NovelToon NovelToon

Calon Mertua Menjadi Suamiku

Bab 1 Kecewa

Disebuah rumah sederhana di ujung gang.Tenda sederhana terbuat dari terpal berdiri di depan rumah seorang gadis berumur 17 tahun yang sebentar lagi akan dinikahi oleh pemuda yang juga seumuran dengannya. Tenda itu buka di persiapkan untuk pesta sebenarnya. Tapi memang sudah ada sejak lama guna menampung hujan agar tidak jatuh langsung ke depan pintu yang tidak memiliki teras di depannya.

Miranda Aradina yang kini masih duduk dikelas tiga SMA semester akhir harus pasrah melepas lajang demi anak yang tengah di kandungnya.

Penyesalan bagi seorang Miranda adalah Ia terima saja saat Bara Kertapati pangeran tertampan di sekolahnya mengajak Ia melakukan hubungan terlarang.

Waktu itu Miranda juga tidak menyangka dari sekian banyaknya gadis rupanya Bara memilih dirinya untuk di jadikan kekasih. Bahkan Bara menjanjikan sesuatu yang membahagiakannya di masa depan saat Bara hendak mengajaknya bersenang-senang.

Munafik jika Miranda tak bahagia dengan semua perkataan manis Bara. Ia merasa menjadi orang paling beruntung mendapatkan perhatian dari pemuda itu hingga Ia korbankan seluruh kehidupannya.

Tapi hari ini kebahagian yang Miranda impikan seolah lenyap seketika, saat seluruh keluarga yang sudah menunggu sejak pukul sembilan tadi pagi tak jua mendapati kedatangan Bara dan keluarganya.

Mereka tampak tegang dan khawatir, takut akan ada badai yang tiba-tiba datang menerpa masa depan Miranda yang sudah di hancurkannya sendiri akibat kebodohan Miranda dengan pacarnya itu. sedang hari sudah hampir zuhur, tapi acara yang di janjikan akan terselenggara pukul sepuluh pagi tadi belum juga terlaksana.

"Kenapa nangis ha? Ini semua kesalahanmu Mir? Begitu mudahnya kamu menjual diri hanya karena dia tampan dan kaya? Seharusnya kamu sadar Mir, mereka tidak mungkin menyukai kamu yang hanya hidup melarat seperti sekarang ini?" Jengah Mbak Lilis dengan tatapan marah.

Perempuan itu adalah saudara satu-satunya Miranda yang sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan. Bukan tanpa dasar Mbak Lilis mengatakan itu karena sebenarnya dia sangatlah baik dan pengayom. Tapi perilaku Miranda yang bebas itu lah yang membuat Mbak Lilis jadi berubah garang.

Miranda yang masih terduduk ditepi ranjang yang terbuat dari anyaman bambu itu hanya tertunduk lesu. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Riasan make up seadanya itu juga mulai luntur. Belum lagi kebaya bekas Mbak Lilis menikah dulu sudah mulai kucel.

"Gak usah nangis Mir, nikmati saja kebodohanmu itu. Bukankah ini yang kamu mau? Lihat wajah Bapak sama Ibu sekarang? Mereka pasti sangat malu kalau sampai berita ini tersebar luar di kampung kita!" Kecam Mbak Lilis lagi.

Tangannya menunjuk kearah Bapak dan Ibu yang sedang duduk di ruang tengah dengan wajah lesu dan juga terpukul. Mereka tidak menyangka harapan mereka telah berakhir sia-sia karena putri yang mereka banggakan harus hamil di luar nikah.

Bang Adam yang masih menggendong putri kecil Mbak Lilis berusaha menenangkan sang istri agar berhenti memarahi Miranda.

"Sudahlah dek, kasihan Miranda. Semua sudah terjadi, memarahinya juga tidak akan mengubah apa pun lagi!"

"Tapi Miranda keterlaluan Mas. Dia sudah mencoreng wajah orang tua. Apa anak ini tidak lihat, Bapak dan Ibu sudah tua. Mereka pengen anak-anaknya makmur. Tapi harapan itu di rusak oleh anak yang tidak tahu diri ini!" Telunjuk Mbak Lilis kembali menuding wajah Miranda yang kian perih mendengar ucapannya.

Tak berapa lama kemudian sebuah mobil tiba-tiba menepi di pelataran rumah mereka. Mbak Lilis yang tadi masih ingin memaki Miranda habis-habisan memutuskan buru-buru keluar. Ia mau lihat apakah pacar Miranda itu tidak mengingkari janjinya untuk menikahi Miranda.

"Siapa?" Tanya Mbak Lilis saat dua orang datang menyapanya.

"Kami adalah utusan Pak Jonathan Mbak, mereka meminta keluarga untuk sabar menunggu karena ada sedikit masalah di rumah!" Jawab salah seorang diantaranya.

"Jadi mereka tidak akan menipu kami?" Tanya Mbak Lilis lagi agak judes.

Bab 2 Butuh Kepastian

"Tidak Mbak, hanya saja mereka akan datang terlambat," jawab yang satu lagi.

Mendengar itu, Mbak Lilis dan kedua orang tua Miranda baru bisa bernafas lega. Setidaknya Miranda bisa melahirkan anaknya setelah menjadi istri atau Mbak Lilis akan terus menghakiminya sampai puas.

****

Jauh disebuah rumah di tengah-tengah kota. Sekitar satu jam dari rumah Miranda jaraknya. Jonathan Kertapati seorang duda berusia 37 tahun yang ditinggal meninggal oleh istrinya juga sedang uring-uringan. Pasalnya Ia baru mendengar kabar kalau Bara telah melarikan diri dari rumah Leo sahabatnya.

Padahal Bara sudah berjanji akan pulang pagi-pagi sekali untuk melangsungkan akad nikah, tapi nyatanya ponsel Bara tidak aktif. Bahkan Leo sendiri tidak tahu kemana Bara pergi. Seingatnya semalam mereka mabuk lalu tidur dan Leo terbangun saat hari hampir siang akan tetapi Bara sudah tidak ada di rumahnya.

"Apa? Kabur?" Sentak seorang Pria yang kini berdiri dengan menggenggam ponsel yang menempel di telinga sebelah kanan sedang tangan kirinya memijit kening yang seolah berdenyut sangat kuat dan ngilu.

"Maaf Om, aku juga sudah menelpon Bara. Tapi ponselnya tidak bisa di hubungi," jawab Leo apa adanya.

Jonathan mematikan ponsel itu sebelah pihak lalu mengerahkan anak buahnya untuk berhenti bekerja supaya beralih menemukan keberadaan Bara.

"Cari sampai dapat, hanya ada waktu satu jam dari sekarang. Siapa pun yang menemukannya akan ada hadiah istimewa dariku!" Ucap Pak Jonathan pada para pekerja proyeknya.

"Baik Pak!" Jawab Mereka dengan antusias.

Sekitar 30 orang langsung menyebar keberbagai tempat, mereka yakin Bara tidak akan lari jauh dari rumah. Pak Jonathan juga tak tinggal diam. Dia menelpon semua teman-teman sekolah Bara tapi sepertinya tidak ada yang tahu.

Lama menunggu, waktu yang di janjikan sudah hampir habis. Semua orang yang di tugaskan oleh Jonathan telah kembali lagi dengan tangan kosong. Mereka tidak menemukan jejak apa pun untuk menemukan Bara.

"Bagaimana?" Tanya Jonathan dengan tatapan nyalang kearah orang-orang itu. Meski sudah berusia dewasa. Wajahnya masih saja sangat tampan. Jonathan memiliki tubuh yang gagah dan juga ideal.

"Kami tidak menemukan apa pun Pak?" Jawab mereka sangat menyayangkan.

Jonathan mengusap dada mendengar itu, tapi apa boleh buat. Jonathan harus datang kerumah Pak Samsul untuk meminta maaf dan bersabar menunggu sampai Bara kembali.

Tapi rupanya Mbak Lilis tidak setuju, dia menolak keras hal itu karena perut Miranda akan semakin membesar, "Tidak bisa Pak, bagaimana mungkin Bara mangkir dari tanggung jawab setelah Ia menghisab madu adikku!" Ucap Mbak Lilis dengan nada tinggi ke arah Pak Jonathan.

"Ta- tapi...?"

Ucapan Jonathan tertahan, saat getaran ponsel mengagetkannya. Pria itu tercekat kaget setelah membaca apa isi dari pesan yang dikirimkan oleh Bara barusan.

Pa, maaf. Aku tidak bisa menikahi Miranda kami masih terlalu muda. Sekarang aku sudah ada di singapura di rumah Om Arya tepatnya...

"A- apa? Bara!"

Jonathan ingin sekali marah saat ini, tapi itu tidak mungkin di lakukannya di hadapan keluarga Miranda.

"Kenapa Pak, Apa Bara melarikan diri?" Tebak Mbak Lilis dengan tatapan menodong geram kearah Jonathan.

"Iya Pak, lalu bagaimana nasib putri kami?" Sambung Pak Samsul was-was. Ia tidak mungkin membiarkan Bara lepas tanggung jawab begitu saja.

Jonathan mematung dalam bingung, Ia tidak tahu harus menjawab apa. Bara memang selalu menyusahkan nya. Hal itu terjadi sejak Mama Bara meninggal karena sakit.

Bab 3 Jalan Terakhir

Jonathan bingung harus mengatakan apa, karena Ia tidak pernah berharap putra tunggalnya itu menjadi seorang pengecut hingga lari dari tanggung jawab. Tapi mau bagaimana lagi, Bara sudah pergi jauh dan tidak mungkin mau kembali detik ini juga.

"Maafkan saya Pak!" Ucap Jonathan lirih kearah Pak Samsul. Miranda yang tak kuasa menahan tangis mendengar obrolan mereka di ruang tamu langsung berlari keluar dan berlutut di hadapan Jonathan.

"Saya mohon Om, tolong paksa Bara untuk menikahi saya sekarang juga atau saya akan mengakhiri hidup saya!" Pinta Miranda penuh harap. Air matanya tak berhenti menetes hingga suaranya hampir habis.

Hanya itu yang bisa Miranda katakan untuk memperoleh kemudahan. Tidak mungkin gadis kecil sepertinya mampu menghidupi anak seorang diri. Tanpa adanya pendamping hidup.

"Sudahlah Mir, jangan merendahkan dirimu seperti ini!" Mbak Lilis memaksa Miranda untuk berhenti memohon. Karena Mbak Lilis memang tidak suka ada keluarganya yang diinjak-injak oleh orang lain.

"Tapi Miranda benar, Lis. Mereka sudah melakukannya bersama. Jadi tidak adil rasanya jika pihak Keluarga Bara tidak mau ikut bertanggung jawab atas musibah ini!" Timpal Bu Fatma menyahuti. Sebagai seorang Ibu, rasanya Ia tidak tega jika mereka hanya menghakimi Miranda saja.

Jonathan menatap Iba kearah Miranda, gadis kecil itu amat menyedihkan. Bahkan tidak perduli seperti apa penampilannya sekarang. Yang pasti Jonathan juga masih belum memiliki ide untuk membebaskan Miranda dari cemo'ohan orang kedepannya.

"Maaf Miranda, Bara sudah kabur keluar negeri sekarang. Dia belum siap menikah karena kalian masih terlalu muda," ucap Pak Jonathan yang akhirnya mematahkan harapan Miranda yang sangat mencintai Bara.

"Apa,kabur Om?"

Miranda kian terisak-isak dan baru paham kalau ternyata, selama ini Bara hanya mempermainkan dirinya.

Sedang Mbak Lilis menggeleng-gelengkan kepala. Dia tidak habis pikir nasib Miranda akan berakhir menyedihkan seperti ini. Seharusnya sang adik tidak mudah terbuai oleh rayuan maut pria menjijikkan seperti Bara.

"Anda senang melihat adik saya menderita, Pak?" Cecar Mbak Lilis yang terus menjadi orang paling banyak mengeluarkan suaranya demi ke adilan sang adik.

Jonathan kembali menatap kearah Miranda, lalu mengatakan apa yang kini menjadi pilihannya, "Kalau begitu, biar Miranda tinggal di rumahku saja Pak. Aku akan memenuhi semua kebutuhan Miranda dan bayinya sampai anak itu dewasa. Bagaimana, apa Bapak dan Ibu mengizinkannya?" Hanya itu yang bisa Jonathan lakukan untuk membantu mengurangi beban orang tua Miranda kelak.

"Itu tidak mungkin Pak, jangan ngawur. Mana bisa Miranda tinggal di rumahmu sedang Ia tidak terikat apa pun dengan Anda?" Tolak Mbak Lilis mentah-mentah.

"Benar Pak, kalau itu saya sebagai Kakak ipar Miranda juga tidak setuju. Apa kata orang nanti kalau Miranda tinggal di rumah anda?"

Mendengar penolakan itu, Jonathan pun menukas dengan lantang, "Kalau itu masalahnya, izinkan saya menggantikan Bara menikahi Miranda," timpalnya berujar.

"Apa?"

Semua keluarga Miranda cukup terkejut. Hingga mereka membisu beberapa saat sampai akhirnya Pak Samsul menanyai Miranda, "Kami tidak akan memaksa nak, tapi mungkin ini jalan yang terbaik untukmu. Terserah saja kamu mau menerima tawaran Pak Jonathan atau tidak."

Miranda mengangkat kepalanya menatap pria yang seharusnya akan menjadi mertuanya itu, tapi Miranda tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menerima Jonathan demi bayi yang kini berada dalam kandungannya.

"Baik Om, Miranda tidak masalah!"

"Mir...?" Mbak Lilis nampaknya tidak setuju. Tapi Papa Samsul mencegahnya untuk berbicara lagi. Karena hanya itu pilihan yang terbaik untuk Miranda saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!