NovelToon NovelToon

Little Daddy

Chapter 1

Chapter 1

🖐️ Selamat datang di karya author yang kedua.

Happy reading...

🍁🍁🍁🍁

Muaacch....

Muaacch....

Muaacch....

"Daddy..... Ayo bangun, bangun, bangun..." Seorang balita lucu menggemaskan sedang membangunkan sang daddy.

"Emmmm... Bentar lagi sayang..." Gumam sang daddy.

"Ayo bangun...! Nanti glandma malah lo..." Perintahnya dengan suara cadelnya.

"Daddy masih ngantuk, Sora..." Sang daddy masih enggan bangun.

Hingga alarm ajaib mulai memperdengarkan suara nya.

"Zaaaaiiinnn...." Teriak sang mama tepat disampingnya.

Otomatis Zain langsung terduduk, untung saja Sora yang tadinya duduk diperut sang daddy tidak ikut terjengkang, karena langsung ditangkap sang daddy agar tak terjatuh.

"Kamu tuh yah, susah banget dibangunin. Gak malu kamu sama Sora yang masih kecil tapi bisa bangun subuh? Sampai kapan kamu terus gini Zain? Udah punya anak juga masih aja kayak anak kecil." Omel si mama.

"Aku kan memang masih anak - anak ma." Keluhnya sambil memeluk si imut Sora.

"Iya. Anak - anak tapi udah punya anak. Cepetan mandi, terus sarapan, terus berangkat sekolah. Udah jam enam ini. Hari pertama sekolah. Liburan kamu udah habis waktunya." Cerocos sang mama.

"Iya, iya baginda ratu." Zain langsung ngacir ke kamar mandi sebelum mendapat geplakan kepala dari sang mama.

"Daddy kamu itu. Kamu nanti kalau udah sekolah jangan kaya gitu ya Sora. Kamu harus rajin belajar dan sekolah. Biar jadi anak pandai. Gak kaya Daddy kamu itu, malas." Kini di bocil yang kena ceramah.

"Oce glandma..." Jawab Sora sambil membentuk jarinya seperti huruf O.

****

Muaacch...

"Pagi bocil..." Zain memberi kecupan sayang dikening Sora.

"No! No bocil bocil Daddy! Nanti glandma malah." Tolak Sora saat dirinya dipanggil bocil oleh sang daddy.

"Kamu itu emang masih bocil. Masih tukang ngompol. Bocil gak mau dipanggil bocil." Goda Zain sambil mencubit gemas hidung mancung putrinya.

"Glandma...." Teriak Sora. " Daddy jahat. Daddy bilang Sola bocil." Adunya pada sang grandma.

Plakkk....

Kini Zain mendapat hadiah timpukan di pundaknya dari sang papa, Ryan Malik.

"Seneng banget ngusulin di bocil." Kini giliran papa ikut menggoda Sora.

"Glandma....." Teriak Sora lagi dengan mata yang sudah berkaca - kaca.

"Kalian itu seneng banget sih gangguin Sora! Masih pagi jangan buat dia ngambek." Semprot Ayumi sang ratu penguasa rumah.

Terdengar derap langkah yang terburu - buru mendekati meja makan. Kini muncul lah sosok yang sudah membuat dunia Zain jungkir balik saat diumurnya masih terlalu belia menanggung beban tanggung jawab sebagai orang tua, Dewa Al Malik.

"Pagi every body..." Sapanya pada semua orang di ruang makan. Kemudian menuju kursi si princess nya keluarga Malik.

"Pagi uncle..." Hanya Sora yang menyahut.

"Widih.... Makan sendiri nih princess nya uncle? Udah gede ternyata." Pujinya pada Sora.

"Ia dong... Sola kan udah gede. Bental lagi sekolah." Ucap Sora.

"Kalau mau sekolah, ngomongnya gak boleh cadel lagi, Ra." Ucap sang daddy.

"Susah daddy bilang huruf el (r)." Keluh sora.

"R sayang... Bukan el." Cubitnya pada pipi sang putri.

"Auuchh... Sakit daddy... Daddy nakal ih." Ucapnya sambil mengaduh mengelus pipinya.

"Sora baik - baik dirumah. Daddy mau berangkat sekolah dulu. Abis itu langsung ke bengkel. Nurut sama grandma. Ok? Muaacch...." Nasihat Zain pada putri kecilnya.

"Oce daddy... Daddy lajin - lajin belajal nya. Bial bisa cali duit buat beli mommy." Pesan Sora pada Zain.

Astaga anak ini. Dipikirnya ada yang jualan mommy apa? Gumam Zain dalam hati.

****

Zain malik. Pemuda tampan berusia 18 tahun, pria blasteran Indo -Turki yang memiliki postur tubuh yang tak sesuai usianya. Perawakannya yang tinggi tegap bak bodyguard, kulit putih bersih dengan hidung bangir dan warna mata hitam legam. Semua itu adalah turunan dari gen sang papa.

Walaupun ia sudah memiliki seorang putri, tapi pada kenyataannya ia masilah anak sekolah.

Siapa sangka diusianya yang begitu muda iya memiliki seorang anak berusia 3 tahun. Sora Yunara Malik namanya. Balita imut dengan raut wajah cantik dan pipi chubby yang menggemaskan. Membuat siapa saja yang melihat ingin selalu mengecupnya. Dengan rentang usia 15 tahun, mereka berdua lebih terlihat sebagai kakak adik, bukan anak dan ayah.

Kehadiran sang putri dalam hidupnya itu dikarenakan dari hasil sebuah kesalahan yang dilakukan teman - teman sang kakak tanpa sengaja.

Salah sasaran dalam penjebakan tepatnya. Niat hati ingin menjebak Dewa Al Malik sang kakak untuk meniduri sang pacar yang kelewat polos, tapi yang terjebak justru sang adik, Zain Malik. Hingga menghasilkan bibit unggul yang menjadikannya satu - satunya princess dikeluarga Malik.

Kini sang 'little daddy' sudah memasuki area sekolah. Banyak mata para siswi yang memandangnya dengan rasa kagum. Jangankan sesama siswi, para guru wanita yang jomblo saja bisa oleng dibuatnya.

Beda dirumah, beda disekolah. Sikap Zain berbanding terbalik 180° antara disekolah maupun dirumah. Dirumah ia merupakan sosok yang hangat kepada keluarga, sedangkan disekolah ia adalah sosok pria cuek dan dingin. Apalagi pada siswi - siswi genit. Itu membuatnya brgidik geli bila didekati. Tapi bukan berarti dia orang yang sombong ya. Ia cukup ramah pada orang - orang tertentu saja.

Zain Malik termasuk salah siswa populer disekolahnya. Tapi bukan berarti ia adalah seorang ketua OSIS atau kapten tim basket sekolah loh. Kepopuleran itu ia dapatkan karena fisiknya yang terbilang mendekati kata sempurna. Dari postur tubuh yang ok, hingga wajah tampannya yang tak kan ada kata bosan bila dipandang.

Dengan langkah tegap dan sikap cueknya, ia terus melangkah menuju kelasnya tanpa peduli tatapan kagum dari kaum hawa disekolahnya.

Didepan kelas sudah berkumpul teman - teman satu gengnya. Entah apa yang sedang mereka bahas dengan begitu hebohnya, hingga tak mengetahui sang prince sekolah melewati mereka begitu saja dan masuk kekelas, tanpa memperdulikan apa yang sedang dibahas oleh teman - temannya.

Bel berbunyi, para siswa siswi berhambur keluar menuju lapangan untuk melaksanakan apel pagi.

Pagi ini ada pemandangan baru. Karena dilapangan juga telah berkumpul siswa siswi baru. Ya. Ini adalah awal tahun ajaran baru disrluruh sekolah.

Kini kepala sekolah sedang menyampaikan pidato penyambutan murid baru. Kemudian menyerahkan tukas kepada para anggota OSIS untuk memperkenalkan sekolah mereka kepada murid baru.

Di kantin.

"Wiiih... kak Zain tambah ganteng aja ya?" ucap seorang siswi saat melihat Zain memasuki kantin bersama temannya.

"Iya ya. Tapi sayang tak tersentuh." sahut siswi satunya.

"Padahal dulu banyak kakak kelas yang cantik - cantik ngejar kak Zain. Tapi kenapa gak ada yang bisa narik perhatiannya ya? Kak Zain gak belok kan?" Sahut temannya yang satu lagi.

"isss... gak mungkinkah kak Zain belok. kalau belok biar gue lurusin entar."

Hihihihi.... Ketiga siswi itu tertawa cekikikan. sedangkan yang sedang menjadi bahan gibah hanya memasang wajah cuek, pura - pura tak dengar dengan gibahan itu.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa untuk like dan komen ya....

thanks udah mampir 🙏🙏🙏

Chapter 2

Chapter 2

happy reading

🍁🍁🍁

"Zain?" Tomy tersentak kaget karena tiba - tiba saja anak itu datang keruangannya. "Tumben jam segini lo udah nongol di bengkel? Biasanya juga tengah hari sore baru kesini." Tanyanya lagi. Karena tak biasanya Zain datang ke bengkel sepagi ini saat mulai sibuk dengan sekolahnya.

Tomy adalah orang kepercayaan yang Zain tempatkan di bengkelnya selama ia lagi berada disekolah atau ada urusan tertentu diluar.

"Hemm. Pulang lebih cepat. Disekolah masih ngadain MOS." Ucap nya singkat, padat dan jelas.

Zain melangkah ke meja kerja yang khusus untuk dirinya saat sedang dibengkelnya.

"Ini rincian data stok barang yang mulai kosong. Dan harus cepat dibeli, takutnya nanti kalau kelamaan nyetok, pas ada yang butuh barangnya, kita gak bisa melayani konsumen." Tomy menyerahkan daftar stok barang untuk dibeli.

Zain meneliti daftar tersebut dengan teliti. Memang barang - barang ini sudah hampir habis dibengkelnya.

"Kita inden aja dari toko biasa." Ucap Zain.

"Ok little boss. Siap laksanakan." Sahut Tomy.

Zain tak terlalu lama berada dibengkelnya. karena memang tak terlalu banyak yang dia kerjakan, sebab ia sudah memiliki beberapa karyawan yang cukup kompeten dalam pekerjaan nya.

Bengkel yang sudah dirintisnya selama dua tahun ini berkembang begitu pesat. Mungkin ini yang dinamakan rezeki sang anak.

Setibanya dirumah, Zain langsung disambut oleh si imut Sora. Ah... Ternyata begini rasanya punya tanggung jawab yang wajib dipenuhi.

Walaupun tak ada istri yang menyambutnya pulang, tapi iya masih punya putri kecilnya.

"Daddy...." Teriak Sora sambil berlari menyebut sang ayah yang baru pulang.

Happp...

Zain langsung menangkap tubuh kecil sang putri yang menghambur ingin memeluk nya.

"Wangi banget kamu. Udah mandi?" Tanya Zain penuh perhatian dan kasih sayang. Dengan sedikit mengendus wangi khas balita.

"Udah. Mandi sama glandma." Sahut Sora.

"Grandma mana? Daddy laper bener ini. Mau minta makan." Zain melangkah masuk kerumah dengan menggendong si kecil Sora.

"Glandma tadi ke dapul, ambil puding buat Sola. Muaccchh..." Ucap Sora dan langsung mengecup pipi Zain.

Mendapat perlakuan manis dari sang putri, Zain pun membalasnya dengan perlakuan yang tak kala manisnya, hingga akhirnya ia gemas sendiri dengan tingkah sang anak yang sedikit mengajaknya bercanda.

"Udah pulang Zain?" Tanya sang mama yang baru muncul dari dapur dengan membawa sepiring puding coklat untuk Sora.

"Iya ma. Dari sekolah langsung ke bengkel tadi buat cek stok sperpat di bengkel. Masak apa ma? aku laper banget ini. tadi gak sempet makan dibengkel." Tanya Zain sambil membuka tudung saji.

"Ada ayam goreng sama tumis kangkung doang Zain. Habis biasanya pada gak makan dirumah kan? Ya udah, mama masak alakadarnya aja."

"Ini juga udah enak Ma, banyak orang yang gak bisa makan diluaran sana." ujar Zain sambil mengisi piringnya dengan makanan.

Diantara Dewa dan Zain, memang Zain lah yang terlihat lebih dewasa dalam berfikir. Sedangkan Dewa, dia lebih suka bersenang - senang ketimbang memikirkan orang lain. Mungkin karena Zain sudah dituntut untuk bisa tumbuh lebih dewasa ketimbang usianya, dengan kehadiran Sora, sang putri, Zain dituntut memiliki tanggung jawab lebih besar lagi demi sang putri.

Usai mengisi perut yang kelaparan, Zain menuju kamar untuk membersihkan diri dan beristirahat.

Tok tok tok....

"Zain!" Terdengar suara Dewa memanggil.

Dengan malas Zain membuka pintu kamarnya. Apa lagi kakaknya ini? Dengan membuka pintu dengan cela tak begitu lebar, Zain menampakan wajah datarnya.

"Apa?"

"Gue mau minta tolong. Boleh gak?"

"Gak." Jawab Zain singkat. Kemudian menutup pintu.

Tapi sebelum pintu tertutup sempurna, ternyata Dewa lebih dulu menahan pintu itu agar tak tertutup.

"Tolongin gue lah. Gue butuh banget bantuan dari Lo." Pinta Dewa sedikit menghibah.

"Ogah. Sana Lo! Gue mau istirahat." Usir Zain.

"Ck. Kali ini aja. Lo tolongin gue buat anterin cewek gue ke pesta ultah temennya." Dewa langsung menyebut permintaannya.

"Apalagi berurusan dengan perempuan Lo. Gue jadi gak minat nolongin Lo." Tolak Zain.

"Ayolah.... Tar Sarah ngambek ama gue. Kali ini aja." Dewa terus membujuk sang adik.

"Bukan urusan gue cewek Lo ngambek. Dan asal Lo ingat, Ini bukan yang pertama kali. Kalau gue setuju nolongin Lo, berarti ini kedua kalinya gue bakal berurusan sama cewek Lo. Lo udah lupa kejadian gue sama mommy nya Sora? Itu semua ulah Lo. Jadi gak usah minta tolong gue buat anterin atau jagain cewek - cewek Lo yang bejibun." Ketus Zain.

Semenjak kejadian dimana hilangnya keperjakaannya karena ulah kakak dan kedua temannya, sikap Zain mulai berubah menjadi kurang bersahabat pada Dewa. Ditambah lagi ketika mendapat kabar Yunara hamil anaknya. Dunia Zain seakan runtuh. Disaat usia menginjak 15 tahun, ia sudah memikul tanggung jawab sebagai suami dan calon ayah bagi anaknya kelak. Ia dipaksa dewasa sebelum waktunya.

Brakkk....

Pintu ditutup dengan kasar oleh Zain.

"Haisss anak ini. Masih trauma rupanya. Ck... Pantes sampai sekarang gak pernah dekat ma cewek. Kasihan Sora kalau gini terus. Gak akan punya mommy tuh bocah." Dewa bicara sendiri sambil meninggalkan kamar sang adik.

"Maafin gue Yunara. Andai waktu itu gue bisa lindungi Lo dari niat jahat teman - teman gue, mungkin Lo masih ada di dunia ini." Dewa masih sedikit merasa bersalah pada sang pacarnya dulu dan sang adik.

Hanya karena ingin menghindari jebakan para temannya, ia jadi mengorbankan sang adik dan pacar yang tak dicintainya dulu.

Flashback on

"Pokoknya kita harus berhasil ngerjain Dewa dipesta gue nanti, biar dia jadi terikat sama Nara. Kita buat mereka ngabisin malam panas berdua. Pacaran tapi tak cinta itu gimana ceritanya coba? Kasian gue sama Nara, udah sabar bener ngadepin si Dewa sang casanova. Tapi sampai sekarang Dewa gak juga bisa cinta sama tuh cewek." Ucap Dion yang faham bagaimana hubungan antara Dewa dan Yunara.

"Lo yakin? Kan Lo tau dewa kayak belut, licin banget. Iya kalau Dewa mau tanggungjawab ke Nara? Kalau enggak? Kasihan si Nara nanti, Yon." Sahut Yogi sedikit ragu rencana mereka akan berhasil.

"Apa salahnya dicoba." Ucap Dion enteng. "Nanti kita campur minuman mereka sama obat pe rang sang. Biar tambah hot tuh mereka nanti." Lanjutnya lagi dengan senyum devilnya.

"Emang gila Lo ya?" Yogi hanya bisa geleng - geleng dengan ide temannya satu ini.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Dewa sudah mendengar semua rencana kedua teman laknat nya ini.

Dewa pun memutar otaknya, mencari cara agar sampai tak sampai masuk jebakan kedua temannya.

Flashback off

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

thanks buat reader yang udah mampir.

jangan lupa beri dukungan untuk karya kedua aku ini dengan cara like, komen dan tambah ke list favorit mu.

jangan lupa vote juga ya..

Chapter 3

Chapter 3

happy reading....

🍁🍁🍁

"Bang! Jangan dong bang. Itu uangnya kan punya aku. Kog main rampas aja? Kalau mau uang ya kerja dong. Enak aja main rampas punya orang." Seorang gadis berusaha merebut kembali uang hasil dagangannya.

"Heh...! Elo ngelapak di daerah kekuasaan gue. Jadi Lo kudu wajib bayar uang keamanan." Sarkas sang preman.

"Uang keamanan apanya? Abang tuh yang sebenarnya yang buat gak aman." Sewot sang gadis penjual.

"Heh...! Berani Lo ama gue? Lo gak tau siapa gue?" Ancam sang preman.

"Tak tahu, dan tak nak tahu." Ucap sang gadis mengikuti ucapan tontonan animasi anak kesukaannya.

"Wah... Nantangin gue Lo ya? Mau mati Lo?" Ucap sang preman sambil melotot.

"Aku belum mau mati bang. Aku belum bisa banggain ayah ibu dikampung." Jawab sang gadis dengan polosnya.

"Wah... Bener - bener nantangin gue Lo ya?" Hilang sudah kesabaran sang preman. "Siniin duit Lo." Sang preman mencoba merebut uang si gadis.

Namun sebelum ia berhasil merebut uang itu, sang preman mendapatkan tendangan telak dibagikan perutnya. Dan ternyata pelakunya adalah gadis yang tengah ia palak.

"Aaakkkhhh...." Sang preman mengaduh kesakitan. "Be reng sek Lo." Serunya lagi.

"Aku gak akan ngelakuin itu kalau Abang gak ganggu aku dan mau ambil duit ku." Jawab sang gadis enteng tanpa rasa takut.

Mendengar perkataan si gadis, auto membuat preman itu menjadi berang. Ia meringsek maju untuk memberi pelajaran pada si gadis. Namun dengan cepat si gadis dapat menangkis dan membalas serangan sang preman.

Dan terjadilah perkelahian antar keduanya. Sehingga beberapa saat bergulat akhirnya perkelahian itu dimenangkan oleh si gadis, dengan akhir wajah sang preman yang babak belur.

"Udah yah kita berantemnya. Zahwa capek. Hoss... hoss... hoss..." Ucap Zahwa dengan nafas yang ngos - ngosan.

"Awas Lo ya kalau ketemu gue lagi? Gue habisin Lo." Ancam sang preman dan berlalu pergi sambil menahan sakit karena babak belur.

"Lain kali kalau mau uang kerja bang..." Teriak Zahwa pada sang preman yang mulai menjauh.

Kemudian ia melangkah pergi untuk pulang, karena memang hari semakin larut. Zahwa memang sudah terlatih dengan beberapa ilmu bela diri sejak ia masih kecil oleh sang ayah yang memiliki ilmu bela diri yang mumpuni.

Alhamdulillah. Dagangannya hari ini lumayan laris. Dan itu membuatnya senang bisa menyisihkan uangnya untuk bisa ditabung.

Sedangkan ditempat yang tak terlalu jauh dari TKP, ada sosok pria yang tengah mengamati perkelahian tersebut.

Niat hati ia berhenti untuk membantu sang gadis, namun ia urungkan karena melihat sepertinya si gadis dapat mengatasi masalahnya sendiri. Jadi pria itu memutuskan hanya mengamati kedua orang yang sedang bersitegang itu.

Pria itu akan turun tangan apabila sang gadis mulai kewalahan. Namun hasilnya diluar dugaan. Si gadislah yang keluar jadi pemenangnya.

Setelah melihat si gadis beranjak dari tempatnya, Zain pun berlalu untuk menuju ke tempat tongkrongan nya dengan teman segengnya.

****

"Daddy kamu belum bangun Ra?" Tanya Ayumi pada sang cucu.

"Belum glandma. Daddy masih bobo di kamal." Jawab Sora sambil memakan sereal kesukaannya.

"Ya ampun... Daddy kamu itu. Jam berapa tuh anak pulang tadi malam? Hari gini masih tidur." Gerutu Ayumi.

"Daddy capek glandma. Habis ikut balap motol katanya. Jangan dibangunin. Kasian daddy Sola." Bela Sora pada sang daddy.

"Apa! Sora bilang apa tadi! Daddy ikut balap motor?" Ayumi tercengang mendengar perkataan cucunya.

Sora hanya mengangguk sebagai jawaban, karena mulutnya penuh dengan makanan.

Kini tanduk di kepalanya Ayumi sudah keluar dengan asap yang mengebul. Anak ini... Gerutunya.

Dengan langkah cepat ia menuju kamar Zain. Bersiap - siap menjadi rapper dadakan dihadapan sang anak pagi ini.

"Ma..." Panggil Ryan, sang suami. "Mau kemana kog buru - buru?" lanjut nya lagi sambil mengarshkan pandangannya kearah sang istri pergi.

Tanpa menjawab pertanyaan sang suami, Ayumi terus melangkah ke kamar Zain dengan hati yang bergemuruh.

"Zaaaaaiiin....!!!" Teriaknya dari luar kamar sang putra.

Ceklek ceklek ceklek

Hendel pintu diputar, namun tak berhasil terbuka. Karena memang setelah Sora pergi dari kamar sang daddy, Zain mengunci pintunya agar Sora tak bisa menggangu tidurnya lagi.

Tapi bukan Sora kini yang mengganggu, melainkan sang mama si penguasa rumah ini. Alamat gempar ini rumah.

"Zain! Buka pintunya. Kalau enggak mama dobrak ya?" Teriak Ayumi memberi peringatan.

Emang ia bisa ngedobrak pintu kamar? Kalau bisa, memang turunan wonder woman nih si mama.

Sedangkan didalam, sang tersangka hanya menggeliat dan menutup kupingnya dengan bantal.

Brakkk brakkk brakkk

Gedoran pintu makin kuat.

"Ya ampun... Ada aja yang ganggu tidur gue." Gerutu Zain tak ayal ia bergerak untuk membuka pintu.

"Apa sih ma?" Tanya Zain dengan muka bantalnya.

Plakkk plakkk plakkk

Bukannya menjawab, Ayumi malah memukul lengan Zain dengan sekuat tenaganya.

"Aduh duh... Ma. Kog main pukul aja sih?" Zain mengaduh kesakitan.

"Pulang jam berapa kamu tadi malam?" Tanya Ayumi ketus sambil memelototi anaknya.

"Gak tau. Gak lihat jam." Jawab Zain enteng.

"Kamu ikut balap liarkan tadi malam?" Tuduhnya.

"Enggak ma." Jawab Zain singkat.

"Jangan bohong kamu. Sora bilang sama mama, kalau kamu ikutan balap motor." Ayumi berkacak pinggang dihadapan Zain.

"Hah... Gak bisa jaga rahasia nih Sora." Gerutu Zain lirih, namun masih bisa didengar sang mama.

"Kamu mau ajari Sora bohong gitu?" Tuduh Ayumi.

"Siapa yang ngajari Sora bohong sih ma?" Keluh Zain.

"Itu tadi kamu bilang, kalau Sora gak bisa jaga rahasia." Sungut Ayumi.

Zain memang tak bisa berbohong pada sang putri. Maka dari itu ia selalu mewanti - wanti Sora agar dapat menjaga rahasia yang ia ceritakan pada sang anak.

Walaupun Sora masih berumur tiga tahun lebih, namun pada kenyataannya ia cukup cerdas dan dapat menyimpan rahasia sang daddy selama ini. Tapi kali ini? Hahhh... Zain hanya bisa menarik nafasnya.

"Glandma kenapa malah - malah sama daddy?" Tanya Sora yang tiba - tiba sudah berada didekat mereka.

Sontak Ayumi dan Zain menunduk kebawah untuk melihat Sora yang tingginya hanya sebatas paha mereka.

"Kasihan daddy kalau dimalahin. Daddy kan capek balap motor buat cari uang untuk makan Sola." Ucap Sora membela sang daddy dengan mata berkaca - kaca melihat Daddy nya dimarahi.

"Astaga... Kamu ajari apa anak kamu ini Zain?" Ayumi tak habis pikir dengan ayah dan anak ini.

Zain hanya tertawa kecil mendapat pembelaan dari sang putri. Kemudian ia berjongkok untuk memeluk dan menggendong sang putri.

"Sora nya daddy gak boleh nangis. Daddy gak papa kog dimarahi grandma." Ucap Zain menenangkan Sora.

"Tapi glandma malahin Daddy. Hiks hiks hiks..." Ucap Sora dengan air mata yang keluar dari matanya.

"Itu karena grandma sayang sama daddy. Udah Sora jangan nangis lagi, ok?" Ucap Zain. Sora hanya mengangguk mencoba menghentikan tangisannya.

"Ck... Kamu ini. Grandma itu cuma gak mau terjadi apa - apa sama Daddy kamu sayang. Balapan motor itu bahaya sayang." Ayumi memberi pengertian pada sang cucu.

"Tapi Daddy kan cali uang glandma..." Ucap Sora.

"Daddy kerja dibengkel motornya sayang. Bukan balapan. Kalau daddy ikut balapan nanti bisa ditangkap polisi. Sora mau daddy Sora ditangkap polisi?" Ayumi mencoba mempengaruhi Sora.

"Enggak." Jawab Sora cepat dan menggeleng kan kepalanya.

"Kalau gak mau daddy ditangkap pak polisi, Sora harus larang daddy ikut balapan ya?" Bujuknya pada Sora sambil melirik tajam sang anak.

"Daddy jangan ikut balap lagi ya? Sola gak mau daddy ditangkap pak polisi. Daddy kan bukan olang jahat." Ucap Sora lembut sambil mengelus pipi daddy nya.

Mendapat perlakuan lembut nan manis itu, Zain seakan terhipnotis untuk mengangguk.

Sungguh Zain beruntung memiliki Sora yang polos dan tulus seperti sang mommy.

"Kamu dengar itu Zain? Kalau kamu sayang sama Sora, mama minta jangan lakuin hal aneh - aneh yang bisa ngerugiin diri kamu sendiri. Tanggung jawab kamu masih panjang buat Sora." Ayumi mencoba memperingati Zain.

"Tadi malam nggak ada niat ikutan ma. Cuma memang ada teman yang butuh bantuan finansial buat lunasin tunggakan sekolah yang udah satu tahun gak kebayar. Karena memang dia anak orang yang gak mampu." Zain memberi alasan.

"Kenapa gak dia aja yang ikut balapan? Kenapa malah kamu?" Sungut Ayumi.

"Masa cewek suruh balapan motor ma?"

"Eh? Cewek ya?" Ayumi terkejut mengetahui bahwa teman Zain yang butuh bantuan itu adalah wanita.

Zain mengangguk. "Dia salah satu anak berprestasi disekolah. Sekolah tinggal satu tahun lagi. Kan sayang kalau sampai dikeluarin dari sekolah. Udah seminggu ini dia gak masuk sekolah. Dan kita dengar kabar dia gak bisa bayar tunggakan yang lumayan banyak. Makanya dari itu kita mutusin buat bantu dia, dan kebetulan tadi malam diajak buat balap dengan hadiah yang lumayan gede." Tutur Zain.

"Ya kan kalian bisa patungan buat bantu teman kalian, zain?" Ucap Ayumi.

"Masih kurang ma dananya. Teman sekelas aku juga banyak yang bukan dari kalangan orang yang berada. Mereka juga dapat jatah bulanan yang cuma cukup buat mereka. Kan gak mungkin Zain keluarin tabungan Zain begitu banyak. Zain juga ada kebutuhan buat anak Zain." Tuturnya lagi.

"Emang dia gak kerja?" Tanya Ayumi yang mulai kepo.

"Kerja. Dia bantu jualan kue yang dibuat ibunya. Ayahnya udah lama meninggal. Makanya mereka sedikit kesusahan masalah ekonomi." Zain sabar menuntaskan rasa penasaran sang mama.

"Terus tadi malam kamu menang" Tanya Ayumi sedikit tak suka dengan cara anak mencari uang untuk membantu temannya.

"Menang dong. Gak ada yang bisa bandingin Zain Malik." Ucapnya pongah.

Plakkk...

Timpukan keras mampir sekali lagi di lengan Zain.

"Ini terakhir kalinya kamu ikut balap liar Zain. Mama gak suka kamu nantang bahaya. Sora masih butuh kamu. Kamu jangan mati dulu." Usai mengucapkan kalimat terakhirnya itu, Ayumi ngeloyor pergi menggandeng Sora dan meninggalkan Zain yang melongok mendengar ucapan sang mama.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

mohon dukungannya ya para reader...

beri like, komen dan tambah ke list favorit mu. jangan lupa buat vote karya aku ya.

thanks udah mampir 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!