...Happy Reading...
.........
........
.......
Hari ini jocelyn tampak sangat bermalas malasan di kamarnya, padahal baru saja kemarin ia mendapatkan gelar sarjananya.
Ia masih berguling kesana-kemari dengan pikiran tak tentu, semalam emailnya baru saja mendapat notifikasi dari perusahaan tempat ia melamar.
Email tersebut berisi pesan, bahwa untuk wawancara nanti akan diadakan di minggu depan. Yang artinya ia telah lolos seleksi berkas.
Awalnya ia tak yakin dengan hal itu dan menganggap bahwa itu hanyalah spam.
Tapi tampaknya semua kekhawatirannya terbantahkan begitu pengumuman resminya dimuat di web milik perusahaan.
Ia kembali memandangi pesan email itu dengan perasaan gembira, rasanya ia ingin bersenang-senang dan menjalani hari dengan baik sekarang.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.23 PM. Jocelyn mendapati pintu kamarnya yang diketuk, dan dengan tanpa berkata panjang lebar ia menyuruh sang pelaku untuk masuk.
Jocelyn mendapati emily yang berjalan ke arahnya dengan tatapan marah, ia mengerutkan keningnya heran.
Apa yang aku lakukan hingga emily semarah ini?,
Ia tak mengerti apa penyebab emily bersikap seperti sekarang. Padahal kemarin keduanya masih terlihat baik-baik saja atau setidaknya begitu(?)
Jocelyn mencoba meraih tangan emily untuk menenangkannya dan membicarakan semua ini secara baik-baik
Tapi tampaknya emily tidak tertarik untuk bermain-main dengan jocelyn sekarang. Ia menghentakkan tangan jocelyn keras
Matanya menatap dalam ke arah jocelyn
"Aku tidak pernah tahu jika kau begitu serakah, *****!" Makinya pada jocelyn
Jocelyn yang menyadari kemana pembicaraan itu mengarah, menghembuskan nafasnya pelan
Ingatan miliknya tentang hari wisudanya kemarin seolah-olah terputar dengan jelas bak rekaman ulang
Ia bahkan mengingat hampir seluruh kejadian di upacara kelulusannya
FLASHBACK On
Jocelyn sudah siap dengan dengan pakaiannya yang rapi. Hari ini adalah hari upacara kelulusannya, dia juga akan sedikit berpidato di depan para undangan sebagai perwakilan mahasiswa.
Kertas yang berisikan naskah yang akan ia ucapkan di depan podium nanti juga sudah terlihat lecet karena sedari semalam ia telah menghafalkan keseluruhan isinya
Dilihatnya kedua orang tua dan kakaknya yang sudah bersiap-siap telah sedari tadi menungguinya di ruang tamu
Dengan senyum lebar yang tercetak jelas di kedua sudut bibirnya, jocelyn menghampiri keluarganya dan akhirnya berangkat ke kampus.
...
Setelah pidato panjang yang diberikan oleh rektor kampus, nama mereka dipanggil satu-persatu untuk secara resmi diberikan pita kelulusan dan ijazah.
Setelah panggilan nama itu berakhir, tibalah saatnya untuk jocelyn memberikan pidato sebagai perwakilan angkatan yang menghadiri upacara kelulusan hari ini.
Ia berdiri di podium dan menatap keseluruhan mata tamu undangan yang kini tampak seperti memakukan pandangan mereka padanya
Ia menghembuskan nafasnya pelan seraya terus menenangkan detak jantungnya yang kian lama terus berdetak secara tak teratur
Kertas yang tadinya hanya sebagai contekan juga sudah dikeluarkannya. Kini ia siap untuk berpidato di depan para tamu undangan
Hi everyone,
I thank you for the opportunity you've given to me.
Aku sangat berterimakasih kepada seluruh dosen yang telah membimbing kami selama perkuliahan juga kepada seluruh staf kampus yang tidak pernah lelah untuk menasihati kami apabila berbuat salah.
Saya berdiri disini mewakilkan teman-teman saya untuk mengucapkan banyak terima kasih untuk semuanya
Semoga di upacara kelulusan ini kami bisa menjadi lulusan yang membanggakan nama kampus dengan terus memberikan hasil usaha terbaik kami.
💸💸💸
Setelah selesai dengan serangkaian acara upacara kelulusannya, kini jocelyn sedang mendatangi orang tuanya yang terlihat sedang berbincang ria dengan orang tua temannya
Setelah berfoto sekeluarga tadi, emily tidak terlihat lagi di antara kedua orang tuanya hingga membuat jocelyn penasaran kemana ia pergi.
Baru saja ia akan bertanya pada kedua orang tuanya ketika ia mendengar suara emily yang memanggil ia dan kedua orang tuanya dari jauh sembari menggandeng lengan seorang pria
Jocelyn mengernyitkan dahinya heran, karena tadi pagi mereka berangkat bersama dan tak ada pria lain disana selain ayahnya,
Siapa yang emily bawa?
Perempuan dengan rambut blonde itu mendatangi ketiganya dan menggandeng erat lengan pria itu seraya menatap tajam ke arah jocelyn seolah-olah tengah mengatakan untuk tidak mendekati prianya
Jocelyn hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tak menyangka akan pikiran kakaknya itu, ia bahkan tidak tertarik dengan pria itu sama sekali.
Begitu pria itu datang, emily langsung mengenalkannya sebagai pacarnya dan akhirnya pacarnya yang bernama david itu mengenalkan dirinya pada orang tuanya dan jocelyn.
"Perkenalkan namaku david, aku dan emily sudah berkencan selama 1 tahun. Aku harap aku tidak mengacaukan pertemuan pertama kita dan tidak memberikan kesan buruk kepada semuanya"
Pria bernama david itu berkata dengan sopan
Kedua orang tuanya dan emily tampak puas dengan sikap sopan pria itu, tapi berbeda dengan jocelyn, ia tampak risih dengan pria itu
Pria itu sedari tadi terus meliriknya dengan tatapan yang tak bisa ia jelaskan dan itu menjijikkan
Apa ia tak menyadari kehadiran emily di sekitarnya, pikirnya
Tapi tampaknya pria itu terlihat tak acuh dan akhirnya secara terang-terangan memperlihatkan ketertarikannya kepada jocelyn hingga membuat emily murka
Kedua orang tuanya bahkan tidak tahu harus mengatakan ataupun berada di sisi siapa saat ini
Dan itu berlangsung hingga mereka selesai dan pulang
FLASHBACK Off
Jocelyn menghembuskan nafasnya pelan, bingung mencoba memikirkan bagaimana caranya ia menjelaskannya pada emily bahwa ia tidak bersalah.
"Emily, kau sudah lihat sendiri dia bagaimana, jadi tolong jangan salahkan aku. Dia bukan pria yang baik"
Jocelyn mencoba meraih lengan milik emily namun tangannya malah dihempas jauh
"Bagaimana bisa kau menyimpulkan itu secepat ini?, kau bahkan belum sehari bertemu dengannya. Jadi jangan asal bicara tentangnya,"
Emily tampak kalang kabut selagi membela pacarnya yang jelas-jelas sangat tidak layak untuk dibela
"Sebelum dia bertemu denganmu, dia tidak pernah bersikap seperti ini, tapi begitu bertemu denganmu hari ini, dia berubah. Apa kau sadar apa yang telah kau perbuat?,"
Emily yang masih memendam amarahnya akhirnya melepaskannya pada jocelyn hingga membuatnya tak terima
"Apa kau akan terus menyalahiku karena pacar berengsek mu itu?, kau pikir aku akan menyukainya?, berhentilah membuat kerusuhan dan tenanglah. Dia tidak baik untukmu,"
Jocelyn mengucapkan apapun kalimat yang terlintas di benaknya dan pada akhirnya secara tanpa sadar ia telah menyakiti perasaan kakaknya
"Ya. Memang semua ini pada awalnya adalah salahmu, karena kau hadir di keluarga ini dan membuatku tersingkir. Itu juga salahmu"
Mata emily tampak berkaca-kaca. Tampaknya tangisannya itu bisa pecah kapan saja
"Kak.."
"Kau tau, sejak kau hadir aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Berkat david, aku jadi punya tempat atau setidaknya untuk setahun yang lalu aku punya tempat"
"Tapi sekarang, tampaknya aku sudah tidak punya tempat lagi. Tampaknya kau benar. Semua ini memang salahku,"
"Salahku karena tidak membunuhmu saat dia memintanya. Salahku karna tidak membunuhmu hanya karena aku kasihan padamu,"
"Aku seharusnya membunuhmu saat aku punya kesempatan," emily terus berkata-kata dengan air matanya yang terus membanjiri kedua sisi pipi mulus miliknya
Jocelyn yang mendengar itu terpaku, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Sedendam apakah kakaknya ini sampai memikirkan hal gila seperti itu.
"Emily..."
"Kau tunggu saja joe, aku akan merebutnya kembali. Aku akan merebut semua yang harusnya jadi milikku"
Emily berkata seperti itu seraya menghapus air matanya yang bahkan sudah mengacaukan riasannya sambil berlalu pergi meninggalkan jocelyn yang terdiam mematung.
...Happy Reading...
.........
........
.......
Previously...
"Lo tunggu aja joe, gue bakalan ngerebut semuanya lagi. Gue bakalan ngerebut semua yang harusnya jadi milik gue sedari dulu,"
Emily berkata seperti itu seraya menghapus air matanya yang bahkan sudah mengacaukan riasannya sambil berlalu pergi meninggalkan jocelyn yang terdiam mematung.
▪︎▪︎▪︎▪︎
Sudah empat hari berlalu semenjak pertengkaran antara jocelyn dan emily terjadi, kini keduanya bahkan tak saling berbicara terhadap satu sama lain.
Sebenarnya jocelyn sudah berusaha untuk meminta maaf dan memperbaiki semuanya dengan emily, tapi tampaknya emily benar-benar tidak bisa memaafkannya
Bahkan kedua orang tua mereka sudah mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka dan hanya mendapatkan nihil tanpa hasil.
Seperti saat itu, kedua orang tuanya menyiapkan dinner untuk mereka berdua, agak keduanya berbaikan.
Tapi yang terjadi malah emily yang menikmati makanannya dalam diam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Dan sekarang, saat jocelyn berniat kembali ke manhattan. Emily bahkan tak keluar untuk mengantarnya.
Walaupun biasanya ia juga akan begitu. Tapi dulu, emily akan berdiri di pintu dan melihat kepergian jocelyn. Namun sekarang, bahkan batang hidungnya tak tampak seharian ini.
"Sudah. Jangan dipikirkan, saat kau kembali lagi nanti, dia sudah baik-baik saja" ucap ibunya guna menenangkan putri bungsunya
"Tapi bu.."
"Kau berangkat sekarang saja, lagipula ini sudah sore. Untuk masalah emily, ayah akan berbicara dengannya nanti"
Ucapan itupun pada akhirnya hanya diangguki oleh jocelyn, ia sudah tak bisa membantah lagi
💸💸💸
Disinilah sekarang jocelyn berada, di sebuah kursi yang terletak di lobby kantor yang kemungkinan besar di kemudian hari akan menjadi tempatnya bekerja.
Ia meremas kedua tangannya gugup, hari ini, tepat seperti yang dijanjikan. Ia akan melakukan interview setelah berkas yang diajukannya dinyatakan lolos.
Keringat dingin membasahi dahi dan telapak tangannya, ia gugup.
Untuk kesekian kalinya, ia juga menelan salivanya paksa, benar-benar takut sekiranya ia akan gagal dalam tahap interview.
Jantungnya semakin berdetak ta beraturan kala mendengar namanya dipanggil ke dalam
Ia menghembuskan nafasnya pelan, kegugupan menguasai dirinya sepenuhnya, ia semakin tak bisa mengendalikan peluhnya.
"Permisi, pelamar yang bernama jocelyn Richards harap segera masuk" perempuan yang kira-kira berumur 26 tahun itu kembali mengulangi kalimatnya
Dengan langkah yang ia paksakan, oa masuk ke dalam ruangan itu.
Terlihat di dalamnya, ada meja panjang yang diisi oleh beberapa petinggi perusahaan dan bagian HRD. Ada setidaknya 6 orang yang sedang menatapnya dengan lekat sekarang.
Jocelyn dipersilahkan untuk duduk di kursi yang telah di sediakan dan selanjutnya yang terdengar hanyalah suaranya yang kian tegas menjawab setiap rentetan pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Waktu berlalu, pertanyaan terakhir kini telah diajukan kepada jocelyn, dan jawaban yang ia lontarkan juga tak kalah menarik perhatian para petinggi perusahaan itu.
"Kami akan menghubungi anda untuk kabar dan informasi selanjutnya"
Begitulah kalimat terakhir yang ia dengar dari orang-orang yang berada di ruangan tersebut sebelum ia akhirnya keluar dan pergi meninggalkan perusahaan itu.
Kini, disinilah ia berada. Di cafe yang letaknya tepat di depan kantor tempat ia mencoba keberuntungan nya tadi
Matanya membelalak kaget tatkala melihat pria yang di tolongnya tempo hari sedang berjalan ke arahnya dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.
Matanya mengerjab tak yakin begitu menyadari bahwa pria yang tadi diperhatikannya kini berada tepat di depan matanya.
Ia mengenakan setelan jas rapi, dengan sorot mata tajam dan dingin seperti biasanya,
Apa ini?
Pria itu dengan gampangnya menarik kursi yang berada tepat di depannya dan menduduki meja yang sama dengannya, membuat bingung wanita itu
Pria itu bahkan tersenyum simpul, melihat jocelyn yang tampaknya hanya bisa melongo tak mengerti
"Kabar lo gimana?" Tanya pria itu sesaat kemudian
Yang ditanya hanya bisa mengerjabkan matanya tak mengerti
'Apa-apaan ini hey' Batin jocelyn
"Lo inget gue?" Akhirnya jocelyn mengutarakan pemikirannya
Sedari tadi ia terus berpikir dengan keras, ia hanya berharap pria ini lupa dengannya dan tak mengusik kehidupan nyatanya.
Tapi tampaknya, pupus sudah harapannya. Ia kembali bertemu dengan pria ini.
"Gue gak mungkin lupa sama orang yang udah nolongin gue" ujarnya datar, lengkap dengan tatapan dinginnya
"Gue juga gak masalah kali, gak diinget sama lo" cicit jocelyn yang tampaknya di dengar oleh pria di depannya
Ya, pria di depannya kini adalah sean. Pria yang tak sengaja ditolongnya saat dalam perjalanan kembali ke apartemennya
Setelah hampir 2 minggu ia tak bertemu pria itu, tiba-tiba saja mereka bertemu dan pertemuan di antara keduanya seolah tak bisa dielakkan.
Jocelyn menyeruput minumannya santai tanpa berniat menawari pria yang sedari tadi terus menatapnya dengan tatapan datar khas miliknya.
"Pakaian lo rapi, baru pulang dari kantor?" Tanya sean setelah cukup lama keduanya duduk dalam suasana yang canggung
Mendengar pertanyaan yang diajukan olehnya, refleks ia melihat ke arahnya dirinya sendiri
Ah. Benar juga, ia baru saja selesai diwawancara tadi
"Enggak, gue baru selesai di-interview tadi. Tuh kantornya yang di depan"
Jocelyn menunjuk ke arah kantor besar yang terletak tepat di depan cafe yang menjadi tempat ia berada kini
"Oh. Kebetulan banget, gue juga kerja disitu"
Uhuk...
Ucapan spontan yang di lontarkan oleh sean, sontak membuat jocelyn tersedak oleh minumannya sendiri.
Ia menatap pria di depannya tak percaya, lalu beralih ke arah pakaian yang dipakainya. Pantas saja pria itu mengenakan jas di jam segini
"Lo, kerja disitu?" Jocelyn mengulangi pertanyaannya, menunggu jawaban untuk membenarkan apa yang di dengarnya barusan
"Iya. Gue bossnya" ujar sean kelewat santai
Oke. Jocelyn sudah tak bisa lagi mengontrol ekspresi wajahnya. Ia benar-benar dibuat cengo hari ini.
Gue harus kabur dari sini secepat mungkin sekarang!
Jocelyn tersenyum, dan tanpa aba-aba ia pergi meninggalkan cafe itu dengan tetap menitipkan uangnya di atas meja tersebut.
Sedangkan sean, hanya tersenyum simpul melihat kelakuan jocelyn yang menurutkan malah terlihat menggemaskan.
...Happy Reading...
.........
........
.......
Setelah kejadian di cafe saat ia meninggalkan sean seorang diri, perasaannya tak karuan.
Ia membayangkan jika hal yang telah ia lakukan kepada sean kemarin akan berdampak dengan tidak diterimanya ia di kantor milik pria tersebut.
Ia bahkan mengingat dengan sangat jelas raut wajah sean ketika ia melakukan tindakan konyolnya. Sama sekali tak bergeming dan bahkan tak menunjukkan ekspresi apapun.
arrggh...
jocelyn mengacak rambutnya frustasi, ia semakin bingung dengan apa yang harus dilakukannya kini untuk meminta maaf.
Faktanya kemarin ia begitu terkejut mendengar penuturan yang diucapkan oleh sean, hingga membuatnya tak bisa berpikir dengan baik.
Tingkah konyolnya terhentikan begitu mendengar suara dering telponnya yang berbunyi, ia menatap lekat ke arah layar yang menampilkan nomor masuk yang tidak dikenalinya sama sekali.
Dengan tak memikirkan hal negatif apapun, jocelyn mengangkat panggilan itu
Hening...
Untuk beberapa saat, tak ada satupun suara yang terdengar, membuat jocelyn menelan salivanya paksa.
Pikirannya memikirkan hal-hal aneh yang mungkin saja terdengar berlebihan.
Hingga akhirnya suara deheman di seberang panggilan memecahkan keheningan yang telah terjadi.
"Selamat siang" Sapa suara di seberang panggilan telepon sana
Suara pria itu seolah menyadarkan jocelyn dari segala macam pemikiran anehnya, ia buru-buru menjawab panggilan itu begitu mendengar pria di seberang sana kembali menegurnya.
"Ah,iya. Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya santai.
"Apa benar nomor yang sedang dihubungi ini adalah milik Jocelyn Richards?" Pria yang berada di panggilan seberang telepon kembali mengajukan pertanyaan.
"Iya. Dengan saya sendiri" Begitu mendengar orang yang di carinya adalah dirinya sendiri, ia kembali bersikap was-was.
"Baik. Kami dari bagian HRD dari perusahaan Royals Tech Ltd. Ingin menyampaikan bahwasanya anda telah dinyatakan lulus dalam tahap seleksi berkas maupun interview dan dengan berita ini pula, kami mengharapkan ibu untuk mendatangi kantor untuk pengurusan perpindahan kerja secara lebih lanjut"
Gue..keterima?
"Untuk selengkapnya, ibu bisa mendatangi kantor dan mendapatkan jadwal Presdir lalu mulai bekerja" Ujar pria itu mengakhiri sesi penjelasan yang ia berikan
"Ah. Baiklah. Terima kasih"
"Baik. Kalau begitu, selamat siang"
"Siang"
Jocelyn menghembuskan nafasnya berat, ini bahkan belum sampai 4 jam setelah ia melakukan wawancara dan membuat masalah dengan sean.
Tapi sekarang yang terjadi malah ia diterima bekerja di perusahaan pria itu.
Apa ini tidak terlalu mencurigakan?
Tentu saja setelah semua yang terjadi membuat jocelyn curiga, terlebih lagi ini nampak sangat mendadak.
Biasanya proses penerimaan pekerjaan itu setidaknya membutuhkan waktu paling sedikit sehari dan kemudian, akan diiringi dengan datang nya surat panggilan kerja.
Ah, sekarang jocelyn merasa bodoh karena tidak menanyai surat panggilan kerjanya. Setidaknya apabila surat panggilan kerja berada di tangannya, ia tidak akan dipermalukan besok. Ketika ia masuk kerja.
Semuanya hanya tambah membuatnya bingung, ia tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Satu-satunya cara hanyalah dengan menghadapinya.
Sudahlah, jocelyn akan memikirkan hal ini kembali esok hari. Hari ini ia sangat lelah, otaknya bahkan tak mau diajak bekerjasama.
Sekarang masa bodoh dengan kehidupan tenangnya, dan selamat datang untuk hari-hari penuh cobaan yang sedang menantinya.
***
Robert, selaku sekretaris pribadi dan tangan kanan sean, tak habis pikir dengan pola pikir pria yang berada tepat di depannya kini.
Ia menjadi semakin bingung kala pria itu menyuruhnya untuk menghubungi jocelyn dan menyuruhnya untuk bisa segera mulai bekerja.
"ini serius?" Tanyanya masih setengah percaya, namun yang ditanya hanya manggut-manggut dengan senyuman yang semakin tak bisa robert mengerti
"lo bercanda kan?" Akhirnya robert meninggalkan segala keformalannya di belakang, yang ada di depannya kini sudah bukan bossnya lagi, melainkan pria yang sudah di anggap seperti adik kandungnya sendiri
"gak. Buruan hubungin " Pria yang menjabat sebagai CEO dari perusahaan ini tampaknya mulai kembali menggunakan hak nya dengan semena-mena
"Dia baru saja diinterview belum lama ini, bahkan keputusannya belum ada. Jadi kenapa buru-buru banget pengen dia jadi bagian dari perusahaan ini?. " Tanya robert frustasi. Pria ini sudah tidak bisa mengerti lagi bagaimana jalan pikiran sean
"Susah amat tinggal telfon dan ngabarin doang. Yang lain bahasnya belakangan aja, sekarang tugas lo cuma telfon dan kasih tau kalo dia keterima kerja di sini," Pria kini kembali dengan tatapan tajam dan raut wajah datar andalannya
Menyadari bahwa ia tak bisa menang dari perdebatannya dengan sang boss, robert dengan malas menghubungi nomor jocelyn yang ia dapatkan dari surat lamarannya.
Panggilan terhubung. Namun sama sekali tak ada percakapan yang terjadi, keduanya hanya saling diam dengan panggilan yang terus berjalan
Sean yang melihat hal itu menjadi kesal pada robert, ia kemudian mengancam akan menghajarnya jika tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Robert memutar bola matanya malas, kini ia sungguh kesal dengan pria dihadapannya itu.
"Selamat siang" Sapanya setelah sekian lama, namun tak ada sahutan apapun. Ia menatap ke arah sean yang masih tampak tak acuh
Dengan menghembuskan nafasnya kesal, ia kembali menyapa orang yang berada di seberang panggilan sana "SELAMAT SIANG" sapanya dengan suara yang agak ditekankan, hingga membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari boss nya
"Ah. iya. selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Akhirnya sebuah suara menyahutinya, walau terdengar sangat gugup
Dengan tanpa bicara panjang lebar lagi, akhirnya robert memberitahu jocelyn perihal mengenai panggilan telepon yang dilakukan untuknya kini.
Begitu panggilan telepon itu selesai, robert menatap sean tak mengerti. Sedang yang ditatap hanya mengacuhkan dirinya
"udahkan?" tanyanya kemudian pada pria yang masih memasang tampang dinginnya itu
"lo bisa keluar. urusan lo udah selesai" Pria itu mulai mengusirnya dan kembali sibuk dengan berkas-berkas yang ada di atas mejanya
Robert hanya bisa menggelengkan kepalanya tak bisa mengerti jalan pikiran dari boss nya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!