NovelToon NovelToon

Surya Tenggelam

Bab 1. Lari dari kejaran

...🌸🌸🌸...

" Ah!"

Seorang pria terlihat memekik dengan rasa lutut yang kian bergetar manakala ia telah mencapai puncak permainannya di jam pagi jelang siang itu.

"I love you so much!" lirih Kendra menghujani bibir sang istri dengan ciuman kala penyatuan mereka baru saja terpungkasi.

Adalah Megan, wanita cantik yang telah menjadi istri selama delapan tahun dari seorang pria bernama Kendra Arion. Pria kaya raya dengan segala pencapaian luar biasa yang sempurna di segala sisi.

Kehidupan mereka berjalan wajar dan kerap membuat iri banyak orang. Namun, di sela mewahnya kehidupan rumah tangga yang mereka bina, hanya ada satu hal yang menjadi ganjalan kehidupan mereka.

Yakni belum memiliki keturunan.

" Sayang, kuharap kau mempertimbangkan saranku!"

Kendra yang hendak berjalan menuju kamar mandi sontak berhenti. Sejurus kemudian, Megan berjalan lalu mendekap tubuh sang suami dari belakang dengan tubuh yang masih loncos. Terlihat tak jemu untuk membujuk sang suami.

" Usiaku sudah 30 tahun dan aku belum bisa memberimu seorang pewaris!" kata Megan masih memeluk sang suami dengan wajah muram.

Kendra memejamkan matanya saat ia mendengar kalimat yang mungkin sudah puluhan kali terkecap dari bibir istrinya. Entahlah, hatinya selalu sakit kala mendengar hal itu.

Kini, Kendra tampak membalikkan badannya lalu menatap dalam mata Megan.

"Sayang, harus berapa kali aku mengatakan hal ini kepadamu. Aku tidak perduli meskipun aku tidak memiliki anak. Yang paling penting adalah kau!" tukas Kendra yang tak habis pikir dengan kemauan istrinya.

" Tapi kita perlu calon pewaris untuk keluarga kita. Aku mohon Ken, carilah wanita dari kalangan biasa agar kau bisa memiliki anak yang akan bisa kita asuh bersama!" seru Megan dengan wajah yang begitu memohon.

Ken yang mendengar hal itu kembali mendecah tak percaya.

Ide gila itu muncul karena Megan yang menyadari jika ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. Ia ingin suaminya memiliki keturunan asli dari benihnya. Dan dengan mengusulkan ide untuk menikahi wanita dari kalangan biasa untuk waktu sementara, ia harapkan bisa menjadi solusi yang tepat.

Megan tak ingin mengadopsi anak yang tidak jelas asal-usulnya. Wanita miskin dari desa pasti lebih mudah untuk di atur. Lagipula, Ken bisa menceraikannya usai wanita itu melahirkan sang anak. Begitu pikir Megan.

" Aku mandi dulu, kita bahas ini lain kali!" elak Kendra yang benar-benar tak ingin membahas hal gila itu.

" Ken!"

Megan kembali melumaat bibir sang suami dan langsung di sambut oleh pria berusia 35 tahun itu dengan sukacita. Inilah yang di sukai Kendra dari Megan, wanita itu benar-benar bisa memuaskan dirinya.

Mereka akhirnya berjalan beriringan menuju ke kamar mandi dan kembali melakukan kegiatan panas itu bersama-sama.

...ΩΩΩ...

Dilain tempat, seorang wanita berambut lurus tengah berlari menyelamatkan diri dari kejaran pria biadab yang hendak merenggut kehormatannya.

Kinara, gadis 24 tahun itu terlihat berlari menuju ke jalan guna kabur dari kejaran anak buah saudagar tua yang telah membelinya beberapa waktu yang lalu.

Dengan terengah-engah, Kinar tampak terus melesatkan diri menuju tempat yang lebih ramai. Ia harus selamat. Ia tak boleh kalah salah para bajingan itu.

" Berhenti kau wanita brengsek!"

Dengan tubuh yang semakin bergetar, Kinara berusaha mencari tempat perlindungan. Gadis itu tampak mengambil tanah lalu melemparkan ke arah laki-laki yang sedari tadi mengejarnya, dan membuat mata laki-laki itu perih dan kontan menghentikan langkahnya.

" Argghh, kurang ajar kau wanita sialan!"

Melihat adanya kesempatan untuk kabur, Kinar yang tergopoh-gopoh langsung menuju ke sebuah truk dengan bak yang terbuka, lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan terpal hitam yang berada di sana.

Dengan tubuh yang masih bergetar hebat, ia meringkuk ketakutan sembari berdoa agar orang-orang tadi tidak mengetahuinya.

GRUAK!

Tubuhnya berjingkat kala pintu truk yang memuat pisang dan kelapa itu, kini tertutup rapat. Dengan tanpa alas kaki, dan dengan baju yang kuyup oleh keringat, ia kini mengintip apa yang terjadi dari celah terpal yang terasa gerah itu.

Namun ketakutan yang semula mendominasi perasaannya, perlahan berganti dengan kebingungan yang teramat manakala truk itu mulai berjalan. Kini, Kinar terlihat mencampakkan terpal itu lalu duduk sembari menelan ludah, guna membasahi tenggorokannya yang gersang.

Entah kemana truk itu akan berjalan, yang jelas ia hanya bisa bernapas lega karena ia berhasil kabur. Kini ia menangis sembari memeluk lututnya, manakala teringat kembali dengan perbuatan bibi jauhnya yang tega menjualnya kepada tuan tanah di desanya.

" Ibu!" lirihnya dalam Isak tangis yang tiada bisa dibendung. Ia kini bingung harus berbuat apa. Ayahnya yang juga meninggal satu bulan yang lalu benar-benar membuat seluruh kehidupan Kinar bagai di dalam neraka.

Malam menyambut kala Kinar membuka matanya. Entah ada dimana dia sekarang. Pintu bak yang terbuka membuat sang kernet terlonjak kaget, pun dengan dirinya.

" Astaga, siapa kau?" cetus sang kernet membelalakkan matanya demi melihat sesok wanita berwajah kuyu.

Namun alih-alih menjawab, Kinar malah tampak kaget dengan suasana yang sudah berubah gelap. Ia juga syok karena tempat itu benar-benar asing.

" Paman, ini dimana?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari sang kernet, Kinar malah justru mengajukan pertanyaan lain.

" Ini kota A, siapa kau sebenarnya, kenapa kau ada di mobilku?" tanya kernet itu lagi dengan tatapan kasihan.

" Maafkan saya paman, saya tadi menumpang dan tidak bilang karena takut tidak paman izinkan. Kebetulan saya mau kerumah saudara saya di kota A. Saya mohon izinkan saya pergi, dan terimakasih atas tumpangannya."

Kinar berbohong, jangankan saudara, teman saja dia tidak punya.

Maka pria itu akhirnya membiarkan pergi Kinar karena di dalam dunia persupiran semacam itu, tumpang menumpang sudah lumrah terjadi.

Kini, dalam siksaan perut yang lapar, Kinar berjalan tak tentu arah. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya juga menjadi gemetaran.

Ia tidak memiliki uang sepeserpun saat ini, namun mungkin dengan mencuci piring di warung lesehan itu, ia bisa mendapatkan teh hangat.

Saat ia hendak menyeberang jalan, tubuhnya mendadak ambruk karena penglihatannya mendadak menggelap. Ia yang mendadak tergeletak di jalan nyaris di tabrak oleh seseorang.

CIT!!!

" Brengsek!" umpat seorang wanita yang terkejut karena nyaris saja ia menabrak wanita yang tiba-tiba pingsan di depannya itu.

Megan langsung membanting pintu mobilnya lalu keluar dengan wajah cemas. Ia mengabaikan suara klakson yang memprotes dirinya karena memberhentikan mobil di tengah jalan.

" Oh my God, apa dia mati?" Megan bergumam dengan perasaan harap-harap cemas. Sejurus kemudian, ia yang penasaran tampak menyibakkan rambut seorang wanita asing itu, dan tampaklah seraut pucat dengan kening dipenuhi beberapa luka.

" Astaga!" pekik Megan yang terkejut dengan wajah gadis itu.

.

.

Bab 2. Permintaan gila

...🌸🌸🌸...

Megan membawa wanita yang tak sadarkan diri itu kerumah sakit milik keluarga mereka. Ia merasa kasihan dengan sesosok lemah yang penuh luka. Tampilannya yang memprihatinkan dengan tapak kaki tanpa alas membuat hati Megan iba.

Beberapa waktu kemudian, team dokter yang menangani Kinar terlihat muncul sesaat setelah pintu kaca itu terayun.

" Bagaimana keadaannya?" tanya Megan dengan wajah yang begitu mengintimidasi.

" Pasien dehidrasi Nyonya, kami sudah melakukan perawatan dan pengobatan. Dia juga sudah siuman!" tutur dokter penuh rasa hormat kepada Nyonya Megan Kendra.

Megan mengangguk lalu sejurus kemudian dia masuk kedalam. Kinar yang berbaring lemah sedikit terkejut manakala melihat Megan memasuki ruangan itu.

" Siapa kau, dan kenapa tubuhmu penuh dengan luka?" tanya Megan dengan suara pelan namun sorot mata yang begitu tajam.

Kinar terlihat agak takut. Namun suara Megan berikutnya membuatnya lebih tenang.

" Jangan takut, namaku Megan. Rumah sakit ini milik keluargaku. Katakan, kenapa kau bisa seperti ini!"

Kinar menatap wanita cantik yang benar-benar sempurna itu tak lekang. Sedikit merasa bersyukur karena wanita yang terlihat kaya itu mau menolongnya.

" Nama saya Kinara . Saya dari desa J. Saya..." Kinar tercekat sebab tak bisa melanjutkan ucapannya. Dia takut untuk jujur soal hidupnya, namun jika tidak jujur ia semakin takut akan perempuan yang ada di hadapannya.

Megan mengangkat sebelah alisnya tatkala melihat Kinar yang terlihat resah.

" Saya kabur dari orang jahat Nyonya. Tolong jangan katakan kepada siapapun, saya mohon!" seru Kinar menatap Megan penuh harap.

Megan yang melihat gadis itu seketika merasa mendapat durian runtuh. Ia tengah mencari wanita lugu dan polos, dan tanpa susah-susah apa yang dia inginkan telah ada di depan matanya. Definisi dari pucuk dicinta ulam tiba.

" Baiklah kalau begitu. Istirahatlah, aku akan menemuimu kembali besok. Namaku Megan. Kau jangan takut, kau akan aman disini!" tutur Megan tersenyum sekilas.

Sejurus kemudian ia terlihat pergi dengan mengendarai mobilnya kembali. Perasaannya benar-benar senang. Apa yang ia rencanakan akhirnya akan tercapai. Ia berniat meminta wanita itu untuk menuruti keinginannya dengan segala kuasa yang ia miliki.

Setibanya dirumah, ia terlihat mengenakan pakaian satin tipis yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang molek. Bersiap menyambut kedatangan Kendra yang sebentar lagi pasti tiba di kamarnya.

Dan benar saja, saat ia barusaja mengoleskan night lotion ke sekujur tubuhnya, pria bertubuh kekar itu tampak membuka pintu kamar luas.

" Kau sudah datang sayang?" sapa Megan menyongsong kedatangan suaminya sembari mengecup bibir pria berkumis tipis itu.

" Wow lihatlah, kau selalu bisa membuatku bergairah!" cetus Kendra demi melihat istrinya yang selalu saja seksi.

Megan tersenyum saat suaminya kini menarik tubuhnya lalu merapatkan posisi mereka begitu intim. Harum tubuh suaminya benar-benar seperti obat buatnya.

Kendra tampak begitu mencintai Megan, dan hal itulah yang membuat Megan percaya diri untuk meminta Kendra menikahi gadis kampung itu.

" Mandilah, aku ingin berbicara denganmu setelah ini!" tutur Megan sembari mempersiapkan pakaian ganti untuk suaminya.

" Ada apa?" balas Kendra mengerutkan kening.

" Mandilah terlebih dahulu, aku tunggu di meja makan, hm!"

Kendra tersenyum tampak termenung sesaat setelah Megan kembali mengecup mesra bibir Kendra. Pria itu sejurus kemudian mencampakkan pakaian yang semula melekat di tubuhnya dengan hati yang menerka-nerka.

Laki-laki itu sedetik kemudian memutar kran yang kini membuat air memercik deras dari shower besar. Membuat air hangat itu membasahi tubuh dengan otot yang sempurna, bahu lebar, dada yang bidang dan jelas akan membuat siapa saja tergiur untuk menyentuh tubuh pria itu.

Usai menyelesaikan ritualnya, Kendra mengenal pakaian santai lalu bergegas menuju tempat dimana Megan sudah duduk menunggu dengan anggun.

Mereka makan dalam situasi hangat seperti biasanya, di sudut ruangan itu terdapat beberapa pelayan yang berdiri sigap kala sang majikan bersantap malam.

Megan yang sudah selesai lebih dulu dengan makan malamnya kini meraih lap yang ada di pangkuannya, lalu mengelap bibirnya dengan elegan. Terlihat hendak memulai perbincangan serius.

" Bagiamana pekerjaan mu hari ini sayang?" tanya Megan sembari menatap hangat suaminya.

" Fine, Xander juga sudah berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi lulusan tahun ini di cabang baru kita!" balas Kendra menyelesaikan suapan terakhirnya.

Megan senang akan hal itu. Andai dia memiliki anak laki-laki, mungkin ia bisa lebih memiliki kesibukan karena Kendra benar-benar membuat Megan lelah hanya saat bertarung di ranjang saja.

" Apa yang ingin kamu bicarakan sayang, hm?" tanya Kendra sesaat setelah meletakkan gelas yang kosong, sebab isinya baru selesai ia teguk.

" Sayang, aku sudah menemukan wanita yang kuharap bisa mengandung benih darimu!"

" Megan!" pekik Kendra yang tampak keberatan dengan obrolan yang selalu saja ingin ia hindari itu.

Alih-alih takut, Megan semakin antusias untuk menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya.

" Aku barusaja menolong gadis kampung yang kabur dari kejaran seseorang. Nikahi gadis kampung itu dan buat dia melahirkan anak kita. Setelah itu kita akan bahagia sayang. Perusahaan butuh penerus!"

" Megan, are you crazy?"

Kendra benar-benar semakin tak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya. Megan hanya tak mau jika perusahaan yang di kelola oleh Kendra, jatuh ke tangan orang lain. Mengingat adik-adik Kendra juga sangat serakah.

" Megan apa kau sadar dengan apa yang kau bicarakan ini?" seru Kendra dengan wajah muram.

" Aku sadar seratus persen Kendra. Wanita itu datang di saat aku membutuhkan situasi ini. Tidakkah kau sadari bila Tuhan mempermudahkan langkah kita!" eyel Megan tak mau kalah.

" Lagipula, kau tidak mungkin menyukai gadis kampung seperti mereka. Untuk itu aku memilih gadis kampung. Kita bisa membuat perjanjian dengannya sayang. Hanya sampai dia melahirkan, do you trust me?"

Kendra seketika memijat keningnya dengan hati campur aduk. Ia sangat mengasihi Megan, tapi ide yang ia minta benar-benar tidak lazim.

" Tapi bagaimana aku bisa...."

" Demi kita, anak yang lahir itu haruslah benih darimu. Anggap saja kita sedang menyewa rahim seseorang. Kumohon Ken...demi hidup kita!" ucap Megan kembali dengan sorot mata penuh pengharapan.

Kendra menghembuskan napas resah saat menatap istrinya yang melihatnya penuh harap. Ia benar-benar dibuat tak bisa berkata kali ini.

Di lain pihak, Kinar yang kini di perhadapkan dengan berbagai makanan lezat terlihat amat rakus. Ia sudah berhari-hari di sekap tanpa diberi makan, dan berada di hadapan makanan lezat sebanyak ini, jelas membuatnya tak bisa menyia-nyiakan semuanya.

Ia mengambil segelas susu lalu menandaskannya dalam sekali tegukan. Tangannya juga terulur meriah potongan pir lalu memakannya dengan hati senang.

" Siapapun wanita tadi, semoga Tuhan memberkatimu. Ini enak sekali!" gumamnya senang.

CEKLEK!

Ia buru-buru memasukkan sisa potongan pir kedalam mulutnya manakala daun pintu itu kembali terayun. Terlihat malu.

" Nona, saya akan melepas infus anda!" seru perawat cantik itu dengan sopan.

Kinar mengangguk kikuk saat seorang perawat datang dengan tersenyum ramah.

" Ehh, apa Nyonya tadi sudah pulang? Apa aku juga sudah boleh pergi?" Kinar memberanikan diri untuk bertanya saat selang Infus yang semula tertancap di punggung tangannya kini terlepas.

" Maaf nona, anda harus menunggu disini dulu. Besok pagi beliau akan mengunjungi anda lagi. Sebaiknya anda istirahat setelah ini, rekan saya akan membawakan baju untuk anda!"

Kinar terlolong mendengar penuturan sang perawat. Tanpa curiga, gadis itu sekonyong-konyong mengangguk. Biarlah sudah, toh dia juga tidak tahu akan kemana setelah ini. Dan bermalam di rumah sakit yang mirip hotel ini sudah seperti rezeki buatnya.

Wanita itu sangat baik, Kinar berniat mengucapkan terimakasih besok pagi sesaat sebelum ia pamit pergi. Walau, tanpa gadis itu sadari, takdir lain telah mendekat kepada hidupnya.

.

.

Bab 3. Menikahlah dengan suamiku!

...🌸🌸🌸...

Kendra masuk kedalam mobil dengan wajah yang mendung. Sangat berbeda dengan wajah Megan yang tampak cerah.

" Ayolah Ken, percayalah jika ini adalah awal kita untuk hidup bahagia!" seru sang istri yang mulai mengenakan sabuk pengaman.

Kendra yang diajak berbicara terlihat murung dan enggan bereaksi. Ia sungguh tak mengharap hal ini terjadi.

" Megan, kalau kau mau bersabar sedikit saja, kita bisa mencobanya sekali lagi. Kita tidak perlu melakukan hal ini!" kata Kendra meyakinkan memeringatkan lagi dengan wajah resah.

" Sampai kapan?"

Kendra terdiam usai Megan melayangkan pertanyaan itu dengan wajah kecewa.

" Bersabar sampai semuanya hanya menjadi sebuah kesia-siaan?"

Megan berusaha meyakinkan suaminya jika hanyalah ini jalan terbaik dan tercepat untuk kelangsungan keberadaan pewaris mereka

" Sayang, kau hanya perlu membuat dia melahirkan anakmu. Hanya sampai anak itu lahir dan semua akan berjalan sesuai dengan keinginan kita!"

Kendra lagi-lagi menghela napas saat ia tak bisa mendebat istrinya yang benar-benar antusias. Entahlah, ia sendiri juga tidak tahu kenapa istirnya begitu gencar melaksanakan hal gila ini.

Ya, Megan pagi ini meminta Kendra untuk ikut bersamanya guna menemui Kinar. Kendra yang pagi itu sudah mengenakan tuxedo beserta jas kantornya terlihat begitu berkharisma. Garis wajahnya yang tegas benar-benar memancarkan sisi maskulinitas.

Keduanya sampai dirumah sakit dan mendapat penghormatan oleh dokter senior yang sudah tahu akan kedatangan keduanya.

" Apa dia sudah lebih baik?" tanya Megan yang berjalan menggamit lengan kekar suaminya yang berwajah datar.

" Sesuai dengan yang anda minta nyonya. Kami juga sudah memberinya pakaian yang lebih layak!"

" Bagus!"

Kendra tampak tak menikmati kunjungan ke rumah sakit kali ini, dia yang kini telah berada di ambang pintu kamar yang dihuni oleh Kinar tampak bersiap.

" Silahkan Tuan, Nyonya. Jika perlu sesuatu, saya standby di ruangan!"

" Terimakasih banyak dokter Adam!"

Pria paruh baya itu mengangguk hormat sesaat sebelum meninggalkan Kendra dan istrinya.

Saat keduanya masuk, kamar itu kosong dan mereka mendengar suara gemericik di kamar mandi. Menegaskan jika gadis itu pasti sedang mandi.

" Sayang, kau tunggulah disini sebentar, aku akan mengambil surat yang di bawa Xander di lantai bawah. Dia sedang terburu-buru untuk menemui client kita!"

Kendra mengangguk tanpa mendebat lagi. Pria itu lebih memilih untuk membuka ponselnya guna membunuh kebosanan diruang dengan bau obat itu.

JEGLEK!

Baik Kinar maupun Kendra kini saling menatap saat gadis itu terlihat menyembul di tengah gawang pintu kamar mandi.

" Aaaa!!!! Siapa kau?" teriak Kinar yang terkejut dengan sesosok pria yang tatapannya begitu mengiris.

Kendra yang melihat Kinar hanya membalut tubuhnya dengan handuk sebatas lutut seketika membuang pandangannya. Sial!

" Apa kau tidak bisa memakai bajumu dulu sebelum kau keluar!"

" Apa dia bilang? Apa dia tidak lihat jika bajuku ada di luar. Sudah buta ya?"

Kinar yang mendengar suara tak ramah itu merasa dejavu dengan suara anak buah tuan tanah di kampung yang keras seperti itu.

Sejurus kemudian, Kendra lebih memilih untuk keluar dengan membanting pintu itu dan membuat Kinar ketakutan.

BRAK!

" Siapa dia, kenapa dia ada disini? Benar-benar tidak sopan!" Kinar bermonolog kesal dengan perasaan malu yang bercampur takut.

Secepat kilat, gadis itu akhirnya menyambar pakaian yang sudah diberikan oleh perawat tadi dengan buru-buru. Takut kalau-kalau pria itu masuk lagi.

Diluar, Kendra yang semakin kesal dengan sikap kampungan gadis tadi benar-benar kehilangan moodnya.

" Dia bahkan terlihat sangat kampungan!" kesal Kendra dalam hati.

" Sayang, kenapa kamu diluar?" tanya Megan sedikit terkejut.

" Megan dengar...aku rasa kau harus membatalkan rencana ini sekarang juga!"

" Apa yang kau bicarakan Ken?" tanya Megan kembali bingung.

" Apa gadis kampungan dan bodoh tadi lah yang akan melahirkan anakku?" tanya Kendra dengan wajah serius. Membuat Megan tergelak.

" Memang itu yang aku inginkan. Jika dia bodoh dan kampungan, aku tidak perlu khawatir perasaanmu akan berubah kepadaku!"

" Jadi kau sudah bertemu dengannya ya. Tenanglah, ayo kita harus segera menjelaskan perjanjian ini!"

Kendra lagi-lagi mendecah tak percaya dengan kemauan istrinya itu. Istrinya itu bahkan sama sekali tidak notice dengan ucapannya.

Sungguh, semua ini membuat Kendra tak suka.

Mereka kembali masuk dan mendapati Kinar sudah rapi dengan rambut yang masih basah. Membuat Kendra menatap gadis muda itu tak senang.

" Kinar, kenalkan ini suamiku, Kendra Arion!"

" Jadi dia suami Nyonya Megan? Astaga, dia bahkan sudah melihat bahuku. Tapi lihatlah dia, laki-laki itu benar-benar terlihat sombong!"

" Kinara!" gadis itu menggantungkan tangannya namun Kendra sama sekali tak berminat untuk menjabat. Membuat Megan mengambil alih suasana yang begitu canggung.

" Baiklah Kinar. Kedatanganku kemari karena ada satu hal yang penting yang akan ingin aku bahas denganmu!"

Kinar yang semula kesal terhadap Kendra kini mengalihkan pandangannya terhadap Megan yang mendudukkan tubuhnya keatas sofa.

" Ada apa Nyonya? Apa saya sudah boleh pergi?" terka Kinar yang mengira jika Megan akan memintanya pulang.

Megan tampak duduk lalu mengeluarkan sebuah surat yang tadi dibawa oleh Xander. Membuat hati Kinar semakin bertanya-tanya.

" Kau tahu, biaya rumah sakit disini tidaklah murah. Dan...semua pertolongan yang aku berikan bukanlah gratis!"

Membuat Kinar tersentak.

" Maksud anda, saya harus membayar biaya rumah sakit?" tanya Kinar mulai pias.

Kendra tampak diam dan benar-benar ingin pergi dari tempat itu. Namun, Megan tampak berdiri lalu mendekat ke arah Kinar yang berdiri dengan wajah bingung.

" Aku membutuhkan rahimmu untuk melahirkan pewaris laki-laki untuk keluarga kami. Dan jika kau tidak bersedia, kau harus membayar biaya rumah sakit ini sekarang juga!"

" Apa?" dengan wajah pias, bibir Kinar kini ternganga tak percaya akan apa yang ia dengar.

" Apa maksud anda Nyonya?" tanya Kinar kembali tentu saja dengan muka syok.

" Menikahlah dengan suamiku, lalu lahirkan anak untuk kami atau...kau akan tau sendiri konsekuensinya!" ucap Megan menatap tajam Kinar dengan suara penuh penekanan.

Membuat Kinar bagai di sambar petir detik itu juga meski tak ada hujan apalagi mendung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!