat Rintik. Mereka tau jika Rintik ada di uks dari para murid yang melihat tadi.

"Ya ampun Rintik!" ucap kedua sahabatnya heboh langsung menghampiri Rintik.

"Kok dia bisa pingsan? Pasti gara-gara lo kan?!" tuduh Embun.

Cahaya Embun Gentari, gadis cantik berparas menawan dengan muka judes yang melekat darinya sejak lahir serta mulutnya yang pedas seperti omongan netizen itu adalah sahabat Rintik sejak mereka SMP.

"Bisa gak usah nuduh gitu?! Masih untung sahabat lo itu gue tolongin!" kesal Langit karena Embun selalu menuduhnya.

"Heh! Sahabat gue tuh gak butuh bantuan lo! Jadi pergi aja lo!" usir Embun.

"Bukannya makasih! Malah ngusir! Dasar gak punya sopan santun!" ucap Langit lalu melenggang pergi.

"Gak punya sopan santun lo bilang?! Lo tuh yang gak punya sopan santun!" teriak Embun.

"Heh! Gue gak akan sudi bilang makasih sama cowok gak ada hati kek lo!" teriak Embun lagi.

"Embun! Jangan teriak-teriak nanti yang pada istirahat ke ganggu!" ucap Mentari, sahabatnya.

Mentari Syifania Adista, gadis berparas imut serta baby face yang seringkali menjadi penengah ketika Embun beradu argument dengan Langit ataupun anak-anak osis lainnya. Sifatnya yang lemah lembut membuat dia disenangi semua orang.

"Biarin! Salah siapa si langit-langit neraka itu cari gara-gara mulu sama gue!" ucap Embun.

"Mentang-mentang dia ganteng, cucunya pemilik sekolah, ketua osis, ketua basket. Terus dia berhak lakuin itu ke Rintik?!" tanya Embun menggebu-gebu.

"Udah lah Mbun, itukan udah masa lalu. Lagian Rintik gak mempermasalahkan hal itu juga," ucap Mentari.

"Ya tapikan Tar..."

"Yang penting Rintik udah dibawa Langit ke uks dan dapet perawatan dari petugas pmr Mbun," ucap Mentari.

"Aduh, kalian tuh ngapain sih teriak-teriak?! Aku jadi makin pusing nih dengernya!" ucap Rintik yang terbangun karena suara teriakan Embun tadi.

"Rintik? Akhirnya lo udah bangun juga!" ucap Embun.

"Masih pusing ya? Aku panggilin petugasnya dulu ya?" tanya Mentari.

"Gak usah Tar, aku udah gapapa kok," ucap Rintik.

"Beneran?" tanya Mentari.

"Iya bener," jawab Rintik.

"Jadi kalian yang bawa aku kesini? Aku kira Langit," ucap Rintik.

"Bukan kita Rin. Tapi Langit yang bawa kamu kesini," ucap Mentari.

"Lo ngapain sih pake ngomong segala!" kesal Embun.

"Kita kan harus jujur Mbun. Gak boleh bohong. Dosa tau!" ucap Mentari.

"Iya deh iya. Gak bakal bohong lagi kok," ucap Embun.

"Terus kenapa Langit gak ada disini temenin aku?" tanya Rintik.

"Gue usir! Lagian lo kan gak butuh dia!" ucap Embun bersedekap dada.

"Ih, Embun kok diusir sih?!" tanya Rintik.

"Kenapa emangnya? Gak boleh?" tanya Embun.

"Lagian salah siapa dia lakuin itu ke lo dulu! Gue gak pernah terima ya sahabat gue di gituin sama dia!" ucap Embun.

"Enak aja dia gituin lo dulu! Dia gak punya otak apa? Yang dia lakuin itu bikin lo malu dan sedih!" sambungnya.

"Gue gak mau lo sedih lagi makanya gue suruh dia pergi aja!" ucap Embun.

"Terus kamu udah bilang makasih sama dia?" tanya Rintik.

"Belum. Dan gak akan pernah!" ucap Embun.

"Mbun...gak boleh gitu ih! Kita ini harus menerapkan kata maaf, makasih dan tolong di hidup ini!" nasehat Mentari.

"Iya-iya gue bilang nih, makasih Langit yang gak punya otak dan hati!" ucap Embun.

"Ya didepan orang atuh Mbun!" ucap Rintik.

"Dih, ogah! Lo aja sana!" suruh Embun.

"Ya udah kalau gak mau. Biar aku aja yang bilang makasih sama Langit," ucap Embun lalu turun dari brankar uks.

"Eh, eh. Lo tuh masih belum sehat! Nanti kenapa-kenapa gimana?" tanya Embun.

"Aku gapapa. Lagian kamu kan gak mau bilang makasih sama Langit jadi biar aku sendiri aja," ucap Rintik.

"Jangan. Biar gue temenin lo," ucap Embun.

"Aku juga Rin," ucap Mentari.

"Ya udah kalau gitu ayo kita cari Langit," ucap Rintik.

"Bentar! Deh! Aku mau bilang sesuatu sama kalian mumpung inget!" ucap Rintik.

"Sesuatu apa?" tanya kedua sahabatnya.

"Sini deketan! Takut ada yang denger nanti!" ucap Rintik membuat kedua sahabatnya mendekat.

"Mau ngomong apaan sih? Pake deket-deket segala?!" tanya Embun.

"Udah diem dulu! Aku mau cerita nih!" ucap Rintik.

"Jadi..."

"Jadi...aku sama..."

"Sama siapa?" tanya kedua sahabatnya.

"Jadi aku sama Langit..."

"Kenapa lo sama Langit?!" tanya Embun.

"Iya nih! Cerita yang bener dong Rin!" ucap Mentari.

"Sabar! Sabar! Ini mau cerita!" ucap Rintik.

"Jadi aku sama Langit bakal tunangan minggu depan," ucap Rintik gembira.

"Apa? Lo sama Langit bakal tunangan?" pekik Embun kaget bukan main.

"Embun! Bisa gak sih jangan terisak! Nanti kalau ada orang yang denger gimana?!" tanya Rintik.

"Maaf-maaf! Lagian lo ngomong gitu siapa sih yang gak kaget dengernya!" ucap Embun.

"Aku. Aku gak kaget sih soalnya udah lihat keluarga Rintik sama keluarganya Langit ketemu di cafe waktu liburan kemarin," ucap Mentari.

"Ih, lo kok gak bilang-bilang sih sama gue?!" kesal Embun.

"Hehehe lupa," ucap Mentari.

"Jadi beneran lo bakal tunangan sama Langit minggu depan?!" tanya Embun.

"Iyups. Benar sekali!" jawab Rintik.

...[CAHAYA EMBUN GENTARI]...

...[MENTARI SYIFANIA ADISTA]...

...To be continued....

...Terima kasih sudah membaca....

...Kira-kira masalah apa yang ada di masa lalu mereka hingga membuat Embun benci terhadap Langit dan anak osis?...

...Jangan lupa untuk like, komen, share, favorit and vote ya?!...

...See you di next chapter and cast berikutnya guys....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!