🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Pagi yang cerah, secerah wajah gadis cantik yang baru menyelesaikan ritual pagi di kamar mandi selama 30 menit.
Gadis cantik itu begitu antusias tidak sabar segera kembali kampus, liburan semester membuat nya frustasi, berbeda dengan yang lain liburan semester adalah kebahagiaan terbesar, tapi itu tidak berlaku pada gadis cantik seperti Puput.
Puput si gadis cantik yang ceria, cerewet dan baik hati suka menolong. Puput adalah nama sapaannya, nama yang cantik sesuai kepribadian nya.
Namun kecantikan nya tidak membuat nya bahagia, meski memiliki semua, tapi tidak bisa membuatnya memiliki sosok pria yang di sukai sejak berada di bangku SD sampai bangku perkuliahan.
Entah, apa kurangnya Puput, sehingga seorang pria terus terang mengatakan tak ingin Puput berada di lingkungan hidup nya.
"Sayang, kau sudah bangun?" terdengar ketukan dari depan pintu kamar dan suara lembut seorang wanita.
"Sudah Mom, pergilah aku akan segera turun," teriak Puput dari dalam mengusir Mommy nya untuk pergi lebih dulu tidak perlu menunggu nya.
"Baiklah. Mommy dan Daddy menunggu mu di bawah," ucap nya, lalu beranjak menuju meja makan menghampiri suaminya.
"Dimana Puput?" tanya pria paruh bayah yang usia nya sudah menginjak 50-an.
Melihat sang istri turun seorang diri setelah dari kamar putri mereka, mengerut kening.
"Sebentar lagi katanya aku turun duluan saja," jawab Mommy Tika.
"Kebiasaan tuh anak, pasti sedang sibuk merias diri. Daddy bingung setiap masuk liburan Puput seperti orang gila, tapi jika sudah masuk kuliah penyakit gila nya langsung hilang," bingung Daddy Kenzo pada sikap Puput.
Dia sudah lama memperhatikan sikap Puput yang aneh seperti orang yang sangat membenci kata libur. Tidak seperti orang lain sangat menanti kata libur.
"Itulah putri Mu sayang, dia sangat gila belajar seperti mu dulu. Hingga aku bingung bagaimana bisa memiliki kekasih yang lebih memprioritaskan belajar dari pada aku," ingat nya pada masa muda dulu. Tapi semua tidak seperti yang mereka duga tentang Puput.
"Maaf sayang, bukan aku tidak memprioritaskan kamu, tapi aku ingin memberikan mu masa depan yang cerah hingga tua bersama anak dan cucu kita dapat merasakan kerja keras ku," ucap nya memang sudah sejak kecil menanamkan pemikiran seperti ini untuk kebahagiaan keluarga nya kelak.
"Suamiku ini selain tampan juga bertanggungjawab, inilah kenapa dulu aku mencintaimu. Kau suami dan Daddy yang baik untuk ku dan putri kita," serunya makin cinta pada sang suami.
Perkataan manisnya sudah mengalahkan gula asli. Rumah tangga mereka sangat bahagia dengan adanya Puput si gadis cerewet.
Tanpa mereka sadari Puput melihat keromantisan orang tuanya, hal inilah yang membuatnya memimpikan kebahagiaan seperti orang tuanya, tentu harus bersama pria yang di cintai, yaitu Abi seorang.
"Aaa... Mom, Dad membuat pagi ku tidak sabar bertemu Abi. Kapan Abi bisa bersikap manis padaku?" pikir Puput memikirkan sikap Abi yang tidak pernah berubah.
Tapi hal itu tidak membuatnya berhenti, selama jalur kuning belum melengkung masih sah-sah saja ia terus melangkah.
"Sudah lah tidak perlu di pikirkan, meski tidak bersikap manis aku masih bisa memandangi ketampanan nya," senyum Puput memikirkan wajah tampan Abi. Tapi lamunan nya terhenti dengan muncul wanita genit di benak nya, yang juga menyukai Abi sejak pertama kali masuk kampus.
"Ck, dia seperti hantu terus menganggu ku tidak di dunia nyata dan juga pikiran ku," gerutu Puput kesal, tanpa sadar menghentak kaki meluapkan kekesalan nya.
"Sedang apa kau di sana sayang? kemari lah kita sarapan sekarang," ajak Mommy Tika tersadar, karena sentakan kaki Puput lumayan kuat.
"Dan wajah mu kenapa terlihat kesal? apa ada masalah?"
Tak seperti biasa pagi-pagi wajah cantik Puput menjadi kesal. Apalagi pagi untuk kampus, biasanya gadis itu akan sangat semangat terus menampilkan senyum manis.
"Tidak Mom, aku baik-baik saja. Ayo makan," ucap Puput menyendok nasi goreng ke piring segera makan, ia sudah tidak sabar ke kampus.
💙💙💙
Puput mengendarai mobil baru yang dibeli kan Daddy untuk nya sebagai hadiah. Setiap libur sekolah, Daddy akan memberi Puput hadiah yang waw. Nilai-nilai yang di dapat selama menempuh pendidikan tidak pernah mengecewakan keluarga, tapi membanggakan.
Tentu semua hadiah yang di berikan Daddy tidak pernah ia tolak.
"Seharusnya seperti ini selama nya, kenapa harus ada libur-libur, kan membosankan hari seperti itu," ucap Puput tiba di parkiran kampus, enggan turun masih memperhatikan sekeliling menunggu seseorang.
Mata Puput berbinar melihat sosok yang amat di rindukan selama 1 bulan tidak bertemu.
Tanpa membuang waktu ia segera turun menghampiri mereka.
"Hai Abi," sapa Puput manis semanis senyuman memandang tampan nya Abi.
Tapi orang di sapa namanya tidak peduli, meninggalkan mereka dan di susul kedua sahabat setia nya Erik dan Sandro.
"Ck, bodoh. Seharusnya aku yang kau sapa pertama kali, bukan kakak ku," kesal Arin, Puput selalu membuat nya merasa tak penting setiap Abi bersama nya.
"Gitu aja ngambek, ayo kita ke kelas. Jangan sampai kita keduluan nenek lampir itu," tarik Puput mengajak Arin pergi menyusul Abi ddk.
"Puput, pelan-pelan. Lagian kita harus menunggu Ana," kesal Arin tangan nya terus di tarik Puput.
"Gampang nanti kita kirim chat. Ini antara hidup dan mati ku Arin. Gak rela pakai banget kalau nenek lampir itu lagi-lagi menang."
"Tapi tidak seperti ini, gila. Kau menarik tangan ku, bagaimana kalau putus? mau tanggung jawab?" lebay Arin kedua menjadi sorotan mahasiswa/I kampus, kecantikan Puput dan Arin selalu mampu menghipnotis para pria.
Dan Arin senang menjadi primadona kampus yang di sukai banyak pria, berbeda hal dengan Puput tidak suka, cinta nya hanya untuk satu pria dan tak akan tergantikan. Bahkan semua orang mengetahui itu. Puput terang-terangan mengejar Abi.
"Menyebalkan, ayo cepat jalan," Puput melepaskan tangan Arin yang di tarik dan terus berjalan.
Setiba di dalam kelas, tepat dugaan Puput, nenek lampir itu sudah menempel pada Abi. Dan hal yang membuat Puput sebal, Abi tak pernah mempermasalahkan Nenek lampir itu di dekatnya, tapi jika sudah gilirannya pasti akan sangat heboh.
Dia bahkan merasa dirinya seperti sampah yang selalu di hindari, tapi tidak dengan pria lain menganggap nya magnet yang menarik ingin selalu dekat.
"Dasar Abi nyebelin, nenek lampir di sini masih bisa anteng, giliran aku emosi tingkat dewa. Emangnya kurang nya aku apa sih? cantik? kata orang cantik, kaya? aku kayak, baik? entahlah aku tidak tau itu," pusing Puput memikirkan semua dalam hati, tatapan permusuhan dengan nenek lampir begitu tajam. Semua orang melihat itu bukan takut, tapi tertawa, wajah Puput sangat tidak cocok menjadi seram.
"Dih semua orang pada kenapa pada senyuman tidak jelas, emang wajah ku aneh, apa?" sadar Puput makin kesal.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Selama kelas berlangsung, fokus Puput tertuju pada Abi. Nenek lampir genit itu seperti sengaja memanasi nya menempel kayak ulat bulu.
Puput melihat itu makin kesal, hati nya sangat panas dan mungkin akan meledak jika terus di panasi.
Arin dan Ana memperhatikan Puput terus melihat depan kursi duduk Abi dan Nenek lampir hanya bisa menggeleng kepala tanpa berkata-kata.
Arin sebagai adiknya saja tidak tau apa sebenarnya yang di ingin kan Abi. Pria itu akan berubah kejam tak berperasaan jika sudah berhadapan dengan Puput, tapi pada nenek lampir tidak terlalu.
"Puput," panggil dosen pria di depan melihat Puput tidak memperhatikan penjelasan nya.
Puput tidak menghiraukan, otaknya saat ini penuh kekesalan, otaknya bahkan berpikir untuk menceburkan nenek lampir ke got jika diberi kesempatan.
Semua mata tertuju pada Puput yang namanya di panggil Dosen tapi tidak di gubris, terus melamun.
"Astaga nih anak kenapa seperti ini sih," bingung Arin melihat makin kesini Puput seperti bukan Puput yang di kenal dulu akan fokus pada pelajaran, tidak mencampuri masalah hati dengan pendidikan.
"Semua karena kakak mu, lihatlah mata nya tak lepas pada Abi dan ulat bulu," sahut Ana juga sama, ia sendiri sudah kehabisan akal menasehati Puput untuk berhenti.
"Iya, aku tau semua karena kakak ku. Jika aku bisa melakukan sesuatu sudah ku lakukan agar Kak Abi bisa bersama Puput. Aku ogah punya Kak ipar ulat bulu seperti nya, jijik," bergidik ngeri membayangkan saja ia tidak sanggup.
"Nah, itu permasalahan nya. Jika di biarkan seperti ini Puput akan hancur saat kakak mu menemukan wanita yang sesuai selera nya," ucap Ana tidak tega jika Puput sahabat nya patah hati.
Apalagi ia sudah mendengar cerita Puput dan Arin sendiri, betapa gigih nya Puput ingin bisa berteman dengan Abi, jika tidak ingin menerima perasaan nya.
"Iya kau benar, aku akan coba bicara dengan kakak ku nanti."
"PUPUT CRASVIR STEFF!" tatapan tajam dan suara sudah seperti toa, menyadarkan Puput dalamnya lamunan. Seketika ia tersenyum malu, melihat tatapan dosen penuh amarah padanya.
"Kau keluar dari kelas saya! jangan pernah masuk lagi sebelum membawa orang tuamu menghadap saya," tegas nya marah marah mengusir Puput.
Mendengar amarah dosen mengatakan membawa orang tua, Puput keringat dingin susah menelan ludah.
"Pak jangan seperti ini dong, please kasihani saya, jika Dad saya tau. Bisa di kirim saya ke luar negeri, saya tidak mau saya sukanya belajar di sini," mohon Puput membujuk dengan kebohongan entah kenapa mendadak mulut nya bisa berkata seperti itu.
"Put, benaran seperti itu," bisik Arin tidak percaya masa masalah segitu Puput langsung di pindahkan.
"Ayolah Pak, saya terima hukuman apapun asal tida memanggil orang tua saya," Puput tidak menghiraukan Arin, fokus nya hanya pada dosen saja saat ini.
"Alah, jangan mau Pak... panggil aja orang tuanya, biar mereka tau bagaimana kelakuan anaknya di kampus," ucap Hana memanasi situasi.
"Kau bicara seperti itu, seolah kau lebih baik dari saya saja. Ck, nyadar diri sana, atau gak punya kaca ya? makanya gak bisa sadar?" balas Puput tak mau kalah dan memberi tatapan ketidaksukaannya pada Hana.
Abi diam, bersikap bodoh amat tidak peduli, sama hal dengan kedua teman nya Erik dan Sandro. Meski mereka menikmati keributan ini.
Mereka pun tidak terlalu kaget dengan keberanian Puput, karena mereka satu sekolah yang sama dengan Puput sejak kecil hingga sekarang. Dan tentu juga selalu satu kelas, entah apa ini dinamakan jodoh atau takdir.
"Kau lihat wajah Puput, dia benar-benar tidak cocok seperti itu, tapi tetap dilakukan, apa dia tidak sadar wajah nya itu hanya akan membuat semua orang tertawa," ucap Erik terus menatap Puput yang marah.
"Hahaha... kau benar," setuju Sandro tertawa kecil.
"PUPUT!" bentak dosen tidak suka dengan perkataan Puput barusan sangat tidak sopan.
"Kok Bapak hanya marah pada saya? kan, di sini nenek lampir ini juga salah, dia nambah-nambah bumbu agar Bapak memanggil orang tua saya," tidak terima Puput dengan bentakan Dosen.
Dia sangat tidak terima, ini pertama kalinya ia di bentak, orang tuanya saja yang melahirkan nya tidak pernah melakukan ini, tapi dosen yang bukan siapa-siapa dengan enak membentak nya karena masalah sepele.
"Sudah! keluar dari kelas saya! keputusan saya masih tetap sama panggil orang tua mu menghadap saya, jika masih ingin ikut kelas saya!" tegas Nya tidak ingin bantahan apapun lagi, mengusir Puput keluar. Tapi Puput tidak berpindah sedikit pun dari bangku nya.
"Kenapa masih di sana? cepat keluar!" dosen pria itu di buat pusing menghadapi Puput yang keras.
"Tidak! saya tidak akan keluar sebelum Bapak mencabut kata-kata Bapak. Di sini saya yang salah, harusnya hukum saya, jangan bawa orang tua dalam kesalahan saya, ini namanya tidak ADIL!" tekan Puput di akhir kata tanpa ragu, keberanian Puput perlu di acungkan jempol.
Semua mahasiswa/I di kelas salut, mereka sebelum nya tidak pernah melihat Puput seperti ini. Entah kenapa juga mereka bisa salut, padahal inilah bukannya hal yang baik.
"Baiklah jika seperti itu. Kelas akan saya bubarkan, saya tidak akan masuk dikelas kalian lagi, sampai Puput keluar dan memanggil orang tuanya," ancam nya serius dan semua kena imbas dari kesalahan Puput.
"Loh kok gitu sih Pak, kan yang buat salah Puput, kenapa harus kita juga yang kena," protes Hana tidak terima.
"Benar yang di katakan Hana, Bapak tidak bisa berlaku seperti ini. Satu salah, hukum orang nya saja, tidak perlu menyebar pada orang yang tidak salah!" tegas Abi, buka suara. Habis sudah kesabarannya sejak tadi, hal inilah yang tidak pernah di sukai nya dari Puput keras kepala, suka seenaknya.
"Kalau kalian ingin saya lanjutkan kelas, gampang. Cukup Puput tinggalkan kelas saya, maka semua bisa kembali normal," ucap Nya menatap marah Puput acuh.
"Oke, jika hanya itu," Abi bangun dari bangku menghampiri Puput.
Puput yang tidak tau apa yang akan di lakukan Abi berjalan ke meja nya, sudah mulai berkhayal yang tidak-tidak. Entah apa yang di pikirkan hingga senyum-senyum sendiri.
"Bangun sekarang! tinggalkan kelas ini, jangan pernah masuk sebelum orang tua mu datang! sikap egois mu ini bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi semua orang. jika kau ingin hancur, hancur lah sendiri jangan ajak-ajak orang. Tidak ada yang mau hancur seperti mu!" tegas Abi depan tatapan tajam berdiri tepat di hadapan Puput.
Kalimat terpanjang yang pernah Puput dengar dari mulut Abi, bahkan sejak kecil tidak ada kalimat panjang selain singkat atau tidak ada gubris. Tapi sekali panjang, kalimat itu begitu telak membuat nya bungkam tak bisa berkata-kata lagi.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Puput bergeming, ia sudah terbiasa dengan sifat Abi yang tidak pernah suka dengan nya. Ini juga bukan pertama kali Abi berkata kasar melukai perasaan nya. Tapi sudah berulang kali.
Pembeda nya di sini adalah, Abi berkata kasar dengan kalimat panjang. Dan itu sangat sakit rasanya.
"Egois? hancur? apa aku seburuk itu di mata mu? apa aku tak sedikit bernilai di mata mu? atau mungkin aku sangat murahan di mata mu? aaa... benar itu sudah pasti," senyum kecil Puput di keadaan seperti ini ia masih berusaha bersikap dirinya baik-baik saja.
"Terserah kau saja, saya tidak mengatakan itu, jika kau merasa seperti itu berarti kau sadar diri," Abi bersikap santai tanpa rasa bersalah dengan yang dikatakan.
"Ya, aku sadar. Sekarang kembali lah ke tempat duduk mu. Tidak usah mempedulikan wanita murahan seperti ku, aku memang ingin mempermalukan diri ku sekarang," usir Puput muak, tidak masalah di anggap murahan, ia memang sudah murahan sejak kecil terus mengejar Abi padahal berkali-kali di tolak.
"Siapa yang mempedulikan mu? jangan salah mengartikan, saya kesini meminta mu untuk segera keluar tinggalkan kelas ini. Kita semua ingin mengikuti kelas dengan damai dan tentram tanpa gangguan keegoisan mu," kata Abi.
"Benar yang dikatakan Abi, mending lo keluar aja jangan menghalangi kita yang ingin sukses, kalau mau hancur ya hancur sendiri jangan ngajak-ngajak," timpal Hana sengaja menambah kekesalan Puput.
"Kau yang hancur nenek lampir!" marah Puput tidak terima, ia berniat memberi pelajaran pada Hana, tapi lengan nya di tahan seseorang.
Puput berbalik dan melihat siapa biang kerok. Dan ternyata Abi. Sorotan mata yang tajam, amarah terlihat di kedua bola mata. Bahkan dosen yang melihat keributan itu tidak berani mengatakan apapun.
Wajah Abi terlihat begitu menyeramkan, ruangan yang panas dengan percekcokan menjadi dingin.
Arin menyadari amarah kakak nya sudah mencapai titik puncak menjadi cemas takut terjadi hal yang tidak di inginkan.
"Lepaskan! nenek lampir seperti dia seharusnya sudah ku beri pelajaran biar gak berulah," marah Puput berontak, tapi cengkraman Abi di lengan nya semakin kuat.
"Keluar sekarang! jangan memancing ku berbuat lebih kasar padamu."
"Tidak! aku tidak akan keluar. Dan kau kenapa terus membela nya? kenapa? padahal dia sama seperti ku, sama-sama mengejar mu, tapi kau tidak jijik padanya, sedangkan aku kau langsung menjauh seolah aku ini bangkai yang sangat menjijikkan. Padahal aku hanya ingin menjadi teman mu, jika kau tidak bisa membalas perasaan ku. Emang apa kurangnya aku? katakan? aku aku berubah biar kau tertarik dan mau memberi ku kesempatan menjadi teman mu. Katakan saja?"
"Hentikan kegilaan mu ini! kau memang wanita gila! inilah salah satu sifat yang membuat saya jijik padamu, bahkan melihat wajah mu saja rasanya ingin muntah saking menjijikkan. Kau begitu murahan, apakah ini salah satu ajaran orang tuamu? sangat memalukan," hina Abi marah tidak bisa mengendalikan perkataan nya lagi.
Deg!
Deh!
Perkataan Abi seperti terkena tembakan pistol, bahkan berlipat-lipat tembakan kalah rasa sakit nya dari perkataan Abi.
Sesuatu yang sangat di benci Puput jika orang tuanya di bawa atas kesalahan yang di lakukan.
Dia tidak masalah jika dirinya di hina dan di caci, bahkan di pukul pun tidak masalah, tapi tidak dengan orang tuanya.
Arin mendengar itu dada nya terasa sesak, ia bisa merasakan seperti apa perasaan Puput saat ini. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Diamnya Puput, jantung yang deg-degan.
"Arin, apa yang kakak mu katakan? kau tau Puput tidak pernah suka orang tuanya di bawa dalam kehidupan nya? tamat sudah sekarang. Aku sangat yakin setelah ini tidak ada cinta di hatinya untuk kakak mu," yakin Ana berbisik pada Arin.
"Aku pun merasa seperti itu," lemah Arin pasrah, tidak bisa melakukan apapun semua sudah terjadi.
"PUAS KAU SEKARANG!" bentak Puput seraya menarik lengannya dari cengkraman Abi.
"Aku akan pergi sesuai perkataan mu. Tapi sebelum itu ku tegaskan padamu. Aku memang mencintai mu bahkan sangat mencintai, tapi itu dulu. Dan sekarang aku ingin berterimakasih padamu, terimakasih sudah membuka lebar mata dan pikiran ku. Sekarang tidak ada cinta di hatiku. Cinta ku sudah mati dan aku sangat bahagia untuk itu. Jangan khawatir, aku tidak akan menganggu hidup mu lagi, kau ingin aku jauh dari kehidupan mu, tepat nya tidak pernah menunjukkan diri di depanmu lagi, bukan? baiklah akan ku penuhi," jeda Puput dingin dengan tatapan kebencian.
Erik dan Sandro pertama kali melihat Puput dingin, menelan kasar saliva. Sungguh ajaib. Wajah lucu yang selalu mereka lihat setiap Puput marah, tidak terlihat lagi.
"Aku PUPUT CRASVIR STEFF, mulai hari ini dan detik ini. Aku akan pergi dari kehidupan mu selama nya. Dan satu lagi, aku terima siapapun menghina dan mencaci ku, tapi tidak dengan orang tua ku. Kelakuan ku tidak ada sangkut paut dengan ajaran mereka. Orang tua ku mengajarkan kebaikan, aku saja yang keras kepala dan murahan hingga melupakan ajaran mereka."
"Dan untuk anda Bapak Dosen terhormat saya minta maaf, saya akan keluar dan akan membawa orang tua saya menghadap anda," ucap Puput dingin. Tidak ada tatapan hangat seperti biasa. Semua benar-benar lenyap.
Puput meriah tas dan pergi tanpa mengatakan sepatah kata lagi.
"Huftt... "
"Apa ini akhir dari cerita cinta Puput? sungguh malang, cinta yang diabaikan," ucap Sandro memandang kepergian Puput.
"Ending yang menegangkan dan berakhir tak ada yang saling memiliki," seru Erik menarik nafas panjang.
"Hmmm, tapi firasat ku setelah ini akan ada yang merasa kehilangan. Puput gadis ceria, cerewet, meski bar-bar, dia baik. Kau ingat bukan, saat itu," Sandro mengingat lagi kebaikan Puput yang sering mereka lihat secara diam-diam tanpa sepengetahuan nya.
"Kau benar, jika ada yang mendengar ini, aku yakin tidak akan ada seorang pun yang percaya, jika bukan melihat langsung."
Arin melihat sang kakak membeku di tempat nya, langsung pergi begitu saja bersama Ana meninggalkan kelas. Mereka tidak peduli lagi dengan mata kuliah dosen gila. Karenanya lah Puput pergi, dan mungkin setelah kejadian ini akan berubah, bisa jadi tidak ingin kuliah lagi di sini.
Dia sangat kecewa pada kakaknya tega berkata kasar pada wanita dan itu pada sahabat nya sendiri.
"Dimana pergi nya Puput? kenapa cepat sekali? baru juga beberapa menit keluar sudah menghilang," ucap Ana berlari keluar tapi tidak melihat jejak Puput.
"Semua ini karena Kak Abi, jika saja dia tidak membawa nama orang tua, Puput tidak akan seperti ini," menyesal nya merasa bersalah atas tindakan sang kakak.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!