NovelToon NovelToon

AKU Kamu Dan DIA

Chapter-01

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

Aluna Pov

"BEN!! AKU SUKA SAMA KAMU, KAMU MAUKAN JADI PACAR AKU??"

Semua mata yang ada dilapangan basket itu berpusat pada tengah tengah lapangan yang saat ini sedang menyaksikan sebuah kejadian yang hampir tiap hari mereka lihat, mungkin hampir bosa mereka melihat adegan dimana seorang perempuan tanpa rasa malu menyatakan cinta di tempat umum dan berujung di tolak mentah mentah oleh si pria.

'Haahh.. drama lagi? dia gak malu apa udah hampir tiap hari kayak itu?'

'Iya gue aja yang liatnya malu njir, jelas jelas, gue yakin sih si Ben udah muak sama tuh cewek!'

'Gue aja udah gedek liat kelakuan tuh cewek gitu!'

'Udah gila kek nya!'

'Padahal dia juga tahu kalau Ben itu punya pacar, Ck ck ck, dasar murahan'

'Mau jadi pelakor dia?'

'Cantik sih, tapi percuma kalau maunya sama pacar orang!'

Bisik bisik hinaan, tatapan sinis dan jijik yang hampir setiap hari aku dapatkan dari mereka sudah jadi biasa buatku, aku gak peduli aku anggap mereka semua para makhluk halus yang bergentayangan di sekitarku.

Aku justru lebih memilih fokus dan masih menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut cowok yang begitu aku sukai ini.

Meski sudah tahu jawaban yang akan keluar dari bibir tebal berisi miliknya, aku tetap ingin mendengarnya.

Dengan mata yang berbinar aku tatap cowok tampan didepan ku ini.

Tak lupa aku juga menyodorkan sebuah kotak nasi berwarna pink ke depannya.

Plaak!!

Terkejut, saat sebuah tamparan mengenai tanganku, dan ku tatap kotak yang isinya sudah berhamburan di lantai lapangan basket dengan tatapan nanar.

"Enyahlah!"

Ucapan dan perkataan itu yang pada akhirnya selalu ku dapatkan, darinya.

Meski sakit saat lagi dan lagi mendapat penolakan dan perlakuan kasar, namun entah kenapa hati ku tak mau berhenti untuk mengejarnya, mungkin benar kata mereka apa hatiku terlalu murahan sampai sudah di perlakukan seperti ini cintaku justru makin besar untuknya?

Ku tatap punggung tegap itu yang semakin menjauh dengan sedih.

Kini hanya tinggal diriku dan tatapan hinaan dan cemoohan dari orang orang yang menatapku.

Wajah ku menunduk dengan tangan meremas sisi rok dengan kuat.

Lima tahun.

Hampir lima tahun lama nya aku sudah mengejar ngejar cinta nya bagaikan orang bodoh.

Pelakor??

Aku bukan pelakor, dan juga bukannya tak tahu.

Jika dia memang benar benar memiliki pacar aku tak akan segila ini mengejarnya.

Aku tahu kalau dia tidak punya pacar seperti yang dibicarakan orang orang itu.

Semua itu hanya omong kosong belaka.

Tahu apa mereka tentangnya?

Aku yang lebih tahu siapa dia,aku yang lebih tahu bagaimana keseharian nya dan aku yang lebih tahu dengan siapa saja dia itu berteman.

Ya... Benicnno Reyalvonso, jangankan pacaran berdekatan dengan cewek saja tidak pernah.

Maka dari itu aku masih setia mengejarnya.

"LUNA!!!"

Ku hela nafasku, dan mengatur detak jantungku.

Ku angkat kepalaku dan disana sudah ada dua temanku, aku tersenyum kearah keduanya.

"Lun loe gak papa kan??" Karina, bertanya dengan cemas.

"Loe ditolak lagi?" Bella, mantapku khawatir.

Lagi lagi aku hanya menampilkan senyumku.

"Ck! Udah berapa kali sih gue bilang, udah deh Lun loe berenti aja sih, loe gak capek apa ngejar ngejar cowok yang jelas jelas gak suka sama lo?" Ucap Karina kesal.

"Hooh, berasa dia doang apa yang kecakepan, udah deh Lun mending berenti aja, biar dia tahu rasa, gue yakin disekolah ini banyak cowok yang mau sama lo, tapi mata lo yang kelilipan upilnya di Ben makanya gak bisa liat kalau banyak cowok yang naksir lo" Sambung Bella geram sambil berkaca pinggang.

Inilah yang buat aku selalu merasa nyaman dengan mereka, meski cerewet aku sangat menyayangi keduanya.

Jika mereka tidak ada entah apa yang akan terjadi padaku.

"Sudah sudah ayo kekelas!" Ujarku lalu menarik kedua tangan mereka.

Karina dan Bella terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kelas.

...••••...

Jam pulang sekolah sudah berlalu beberapa menit yang lalu.

"Lun, loe yakin gak mau sama kita aja, ini mau hujan loh?" Tanya Karina sekali lagi dari dalam mobil.

"Gak usah Rin, aku pulang sama Ben kok." jawab ku tersenyum.

"Emang loe udah kasih tahu dia?" Tanya Bella dengan tatapan menyelidik.

"U..udah kok, tadi aku telpon dia" jawabku gugup.

Sebenarnya tadi aku memang udah nelpon Ben tapi gak di jawab, kalau Karina dan Bella tahu aku bohong mereka pasti bakalan menyeret ku masuk ke dalam mobil.

Bella dan Karina semakin memicingkan matanya.

"Sudah sudah pulang aja, aku bakalan nunggu Ben dilapangan, tadi katanya dia ada latihan sebentar" ujar ku lagi, coba meyakinkan keduanya.

Keduanya menghela nafas,"Yaudah deh kita duluan, kalau ada apa telpon aja" ujar Karina.

Aku hanya mengiyakan saja.

Setelah kepergian mobil itu aku pun menghela nafas dengan lega.

Aku kembali masuk menuju lapangan basket dengan wajah yang ceria.

Saat tiba disana ternyata udah kosong.

"Loh kok kosong? Kemana semua orang? Dimana Ben?" Gumam ku bingung.

Kurogoh saku rok guna mengambil ponsel.

"Loh..kok gak mau hidup??"

Beberapa kali ku mencoba tetap saja ponselku ngak mau nyala.

"Ck..mati lagi" ujar ku kesal.

"Terus aku nyari Ben nya kemana?, Mending kekelasnya aja siapa tahu dia disana"

Baru saja keluar dari area lapangan basket mataku langsung menangkap sosok yang ku cari berada diujung koridor.

"BEN!!!"teriakku memanggilnya.

Pria itu menghentikan langkahnya sejenak dan melihat kebelakang.

Tak berapa menit pria itu kembali melanjutkan langkahnya saat tahu aku yang memanggilnya.

"Ben tunggu, aku bareng kamu ya" ujar ku saat tiba disamping pria itu.

"Ngak!" Jawab nya dingin.

"Ayolah Ben, kali ini aja,kata Bunda pak Agung ngak bisa jem-"

"Gue ngak peduli!" Ucapnya sambil masuk kedalam mobil.

Tak berapa lama mobil itu langsung pergi meninggalkan ku disana.

"Haaahh! Dasar es batu." gerutu ku kesal.

Lalu berjalan keluar gerbang sekolah sambil menghentak hentakkan kaki.

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, dan terimakasih telah sudi membaca cerita amatiran ini, semoga suka, maaf kalau ada typo

See you next time.😘🥳🥰

Chapter-02

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

Haahhh!!!

Ku hela nafasku dengan berat, aku ngak nyangka beberapa jam yang lalu Ben benar benar pergi ninggalin aku disini.

Emang dasar es batu.

Duduk dihalte seorang diri sambil menunggu angkotan umum lewat.

Ku lirik jam yang ada dipergelangan tanganku, ternyata sudah menunjukkan tepat pukul empat sore namun belum juga ada satupun kendaraan yang lewat.

Angin sepoi sepoi berembus menerbangkan helaian rambut sepanjang dadaku.

Kuambil ikat rambut yang ada ditas, kurapikan setiap helainya lalu mengikatnya.

"Tahu gini kan tadi bareng Karin sama Bella aja" gumamku sambil celingak celinguk mencari keberadaan kendaraan umum.

Kedua kaki ku ayun ayunkan sambil menatap langit langit yang mulai mendung.

Tak berapa lama rintik hujan mulai turun lalu berubah menjadi semakin deras.

Mendengar suara hujan membuatku termenung, dan kembali mengingatkan ku dimana awal mula pertemuan ku dengan sosok Ben.

Semua bermula saat kedua orang tuaku meninggal dunia karena sebuah kecelakaan dimana saat kami hendak pergi kesuatu tempat, aku tak tahu kemana karena saat aku bangun aku sudah dirumah sakit dan aku kehilangan sebagian ingatanku, lebih tepatnya ingatan masa kecilku, aku melupakan semuanya, dan dari sana kehidupan ku langsung berubah.

Dari Awal pertama Kantor Papa yang mulanya baik baik saja mulai anjlok karena saham yang menurun begitu drastis, semua investor menarik sahamnya karena perusahaan yang mulai gulung tikar.

Setelahnya hutang pun mulai menumpuk dimana mana, hingga pada akhrinya rumah yang menjadi satu satunya peninggalan orang tua ku pun terpaksa harus dijual untuk melunasi hutang Papa.

Saat itu aku benar benar menjadi gelandangan, keluarga besar dari pihak Papa pun tak mau menampungku.

Karna dulu Papa menikahi Mama tanpa restu dari Kakek dan Nenek hanya karna Mama anak yatim piatu yang besar dipanti asuhan.

Pada akhirnya akupun terpaksa tinggal dipanti asuhan dimana dulu Mamaku dibesarkan, aku yang dulunya hidup dengan segela berkecukupan pun harus merasakan pahitnya hidup selama tinggal disana.

Bahkan aku harus keluar dari Sekolah ku dulu karena sudah tak sanggup lagi membayarnya.

Hingga satu bulan kemudian, seorang wanita dan Pria yang seumuran Mama Papa mengatakan jika mereka mengenal orang tua ku.

Mereka mengajakku untuk tinggal bersama mereka.

Awalnya aku menolak karena aku tak mengenal mereka sama sekali dan pada akhirnya aku pun mengikuti mereka setelah dibujuk.

Katanya disana nanti aku akan ada teman, anaknya Bunda Alea.

Namun siapa sangka saat tiba dirumah mereka yang begitu besar aku merasa takjub, bahkan dulu rumah ku tidak sebesar ini, aku baru tahu kalau Mama Papa punya teman sekaya ini, dan yang membuat diriku tak habis pikir adalah anak Bunda Alea ternyata seorang laki laki.

Dan yang lebih membuatku terpaku adalah sosoknya yang tampan berhasil membuatku terpesona pada pandangan pertama.

Dialah Benicno Reyalvonso.

Cowok tampan dan berwajah dingin itu berhasil membuat jantungku berdegup kencang.

Aku sebagai seorang gadis SMP yang sudah mulai mengenal kata Cinta pun langsung jatuh hati saat pertama kali melihat sosoknya.

Sejak hari itu pria yang sering dipanggil Ben itupun ku jadikan cinta pertamaku.

Meski saat Pertama kali bertemu, Ben langsung menunjukkan ketidak sukaannya padaku.

Awalnya dia memang tidak suka dengan keberadaanku namun lambat laun dia mulai menerimaku dan saat aku, awalnya berjalan semestinya, dia menyayangi sebagai seorang adik, tapi ketika aku mengutarakan isi hatiku sikapnya mulai berubah, dia mulai menghindariku.

Aku terus mendapatkan penolakan darinya namun aku tetap kekeh mengejarnya.

Dan Semenjak hari itu pula aku terus mengejar cintanya, cowok dingin dan datar itu telah berhasil membuat ku tergila gila.

Mengingat itu entah kenapa tiba tiba aku menyadari, apa selama ini aku terlalu menggangunya? Ku tutup mata sejenak, lalu kembali menatap langit langit yang masih menurunkan rintik hujan.

Kembali ku hela nafas dengan kasar.

"Lari aja kali ya? Bunda sama Ayah pasti khawatir kalau aku belum pulang" gumamku pada akhirnya.

Mengharapkan Ben?

Jangan mimpi, cowok dingin itu pasti gak akan jemput aku.

Dan setelahnya tanpa pikir panjang akupun langsung berlari dibawah derasnya hujan dengan tas sebagai perlindungan kepala.

...•••••...

Sedangkan ditempat lain, Ben baru saja selesai membersihkan dirinya, cowok tampan itu turun kebawah untuk minum.

Sebelum turun Ben berhenti dan menatap kesamping pintu kamarnya, ia melihat kebawah, jika kamar itu masih gelap berarti si pemilik belum kembali.

merasa bukan urusannya ia pun melanjutkan langkahnya turun kebawah.

"Ben, kapan kamu pulang?" Tanya Bunda Alea.

Cowok itu menoleh kearah Bundanya.

"Sejam yang lalu" jawabnya datar, lalu mengambil minuman kaleng dari kulkas.

Bunda Alea memutar pandangannya mencari keberadaan seseorang.

"Loh kamu sendiri? Luna mana?" Tanyanya.

Bunda Alea menatap Ben dengan pandangan bertanya.

"Ngak tahu" jawab Ben acuh.

"Astaga Ben, kamu ninggalin Luna lagi, ini kan hujan kamu tega banget sih?, Kan udah Bunda bilang hari ini pak Dudung ngak bisa jemput,kamu kan tahu Luna ngak bisa kenak hujan." cecer Bunda Alea kesal dengan sikap anaknya itu.

Ben tak menjawab ia malah berjalan kembali menuju kamar nya yang ada dilantai dua.

"Ben kamu dengar Bunda ngak sih, jemput Luna sekarang." Ujar Bunda Alea.

Cowok itu menghentikan langkahnya lalu mantap Bundanya yang ada di ujung bawah tangga.

"Dia bukan anak kecil lagi, jadi Bunda gak perlu khawatir." Setelah mengatakan itu Ben langsung masuk kedalam kamarnya.

Menutup pintu dengan kasar.

"Haahh..anak itu bener bener" gumamnya geleng geleng kepala.

Bunda Alea dibuat khawatir, karna selain Pak Dudung yang gak bisa jemput karna istrinya sedang melahirkan, suaminya pun lagi tidak ada dijakarta, sedangkan dirinya tidak bisa menyetir.

Bunda Alea hanya bisa berdoa, semoga Aluna pulang dengan selamat.

...••••...

"Ya ampun ini hujannya kapan berenti sih!" Gerutuku sambil terus berlari menerobos hujan yang semakin deras saja.

Tak jauh dari sana aku lihat taman kota yang ada sebuah gazebo, aku pun langsung berlari kesana untuk berteduh, badanku sudah mengigil

"Haaahh...basah deh semuanya, yakin deh besok pasti pilek" gumamku sambil menggosok gosok kedua tanganku yang mulai membiru.

Angin makin kencang, udara pun makin dingin.

Ku usap usap kedua telapak tangan untuk menghantarkan hangatnya"Dingin banget sih Astaga!" Tubuhku semakin mengigil saja, gigi ku mulai bergemeletuk.

Tiiin! Tiinnnn! Tiinnnn!!

Kuangkat kepalaku kedepan, alisku mengerut saat melihat seseorang yang berhenti disana dengan motor sport hitamnya.

Aku gak mengenalnya karna orang itu menggunakan helm full face warna hitam senada dengan motornya.

Sedikit takut saat melihat dia mulai mendekat.

Sambil berjalan orang itupun melepas helm nya.

"Kak Gallan??"

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya......

Terimakasih karna telah mau membaca cerita yanng membosankan ini, semoga suka dengan alurnya, maaf jika ada typo.

See you next time🥳

Chapter-03

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

Gallan Pov

Sejam yang lalu gue baru aja pulang kerumah setelah bertemu anak anak di bescam.

Setelah nyapa Mommy bentar, gue langsung masuk kamar, bersih bersih ganti baju lalu rebahan diatas kasur kesayangan gue.

Baru aja mau nutup mata ponsel gue nyala.

Gue raih benda itu lalu buka grup chat.

...Grup anak🐒...

Ben_Ry

Siapa yang bisa jemput Dia

disekolah?

Ajik87

Gue gak bisa Boss, lagi bareng ciwik😁

Aldo16

Gue juga gak bisa, udah rebahan males bangun lagi.

@ajik87 Njirr pantesan gue cari

Kerumah kagak ade loe.

Bimo_gg

Mau sih tapi ujan boss males

keluar😅

Ajik87

@aldo16 ngapain loe cari gue?

Aldo16

@ajik87 nagih utang gue, udah seminggu yee kagak usah pura pura lupa loe, kagak ridho gue,

eh btw napa gak lu aja bos yang jemput??

Ben_Ry

😑

Bimo_gg

@ben_Ry coba tanyak si pak wakil aja boss, siapa tahu bisa dia.

Ben_Ry

@Gallan_D loe bisa gak?

Gue mutar mata jengah, tambah kerjaan aja.

^^^Saya^^^

^^^Otw😒^^^

Setelah itu gue bangun raih jaket kulit gak lupa juga kunci motor.

Mobil? Ada cuman males aja pekeknya, enak pakek motor bisa nyelip sat set sat set nyampek, meski hujan di luar sana.

"Sayang mau kemana hujan hujan gini?" Gue berenti saat dengar suara Mommy.

"Alan keluar bentar Mom." Jawab gue.

"Pekak motor? Kan ujan kenapa gak mobil aja?" Tanya Mommy.

"Males Mom, yaudah Alan pamit, Assalamu'alaikum!" Gue cium punggung tangan Mommy.

"Wa'alaikumsalam, hati hati!"

Gue ngangguk dan keluar kemudian naik motor lalu pergi jemput dia yang katanya masih disekolah.maybe?

Tiba disana gue gak lihat keberadaan tuh cewek dimana, tanya satpam pun beliau bilang tuh cewek udah pulang.

hela nafas kasar, lalu kembali naik motor lalu pergi dari sana.

Saat ngelewat taman kota mata gue nangkap seseorang disana, gue berenti coba fokusin pandangan gue yang kehalang air hujan dan ya ternyata itu cewek yang lagi gue cari.

Gue liat dia kedinginan dan bajunya basah kuyup.

"Dia terobos hujan? Ck..keras kepala, udah tahu gak bisa kenak hujan juga" gumam gue nge decak.

Gue klakson motor gue dan dia noleh, gue liat ada ketakutan di wajahnya udah pucat,ck tahu gini tadi gue bawa mobil aja.

Karna gak mau bikin dia semakin ketakutan gue pun muka helm agar dia bisa liat wajah gue dan ngak takut lagi.

"Kak Gallan?"

...🤎🖤...

Author Pov

Hujan yang tadinya sempat reda kini kembali deras, membuat semua orang yang tadinya berjalan harus kembali berteduh.

Begitu juga dengan sepasang anak manusia yang sedari tadi duduk berhadapan disebuah Caffe yang ada di Mall hanya diam saja dengan pikiran masing masing.

Tadi saat Gallan menjemput Aluna, cowok itu terlebih dulu membawa gadis itu kesebuah Mall dan membeli baju ganti untuk keduanya.

Dan saat hendak pergi hujan turun lagi dan akhrinya mereka memutuskan untuk duduk di Caffe tersebut.

Karna ngak tahu selera gadis itu seperti apa Gallan pun akhirnya membeli sebuah Hoodie couple.

Tidak bermaksud apa apa hanya saja menurutnya hoodie itu akan cocok jika dipakai Aluna.

Dan kini Gallan merasa menyesal telah memilih hoodie couple karna gara gara nya mereka menjadi pusat perhatian di Caffe tersebut.

"Sorry, gue gak bermaksud apa apa, kalau loe gak nyaman ayo beli baju lain." ujar Gallan hendak berdiri.

Aluna yang tadi melamun pun tersentak, menatap Gallan dan dengan cepat menahan lengan pria itu.

"Eh..gak usah, Luna gak papa, Luna suka kok sama Hoodie nya bagus, kalau dipikir pikir cocok juga sama kakak" jawab Aluna gugup tak lupa senyum manisnya.

Canggung.

Itulah yang dirasa Aluna saat ini.

Aluna memang mengenal semua teman temannya Ben, termasuk Gallan, hanya saja ia tak pernah dekat dengan cowok ini.

Bukannya gak mau, hanya saja saat ia berpaspasan dengan Gallan ia sedikit takut dengan aura cowok itu karena baginya tatapan Gallan itu jauh lebih menusuk dari pada Ben.

Bahkan Aluna akui kalau Gallan itu lebih tampan dan lebih mapan dari Ben,

karena di Gallan memiliki darah campuran, bahkan iris mata pemuda itu sedikit hitam kebiruan.

Jika Ben seorang Goodboy, maka Gallan kebalikannya, Gallan dikenal dengan Badboy nya AHS (Alexsander High School).

Si tukang buat onar, si tukang bolos dan langganan nya ruang BK, yang lebih parah tahun lalu ia bahkan tidak lulus karena tak mengikuti ujian dan kini dia harus kembali duduk lagi di kelas 12.

Bukannya bodoh, ia pintar bahkan sangat pintar hanya saja katanya ia masih pengen sekolah karena disana ada teman temannya, jika mau lulus, maka lulus bersama.

Meski terkenal dengan Bad nya, yang lebih anehnya Gallan malah berteman dengan Ben yang notabenenya Ketua Osis.

Dan sekarang, entah ada angin apa Aluna malah terjebak hujan bersama cowok ini.

"Bagus deh kalau loe suka" gumam Gallan masih dengan raut datarnya.

"Kak Gallan ngomong sesuatu?" Tanya Aluna.

"Gak ada!"

Hening!

Keduanya kembali larut dalam pikiran masing masing, Gallan sesekali meminum coklat panas favoritnya.

Aluna hampir saja tertawa, ia tidak menyangka jika cowok seperti Gallan juga suka minum coklat, sama sepertinya hanya saja ia lebih suka yang dingin.

"Emmmm..Kak Gallan kenapa bisa tahu Luna ada ditaman?" Tanya Aluna memecah keheningan.

Pria itu menatap Aluna dalam dan hal itu berhasil membuat gadis itu salah tingkah dan gugup.

Gallan mendengus, lalu membuang muka,"Disuruh Ben."jawabnya malas.

'Ben? Jadi dia khawatir sama aku?' batin Aluna senyum senyum.

Gallan yang melihat itu hanya memutar matanya jengah.

Tepat pukul lima sore hujan pun berhenti, keduanya kembali menaiki motor besar milik Gallan.

Tanpa perbincangan keduanya hanya diam hingga tiba didepan rumah Ben.

Kedua tangan gadis itu bertumpu dibahu Gallan saat hendak turun.

"Makasih, dan maaf udah ngerepotin Kakak." Ujar Aluna tulus.

"Hmm!" Jawab Gallan singkat.

Keduanya kembali diam.

Aluna merasa mati kutu saat ini, jika bersama Ben dia akan agresif namun jika berhadapan dengan Gallan ia menjadi ciut.

Gallan menatap gerak gerik gadis itu dari mulai memilin ujung bajunya hingga menggigit bibir bawahnya.

Gallan menghela nafasnya dan membuang pandangan"Gue pulang!" Ucapnya.

"Eh..oh..gak mau mampir dulu kak?" tanya Aluna.

"Gak! Lain kali" jawab Gallan.

"Oohh..i..iya yaudah..hati hati Kak, sekali lagi terimakasih banyak!" Ujar Aluna, tak lupa juga dengan senyum manisnya.

Gallan hanya mengangguk lalu pergi dari sana, barulah Aluna bisa bernafas dengan lega.

Kemudian Aluna masuk kedalam gerbang kediaman Reyalvonso.

Sedangkan dari balkon lantai dua Ben melihat semua itu, cowok itu menatap sinis kearah Aluna yang dengan mudahnya tersenyum kesemua cowok.

"Dasar murahan!" sinis tajam.

Lalu ia kembali masuk kedalam kamarnya.

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

Terimakasih sudah mau membaca, jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya🥰.

See you next time🥳🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!