NovelToon NovelToon

Lentera Rasa

Satu

...Pada akhimya kamu akan hidup bersama karakter dan akhlaknya. Bukan dengan ketampanan dan kecantikannya....

Disalah satu desa di provinsi Jawa timur, bertempat di Magetan dan dikaji gunung Lawu, terdapat seorang yang kisahnya akan kita ceritakan disini.

Indahnya malam dihiasi ribuan bintang yang gemerlap indah di langit, Zafira tengah belajar bersama sang kakak sedangkan ibunya tengah mengurus anak asuhnya.

Yap ibu Zafir dan Zafira seorang pengasuh bisa dibilang lah baby sitter dari anak salah satu warga desa ini namun jaraknya lumayan jauh, Namanya Alfan mama dan ayahnya sama sama sibuk jadilah ia diasuhkan ke Nisa, ibu Zafira.

Meski begitu setiap Minggu Orang tua Alfan mengunjungi putranya ditempat Bu Nisa dengan membawakan jajan untuk Alfan dan Zafira.

Walau sempat menolak tapi tetap saja Bu Ida tetap membawakan karena beliau termasuk orang berada.

Saat ini Zafira berusia 12 tahun dan sedang duduk dikelas 6 sedangkan kakaknya berusia 21 tahun yang kini sudah lulus kuliah dan bekerja diluar Jawa kebetulan saat ini sedang pulang setelah 2 tahun lamanya tak pulang.

Alhamdulillah berkat itu semua kini Zafir dan Bu Nisa dapat merenovasi rumah mereka dan membeli tanah yang tak terlalu luas.

"bobo ya buk?" rengek Zafira

"ayo" ucap ibu dengan menggendong Alfan yang berusia 4 tahunan

"segera tidur mas"

"enggeh buk"

Zafir dan Zafira sudah sangat terbiasa besar tanpa seorang ayah bagi mereka seorang ibu sudah cukup, tapi dibalik itu Zafira juga kadang masih mengharapkan bapaknya datang untuk sekedar menanyakan bagaimana dia hanya itu saja yang ia mau tak lebih, ia hanya ingin seperti teman sebayanya yang tiap kali selalu bercerita tentang seorang ayah mereka.

Dan apa yang Zafira lakukan? ia hanya diam sembari menahan untuk tak menumpahkan air matanya dan tidak bercerita kepada ibunya karena ia yakin ibunyapasti juga turut sedih.

Siapa yang mau jadi yang kedua dengan tidak diberi keadilan seperti ini, bagi Nisa jika dia tidak mendapatkan itu setidaknya putra dan putrinya mendapatkan itu mereka pasti memiliki keinginan untuk bersama dan bercerita kepada ayahnya.

kadang ia selalu bercerita kepada Zafira jika ia sedang tak kuat mendengar gunjingan istri pertama suaminya itu, dia selalu menyalahkan dirinya kenapa ini semua bisa terjadi padanya, kenapa dulu ia mempercayai jika suatu saat Yudi suaminya akan berlaku adil padanya, kenapa.

Tapi sekarang ia sudah bercerai dengan Yudi, namun itu tak membuat istri pertamanya berhenti menggunjingnya bahkan juga sampai mengolok-olok dan melibatkan Zafira sebagai sasaran empuknya.

"mbak Ira, besok belikan es bilu ya" pinta Alfan pada Zafira

"pilek dek, kapan kapan aja dimarahin ibuk nanti" mendengar itu Alfan sudah mengerucut kan bibirnya.

Zafira anaknya paling pintar menyembunyikan perasaan apa yang sedang ia rasakan ia juga begitu pintar dan cekatan.

Pukul setengah 10 malam Zafira dan Alfan tidur setelah tadi Alfan merengek minta es dan berakhir mendapat marah Bu Nisa keduanya.

"robiihabliminassholihin ya nak" Doa itu yang selalu Bu Nisa sampaikan kepada Zafira dan Alfan ketika sudah tidur dulu Zafir juga seperti itu.

Meski bukan putra kandungnya 3 tahun bersama membuat Bu Nisa menyayangi Alfan seperti dia menyayangi Zafir dan Zafira.

"Fira, ibuk semakin lama semakin tua jaga diri baik-baik ya tapi ibuk berdoa semoga bisa menemani Fira sampai besar dan mendapat gelar sarjana, ibuk bangga Fira jadi anak pintar dan Sholehah rajin ngaji semoga ilmunya barokah fiddini wadunnya wal akhiroh amiin"

Dua

...Pelajaran tersulit yang akan kamu pelajari dalam hidup ini adalah bahwa tidak semua orang mencintai kehaikan yang ada padamu,...

"jafira belikan aku minum" suruh Yuni yang tak lain anak dari Pak Yudi dengan istri pertamanya, ibunya menyuruh untuk menjadikan Zafira budaknya, mereka satu kelas tapi beda usia Yuni sudah berumur 15 tahun dalam artian seharusnya ia sudah kelas 3 SMP.

"aku nggak bawa uang mbak" ucap Zafira karena uang saku pemberian ibunya Zafira tabungkan.

"nggak usah bohong, tak bilangin bapakku biar di pukul mau?" ancamnya

"ja-jangan mbak, beneran aku nggak bawa uang lagi"

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Zafira, kedua teman Zafira pun langsung mendekat karena mereka baru saja dari kantin.

"kenapa to mbak, selalu aja begini sampean gak dikasih uang saku to sama bapak ibuke sampai ngemis gini, harusnya sampean itu berpikir sampean sudah besar sudah jadi mbok mbok an disekolah ini nggak ada malu malunya sama sekali" hujat April dan diangguki oleh Saniya

"kalian itu selalu aja belain dia, aku nggak ada urusan sama kalian aku cuma urusan sama japira"

"Zafira temenku, jadi kamu nakali dia kamu nakali kita juga" ucap Saniya, dia orang sahabat Zafira ini tipe anak yang nggak mau ditindas dan nggak bakal pandang umur kalo soal menghujat balik

.

.

.

.

Singkatnya kini Zafira sudah sampai rumah, karena kakaknya sudah berangkat tadi pagi ke luar Jawa tempatnya bekerja jadi Zafira leluasa menangis didepan ibunya. Biasanya ia malu jika harus menangis didepan kakaknya.

"kenapa, kok nangis?" tanya Bu Nisa sembari menyuapi Alfan dan Zafira mengender dilengannya.

"ditampar mbak Yuni buk, Fira nggak mau beliin minum terus ditampar huhuhu"

"dah nggak papa, ingat nduk tidak semua orang suka dengan kita tidak semua orang pula benci dengan kita jadi suatu saat jadikan pelajaran mengalah bukan berarti kalah karena orang yang mencubit akan lupa kapan ia mencubitnya sedangkan orang yang dicubit tidak akan lupa bahwa ia pernah dicubit"

"gapapa, wes gede gapareng nangis ga isin ta Karo adik e (sudah besar nggak boleh nangis tidak malu kah sama adiknya?)"

"mbak Ira kenapa buk?"

"jatuh, sudah mbak cepet makan sana"

"iya buk"

Tak berbeda dengan Zafira, Saniya menceritakan semuanya kepada ibunya karena mereka bertetangga dan sudah sedari kecil bersama juga jadi Saniya selalu bercerita tentang ia dan Zafira kepada ibunya.

Saniya dididik oleh ayah ibunya agar membantu sesama temannya entah itu Zafira, April dan yang lain.

.

.

.

.

"Ra ibuk mau mandi, adeknya ditungguin dulu ya" teriak Bu Nisa dari arah dapur

"iya bu"

"fan, duduk kalau lihat tv berdiri gitu nanti sakit matanya"

"iya, mau jajan mbak"

"bentar tak ambilkan duduk dulu tapi"

"iyaa"

"nah dek, mbak Ira minta satu boleh?"

"boleh mbak"

Sembari menunggu adeknya Zafira mengerjakan tugas dan mempelajari kembali materi tadi siang.

"Assalamualaikum" salam seseorang dari arah luar

"waalaikumsalam, sebentar" ucap Zafira lantar berjalan membuka pintu

"masuk bude"

"la adek dimana mbak" tamunya memang Bu Ida mama Alfan

"dek, ni lho mamamu" panggil Zafira

"sebentar bude tak panggilkan ibuk" disana ada juga Heri ayahnya Alfan, Zafira seakan canggung bila ada tamu dan ibunya sedang tidak ada ia bingung jika diajak mengobrol.

"la ibuk dimana nduk"

"tadi mandi bude, tapi kayake sudah kok"

Benar saja, Zafira baru akan memanggil ibunya tapi Nisa sudah lebih dulu keluar dan meminta Zafira membuat minuman dan mengambil beberapa suguhan.

"sudah lama to mbak?"

"baru aja mbak, nakal gak buk adek?" tanya bu Ida sembari melirik Alfan

"mama... aku nggak nakal lho"

"tapi cengeng kan, kata ibuke mbak saniya" sambung pak Heri yang kemarin sempat bertemu dengan Bu Retno, ibu Saniya.

"nggak....."

Tak lama Zafira datang membawa nampan berisi minuman dan roti yang dihidangkan didepan mereka, karena dirumah ini duduknya lesehan.

Tiga

...Datangilah siapapun yang mau mengamalkan ilmunya, selagi itu memiliki manfaat dan kamu ikhlas mencari ridho-nya....

"buk Fira berangkat ngaji dulu, assalamualaikum" pamit Zafira karena diluar sudah ada Saniya, April, Desta dan Lutfi.

"waalaikumussalam hati hati ya mbak" ucap Bu Nisa ditujukan kepada semuanya

"ya buk" jawab mereka serentak

Mereka berjalan menuju pondok tempat mereka mengaji, tidak jauh tempatnya hanya butuh 5-10 menitan sudah sampai apalagi kalau dibawa mengobrol beh rasanya baru keluar rumah udah Sampek pondok.

Dan lagi mereka mengaji berangkat sebelum magrib dan pulang setelah isya, disana diajarkan juga mengaji kitab-kitab dan juga berzanji.

Banyak muda mudi desa yang ikut, tapi yang mengaji setelah magrib itu mulai dari kelas 6 sedangkan sebelum kelas 6 ada juga di jam 3 sampai jam 5.

"Yok beli es haus nih" ajak Desta si tukang jajan

"nggak ah, ngaji aja belum udah mau jajan aja des" tolak Saniya dan diangguki mereka semua

"tapi kalo mau beli kamu beli aja kita tungguin" ucap Lutfi

"tak payah lah, aku tak ingin sangat je"

"heleh bahasamu des" ejek Zafira

Kini mereka sudah sampai dan sudah mulai sejak setelah sholat Maghrib barusan, dibagi menjadi beberapa kelas menurut jenis kitabnya dan untuk laki-laki dan perempuan dipisah ya.

kalamun qodimun laa yumalu samauhu

Tanazah an qoulin wa fi`lin wa niyatin

Bihi astafi min kulli daain wa nuuruhu

Dalilun liqolbi inda jahli wa hiyrotiy

Faya robbi mattianii bisirri hurufihi

Wanawwir bihi qolbi wa sami wa muqolati

taqoballahuminal waminkum

Taqoballahuminal waminkum

Niat ingsun ngaji netepi kewajiban

ngilangi kebodohan amprih ridhone pangeran

yen bodo bolone gendruwo.

Sejak pulang ngaji tadi Zafira belajar hingga kini pukul 9 lebih, sedangkan sang ibu masih menemani adiknya tidur.

Dirasa mengantuk Zafira lekas beberes dan menyusul ibunya dikamar, ya Zafira masih tidur bersama ibunya lantaran ia selalu berkilah jika takut lah ini lah itu lah.

"cepet tidur mbak, udah malem"

"ini mau bobo buk" jawab Zafira dengan memeluk sang ibu dari samping.

.

.

.

.

Pukul setengah 4 pagi Bu Nisa sudah bangun, tak lupa ia juga membangunkan Zafira untuk sholat malam. Sebelum itu mereka mandi terlebih dahulu mengingat mandi sebelum subuh atau masih dijam jam sepertiga malam banyak sekali manfaatnya.

Dan juga pada waktu tersebut sangat istimewa karena Allah SWT beserta seluruh makhluk turun ke langit dunia yang menjadikan dunia seakan hangat.

“Adakah orang yang mau meminta? Maka aku akan memberinya. Adakah orang yang mau berdoa? Maka aku akan mengabulkannya. Adakah orang yang meminta ampunan? Maka aku akan mengampuninya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Usai mandi dan melaksanakan sholat malam Bu Nisa dan Zafira membuka Alquran dan membacanya sembari menunggu waktu subuh.

Shodaqallahuladzim

Tepat saat adzan subuh berkumandang mereka menyudahi membaca Alquran.

"Ra, nanti bekal lauknya apa?" tanya Bu Nisa setiap pagi

"terserah ibuk aja, tapi pengen telur dadar sama sambal terasi buk"

"iya nanti ibuk bikinkan" meski sederhana mereka sangat bersyukur atas apa yang mereka punya.

Adanya rezeki berlebih tak membuat mereka lantas sombong karena Bu Nisa orangnya sangat sederhana dan tidak mau berlebihan.

Sebelum lanjut subuh mereka lebih dulu melakukan sholat Sunnah qobliyah subuh,

“Dua raka'at fajar (sholat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR.Muslim).

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!