NovelToon NovelToon

Baby Girll

part 1

"Selamat datang tuan," ucap seorang penjaga klub pada pria yang mengangkat wajahnya angkuh selepas turun dari mobil mewahnya.

Pria itu tiba menggunakan mobil civic berwarna merah dengan  memakai jas hitam dengan kedua tangan yang berada dalam saku celana nya membuat aura dingin dalam dirinya semakin menguar. Pia itu hanya mengangguk pelan pada penjaga klub  dan segera  memasuki klub yang sudah sering dia kunjungi apalagi saat pekerjaannya menumpuk.

"Felix, ambilkan sebotol vodka untukku," pinta pria bernama lengkap Juan Evans Leonard pada sang bartender setelah dia duduk di meja tepat berhadapan dengan Felix.

"Mukamu sangat kusut," ejek Felix sambil memberikan sebotol vodka pada Juan. Juan hanya melirik sekilas kearah Felix tanpa menanggapi pernyataan Felix yang menurutnya sama sekali tidak penting. Pria itu lebih memilih untuk meneguk minumannya hingga habis lalu setelahnya Juan  kembali memanggilp Felix.

" 2 botol lagi," pintanya yang masih belum puas untuk meminum cairan beralkohol itu.

Felix mengernyit bingung namun tetap mengambil vodka untuk Juan. Biasanya Juan bahkan tak menghabiskan 1 botol dan sekarang pria itu malah meminta 2 botol lagi seperti bukan Juan yang dikenalnya.

Tak beberapa lama Juan kembali mengabiskan minumannya. Juan sudah hampir mabuk dan dirinya kembali memanggil Felix sedangkan Felix membulatkan matanya, jika Juan kembali meminta vodka maka felix tak akan memberikannya lagi. Dia takut pria itu akan mabuk berat dan dirinyalah yang akan repot nantinya.

Felix segera menghampiri Juan dan Felix bernafas lega karena pria itu tak lagi memesan vodka.

"Sisanya untuk mu," ucap Juan mengeluarkan beberapa lembar uang 100 ribu untuk membayar minuman yang sudah di teguk olehnya.

"Sering-sering ya bro," balas Felix sumringah saat Juan melebihkan bayarannya.

Juan mengangguk dan beranjak pergi untuk pulang kerumahnya. Juan masih memiliki sedikit kesadaran namun di tengah jalan dia terjatuh. Juan mengumpat dan kembali berdiri sambil memegang dinding sebagai tumpuannya dan sayangnya dia kembali terjatuh.

sayup-sayup Juan mendengar langkah sepatu mendekat ke arahnya ternyata itu seorang wanita. Wanita itu membantunya berdiri dan merangkulnya dan membawanya ke kamar kosong. Juan tak menolak sama sekali dan hanya mengikuti langkah wanita itu saja, wanita yang menurutnya sangat cantik.

Selepas merebahkannya di kasur, wanita itu hendak pergi namun Juan  tak membiarkan wanita itu pergi begitu saja. Juan menahan tangan wanita itu dan menariknya hingga wanita itu  terjatuh  menimpa badannya.

"****, lepas," marah wanita itu.

Juan  terkekeh pelan tanpa menuruti permintaan wanita itu dan malah mengeratkan pelukannya . "Kau sangat menggairahkan saat marah baby girl," bisik Juan tepat di telinga wanita itu.

Wanita itu memberontak namun tenaga Juan tentu saja  lebih kuat, dan hanya dengan satu hentakan Juan membalikkan badannya hingga posisinya kini berada di atas wanita yang akan menjadi miliknya itu.

Hingga dengan lancang nya Juan mencium bibir wanita itu dengan kasar dan brutal hingga melakukan hal yang seharusnya tak mereka lakukan. Tanpa memperdulikan teriakan kesakitan dan caci makian dari wanita itu Juan  tetap melanjutkan kegiatannya dengan sesuka hatinya.

"Kau sangat nikmat sweetheart."

***

Pov Elena

"Akh",

Aku  terbangun dari tidur lelap ku . Tubuhku rasanya seakan remuk dan rasanya sangat pegal. Aku menoleh pada tangan yang sedang melingkar indah di pinggang ku.

Aku ingin menangis rasanya, baju-baju ku bertebaran di lantai dan dengan tubuh naked di pelukan seorang pria tampan yang tidak kukenal .

Jantungku bergemuruh dan berdetak kencang. Jadi, pria itu yang mengambil milikku yang sudah aku jaga selama 25 tahun. Air mataku turus berlomba-lomba membasahi pipiku. Aku Memejamkan mataku dengan erat . Tetapi apalagi yang harus disesali nasi sudah menjadi bubur.

Aku yang awalnya datang untuk menjemput sahabatku yang mabuk malah berakhir seperti ini. aku menyesal membantu pria itu, sungguh aku hanya kasihan saat dia mencoba berdiri akibat mabuk namun selalu terjatuh.

Perlahan aku bangkit dengan menahan rasa perih di bagian bawahku. Aku mengigit bibirku akibat rasa sakit yang mendera di sana. Dengan langkah tertatih aku mengambil pakaianku yang berserakan dan beranjak pergi dari kamar hotel tersebut.

Aku menghela nafas lega saat aku sudah berada di apartemen Ku. Aku beranjak untuk membersihkan diriku dan  dibawah guyuran air shower aku menangisi nasibku.

"Elena, Elena."

Dor dor dor

Pintu kamar mandi ku digedor dengan sangat kencang oleh orang yang sangat kukenal . Dia terlibat atas kejadian kemarin. sebenarnya aku masih kesal dengannya.

Dengan memakai bahtrobe ku aku membuka pintu kamar mandi dan melihat Elena yang menyengir tidak jelas dan kemudian memasang wajah memelas.

"Ada apa"? tanyaku.

Quela menunduk. "Elena, maafkan aku, aku lupa jika kau datang mencari ku di klub. Aku pulang sendiri kemarin, kau tidak apa-apa kan?Apa yang dia lakukan kemarin. Aku melihatmu merangkul seorang pria " cemas Quela.

Aku menghela nafas. " Sudahlah, lagipula sudah berlalu . Mau bagaimana lagi." Dengus ku karena waktu tak bisa diputar kembali dan aku sama sekali tidak bisa mengubahnya.

"Apa kalian melakukan sesuatu," kata Quela sambil meringis dan Elena hanya diam tak menjawab. Melihat ke-terdiaman Elena, Quela sudah mengetahui jawabannya.

"Tapi pria kemarin cukup tampan bukan." Quela mengedipkan sebelah matanya yang membuat Elena melotot.

" Aku kehilangan kesucian ku yang ku jaga selama ini sialan," teriak Elena marah dan tak habis pikir saat Quela masih bisa menggodanya.

"Elena maafkan aku, sungguh kemarin aku hanya melihatmu samar membawa pria tampan, kepalaku sangat pusing mungkin karena sedikit meminum alkohol."

"Sedikit kepalamu, kamu menghabiskan 3 botol hanya untuk menangisi pria tolol itu," Geram Elena.

"Bagaimana, apakah kamu masih percaya pada pria brengsek itu."

"Aku tidak mengerti terhadap diriku sendiri Elena. "Lirih Quela. "Aku membencinya sungguh, tapi aku juga sangat mencintai nya. Aku tidak terima dengan perlakuan nya tapi aku tidak bisa jika harus kehilangan dirinya." Lanjutnya.

"Bodoh."Desis ku geram. Padahal Quela sudah memergoki kekasihnya sedang bersama dengan wanita lain dengan mata kepalanya sendiri.

Bagaimana mungkin dia masih bisa mencintai pria yang sudah berselingkuh darinya . Aku sangat geram sungguh, aku sangat membenci penghianatan.

"Hm, aku tau." Cicit Quela yang menyadari pemikiran nya tapi apa boleh buat perasaan nya tak mudah dihilangkan begitu saja terlebih dia dan sang kekasih sudah menghabiskan waktu bersama cukup lama.

"CK, sudah lah aku pusing, lupakan tentang pria sekarang, bagaimana jika kita pergi jalan-jalan," ajak Quela untuk menjernihkan pikirannya dan juga Elena yang kehilangan sesuatu yang berharga dalam dirinya.

"Tidak bisa, aku susah berjalan. Kamu saja sama pergi ke hutan jalan-jalan sekalian gak usah pulang,"ucap Elena dengan malas.

"Astaga Elena, mengapa kamu jadi sensitif?".

"Apakah kamu sedang hamil, tapi kalian baru melakukannya sekali dan itu baru semalam bukan?" tanya Quela tanpa berpikir panjang

Bugh

Sebuah bantal akhirnya berhasil aku layangkan pada wajah Quela yang menyebalkan, puas rasanya saat aku melempar dengan tepat sasaran.

"Mati saja sana." ucapku padanya yang tertawa.

Quela kembali terkekeh pelan. " ayo ceritakan padaku, bagaimana rasanya ."Quela  mengedipkan sebelah matanya.

Quela berlari terbirit-birit pulang saat Elena sudah mengambil ancang-ancang ingin menabok dirinya.

***

part 2

Juan meraba kasur di samping nya. Mencoba mencari gadis atau lebih tepatnya wanita yang sudah menghabiskan malam bersama nya.

Juan merasa beruntung karena masih memiliki sedikit kesadaran semalam hingga dia masih bisa mengingat bagaimana wanita itu membuat nya candu dan hampir gila.

Juan akhirnya membuka mata nya, namun dia tidak melihat wanita itu sama sekali.

"****,apa dia sudah pergi. Bodoh, seharusnya aku tadi bangun lebih awal sebelum dia," runtuk Juan melihat keadaan kasur nya yang berantakan.

Hanya tinggal baju nya saja yang bertebaran di sana. Seperti nya memang benar, wanita itu sudah pergi.

Badan nya begitu lengket dan bau keringat karena aktivitas yang menyenangkan semalam.

"Tidak akan kubiarkan, kau adalah milikku sekarang baby girl, hanya milikku," ucap nya dengan lebih sringai khas andalan Juan.

Juan biasanya tidak percaya dengan cinta pandangan pertama dan sekarang seperti nya Juan memercayai hal tersebut karena sudah terjadi pada dirinya sendiri.

Juan akan memastikan jika gadis itu akan menjadi milik nya nanti. Juan tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja.

"Selamat baby, kau sudah berhasil membuatku tidak membenci semua wanita," gumam Juan dengan nada lirih.

Juan lalu menghubungi asisten pribadi nya untuk mencari tau semua tentang wanita yang sudah berhasil mengambil seluruh hati nya.

Mengirim foto wanita yang sempat dia ambil saat wanita itu tertidur akibat kelelahan melayani nafsu nya.

Juan tentu saja hanya menunjukkan wajah nya saja pada asisten nya. Dia tidak rela jika jika mengirim seluruh gambar pada asisten nya.

Juan akhirnya menelpon asisten nya dan langsung di jawab di saat itu juga.

"Carikan info tentang nya secepatnya padaku," suruh Juan dengan tegas lalu menutup telepon nya tanpa menunggu respon dari seberang sana.

Juan memungut baju nya dan membersihkan diri nya kembali.

Saat memandikan tubuh nya yang lengket bekas semalam di bawah shower, bayang-bayang wanita itu kini menghantui pikiran nya.

"Aku membuat ku gila baby, akh aku menginginkanmu lagi," ucap nya.

Butuh satu jam lebih Juan membersihkan dirinya dengan kegiatan nya sendiri. Benar-benar gila, pikir Juan karena hanya dengan memikirkan kegiatan nya semalam dengan wanita itu mampu membuat adik nya bangkit kembali.

Setelah selesai dengan kegiatan nya, Juan bergegas pergi karena memiliki pertemuan penting dengan kolega bisnis Nya.

Pria itu memang memiliki usaha sendiri, dia merupakan direktur utama di perusahaan properti yang cukup terkenal.

"Felix," panggil Juan pada pria itu.

"Ya tuan," balas Felix saat melihat Juan.

"Mengapa kamu masih berada disini?" Tanya Juan heran, setau nya Felix hanya bekerja saat malam hari saja sebagai batender.

"Ah iya tuan, saya ingin menemui bos ada urusan sedikit," ucap pria itu.

"oh," balas Juan lalu melangkah kan kaki nya kembali menuju ke mobil.

"Wah, kurasa dia mabuk berat kemarin, dia pasti sangat bersenang-senang," kekeh Felix saat melihat ada bekas cakaran dan kuku di leher pria itu.

Dan Felix yakin jika itu adalah bekas kuku wanita yang panjang.

***

"Elena bangun lah, sungguh kau tidak bosan kah tiduran Mulu," ucap Quela yang bosan.

Sedari tadi dia gabut dan hanya memainkan ponsel nya dan sekarang dia sudah bosan dengan handphone nya tersebut.

Elena tidak menjawab dan masih memejamkan matanya. Dia ingin tidur sekarang. Dia berharap dengan itu bisa menjernihkan dsn membuat nya lupa sejenak dengan masalah nya.

"Elena," ucap Quela menarik selimut milik Elena.

"Aish, jangan menganggu ku Quela, aku ingin istirahat. Lebih baik kau bersama kekasih mu saja sana," ucap Elena menarik selimut nya kembali sampai menutup seluruh tubuh nya.

"Huft, kan kau tau jika kami sedang bertengkar. Aku malas dengan nya, dia sudah berselingkuh dari ku," ucap Quela dengan nada yang sendu.

"Jadi kalian sudah putus?" Tanya Elena yang penasaran.

Quela menggeleng ribut. " Tidak, enak saja,"

"Aku akan menunggu sampai dia menjelaskan semua nya kepadaku."

"Ck, bodoh, dia sudah menduakan mu dan apalagi yang kau tunggu. Tinggal kan saja dia dan cari pria yang lain." Decak Elena.

"Aku tau aku bodoh El, tapi aku masih mencintai nya. Jika aku melepaskan nya nanti begitu saja, wanita yang bersama nya pasti akan senang karena berhasil merebut kekasihku dan aku tak akan membiarkan hal itu terjadi Elena. Apa yang sudah menjadi milik ku akan tetap menjadi milikku," ucap Quela panjang lebar.

"Yayaya, baiklah terserah mu saja. Dan mau bilang kamu masih mencintai nya dan malah mengabaikan semua panggilan dan pesan nya dan uring-uringan disini. Sungguh aku tidak mengerti dengan jalan pikiran mu Quela,"

"Ya harus dong, dia harus dihukum. Biarkan saja, lagi pula aku ingin melihat bagaimana usahanya untuk membujuk ku. Jika menyerah hanya karena aku tidak membalas telepon dari nya, sungguh dia memang bajingan,"  kesal Quela karena kembali mengingat bagaimana kekasih nya berdekatan dengan wanita lain di depan mata nya.

"Ish aku membenci kelakuan nya tapi aku masih mencintai nya. bagiamana ini Elena, aku benar-benar tidak bisa membenci dirinya sepenuh nya bahkan setelah dia sudah menghianatiku," lanjut Quela sendu.

"Aku sudah memperingatkan mu, " balas Elena pada sahabat nya yang tengah di rundung rasa galau tersebut.

"Ah sudahlah berhenti membahas soal pria sekarang. Aku lapar kau tau, apa kau tidak lapar?" Tanya Quela karena sekarang diri nya sudah merasa kelaparan.

Elena membuka selimut yang menutupi wajah nya dan tersenyum aneh ke arah Quela.

"Mengapa kau tersenyum seperti itu?" Tanya Quela yang merasa ada yang tidak beres sekarang.

"Kamu mau maska kan? Di kulkas ada kok yang mau dimasak, buatkan untuk ku juga ya hehe," pinta Elena dengan mengembang kan senyum terbaik nya

Quela berdecak kecil, sudah dia duga. pantas saja perasaan nya tidak enak tadi.

"Buatkan saja sendiri," ucap Quela.

"Aku masih belum bisa berjalan Quela," ucap Elena dengan memelas. Dia tidak berbohong. karena bagian bawah nya memang masih terasa begitu perih.

Quela akhirnya mengangguk. Itu semua karena dirinya juga, hanya karena ingin menjemput nya Elena malah harus bertemu dengan pria asing yang malah merenggut masa depan nya.

"Yey, kau yang terbaik Quela. bangun kan aku jika sudah selesai ya," ucap Elena kembali melanjutkan tidur nya.

"Ya baiklah,"

"Buat yang enak ya,"

"Hem, aku akan menambah kan racun ke dalam nya sekalian," balas Quela bernajak ke arah dapur milik Elena.

"Em masak apaan yah," Bingung Quela melirik seluruh isi kulkas Elena yang cukup penuh.

"Ayam aja kali yah," ucap nya.

"Semoga aja Elena suka,"gumam Quela karena sebenarnya dia masih belajar masak.

TBC

part 3

Akhirnya selama dua hari hanya berbaring dan di rumah saja, Elena kini bisa pergi keluar rumah karena bagian bawah nya sudah tidak terlalu sakit meski masih sedikit nyeri.

Wanita itu berencana untuk membeli obat pencegah kehamilan. Bisa bahaya dirinya jika dia hamil anak orang yang tidak di kenal nya sama sekali.

Orang tua nya serta Abang nya juga pasti akan sangat kecewa pada nya nanti.

Elena memang tinggal terpisah dari kedua orang tua nya.

Wanita itu memilih kuliah di Indonesia sedangkan keluarga nya berada di luar negeri.

Di perjalanan Elena bersenandung kecil menyanyikan lagu yang di sukai nya.

Dug

Bunyi pukulan di leher nya berhasil membuat Elena tidak sadarkan diri.

"Bodoh, seharusnya tidak menyakiti nya, jika tuan tau pasti kau bakalan kena marah," kesal orang itu pada teman nya.

"Lalu harus bagaimana? Menarik nya secara paksa begitu,"

"Ah sudahlah, cepat bawa dia ke dalam mobil,"

***

"Sayang buka pintu nya, aku tau kau ada di dalam sekarang,"

"Quela, tolong buka pintu nya sayang," ucap Aldrich yang tetap merayu sang kekasih.

"****, kesabaran ku sudah habis," umpat pria itu. Dia sebenarnya bukanlah pria yang sabar, hanya demi gadis nya saja dia mengusahakan nya.

"Baiklah jika kamu tidak ingin membuka nya, aku akan mendobrak pintu kamar mu sekarang," tegas Adlrich pada sang kekasih.

Saat hendak mengambil ancang-ancang untuk mendobrak, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan muncullah gadis nya dari dalam sana dengan tampang wajah yang tidak bersahabat sama sekali.

"Kau gila, bagaimana jika mommy ku marah karena mau sudah merusak salah satu barang di rumah nya," ucap Quela dengan sinis.

"Mommy tidak akan marah," yakin Aldrich.

Karena mommy dan Daddy gadis nya sudah sangat setuju akan hubungan keduanya dan malah sering kali menititpikan Quela pada nya saat kedua nya memiliki pekerjaan.

"Ada apa?" Ketus gadis itu.

"Aku ingin menjelaskan soal kemarin heum," ucap Aldrich segera masuk ke dalam kamar milik gadis nya.

"Hei, jangan asal masuk," runtuk Quela karena keadaan kamar nya yang sedang tidak bagus.

Sesuai dugaan Quela, Aldrich pasti kaget dengan keadaan kamar nya yang berantakan.

"Astaga,"lirih pria itu yang melihat kamar Quela seperti kapal yang pecah.

Semua bantal dan seprei gadis itu bertebaran di lantai beserta barang-barang lain nya yang tidak sesuai dengan tempat nya.

Dan ****, apa itu, Aldrich menatao tajam ke arah satu botol yang terletak di atas meja nakas gadis itu beserta dengan gelas nya.

"Quela, what is it?" Tanya nya dengan tatapan mengintimidasi.

Quela mendadak gugup dan sedikit takut akan tatapan Aldrich yang tajam ke pada nya. Pria itu seakan-akan ingin memakan diri nya secara hidup-hidup.

"Quela, aku sedang bertanya sekarang!" Ucap nya sekali lagi dengan nada yang rendah.

"Hanya air putih," ucap Quela yang membuat Aldrich tertawa meremehkan.

"Air putih, sungguh, sayang! Apa kamu pikir aku ini adalah orang yang bodoh Hem," ucap Aldrich melempar kan botol alkohol tersebut hingga pecah berkeping-keping di lantai.

Quela sampai terkaget di buat nya. Quela memejamkan mata nya karena takut akibat suara pecahan yang terdengar keras dan memekakkan di telinga nya. Adlrich dalam mode marah seperti ini sangat lah menyeramkan.

"Kamu meminum alkohol?" Tanya Aldrich dengan nada yang datar.

"Apa peduli mu," Quela memberanikan diri nya untuk mengatakan hal itu.

"Apa peduliku kamu bilang hah! You drink alcohol!" Teriak Aldrich sedikit emosi karena melihat Quela yang terlihat sepele.

"Aku cuma minum dikit," cicit Quela.

Aldrich memejamkan mata nya mencoba untuk mengontrol emosi nya. Jangan sampai dia malah kehilangan kendali dan berakhir menyakiti gadis nya. Dia akan menyesali nya jika sampai hal itu terjadi.

Aldrich mendekati gadis itu yang tengah berdiri takut-takut di depan nya.

"Sejak kapan kamu minum itu Hem?" Tanya Aldrich dengan nada yang kini mulai melembut.

Quela menggigit bibir dalam nya sebelum menjawab. Quela memang akan seperti itu jika dia sedang di landa oleh kegugupan.

"Jangan marah tapi ya," ucap Quela mewanti-wanti.

Aldrich menaikkan sebelah alis nya saat mendengar penawaran gadis nya, apa gadis itu sudah sering meminum nya hingga bisa sampai berkata seperti itu.

"Tergantung," jawab Aldrich dengan singkat pada akhir nya.

"Yaudah, aku gak jadi bilang," ucap Quela memalingkan wajah nya.

Adlrich menangkup wajah Quela agar kembali menatap nya. "Jangan melihat ke arah lain, orang yang sedang bicara denganmu tidak ada disna tali di depanmu!"

"okey,"

"Nah sekarang katakan padaku, sejak kapan kamu mulai meminumnya, aku tidak akan marah," jawab Aldrich dengan cepat saat Quela hendak mengelak kembali.

"Sejak seminggu yang lalu di club," Jawa Quela dengan jujur.

Aldrich tersenyum masam. Club? Sungguh dia ingin sekali marah pada gadis itu karena telah berani menginjakkan kaki nya ke dalam sana.

Dia sendiri saja jarang ke tempat itu, dan Quela malah sudah pernah masuk kesana.

"Kamu gak bohong kan sama aku, aku gak suka kamu bohong," ucap Aldrich mencari kebenaran dalam mata gadis nya.

"Iya aku gak bohong, aku meminum nya karena direkomendasikan oleh teman ku," ucap Quela.

"Dan kamu malah langsung meminum nya begitu, astaga sayang, ini tidak baik untuk kesehatan mu sama sekali," ucap Aldrich. sepertinya Aldrich harus mulai membatasi perteman gadis nya itu.

Bisa-bisa nya seorang teman malah merekomendasikan alkohol dan mengajak nya ke dalam club.

"Aku akan menghukum mu nanti karena sudah pergi ke tempat seperti itu, tapi sebelum itu kita harus menyelesaikan pembicaraan ini terlebih dahulu, " tegas Aldrich.

Dia tidak bisa membiarkan nya, jika tidak Quela tidak akan ada kapok nya nanti.

"Kenapa bisa begitu, harus nya aku yang marah pada mu dan menghukum mu kenapa sekarang seperti aku ya g salah disini," ucap Quela.

"Ya kamu salah karena pergi kesana," ucap Aldrich dengan wajah yang sama, tetap menatap gadis nya dengan datar.

"Oke Fine, aku memang salah karena sudah pergi ke tempat seperti itu, tapi aku melakukan nya Karena mu! Aku sakit hati dan overthingking saat itu dan temenku berkata benar jika alkohol bisa membuat ku lupa sejenak akan Masalah ku karena itu aku meminum nya sialan!!" Quela mengatakan nya dengan nafas yang memburu serta berteriak di depan wajah Aldrich.

Aldrich terdiam sebentar, benar itu karena dirinya. Aldrich menjadi merasa bersalah kepada gadis nya.

"Maafkan aku," ungkap Aldrich membawa gadis itu ke dalam pelukan nya.

"Lepaskan aku," ucap Quela memberontak namun tidak semudah itu karena Aldrich tidak membiarkan nya.

Pria itu malah menahan Quela agar tetap pada posisi nya dan Aldrich tstal memeluk gadis nya dengan erat.

"Maafkan aku sayang, aku akan menjelaskan semua nya padamu, tolong dengarkan penjelasan dari ku heum," mohon Aldrich.

"Oke, sekarang jelaskan padaku, smeuanya!"

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!