"Jauhi pria itu, dia adalah pria yang berbahaya!"
"Jov, lebih baik kau lupakan pria itu. Dari apa yang aku dengar dia adalah pria yang berbahaya!"
Berbahaya, sebuah kata yang selalu di ucapakan oleh orang-orang terdekat Jovanka Janzsen saat wanita itu menyebut nama Luke, pria asing yang tak sengaja dia temui di sebuah cafe. Sejak pertemuan itu, Jovanka selalu berharap bisa bertemu dengan Luke lagi.
Namun beberapa orang terdekatnya selalu melarangnya untuk mencari tau identitas Luke. Bukan Jovanka Janzsen namanya jika dia tidak semakin penasaran dengan pria bernama Luke itu, semakin banyak yang melarangnya maka dia semakin ingin dekat dengan Luke.
Malam ini Jovanka berada di rumah Maggie Zantman untuk merayakan kehamilan Anne, namun di tengah acara tiba-tiba managernya menelfon dan menyuruhnya untuk datang ke kantor agency karena mereka telah menemukan bodyguard untuk Jovanka.
Beberapa minggu terakhir, Jovanka kerap mengeluh jika dia di ikuti oleh orang asing, maka dari itu sang manager memutuskan untuk mencarikan seorang bodyguard untuk modelnya.
"Kau yakin akan pergi sendiri Jov?" tanya Katherine khawatir, ibu tiga anak itu tau jika akhir-akhir ini putri bungsunya sering di ikuti oleh orang asing.
"Yakin mom. Managerku bilang dia menemukan bodyguard yang cocok untukku!"
"Momy tetap khawatir. Biar Josh yang mengantarmu ya!"
"Tidak perlu mom!"
Jovanka lalu pergi setelah pamit kepada keluarganya, di menolak tawaran Josh untuk mengantarnya ke kantor agency, meski begitu Josh tetap mengirim anak buahnya untuk mengikuti Jovanka secara diam-diam.
Setibanya di kantor agency, Jovanka segera ke ruangan managernya. Di dalam ruangan itu Jovanka melihat seorang pria bertubuh tegap sedang berbicara dengan managernya.
"Apa dia bodyguard ku?" tanya Jovanka seraya menutup pintu.
"Ya, dia akan menjagamu mulai malam ini!"
Jovanka lalu melangkah lebih dekat, dia ingin melihat rupa bodyguardnya. Di lihat dari belakang sepertinya bodyguardnya adalah pria yang tampan.
"Hay, semoga kau betah bekerja denganku ya," ucap Jovanka sambil mengulurkan tangannya, pria itu lalu menoleh dan menatap tangan Jovanka. Sementara itu Jovanka mematung dengan mata membelalak setelah melihat wajah bodyguardnya itu.
"Luke!" pekik Jovanka dengan mulut menganga, entah takdir atau hanya sebuah kebetulan, tiba-tiba pria yang sangat ingin dia temui berada di hadapannya dan akan menjadi bodyguardnya.
"Kau mengenalnya?" tanya Desy, manager sekaligus orang terdekat Jovanka.
Secepat kilat Jovanka mengatur ekpresinya, dia tidak ingin Luke menganggapnya konyol, Jovanka harus terlihat cantik dan sexiiii di depan Luke. "Ah, hanya pernah bertemu beberapa kali, benar kan Luke?" sahut Jovanka seraya memainkan ujung rambutnya, sementara itu Luke hanya diam karena dia tidak ingat pernah bertemu dengan wanita yang akan menjadi majikannya.
"Baguslah kalau begitu. Aku harap kalian bisa akur. Mulai malam ini Luke akan menjadi bodyguardmu!" finnal Desy, wanita itu lalu memberikan kunci mobil kepada Luke. "Jovanka tidak memiliki sopir, kau tidak keberatan merangkap menjadi sopir kan? Aku akan menambah gajimu," imbuh Desy dan Luke hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. "Kalian boleh pergi. Ingat Jov, besok kau ada pemotretan pagi!"
"Oke!" Jovanka mengerlingkan matanya ke arah Desi, dia lalu keluar dari ruangan Desi di ikuti oleh Luke di belakangnya.
Di parkiran kantor agencynya, Jovanka memberikan kunci mobilnya kepada Luke. "Antar aku pulang! Desy sudah memberi tahu alamat rumahku kan?" lagi dan lagi Luke hanya menanggapi ucapan Jovanka dengan anggukan kepala. "Oh ya, dimana kau tinggal?" tanya Jovanka, dia lupa bertanya pada Desy dimana bodyguardnya akan tinggal.
"Menurut surat kontrak yang saya baca saya akan tinggal di rumah majikan saya!" jawab Luke dengan suara seraknya, uh terdengar sangat sexiiii di telinga Jovanka.
Jovanka mengigit bibir bawahnya, dia tidak menyangka Desy begitu di andalkan. Oh ayolah, keberuntungan sedang berpihak padanya, dia bukan hanya bertemi Luke namun pria itu juga akan tinggal di bawah atap yang sama dengannya.
"Oke Luke, ayo kita pulang!"
BERSAMBUNG...
Jovanka dan Luke tiba di mansion utama keluarga Janzsen, kedatangan Jovanka dengan pria asing tentu saja menarik perhatian Lynda dan Jimmy yang kebetulan berada di dalam rumah besar itu. Jimmy lalu memanggil putri bungsunya untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Sebagai seorang pengawal, Luke tentu saja mengekori Jovanka di belakangnya.
"Siapa dia Jov?" tanya Jimmy seraya menatap Luke.
"Ah, dia bodyguard Jovanka dad," jawab Jovanka apa adanya.
"Bodyguard? Sejak kapan? Kenapa kau tidak memberi tau dady kalau kau membutuhkan pengawal?" cecar Jimmy, entah mengapa dia merasa kurang nyaman saat pertama kali melihat Luke.
"Dady saja yang terlalu sibuk. Jov sudah bilang kalau Jov di ikuti orang belakangan ini tapi dady cuek cuek saja. Dan satu hal lagi, Desy yang menyewanya untuk ku, dan mulai malam ini dia akan tinggal di rumah ini!" jelas Jovanka panjang lebar.
"Dady tidak setuju orang asing tinggal di rumah kita!" tolak Jimmy dengan cepat.
"Kalau begitu Jovanka tinggal di apartemen saja berdua dengan Luke," bukan Jovanka namanya jika dia tidak berani melawan. Dengan susah payah Jovanka mencari keberadaan Luke dan saat semesta mempertemukan mereka Jovanka tidak akan melepaskan Luke apapun alasannya.
"Ck, dasar gadis nakal!" Jimmy menyerah dan tidak ingin berdebat dengan Jovanka karena dia tau dia hanya akan kalah, belum lagi Jovanka begitu banyak mengetahui aibnya.
"Ayo Luke, aku akan mengantarmu ke kamar tamu!"
Luke hanya diam dan mengikuti majikannya, mereka lalu masuk ke dalam salah satu kamar yang ada di rumah besar itu. Untung saja Jovanka sempat menghubungi salah satu pelayannya agar menyiapkan kamar terbaik untuk Luke, bodyguard tampannya.
"Kau bisa tinggal di sini Luke. Oh ya, mana ponselmu?" Jovanka mengadahkan tangannya di depan wajah Luke, namun pria itu malah mengangkat satu alisnya. "Ponsel Luke. Kau harus mencatat nomorku kan,dan aku juga harus mencatat nomormu agar kita lebih mudah berkomunikasi!" modus, sebagai langkah awal tentu saja Jovanka harus memiliki nomor ponsel Luke agar dia bisa menghubungi Luke kapan saja.
"Saya sudah menyimpan nomor anda!" jawab Luke datar.
Jovanka memutar bola matanya malas, dia tak mengerti kenapa ada pria sedingin Luke. Jika pria lain mereka pasti sedang berbaris untuk mendapatkan nomor ponsel Jovanka. "Tapi aku tidak punya nomormu Luke! Cepat berikan ponselmu!"
Salah satu keunggulan Jovanka adalah selalu bisa memaksa orang lain, lihatnya wanita itu berhasil merebut ponsel Luke dan segera mencatat nomor ponselnya. Jovanka begitu terkejut saat dia berusaha melakukan panggilan ke nomornya karena Luke menyimpan kontaknya dengan nama 'Si Model'. Sungguh tidak estetik sama sekali.
"Si Model?" Jovanka tersenyum hambar. "Aku punya nama Luke, Namaku Jovanka Janzsen, bukan si model!" protes Jovanka dengan kesal. Karena tak terima dengan nama kontaknya, tanpa seizin Luke dia mengganti nama 'Si Model' menjadi My Models dan tak lupa sebuah emot hati dia sematkan di belakang nama kontaknya.
Jovanka tersenyum dan mengembalikan ponsel Luke setelah misinya berhasil. "Good night Luke, sampai jumpa besok pagi. Aku tidak suka orang yang lelet, jadi kau harus bersiap sebelum aku bangun. Oke!" ucap Jovanka seraya mengerlingkan sebelah matanya, wanita itu lalu berjalan keluar kamar bak seorang model yang sedang melakukan fashion show, namun sialnya sepatunya hak tingginya tergelincir, Jovanka jatuh tepat di hadapan Luke dengan posisi tersungkur.
Luke segera menghampiri Jovanka dan membantu majikannya berdiri. "Anda baik-baik saja?" tanya Luke tanpa ekspresi sedikitpun.
"Aku baik-baik saja!" jawab Jovanka ketus, dia sangat malu. Jovanka lalu melepaskan sepatu hak tingginya dan menentengnya keluar dari kamar Luke.
"Bibi bersihkan kamar tamu,cepat!" teriak Jovanka sambil berlari ke kamarnya.
Sementara Luke hanya menatap kepergian Jovanka dengan wajah datarnya. "Konyol!"
BERSAMBUNG...
Pemotretan akan di lakukan jam sembilan pagi, namun sudah jam delapan lewat tiga puluh Jovanka belum juga bangun padahal Luke sudah menunggunya di depan pintu kamar. Berulang kali Luke memeriksa jam tangannya, namun belum ada tanda-tanda kehidupan dari dalam kamar majikannya. Berkali-kali Desy menghubungi Luke karena Jovanka tak mengangkat telefonnya, Luke dengan terpaksa menggedor pintu kamar sang model.
"Nona, sudah pukul delapan lebih. Anda harus ke tempat pemotretan sekarang!" ucap Luke seraya menggedor pintu karena ketukannya tidak mempan membangunkan Jovanka.
"Dobrak saja pintunya anak muda!" ucap Lynda yang tiba-tiba muncul di belakang Luke, pria itu berbalik dan menundukan kepalanya menyapa Lynda. "Dobrak saja, tukang tidur sepertinya tidak akan bangun jika kau hanya mengetuk pintunya!" imbuhnya sambil tersenyum.
"Tapi nyonya," Luke enggan melakukannya, tugasnya adalah sebagai pengawal kenapa sekarang dia juga harus membangunkan majikannya.
"Kau akan di marahi Desy jika kalian telat!" Lynda sudah sangat hafal peringai cucu perempuannya itu, bukan hanya sekali dua kali Jovanka berganti asisten, kebanyakan dari mereka kabur setelah dua hari bekerja bersama Jovanka, dan saat Jovanka membawa Luke sebagai pengawalnya Lynda cukup terkejut karena dia pikir Luke akan menjadi asisten Jovanka berikutnya. "Cepat!" tidak Lynda dan Luke hanya mengangguk.
Luke berancang-ancang untuk mendorong pintu dengan lengannya, saat dia mengayunkan tubuhnya ke arah pintu di saat itu juga pintu terbuka, alih-alih mendobrak pintu, Luke justru menabrak tubuh Jovanka sehingga keduanya terpental masuk ke dalam kamar. Tubuh Jovanka yang begitu kecil tidak mampu menahan bobot Luke yang mendorong tubuhnya, keduanya lalu mendarat di lantai yang dingin dengan posisi Jovanka berada di bawah tubuh Luke, untung saja Luke memiliki refleksi yang bagus tangannya segera melindungi kepala bagian belakang Jovanka sehingga kepala wanita itu tak cedera.
Untuk seperkian detik keduanya saling diam dan menatap satu sama lain, saat netra keduanya saling beradu, tiba-tiba jantung Jovanka memompa dengan kecepatan tinggi, mungkin saja Luke mendengar suara detak jantungnya. Jovanka begitu terpana, di lihat dari jarak yang sangat dekat wajah Luke terlihat semakin tampan, mata hitam legam itu seolah menenggelamkan Jovanka.
"Anda baik-baik saja?" tanya Luke setelah beberapa detik mereka saling diam, Luke lalu membantu Jovanka berdiri.
"Aku baik-baik saja. Ayo kita berangkat!" jawab Jovanka sambil menutupi kegugupannya.
"Baik!"
"Granny, aku pergi dulu!" Jovanka mengecup pipi kiri dan kanan neneknya, wanita itu lalu berlari menuruni tangga.
Luke kembali menundukan kepalanya kepada Lynda, pria itu lalu mengejar majikannya yang sudah berada di dalam mobil. Luke lalu masuk ke dalam mobil karena selain pengawal dia juga seorang supir.
Selama perjalanan ke tempat pemotretan Luke sedikit terganggu karena Jovanka dengan santainya mengganti baju di dalam mobil. Namun Luke pura-pura tak menyadarinya karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.
Lima belas menit kemudian mereka tiba di sebuah taman, Luke turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk majikannya.Jovanka tersenyum dengan sangat anggun. "Tunggu di sini ya Luke, aku akan bekerja!" ucapnya dengan centil, dengan jalan khas sok kemodel-modelannya Jovanka melangkahkan kakinya meninggalkan Luke.
"Nona," panggil Luke setengah ragu.
Jovanka menghentikan langkah kakinya dan berbalik, wanita itu begitu girang saat Luke memanggilnya. "Apa dia mau memberikan semangat untukku? Atau di mau menciumku. Oh astaga, jangan sekarang, aku belum gosok gigi," batin Jovanka seraya menyelipkan rambut ke belakang telinganya. "Ada apa Luke?" tanya Jovanka dengan suara mendayu, kaki kirinya menggosok kaki kanannya karena gugup.
"itu," Luke menunjuk bibir Jovanka membuat wanit itu semakin tersipu malu.
Jovanka melangkahkan kakinya lebih dekat. "Apa Luke?" tanyanya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Ada bekas air liur di bibir anda!"
Ngak...ngak...ngak...
Jovanka segera berputar, dia lalu mengelap bekas air liur di bibirnya sambil merutuki kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya dia selalu bersikap konyol di depan Luke. Sangat memalukan.
BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!