NovelToon NovelToon

Menikahi Gadis Tebusan

1. Hari Menyedihkan

Sekuat apapun memberontak, pergelangan tangan Lea tidak akan bisa lepas dari genggaman pamannya. Ia memberontak karena tahu jika bibi dan pamannya akan membawa dirinya ke tempat menjijjkan itu, dengan sekuat tenaga menarik tangan sang paman lalu menggigitnya.

Plak!!

Satu tamparan melayang pada pipi kanan Lea, gadis ini meringis kesakitan.

"Berani beraninya kamu kurang ajar padaku anak nakal, dasar tidak tahu diri! Sudah untung aku mau merawat adikmu yang penyakitan itu, dan kau masih berani beraninya melawanku." teriak Yura kuat.

Mata sinis penuh amarah itu terlihat jelas di wajah Yura, ia tidak segan segan melakukan kekerasan pada kedua keponakannya itu ketika tak puas hati dengan apa yang ia mau.

Ya, Yura adalah bibi dari Lea. Sedangkan suaminya bernama Soni adalah seorang pengangguran yang hoby mabuk mabukan dan bermain judi, sedangkan Yura sendiri suka menghambur hamburkan uang yang ia miliki dari hasil menjual rumah milik almarhum kedua orang tua Lea dan adiknya yang bernama Gea.

"Tolong lepaskan tanganku paman, sakit sekali pergelangan tanganku." pinta Lea berharap belas kasihan dari pamannya supaya melepas tangannya agar ia bisa kabur.

"Aku tidak sebodoh itu gadis cantik! Pasti kau akan di hargai cukup mahal karena kau masih gadis bukan?" ucap sang paman.

"Siapa yang cantik mas? Dia hanya gadis kusam! Beruntung sekali Tuhan menganugrahi dia rupa yang enak di lihat mata, tidak sia sia aku merawat gadis bodoh ini sebentar saja lalu dia bisa menghasilkan uang. Gea juga sepertinya bisa kita jual mas, dia masih sangat sangat belia jadi pasti laku dengan harga yang mahal" tutur Yura dengan senyum mengejek Lea.

Mata Lea langsung melotot saat mendengar perkataan yangbkeluar dari mulut bibinya, ia tidak menyangka bibinya setega itu padanya.

"Tolong bi, jangan mengusik Gea. Biarkan dia sekolah dengan tenang, aku ingin dia bisa menyelesaikan sekolahnya. Jika bibi ingin mendapatkan uang, cukup menjualku saja, jangan adikku. Hanya Gea harta satu satunya yang aku punya" ucap Lea dengan nada lirih, hidupnya seakan runtuh saat kedua orang tuanya meninggal. Tapi ini lebih menyakitkan lagi saat ia terjebak di dalam situasi sulit ini.

"Makanya jangan banyak omong!" teriak Soni.

Ting! Suara sendok yang di lepaskan pada sebuah piring.

"Aku tidak ingin menikah dengan anak teman mama, berhenti mengaturku ma karena aku punya pilihan sendiri! Aku sudah besar, mama dan papa tidak perlu memaksaku seperti bayi." ucap dingin seorang pria dengan wajah tampan.

"Pilihan? Siapa pilihan kamu? Dari keluarga mana dia berasal?" pertanyaan bertubi tubi itu muncul dari sang mama.

"Sudahlah ma, biarkan Dirga membawa pilihannya kesini." ucapan papanya menyelah.

"Papa!! Papa apa apaan sih? Kita kan udah sepakat mau ketemu Melinda dan anaknya" ketus mama Dirga yang bernama Vina.

Sedangkan papa Dirga bernama Bima, beliau sendiri ialah seorang pengusaha kaya raya yang memiliki tambang batu bara dan beberapa usaha lainnya.

Dirga Harsa Anggara, pria tampan berusia 27 tahun yang memiliki paras wajah tampan rupawan, postur tubuh tinggi, berkulit putih bersih seperti mama papanya, dengan mata sipit dan hidung mancung itu membuat banyak wanita berlomba lomba memikat hatinya. Tetapi sifatnya sangat cuek terhadap perempuan, ia sama sekali tidak tertarik dengan perempuan yang hanya ingin uangnya saja. Selain tampan ia juga pandai, tak jarang kedua orang tuanya sering membandingkan dengan sang adik yang tidak pernah mendapat peringkat di kelasnya.

"Aku belum ingin menikah, jadi tolong mama dan papa jangan memaksa Dirga" ucap Dirga beranjak dari meja makan.

"Tunggu!" suara lantang sang papa.

Dirga menghentikan langkahnya.

"Segera bawa pilihanmu dihadapan mama dan papa, umurmu sudah bukan anak anak lagi Dirga. Jika tidak segera kamu bawa kemari, maka jangan salahkan papa jika sependapat dengan mamamu" ucap Bima pada putranya.

"Tenang saja, akan aku bawa di hadapan mama dan papa" sahut Dirga tanpa menoleh, lalu melanjutkan langkahnya menuju pintu.

"Kak, tunggu kak!! Vano ketinggalan nih" teriak anak laki laki yang masih berusia 14 tahun itu mengejar sang kakak menuju mobilnya.

"Aaasshh . . Anak itu! Dia memang harus di paksa pa." keluh Vina.

Senyap, tidak ada pembicaraan lagi diantara Dirga dan Vano.

Dirga masih berfikir bagaimana bisa ia membawa seorang wanita kepada mamanya, sedang di luar sana banyak wanita yang berlomba lomba mendekati karena tertarik pada hartanya saja.

Sedangkan Vano, ia lebih memilih diam karena tau jika sang kakak sedang memiliki banyak masalah. Tentu bukan waktu yang tepat untuk membuat ulah yang bisa membuat sang kakak marah dan tak segan segan menendangnya keluar dari mobil, itu bukan hal yang lucu kan?

Brak! Suara pintu mobil tertutup.

Tok Tok . .

Vino yang baru turun dari mobil sang kakak langsung mengetuk kaca jendela mobil.

Dirga membuka sedikit kaca, lalu menoleh kepada sang adik.

"Apa lagi?" ketus Dirga.

Vino mengerutkan dahinya.

"Dih, ketus amat sih lu bang kek vampir tau nggak! Oh iya, jangan lupa jemput gue ye" ucapnya cengengesan.

"Sibuk!" ucapnya menutup kembali kaca sebelah kirinya.

"Yeee, sama adek sendiri kaya gitu. Doss . . . "

Belum sempat menyelesaikan topik pembicaraan, Dirga langsung tancap gas meninggalkan adiknya.

"Dasar abang gila!!" teriak Vano kesal.

"Seratus juta!!" ucap seorang wanita cantik dengan rokok yang bertengger pada kedua jemarinya.

Tes!!

Air mata Lea menetes, ia benar benar tidak menyangka nasib pahit ini akan terjadi padanya. Bahkan orang yang menjual dirinya adalah paman dan bibinya sendiri, padahal Lea begitu tulus menyayangi paman dan bibinya.

Yura dan Soni langsung melotot mendengar tawaran yang fantastis itu, tentu sangat banyak bagi mereka karena kehidupan mereka yang miskin dan banyak hutang.

"Bagaimana?" tanya wanita mucikari yang biasa di sebut Mami Helen.

"Oh, tentu sangat boleh Mami." sahut Yura cepat.

"Tapi apa kau bisa menjamin bahwa dia masih per*wan, Yura?" Helen menyipitkan matanya.

"Tentu, tentu saja Mami. Saya sangat menjamin jika keponakan saya ini masih segel rapat, karena dia anak yang polos tidak pernah neko neko." ucap Yura meyakinkan wanita mucikari itu.

"Bagus!" Helen tersenyum puas.

Bagi Helen, Lea adalah gadis cantik yang akan bisa menghasilkan uang banyak untuknya. Wajah cantik, dengan kulit putih bersih, rambut ikal sepinggang tergerai indah, bibir mungil berwarna pink nampak membuatnya wajahnya segar. Jadi ia tidak tanggung tangung menawarkan harga seratus juta pada kedua orang yang gila harta ini, karena Helen sudah sangat berpengalaman dalam bidangnya.

"Ini, seratus juta. Hitung saja dulu! jika kurang dari seratus, kau boleh memintanya padaku."

Helen mengulurkan amplop coklat yang tebal kepada Yura, dan Yura tentu dengan senang hati menerima uang tersebut.

"Tidak perlu mami, aku sangat percaya padamu." senyum kemenangan terpancar pada wajah Yura.

Sedangkan Lea hanya bisa menangis, tanpa suara. Namun butiran air mata terus meluncur membuat anak anak sungai pada pipi mulusnya, sekarang hatinya merasa hancur dan takut.

'Maafin Lea . . . Ayah, Ibu. Andai ibu dan ayah masih ada, mungkin hidup Lea akan tetap baik baik saja bersama ayah, ibu, dan Gea. Maafkan Lea tidak bisa menjaga diri, tapi ini demi kebaikan Gea agar bibi dan paman tidak menyiksa Gea.'

Batin Lea menjerit, ia benar benar merasakan sesak yang sangat sangat sesak di dalam dadanya.

"Jaga diri baik baik ya anak manis, bibi dan pamanmu ini mau pulang. Tenang saja, akan aku jaga adikmu yang penyakitan itu!" bisik Yura pada telinga kanan keponakannya itu, lalu segera beranjak dari rumah Helen.

Diam, Lea masih diam terpaku tanpa kata.

"Sini sayang, mari mami antar ke kamarmu. Hari ini kamu bisa istirahat dulu, jangan terus menangis ya. Aku tau kamu gadis baik, namun sepertinya Tuhan tidak begitu baik memberimu nasib semenyedihkan ini. Terlebih, orang yang menjualmu padaku adalah keluargamu sendiri" Helen mengusap lembut air mata di pipi Lea.

2. Gadis Malang

"Beri saran gue dit, gue gak bisa nikah sama pilihan bokap dan nyokap." ucap Dirga pada teman baiknya, Radit.

"Ya lu tinggal bawa aja cewe lo ke bokap dan nyokap elo, beres kan!" jawabnya enteng.

Dirga langsung membuka kedua matanya lebar lebar.

"Busset, santai bos. Mata lu bisa copot melotot lama lama!" Radit nenyengir kuda.

"Gila ya lo, gue mana ada cewe. Lu juga tau kalo gue gak tertarik sama cewe cewe yang deketin gue cuma karna pengen duit aja." ucap Dirga apa adanya, memang itulah adanya.

Hidup Dirga dari kecil selalu di atur oleh kedua orang tuanya, apapun yang ia mau selalu bertentangan dengan sang mama, melakukan apapapun juga karena perintah dari mama maupun papanya. Itulah mengapa Dirga menjadi sosok laki laki yang terkesan pendiam, cuek, dan dingin. Terutama jika berada di rumah, ia tidak akan banyak bicara, sepulang kerja hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar. Satu satunya orang yang bisa menghiburnya hanya Vano, anak kecil yang suka usil padanya terkadang juga membuatnya kesal karena tingkah jahil dan kelakuan kelakuan aneh sang adik. Tapi ia begitu menyayangi adiknya, hanya saja sikap dinginnya tidak bisa untuk mengungkapkan itu pada Vano Febiantara.

Di suatu diskotik, terpampang jelas wanita wanita cantik dengan pakaian yang serba minim agar terlihat seksi untuk memikat para tamu yang datang.

"Lu mau kemana, di sini aja bodoh!" Dirga berbicara keras tepat pada telinga kiri Radit, karena suasana diskotik ini sangat ramai dan suara alunan musik dj yang kencang membuatnya haru berbicara dengan suara yang keras.

"Ya lo di situ aja, pesen minum aja sono. Lu kan gak normal, mana mau lu sama cewe cewe aduhay yang ada di depan situh" celutuk Radit asal akibat terpengaruh alkohol.

Tangan Dirga seketika melayang menjitak kening Radit.

"Ngawur aja lu kalo ngomong, bisa ancur reputasi gue kalo laen denger" ketus Dirga lalu beranjak meninggalkan Radit.

Dirga berjalan mengelilingi tempat itu, sebenarnya dia bukan pria brengs*k yang suka menikmati wanita wanita malam yang ada di sini. Hanya saja, ia sering menemani Radit untuk datang kemari hanya untuk menghibur diri di tengah keramain orang orang. Tidak terhibur, lebih tepatnya untuk membuang suntuk akibat tekan tekanan dari mama papanya yang kadang membuatnya pusing.

Ia melihat deretan wanita wanita cantik dan sexy dengan senyum manis yang mereka pancarkan untuk memikat para tamu, tapi ia sama sekali tidak tertarik akan hal hal itu.

Saat ia baru saja duduk, tiba tiba seorang gadis cantik muncul dengan pakaian berwarna hitam yang tak kalah sexy dengan deretan wanita wanita lain. Di tubuhnya terdapat selempang bertulis "Virgin", namun wajah wanita ini menunduk sedih, bahkan dapat terlihat dari pancaran sinar lampu jika wanita malang ini sedang menangis.

Entah mengapa Dirga menatap gadis itu lekat lekat, ia merasa iba dengan keadaan gadis kecil itu. Di saat wanita wanita lain berpose anggun dan sexy untuk memikat para lelaki, justru ia hanya bisa menangis sesenggukan.

"Ah, bisa bisanya ia menju*l tubuhnya tetapi berpura pura menangis. Apa dia ingin orang lain iba dan membelinya?" guman Dirga pelan.

"Siapa yang minat dengan nona cantik ini, tuan? Mari tawar dengan harga tinggi, tawaran tertinggi akan kami lepas" ucap salah seorang mc pria di atas panggung.

"Tuju puluh lima juta" teriak salah salah pria sembari angkat tangan.

"Sembilan puluh juta" salah seorang mengangkat tangannya.

"Seratus lima puluh juta" tawar laki laki yang berdiri tepat di sebelah Dirga.

"Ada lagi?" tanya mc.

"Tiga ratus juta!!" ucap Dirga lantang, tak lupa ja juga mengangkat tangan kanannya.

Semua orang menoleh ke arah Dirga.

Benar benar gila!

Semua orang menatap Dirga dengan aneh, apakah untuk menemani tidurnya ia harus merogoh uang yang begitu fantastis.

"Dasar gila, tiga ratus juta untuk seorang wanita" ucap salah satu orang yang ada di depannya.

"Ada lagi?" ucap sang mc.

Tidak ada yang angkat tangan lagi, karena faktanya memang club diskotik ini sudah biasa menawarkan gadis gadis cantik yang masih virgin. Jadi jika ia tidak bisa mendapatkan gadis ini, mereka masih bisa memilih gadis yang lain dari pada menawar dengan harga gila seperti Dirga.

Sedangkan Radit yang sedang bergoyang di area kerumunanpun ikut menoleh erah Dirga, ia tidak menyangka jika temannya akan membeli seorang wanita. Radit tau betul bagaimana sifat temannya itu, sangat tidak mungkin Dirga membeli wanita itu hanya untuk bersenang senang.

"Oii, lu udah gila bro!" Radit menghampiri Dirga dan menepuk punggungnya.

"Udah lu diem aja, gue mau ke depan buat ngurus dulu. Lo bisa balik sendiri kan?" ucapnya bergegas membayar Lea sesuai tawaran yang baru saja ia ucapkan.

Saat Dirga selesai melakukan pembayaran, ia menatap Lea.

Gadis ini masih sama seperti pertama dia lihat, hanya menunduk dan menangis, tak mengeluarkan sepatah katapun.

"Mari . ." ucap Dirga meraih pergelangan tangan Lea keluar area diskotik.

Pov Lea,

Tiga ratus juta! Suara lantang itu membuat jantungku seakan berhenti berdetak, bagaimana tidak? Nasibku setelah ini akan hancur, entah bagaimana lagi aku akan menghadapi hari hariku selanjutnya.

Bahkan aku tidak tahu seperti apa pria yang membeliku ini, aku tidak memiliki nyali untuk menatap wajah orang orang yang ada di keramaian ini. Tempat ini begitu asing bagiku, aku seorang gadis yang baru saja lulus Sekolah Menengah Atas harus berada di tempat kotor seperti ini. Padahal dulu saat ayah dan ibuku masih ada, mereka sangat amat menyayangiku, mereka juga selalu mensupportku agar aku bisa melanjutkan kuliah dengan nilai yang membanggakan. Namun semua itu pupus saat aku mendengar kabar bahwa ayah dan ibuku mengalami kecelakaan, lalu bibi dan pamanku datang seakan menjadi penyelamatku dan adikku Gea tapi kenyataannya justru mereka datang untuk membuat kehidupan kami tersiksa. Tak jarang aku sering memergoki bibiku memukul Gea saat aku pulang sekolah, dan saat itulah aku langsung menjadi penghadang yang siap menerima pukulan dari bibi.

Mari, suara nyaring pria yang menawarku tadi tiba tiba memegang pergelangan tanganku.

Kulihat tangannya putih bersih dengan sedikit bulu bulu halus di area lengannya, tapi aku tidak berani mengangjat wajahku dan menatapnya. Entah seperti apa wajah pria ini, atau bahkan pria dewasa yang sudah berumur lebih dari 50 tahun?

Ah, sial sekali hidupku. Rasanya aku ingin mengakhiri hidup ini dengan bunuh diri saja atau melompat dari atas jembatan, tapi itu terlalu menyakitkan bukan rasanya? Lagian aku tidak mungkin meninggalkan Gea hidup sendiri di tengah orang orang jahat dan kejam itu.

'Sabar ya dek, kakak akan segera datangbhuat jemput kamu. Kita akan tetep bareng bareng lagi kaya dulu, kakak akan segera bawa kanu kekuar dari rumah neraka itu'

Batin Gea.

3. Lolos

"Ck!! Berhentilah menangis, aku tidak akan memakanmu!" kesal Dirga, karena sedari tadi gadis yang duduk di jok sebalahnya ini terus saja terisak.

Ia tidak bisa tahan jika melihat wanita menangis, rasanya seperti pengecut jika ia menbuat wanita meneteskan air mata karena ulahnya. Seperti itulah yang ia lakukan pada mamanya, selalu menuruti perintah sang mama meskipun dengan hati terpaksa.

"Nih, pakai!" Dirga mengulurkan sebuah jas berwarna hitam agar bisa menutupi tubuh mungil gadis ini, Leapun dengan senang hati menerima jas tersebut karena ia sendiri tidak nyaman dengan pakaian yang sekarang ia kenakan.

"Siapa namamu?" tanya Dirga yang masih saja tak menoleh, ia fokus menyetir di dalam deretan macetnya Ibu Kota.

Lea masih saja diam membisu, tak sedikitpun kata yang ia ucapkan sedari tadi.

"Apa selain bisamu menangis, kau juga gadis bisu yang tidak bisa berbicara?" ketus Dirga menoleh menatap Lea.

Pov Dirga,

Entah angin dari mana yang tiba tiba membawa keberanianku untuk menawar gadis ini, dia memang gadis cantik, tapi bukan itu yang membawaku hanyut untuk membelinya. Setiap ku tatap jawahnya, gadis ini tak pernah mau menatapku kembali. Gadis yang tampak polos dan lugu ini sepertinya sengaja di jual, bukan ia sendiri yang ingin menjual tubuhnya. Terlihat jelas saat ia berada di atas panggung, saat semua orang bergembira dengan dunia mereka di lingkup keramaian namun gadis ini saja yang yerus menangis sesenggukan.

Tapi siapa yang tega menjualnya? Apakah orang tuanya setega itu padanya?

Ah, aku rasa tidak perlu berlebihan mengusik kehidupan gadis kecil ini.

Toh aku membelinya selain karena kasian juga karena untuk menikahinya, agar mama dan papa tak menggangguku lagi dan memaksa menikahkanku dengan salah satu putri seorang teman mama yang bernama tante Melinda.

"Apa kau benar benar bisu dan tuli?" sindir Dirga, lagi.

Pov Lea,

Bisa bisanya pria gila ini menyebutku bisu dan tuli, apa telinganya tidak mendengar isak tangisku?

Dasar pria tua gila! Pria hidung belang yang suka gonta ganti wanita setiap harinya, pasti ia akan memaksaku untuk melayaninya.

Tidak, Tidak!! Itu tidak akan terjadi, aku harus bisa berfikir cepat agar bisa kabur dari pria tua bangka ini.

Sungguh . . Selain sifatnya yang buruk, ia juga sangat sangat menyebalkan!

'Ah, aku ada ide! Sepertinya aku harus berpura pura kehausan agar dia turun membelikanku minum, lalu aku akan pergi saat dia masuk ke dalam sebuah mini market. Aku pandai, bukan?'

Batin Lea,

Ia masih menunduk, namun tersenyum tipis saat memikirkan ide gila tersebut.

"Aku haus!" ucap Lea pelan, namun masih dengan posisi yang sama.

"Apa? Aku tidak dengar?" ejek Dirga kencang.

"Aku haus paman, tolong aku. Aku bisa mati kehausan jika kau membiarkanku begini dan tak memberiku minum." ucap Lea cepat.

Dirga yang mendengarpun langsung membuka matanya lebar lebar, secepat kilat kepalanyapun langsung menoleh menatap Lea.

"Kamu udah gila ya? Enggak bisu dan tuli sih, tapi sepertinya otakmu sudah tidak ada. Pantas saja kau di jual!" ucap Dirga kesal.

Lea yang mendengar ucapan Dirgapun langsung mengepalkan tangannya, ia benar benar kesal dengan pria itu tapi hanya bisa menahannya saja.

Pov Lea,

'Tenang Lea, tenang. Sebentar lagi kamu akan bebas dari pria tua bangka yang gak punya hati ini, tetap menunduk dan fokus pada tujuan kaburmu Lea'

Aku hanya bisa membatin saja, ingin sekali aku mengumpat dengan lantang di hadapannya tapi aku tidak ingin dia menemukanku lagi saat aku kabur.

Ciiiiiittt!

Suara rem berdecit,

Pria ini benar benar sudah gila, jika tidak bisa menyetir mengapa membeli mobil!

"Mau minum apa?"

Tiba tiba dia bertanya padaku sesudah menghentikan mobilnya mendadak.

"Terserah" jawabku singkat, sudah tak ingin berbasa basi lagi rasanya.

"Minuman dingin?" tanyaya lagi.

Aku hanya menganggukan kepala.

Lalu ia langsung membuka pintu mobilnya dan berjalan masuk ke arah pintu mini market, aku langsung menatap ke arahnya.

Aku tidak bisa melihat wajahnya, hanya punggungnya saja yang terlihat.

Seorang pria yang tingginya ku perkirakan 182 cm, tapi entahlah aku tidak tahu pasti.

Cepat cepat aku membuka pintu mobil ini, lalu keluar dan berlari sebisaku. Aku tidak ingin di tangkap lagi oleh pria itu, apa lagi jika ia akan membuatku menjadi istri kedua atau bahkan istri ke tiganya.

Masa depanku masih panjang, bukan?

Aku masih bisa membawa adikku kabur dari rumah bini Yura, lalu aku akan mencari pekerjaan apa saja yang penting halal.

"Berapa mbak?" tanya Dirga sembari membuka dompetnya.

"Total semuanya empat puluh dua ribu tujuh ratus kak, bayar cash atau debit?" tanya kasir ramah.

"Cash aja mbak." jawab Dirga singkat.

Tak butuh waktu lama bagi Lea untuk kabur dari Dirga, ia berlari dengan menenteng sepasang high heels ditangan kanannya.

Lea tidak pernah memakai heels sebelumnya, jadi wajar saja jika ia kesulitan berjalan apalagi di situasi darurat seperti ini tentu ia akan lebih memilih berlari tanpa menggunakan alas kaki.

Clic! Suara pintu mobil terbuka.

"Nih!" tangan Dirga menyodorkan kantung plastik ke arah samping, namun tidak ada tangan yang menerimanya.

"Eh, kamu mau mat" belum selesai berbicara, Dirga terperangah saat menoleh namun gadis yang ia beli dari club tadi sudah tidak ada di di dalam mobil.

"Ck! Benar benar gadis tak tahu terima kasih, jelas jelas akunsudah berbaik hati menolongnya malah ini balasan yang aku dapatkan. Sial!!" umpat Dirga kesal.

Ia segera merogoh sakunya, mengambil benda pipih berbentuk persegi itu lalu jemarinya berseluncur membuka sebuah aplikasi berlogo hijau.

"Hallo, gue lagi butuh bantuan elo Dit. Cepet!"

Tut! Suara panggilan telepon di matikan.

Belum sempat mendengar jawaban dari Radit, tapi ia sudah memutuskan sambungan telponnya.

Di jalan, Lea bertemu dengan Gea yang baru saja pulang dari sekolah.

"Geaaaa . . . " Teriak Lea sembari melambaikan tangannya pada sang adik.

Gea menoleh saat mendengar suara sang kakak.

"Kakak? Kok kakak bisa ada di sini? Terus ngapain kakak pake baju begini?" tanya Gea heran.

"Ceritanya panjang dek, kita harus cepet cepet pergi dari rumah bibi dan paman. Kakak gak pengen terjadi apa apa sama kamu, denger kan sayang?" Lea pipi adiknya lembut.

Gea hanya mengangguk paham, ia tahu jika kakaknya selalu berusaha yang terbaik untuk dirinya.

Di sisi lain, Dirga juga menjemput Vano ke sekolahnya.

"Cepet masuk!" ketus Dirga.

"Dih, udah jemput telat. Kagak ada minta maaf, ketus lagi!" celetuk Vano.

Di sepanjang perjalanan Vano banyak bertanya pada sang kakak, namun Dirga tak menjawab apapun sesekali mengangguk saja agar adiknya tak banyak bicara.

"Eh tunggu kak, tolong pelan! Di depan ada wanita pujaan hatiku" ucap Vano sembari menepuk lengan sang kakak.

"Hallo Gea cayang, mau bareng sama A'a Vano nggak? Sini A'a anter pulang" teriak Vano dari dalam mobil.

"Enggak, nggak usah!" jawab Gea.

"Dih, ketus amat sih neng?" goda Vano.

Pov Dirga,

Itu kan gadis yang aku beli tadi, kebetulan sekali aku bertemu lagi di sini tanpa susah susah harus mencari di seluruh plosok negeri ini.

Tanpa berkata apapun, ku lajukan mobil. Alih alih ingin tahu soal wanita itu, aku harus berbasa basi pada tuyul satu ini agar aku bisa mendapat info akurat.

"Eh, kok jalan sih kak!" tanya Vano tak terima perbincangannya dengan gadis kecil itu harus usai.

"Siapa dia?" tanyaku cepat.

"Primadona sekolahan gue, wanita idaman yang belum juga guenraih hatinya." jawab Vano santai.

"Kalo yang gede tadi?" tanyaku lagi.

Vano nengerutkan alisnya, bocah ini tampak berfikir sejenak.

"Mungkin kakaknya, Gea sering di antar sama kakak itu waktu dulu kakak itu masih sekolah SMA." jawab Vano polos.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!