"Aku sudah menemukan sayang, apa kamu masih mengenal ku aku memiliki keinginan besar untuk selalu bersamamu mulai dari sekarang!"
Mata Ronal membola bahkan berkeringat dingin setelah menemukan setangkai bunga didepan pintu rumahnya di pagi hari.
Terdapat pula sepucuk surat yang terselip pada wadah bunga tersebut dengan ungkapan tak diduga-duga dan tak tahu apa maksudnya.
Bunga mawar dengan hiasan indah dan sesuatu yang mengingatkan dirinya di masa lalu.
"Ada apa sayang, kamu sepertinya menemukan sesuatu, apa susu dari pak Limun sudah datang?" suara lembut seorang wanita membuat Ronal gelagapan dan langsung menyembunyikan setangkai bunga yang ditemukannya.
Perempuan berparas cantik berkulit putih bersih itupun kini menatap Ronal lantaran menangkap sekilas lagak suaminya yang mencurigakan.
"Itu, tadi aku melihat kadal berekor dua di depan pintu. Aku hendak menangkapnya, namun kadal itu lumayan lincah dan lolos dari tangkapan ku begitu saja. Sayang sekali, padahal aku menginginkannya!" terang Ronal sembari memperagakan, ekspresi polosnya itu membuat istrinya percaya serta menimbulkan gelak tawa hingga Dorothy tertawa kecil mendengar penuturan suaminya.
Alasan yang spesifik lantaran Ronal diketahui menyukai hewan sejenis reptil, bahkan ia memiliki dua jenis sebagai peliharaannya.
"Jadi hanya kadal, tapi kamu terlihat mencurigakan tadi?"
"...."
Seorang pria paruh baya datang ke kediaman Rasford dengan membawa keranjang botol berisi susu.
Seketika pembicaraan sepasang suami istri itupun buyar karenanya, setelah pria paruh baya itu menyela dan datang disaat waktu yang tidak tepat.
Tepat di hari Minggu ini mereka berdua asyik dalam dunianya sendiri dari mulai memasak bersama, berkebun, dan bersepeda menuju ke sebuah taman untuk menikmati pemandangan indah disana.
Sebenarnya mereka berdua sedang bebas dari rutinitas sehari-hari dari hiruk pikuk perkotaan. Kini hidup sederhana dan senyaman mungkin di desa dengan gaya hidup disebut slow living.
"Kamu lihat nggak, disana ada yang sesuatu menarik?" ucap Dorothy guna mengalihkan perhatian suaminya.
"Huh?"
Tidak melihat sesuatu yang menarik seperti yang dikatakan oleh Dorothy, Ronal lalu menoleh kembali ke arah istrinya.
Cup.
Tak disangka saat ia menoleh istrinya sudah menunggunya dengan kecupan mesra hingga bibir keduanya bertemu secara langsung.
Melirik sekitaran taman yang sepi membuat Ronal berinisiatif untuk melanjutkan hal int*m yang ingin ia lakukan bersama sang istri.
Tidak peduli jika ada orang yang kecolongan melihat, Ronal seakan mengabaikan kemungkinan itu.
Usai melakukan adegan panas iapun mengelus pucuk kepala sang istri dengan lembut serta membisikkan kode kepadanya.
Hadiah malam yang selama ini dinanti-nanti oleh Dorothy.
Dari kejauhan, seorang wanita cantik berambut hitam panjang serta berponi memergoki kemesraan sepasang kekasih itu dari kejauhan.
Dia nampak kesal begitu melihatnya serta marah entah mengapa, bahkan menggertak kan giginya sembari memukul pohon yang menjadi tempatnya mengintip.
Tak kuat melihatnya membuatnya memutuskan untuk pergi dari sana.
Di kursi panjang yang ada di taman mereka kemudian berpegangan tangan sembari membaca sebuah buku bersama, bergurau lalu terjadi aksi serang kecil antar keduanya.
Kemesraan mereka itu terlalu manis hingga jika taman itu ramai dipadati oleh pengunjung akan membuat siapa aja yang melihatnya merasa iri.
Hampir setengah jam mereka berdua disana sampai beberapa pengunjung mulai berdatangan.
Kembali melanjutkan kemesraan sebagai bentuk dari keharmonisan rumah tangga mereka yang kini saling menyuapi satu sama lain tanpa peduli aktivitas manis mereka dilihat oleh beberapa pasang mata disana.
Taman yang sudah semakin ramai pertanda jika mereka harus pulang.
Sepulangnya dari taman mereka berdua kini dibuat terkejut, ketika melihat meja makan berisikan hidangan terlihat baru saja di masak nampak begitu tertata rapi dan dikhususkan untuk seseorang.
Tak lain adalah Ronal, karena sebuah foto dirinya di masa lalu dan hiasan cantik yang ditemukan pada salah satu kursi didekat meja makan.
"Bukannya ini foto kamu sayang? Apa ada yang memasuki rumah kita selama kita pergi?" tanya Dorothy kebingungan.
"Panggil polisi!"
"Hah? Kenapa nggak di cek dulu aja sayang, biar jelas dulu, siapa tahu ada orang yang memberi kita kejutan. Tapi... sepertinya khusus buat kamu deh kayaknya?"
Ronal tidak menanggapi perkataan istrinya ia langsung saja bergegas menuju tempat telepon berada.
Terlihat dirinya sedang menghubungi seseorang.
Dorothy lalu menemukan sepucuk surat berwarna merah yang terdapat di bawah sup ayam yang nampak begitu lezat, tercium dari aromanya yang dapat membangkitkan selera.
"Sayang, aku rindu sama kamu, kini karena kita memiliki kesempatan dan takdir sudah merestui kita, kurasa untuk kedepannya kita akan selalu bersama-sama dalam suka maupun duka dan melewati hari demi hari hingga kita menua. Kita akan selalu bersama selalu. Ku harap kita memulai semuanya dari awal dengan cerita yang indah."
Tidak ada nama pengirim dalam surat tersebut hanya tulisan rapi dan cantik sebagai bukti dari asumsi yang tengah Dorothy pikirkan.
Bahwa suaminya selingkuh dengan seorang wanita yang notabenenya sekretaris di tempat kerjanya.
Asumsi lain pun terlintas dalam kepala Dorothy jika Ronal hendak menduakan dirinya.
Membuat Dorothy seketika kesal lalu mengengam erat surat itu hingga lusuh, kemudian ia sembunyikan dalam saku.
"Siapa yang kamu panggil mas?" tanya Dorothy agak menekan dalam ucapannya.
"... ah aku memanggil polisi, kurasa ada orang mencurigakan yang memasuki rumah kita!"
"Orang mencurigakan kamu bilang, kalau begitu bagaimana kamu jelaskan ini, coba baca!" lanjut Dorothy sembari menyodorkan Ronal sepucuk surat dengan tatapan mengintimidasi.
Ronal pun membacanya, baru setelah selesai membaca isi keseluruhan surat itu...
"Siapa sayang?"
"... aku tidak tahu, tidak ada nama pengirim dalam surat ini. Kemungkinan seperti yang aku duga."
"Tapi isinya menjelaskan bahwa wanita itu suka sama kamu lho mas, apa kamu nggak ingat wanita yang pernah kamu dekati maupun suka saka sama kamu lalu bertepuk sebelah tangan?" cecar Dorothy nampak ingin tahu dengan jelas hal ini dari sang suami.
"Kamu nggak selingkuh kan?" imbuhnya karena tak tahan lagi.
"Mana mungkin aku selingkuh, aku hanya mencintai kamu seorang! Tunggu, aku ingat sekarang, orang yang mengirim surat ini pasti adalah mantan pacarku, ya itu dia! Dia sangat terobsesi padaku!"
Dorothy terdiam kemudian menangis. Dia tidak menyangka suaminya akan membohonginya.
Mengingatkan dirinya dulu ketika Ronal pernah bersumpah bahwa dia tidak memiliki mantan maupun pacar.
Dan Dorothy adalah perempuan pertama yang dia cintai.
"Maaf aku tidak menyadari hal ini dari awal, sampai-sampai aku menelpon polisi untuk datang kemari. Aku akan segera..."
"Mmm... hiks..."
Dorothy kemudian mendekatkan dirinya kepada Ronal dan terbaca bahwa dia sedang membutuhkan pelukan.
Ronal pun memeluk Dorothy dengan lembut kehangatan tubuhnya mampu membuat Dorothy seketika merasa tenang, walaupun dalam hatinya masih ada rasa sakit yang terpendam.
"Ya aku akan menjelaskan padamu terlebih dahulu. Jangan menangis, karena tangisanmu akan membuatku sangat sedih..." pinta Ronal sembari mengelus punggung istrinya.
Nampaknya Ronal belum menyadari akan hal itu.
Malamnya, Dorothy tak bisa tidur malam ini dengan Ronal lantaran dirinya beralasan sedang datang bulan dan memiliki pertemuan mendadak dengan seorang klien yang kebetulan berada di desa ini.
Ronal mengijinkannya dan dirinya harus mengikhlaskan keinginannya itu sejak dari pagi lenyap begitu saja.
Di satu sisi dirinya akan sabar menunggu hingga hari itu tiba.
Dalam gelapnya malam saat dirinya hendak memejamkan mata terasa kehadiran seseorang didekatnya. Lalu sebuah tangan bergelayut dibelakang tubuh Ronal sembari memberi kode.
"Dorothy!? Ternyata dia tidak jadi menemui kliennya, bagus, kalau begitu..." bersamaan dengan itu Ronal berbalik dan dipaksa untuk berciuman.
Cup.
Gelapnya kamar karena lampu dimatikan membuat Ronal tidak bisa melihat wajah cantik istrinya.
"Baiklah, kita mulai sekarang!"
Malam panjang Ronal habiskan demi memenuhi kebutuhan h*sr*at nya yang selama ini ia tahan.
Melakukan hubungan int*m dengan istrinya yang menurutnya Dorothy telah mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan salah seorang klien.
Anehnya, Ronal tidak mendengar suara erangan Dorothy, walaupun dalam satu jam sudah ia selesaikan sampai tujuh tahap.
Rasa penasarannya pun membuncah membuatnya akhirnya bertanya kepada sang istri, namun tidak dijawab sekalipun.
"Emmmm..."
Suara d*s*han yang manis serta mengairahkan membuat Ronal tak memperdulikan pikirannya tadi. Memilih untuk melanjutkan aktivitas suami istri yang jarang ini.
"Huh... aku sangat puas, apa kamu juga Dorothy? Kamu nampaknya sangat senang saat ku..." perkataannya terhenti saat mendengar suara Dorothy yang tengah mulai tertidur yang menurutnya sangat menggemaskan dan nyaman untuk didengar.
"Hm... hm... zzz..."
"Dia ternyata sudah pulas setelah aku ekseskusi, sepertinya dia puas pada pelayan ku. Hanya saja kenapa dibawah sini malah menginginkan lagi, astaga..."
Keesokan harinya.
Kring...
Jam weker berdering membangunkan Ronal dari tidur nyenyak nya, sesaat setelah mematikan alarm ia sempat merenggangkan otot punggungnya.
Kasur yang berantakan menjadi sanksi bisu semalam ia telah melakukan hal panas bersama sang istri.
Pukul 06.00
"Huh? Dorothy ternyata bangun lebih pagi sekali dariku, padahal dia yang paling tersakiti tadi malam. Argh.. ya sudahlah, aku mandi kemudian menjalani rutinitas santai setelah ini."
Keluar dari kamar mandi setelah selesai melakukan ritual pagi Ronal tercengang serta kebingungan ketika berpapasan dengan sang istri yang masih mengenakan pakaian yang dipakainya ketika akan menemui klien.
Bukannya semalam istrinya telah berganti pakaian dengan gaun minim, itulah yang Ronal pertanyakan dalam benaknya.
"Sayang kamu... sepertinya kelelahan ya, um... aku baru pulang, maaf ya, aku ngga bisa masak sarapan pagi seperti biasa..."
"... ya tidak apa-apa, lagian kamu pasti lelah sekarang, aku mengerti terhadap keadaanmu saat ini Sayang."
"Hmmm kamu memang yang paling mengerti... aku bersyukur memiliki suami sepertimu..."
"Dorothy, ada apa dengannya? Dia kelihatannya sempat melalui hal yang merepotkan semalam. Ekspresinya sekilas sepertinya halnya dia menyesali sesuatu?"
"Terimakasih, kalau begitu aku siap-siap dulu!"
"Hmmm, tunggu aku ya..."
"Iya sayang," sembari Ronal melenggang pergi sementara istrinya memasuki kamar mandi.
Di dalam kamarnya Ronal tengah membereskan ranjang yang berantakan agar Dorothy tidak mengetahui semalam telah terjadi hal panas serta sebuah kesalahpahaman yang bisa berakibat malapetaka.
Namun sepertinya Ronal tidak akan pernah mengatakannya. Dia tak ingin istrinya sedih akibat perbuatannya yang ceroboh itu, yaitu meniduri wanita lain saat istrinya sedang pergi keluar.
"Sial, sial, sial...! Padahal semalam aku yakin bahwa dia adalah Dorothy. Tapi melihat kenyataan tadi membuatku muak serta kesal, membuktikan bahwa diriku salah mengira seseorang, bodoh sekali diriku!" umpat Ronal di dalam hati seraya merapikan tempat tidurnya, merasa sangat menyesal bercampur rasa kesal yang menjadi satu.
Ceklek.
Dorothy membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu dan langsung masuk menemukan suaminya tengah beres-beres tempat tidurnya.
Dan baru pertama kalinya bagi Dorothy melihat sang suami sangat rajin sampai-sampai merapikan tempat tidurnya terlebih dahulu daripada memakai pakaian setelah mandi.
"Sayang... kamu ngga pakai ini dulu, biar aku aja yang bereskan. Oh ya, aku bawa nasi kuning buat sarapan kita. Kamu kan lagi ngidam nasi kuning hihi.."
Tidak seperti biasanya Ronal kali ini menunjukkan senyuman palsu kepada Dorothy, yang padahal Ronal sedang frustasi namun disalah artikan oleh istrinya dalam hati.
Pada akhirnya Ronal melanjutkan beres-beres dengan dalih tanggung katanya.
Baru setelah berpakaian ia kemudian pergi meninggalkan kamar, meninggalkan Dorothy yang kini tengah bergeming ketika melihat cd perempuan di bawah kolong tempat tidur.
Dia kemudian mengambilnya dengan tisu lalu memasukkannya ke dalam wadah khusus.
Tak lama setelah ia duduk di pinggir ranjang Dorothy kemudian menangis dalam diam.
Sementara disaat yang sama Ronal nampak gelisah semenjak istrinya masuk kedalam kamar timbul perasaan takut yang amat besar jika istrinya tahu hal semalam.
Maka rumah tangganya bisa saja hancur dalam sekejap, meskipun ia tahu istrinya sangat mencintainya. Begitupun dirinya yang memiliki harapan besar menua bersama dengan sang istri tercinta dikemudian hari.
"Tidak salah lagi, dia pasti orangnya, hanya saja aku terlalu bodoh tidak menyadarinya dari awal. Tunggu, sebelumnya aku menyadari, tapi karena yang dibawah sudah tidak terkontrol diriku jadi liar dan melupakan prasangka itu, sialan!" gumam Ronal sembari menyalahkan dirinya sendiri.
Dua hari berlalu.
Ada sepucuk surat yang ditemukan dibawah pintu dan lagi-lagi Ronal menemukannya.
"Sayang, aku rindu sekali... kapan kita bisa bertemu dan bersama-sama lagi seperti dulu. Bukannya kamu pernah bilang tidak akan pernah meninggalkanku, tapi nyatanya kamu lupa akan janji manis mu itu. Lupakan, masih ada waktu kamu bersenang-senang dengan istrimu!"
Di belakang kertas tersebut terdapat arahan agar Ronal mendekati pohon lemon yang ada di halaman rumahnya tak disangka ia menemukan sebuah keranjang berisi masakan dalam wadah berwarna pink.
Terlihat berbagai macam masakan yang ia ketahui dari label yang tertera pada bagian pembuka wadah tersebut.
"Makan yang banyak ya sayang, ini semua masakan kesukaan kamu lho... aku tak lupa satupun yang kamu suka. Aku harap kamu mencicipinya, tidak apa jika kamu tidak menghabiskannya, tapi sebaliknya, jika kamu membuangnya aku akan sangat sedih..."
Surat lain ia temukan didalam keranjang lumayan besar itu, tak disangka Dorothy mengetahui suaminya yang tengah mendapati sebuah keranjang.
Beberapa hari kemudian.
Terus-menerus keranjang berisikan masakan, buah, dan banyak lagi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi Ronal dapati.
Dan selalu berganti-ganti tempat ditemukannya.
"Sayang, kita kembali ke kota yuk!" ajak Ronal kepada sang istri.
"Tapi katamu kamu, kamu mau sampai satu bulan kita disini? Disini juga sangat nyaman dan tentram, aku betah sayang..."
"Sebenarnya aku ingin, agak lama disini. Tapi karena perusahaan tempat kerjaku sedang membutuhkan bantuan ku, jadinya ya... gitu. Kamu mengerti kan sayang!?"
"Iya aku mengerti, tapi kasih aku kesempatan satu hari lagi ya disini!" mohon Dorothy penuh harap menatap lekat Ronal yang terlihat serius dengan keputusannya.
"Baiklah, satu hari saja."
Padahal baru memasuki satu minggu mereka berada di desa.
Kali ini sepucuk surat ditemukan oleh Dorothy membuatnya nampak kesal sekaligus menanam rasa benci terhadap suaminya dan orang yang menurutnya memiliki niatan untuk merebut Ronal.
Dia membaca surat tersebut dan tulisannya sama seperti surat sebelumnya berisi ungkapan perempuan yang terobsesi pada suaminya.
Usai membaca ia pun memasukkan kembali kertas berisi ungkapan dan perkataan seorang perempuan itu kedalam surat yang dibuat dengan tampilan secantik mungkin.
Menaruhnya kembali di tempat awal sama persis dengan posisi ditemukannya surat tersebut.
Lalu ia bersembunyi sekaligus mengamati agak jauh, tak lama suaminya datang dan membaca surat itu.
•••
Malamnya, Ronal agak curiga dengan istrinya yang ijin pergi malam hari beralasan ingin bertemu dengan sanak saudara yang baru ia ingat tinggal di desa.
Yang katanya sedang menunggunya disana.
"Aku sudah lama menunggu sayang..."
Esoknya Ronal melihat Dorothy agak kacau sepulangnya dari rumah kerabatnya yang tinggal di desa.
Malam itu dirinya memutuskan untuk menginap lantaran sedang asyik mengobrol sembari melepas rindu hingga menelpon Ronal guna mengabari hal penting itu.
Ronal mengijinkannya, bagaimanapun ia tidak memaksa sang istri untuk pulang malam itu. Hanya demi memberinya jatah, yang sekali lagi jarang Ronal dapati lantaran kesibukan kerja keduanya.
Wajah lemas dan lesu membuat ia khawatir kepada istrinya yang baru pulang dengan terburu-buru memasuki kamar mandi, bahkan sempat mengabaikan dirinya.
"Ada apa dengan Dorothy, dia sepertinya agak ini padaku... Ku harap dia baik-baik saja, mungkin hnaya masuk angin atau flu!" gumam Ronal berpikiran positif terhadap istrinya.
Sarapan kali ini istrinya tidak ikut makan lantaran dirinya mengaku sedang sakit dan butuh istirahat.
Beberapa masakan yang Ronal masak untuk sarapan pun tidak termakan di waktu yang tepat. Mengingat istrinya yang tak mau makan.
Ronal memasuki kamar dimana mendapati sang istri tengah berbaring sembari menyentuh bagian selangkangannya yang tertutupi oleh rok itu.
Sebelumnya ia juga mendengar Dorothy muntah-muntah didalam kamar mandi.
Tok.. tok.. tok..
Suara ketukan nampaknya membuat Dorothy tercengang hingga dirinya cepat-cepat menunjukkan keadaan seharusnya, layaknya orang sakit pada umumnya.
"Maaf aku menganggu waktu istirahatmu sayang, aku kesini untuk membawakan mu obat!" ujar Ronal lemah lembut.
"Ngga apa-apa kok, malah kamu perhatian sekali sama aku... "
"!?"
"Ah... aku bantu kamu ya."
"Iya..."
Usai membantu istrinya meminum obat dan keluar dari kamar Ronal kemudian menjalani rutinitas paginya seperti biasa.
Dikhususkan pula untuk menemukan keberadaan surat dari perempuan itu lebih cepat agar istrinya tidak mengetahuinya, tapi siapa sangka hal itu sudah diketahui beberapa kali oleh sang Dorothy.
Saat melakukan peregangan di bawah sinar mentari pagi Ronal akhirnya tak sengaja menemukan sepucuk surat yang baru saja ia cari-cari tidak kunjung ketemu.
"Surat ini lagi, aku sebenarnya sudah muak, tapi di satu sisi senang karena menemukannya. Karena jika Dorothy yang menemukan mungkin akan membuatnya curiga padaku," gumam Ronal.
Dari kejauhan seorang perempuan bergaun putih memperhatikan Ronal dengan sangat intensnya.
Dia sepertinya suka melihat tubuh atletis dan dada sixpack Ronal. Atau mungkin saja perempuan ini selalu memperhatikannya.
"Mmmm aku jadi makin sayang aja sama dia... ingin aku dekati tapi... belum saatnya. Dia mungkin belum terlalu mengingat diriku siapa gara-gara kejadian itu..." ekspresinya di akhir ucapan terlihat murung.
Drrt...
Suara ponsel dari saku celana membuat Ronal bergegas untuk mengecek siapa yang meneleponnya di pagi hari, yang menurutnya mengganggu saja.
"Ya Lex ada apa kau menelpon ku? Bukannya sudah kukatakan aku sedang cuti dan bebas dari..."
"Huh? Kamu bilang melihat Dorothy... bersama seorang pria semalam?"
"Begitulah, aku tidak berbohong. Aku mengetahuinya karena hendak mengunjungi kediaman calon istriku, tak disangka aku malah melihat Dorothy secara tak sengaja!"
"Hei.. apa kamu masih disana?"
Tut... tut...
"Semoga saja tidak terjadi hal buruk seperti yang tengah aku pikirkan, mengingat mereka berdua saling mencintai. Huh... sepertinya aku tidak jadi mampir kerumahnya, karena hal tidak diinginkan bisa saja terjadi!" gumam rekan kerja Ronal mengomentari apa yang diketahuinya semalam.
Sebenarnya dirinya telah berbohong saat mengatakan berkunjung ke kediaman calon istrinya, bahkan sampai sekarang dirinya tidak pernah pacaran sekalipun.
Dan tujuannya dari kota ke desa karena penasaran dengan sahabatnya yang katanya akan membatalkan cutinya secara mendadak dan akan bekerja kembali.
Padahal satu bulan adalah masa cuti yang Ronal mau saat menghadap manajer.
Brak!
Ronal membuka pintu kamar agak keras dan langsung memasuki kamarnya dimana sang istri sedang tertidur pulas tanpa memperdulikannya yang sedang sakit.
"Huh...!? Kenapa sayang kamu barusan yang..."
Tentu mendengar suara gaduh membuat Dorothy terbangun dengan memasang wajah bingung.
Grep.
Belum selesai berbicara, perkataan Dorothy langsung dipotong oleh Ronal sembari memegang erat tangannya.
"Katakan padaku dengar jujur semalam kamu pergi kemana?" tatapan mata Ronal terlihat mengintimidasi membuat Dorothy sangat ketakutan, dan baru kali ini melihat suaminya dengan wajah seperti itu.
"Sakit...! Lepaskan tanganku dulu mas! Aku bisa jelaskan..."
"Oke, aku akan dengarkan baik-baik. Jika ada kontradiksi aku akan langsung mengetahuinya!"
Lalu Dorothy menceritakan dirinya yang semalam pergi bersama dengan kerabatnya untuk membeli sesuatu di mall dan pria yang disangka Ronal adalah selingkuhan Istrinya nyatanya suami dari kerabatnya.
Kemudian Dorothy juga bertanya sedikit kepada suaminya.
Namun Ronal masih curiga dan belum sepenuhnya percaya dengan istrinya.
"Lalu kenapa kamu dan pria itu yang ditugaskan membeli bahan-bahan yang akan diolah menjadi masakan dan lainnya, bukannya terkesan seperti..."
"Sayang, saat itu kerabat ku sedang mengambil tas yang tertinggal di mobil. Jadi... rekan kamu mungkin melihatnya seolah aku sedang bersama pria lain, kan dia sedang melaju kan mobilnya, sekilas aku terkesan berselingkuh sih.. uhuk!"
Melihat istrinya yang semakin pucat membuatnya jadi tak nyaman dan tak enak terus terusan bertanya. Maka Ronal percaya sepenuhnya pada perkataan istrinya, bukannya berumah tangga harus saling mempercayai, pikirnya.
Sore hari.
Saat Ronal sedang menonton TV bersama sang istri yang sudah baikan.
Tring..
Pesan masuk terlihat di layar ponsel milik Ronal yang kini tergeletak di atas meja tak jauh dari keduanya.
Sontak dari jarak itu Dorothy melihat beberapa perkataan manis dan panjang dalam penggalan notifikasi pesan tersebut.
Sama halnya dengan Ronal yang melihatnya lalu...
Grap.
Dorothy dengan sigap langsung mengambil ponsel itu sebelum suaminya yang mengambilnya.
Dalam keadaan canggung dan berkeringat dingin Ronal melihat ke arah sang istri sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Apa ini? Ada chat dari perempuan lain terus pesannya mesra gini? Apa kamu selingkuh selama ini mas?" cecar Dorothy membuat Ronal gelagapan.
"... itu, pesan itu..."
"Nggak usah mengelak mas, pesan ini dari selingkuhan kamu kan!?" tatapan tajam Dorothy entah mengapa membuat Ronal sekejap berubah.
"Apa kamu bilang? Aku selingkuh, pesan ini dari perempuan gila itu yang sudah pernah aku jelaskan padamu!" jelas Ronal sekali lagi ekspresinya terlihat menyakinkan dari perkataannya yang menekan, namun karena kembali mengingat hal itu sama sekali tidak membuat Dorothy yakin seratus persen.
Bahkan mungkin saja hanya sepuluh persen nya saja.
Dan Dorothy langsung dibuat terdiam setelahnya seakan dia sedang berpikir serta melamun disaat yang sama.
Tring..
Tring..
Pesan dari perempuan itu kembali masuk hingga terus-menerus bermuculan pada layar ponsel Ronal yang kini di pegang Dorothy.
"Ngomong-ngomong aku juga masih curiga sama kamu, ya... yang tadi pagi!"
Perkataan Ronal kini membuat istrinya termenung tak bisa berkata-kata lagi, entah mengapa saat Dorothy akan menjelaskan mulutnya terasa keluh.
"Sayang, kamu percaya kan sama aku... hiks...?" pada akhirnya setelah memaksa untuk berbicara, Dorothy menemukan perkataan yang ingin dia tanyakan pada suaminya. Diiringi isak tangis.
Namun pada saat Ronal akan menjawab nomor tidak dikenal muncul dari layar ponsel.
"Emm... sayang... aku kangen... kita ketemuan yuk!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!