NovelToon NovelToon

Menantu Yang Dikira Miskin Ternyata Seorang Tuan Muda

1:1 Hinaan

Disebuah rumah sakit terkenal, terbaring lemas seorang perempuan. Yang tega menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya dan seorang, laki-laki yang masih nampak mudah duduk disebelah ranjang. Mengusap lembut kepala perempuan itu.

"Sayang, kamu tunggu disini ya mas mau pergi sebentar. Kamu jangan kemana-mana."

"Mas mau kemana? Jangan tinggalkan Dinda mas, sekarang hanya mas satu-satunya yang Dinda harapkan"

"Kamu tenang dulu ya sayang, mas keluar sebentar saja nanti mas segera kembali"

Gegas laki-laki muda itu keluar dari ruangan dengan wajah yang di tekuk, dan terlihat frustasi sambil menjambak rambutnya.

"Ya Allah aku belum bisa menjadi suami yang baik untuk istriku, aku adalah suami pengecut yang gak bertanggung jawab. Bagaimana aku bisa membahagiakan Dinda kalau bayar biaya rumah sakit saja aku gak sanggup. Aku harus jadi kemana lagi, gak mungkin aku minjam sama kak ipar nanti mala jadi bahan hinaan dan tertawaan"

"Tak masalah saya dihina, asal Dinda sehat dan bisa keluar dari rumah sakit. Soal hinaan sudah sering juga jadi gapapa harus harus dapat uang lima juta untuk bayar rumah sakit.

Gegas laki-laki itu pergi, tujuan dia saat ini adalah rumah mertuanya. Ia sudah gak peduli dengan setiap hinaan terhadapnya, karena kesehatan istrinya lebih penting ketimbang gengsi dan ego. Dava sudah siap mental jika nanti ia mendapatkan hinaan. Ia harus kuat.

Dava pesan ojek dan langsung meluncur kerumah mertuanya, ternyata dirumah mertuanya ada kak ipar Dava mereka semua berkumpul disana. Baru saja Dava turun dari motof semua tatapan mata tertuju kepadanya, tapi Dava sama sekali gak peduli dengan tatap intimidasi itu! Karena tujuan Dava pulang kerumah untuk minjam uang bukan buat hal yang lain.

Baru saja Dava menginjakan kaki di depan pintu sudah di sambut dengan suara bariton dari kak ipar, yang jelas dengan kata-kata hinaan yang terlontar dari bibir manisnya.

"Wah....bu, kak lihat deh siapa yang datang, menantu miskin ibu datang, pasti mau minta sembako bu yups...gak mungkin kan mereka numpang disini."

Walaupun perkataan kak ipar Dava sangat menusuk hati dan membuat Dava sakit hati tapi Dava gak peduli dengan hinaan itu, ia sangat ingat tujuan Dava pulang kerumah. Tujuannya untuk minjam uang jadi ia gak mau membuat kondisi makin runyam.

Dava dengan berani melangkah masuk kedalam rumah ternyata didalam, ada kedua kak iparnya. Walapun mereka memandang Dava dengan tatapan tajam tapi Dava gak peduli, ia langsung melangkah dan berdiri tepat di samping ibu mertuanya.

"Bu..boleh Dava pinjam uang lima juta untuk bayar biaya operasi Dinda bu, sekarang Dinda gak bisa keluar dari rumah sakit karena Dava gak ada uang." ujar Dava sopan. Tapi sayang sebelum ibu mertua menjawab kak iparnya yang duluan menyambar perkataan Dava.

"He menantu miskin dan kurang ajar, kamu dapat keberanian dari mana? Sehingga berani sekali kamu minjam uang sama mertua, gak tahu malu, hahahah...bu lihat pilihan anak bungsu ibu..kayak gak ada laki-laki lain saja Dinda memungut sampah ini dari mana."

Hinaan demi hinaan di lontarkan oleh kak pertama Dinda, padahal Dava minjam uang untuk biaya rumah sakit istrinya. Yaitu adik kandung dari perempuan yang ada di depan, tapi memang gak ada hati nurani sedikitpun. Dava mala mendapatkan hinaan dan tatapan yang sinis dari keluarga istrinya.

"Ha...apa kau bilang? Kamu meminjam uang kepada ibu mertuamu, berani sekali menantu miskin seperti kamu minjam uang kepadaku. Bentak ibu mertua menggelegar diseluruh ruangan.

"Iya bu, tolong Dava bu, Dinda baru selesai operasi tapi gak ada biaya bu, jadi Dinda belum diijinkan pulang dokter kasih waktu hanya sampai sampai malam bu tolong. Dava janji, Dava akan ganti uang ibu secepatnya."

Sebenarnya Dava juga gak ingin meminjam uang sama ibu mertua tapi, keadaan menuntut dan gak ada cara lain lagi selain minjam sama ibu mertua kalau gak kak ipar. Walau Dava mendapatkan hinaan bertubi-tubi tapi Dava gak hiraukan.

Ibu mertua menggeram dengan wajah marah" Dasar menantu gak berguna kamu" sentak ibu mertua.

"Astaga Dava! Kamu sungguh tak tahu malu, seharusnya kamu yang memberikan uang kepada ibu mertua bukannya, mala minta pinjam uang, mana tanggung jawab kamu sebagai suami, uang hanya lima juta aja harus minta pinjam sama mertua, itu juga kamu berani menikah adik saya. Dasar omong kosong." sentak kak ipar kedua Dava

"Dengar ya menantu miskin! Jika kamu adalah suami yang bertanggung jawab, kamu berusaha mendapatkan uang lima juta itu tanpa minjam, lihat kaknya Dinda!. dia hidup bahagia karena suaminya orang kaya pekerja keras, menantu saya itu selalu memberikan banyak uang kepada saya bukan seperti kamu. Miskin hina gak punya apa-apa tapi berani menikahi anak saya."

"Hmm.. benar tuh! seharusnya kamu yang berusaha membayar uang operasi istri tercinta kamu itu, bukannya mala minjam ke mertua ck..."

"He...adik ipar miskin ingat ya, jangan sampai nanti ayah pulang bertugas dari luar negeri kamu mala mengaduh sama ayah."

Dava, sebenarnya gak ingin minjam uang kekeluarga Dinda. Karena memang Dava tahu seperti apa perlakuan mereka ke Dinda dan Dava, hanya saja karena papa mertua Dava baik dan gak perna marah apalagi menghina Dava.

Selama papa mertua dava masih di ruman, Dava dan Dinda masih hidup tenang, hanya karena sekarang papa mertua lagi ada pekerjaan di luar negeri. Itu yang membuat Dinda dan Dava tersiksa. Ini juga karena terpaksa Dava datang meminjam uang tapi mala diperlakukan seperti bina**ng.

"Kak! Dava hanya minjam nanti Dava akan kembalikan ini juga untuk adik kandung kak dan anak bungsu ibu. Saya janji kak saya akan kembalikan tolong bantu Dava kak"

"Buk.....Berani sekali kamu bicara lancang begitu sama kak ipar kamu sendiri apa orang tua kamu gak ngajarin sopan santun, ingat ya ipar miskin, kami ini keluarga terhormat jadi jangan bikin malu kami disini sekarang kamu pergi."

Dava bangkit dari duduknya dan menatap semua orang yang ada didalam rumah itu satu persatu. Dan bersumpah didalam hatinya, suatu saat ia akan membalas, kelakuan mereka.

Dava keluar dari rumah besar itu dengan hati yang sakit dan pedih. Karena ia gak dapat uang untuk bayar biaya rumah sakit, bagaimana Dinda bisa keluar dari rumah sakit." arga....benar kata keluarga Dinda saya menantu gak berguna! Masa hanya uang lima juta saja saya gak bisa. Saya harus cari kemana lagi untuk mendapatkan uang sebanyak itu."

2:2

Dava sudah berlalu pergi, tapi mulut kak iparnya tidak berhenti" Seharusnya sebagai laki-laki bisa menafkahi istri dan cari biaya sendiri untuk bisa membayar biaya operasi istrinya, ini mala datang minjam sama mertua, dasar mantu miskin gak punya tata krama ." Timpal kak ipar Dava dengan suara emosi.

Memang, keluarga Dinda adalah keluarga terpandang, keluarga terkaya nomor dua du negara itu, tapi sifat sopan dan tata krama yang baik tidak ada dikeluarga itu. Mereka memandang rendah rakyat jelata, sehingga pada saat Dinda memilih menikah dengan Dava, semua orang menentang! Kecuali ayahnya Dinda yang menyetujuinya.

Namum sayangnya ayah mertua Dava, pergi keluar negeri karena ada pekerjaan yang gak bisa di handle orang lain. Setelah mertua Dava pergi mulailah keluarga Dinda menyiksa dan menghina Dava dan Dinda, sampai Dinda keguguran karena kerja ibu mertua yang meberikan obat kepada Dinda, tanpa Dinda tahu.

Seluruh keluarga Dinda mengingikan, kehancuran rumah tangga Dava dan Dinda. Tapi Dinda sama sekali gak mau berpisah dari dava. Sampai pada akhirnya Dinda masuk rumah sakit, jangankan menjenguk, hanya sekedar nanya kabar anaknya dan adiknya saja ibu mertua dan kak ipar Dava gak sudi.

Mereka sudah gak menganggap Dinda sebagai anak dan adik dirumah besar itu. Bahkan selama papa mertua Dava pergi, Dinda dan Dava gak perna diajak makan di meja makan.

Hal itu yang membuat Dava sakit hati, dan ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan membalas semua hinaan mertua dan kak iparnya nanti.

Keluarga besar Dinda, sekarang pada berkumpul semua di ruang keluarga, pas Dava datang. Tapi sayangnya gak ada satu orang pun yang berpihak kepada Dava, sampai Dava pergi mereka masih menghinanya.

Akhirnya Dava pergi dari sana karena, usahanya sia-sia tak ada satu orang pun tang mau meminjamkan uangnya untuk membayar operasi istrinya, sehingga dengan kecewa Dava pergi.

Namun sebelum Dava pergi, ia sempat minta maaf pada sang mertua. Karena sudah menyinggungnya. "Maafkan Dava bu, karena sudah membuat ibu marah, saya permisi." ujar Dava sopan

Dava yang sudah membalikan badan dan bersiap untuk pergi, namun ada yang memangilnya.

"Dava! Kamu maukan uang lima juta? saya bisa memberikan uang itu untuk kamu. Tapi ada syaratnya! Jika kamu mau, sekarang juga akan saya berikan." titah ibu mertua membuat Dava menaikan kedua alisnya.

"Syarat apa itu bu? Kalau saya bisa memenuhinya saya akan lakukan, namun jika tidak maaf bu saya gak bisa". Titah Dava

"Gampang aja, setelah Dinda keluar dari rumah sakit kamu harus pergi meninggalkannya, dan ceraikan dia. Kamu tahukan kami adalah keluarga besar dan yang terhormat dinegara ini, semua kak ipar Dinda adalah orang terpandang.

Tapi sayangnya Dinda dapat sampah seperti kamu yang gak cocok bersanding dengan anak saya, dan masuk ke keluarga terhormat ini. Bentak ibu mertua sedangkan yang lain sibuk dengan gelak tawa. Mereka tertawa melihat Dava sudah mulai emosi, tapi harus ditahan

Dava merasa hatinya seperti tertusuk duri, tapi Dava menahannya. Dia sebagai laki-laki harus memiliki harga diri, apalagi Dava sangat mencintai Dinda. Dalam hati Dava, ia merasa gak berguna sama sekali sebagai suami, tapi Dava juga gak mau kehilangan Dinda. Biarlah dia menelan semua hinaan itu karena suatu saat ia akan menutup semua mulut yang perna menghinanya denga kesuksesan.

"Maaf bu, saya gak bisa meninggalkan Dinda karena kami berdua saling mencintai, jadi kalau itu syarat yang ibu berikan pada saya, maaf saya gak mau. Saya juga bisa cari uang untuk mengeluarkan istri saya dari rumah sakit!" ujar Dava begitu tegas membuat bu mertua emosi dan matanya merah menyalah.

"Wah....lihat tuh bu! Menantu miskin ibu sudah mulai angkat kepala, berani melawan ibu ya. Mau cari uang dimana? Kerjaan aja gak jelaa begitu, mau nafkahi Dinda pakai apa coba." ujar kak ipar

Dava keluar dari rumah besar itu, dan ia kembali ke rumah sakit walau dalam hati Dava merasa kuatir. Karena ia gak tahu cari ambil uang dari mana, gaji dari nguli saja gak cukup apalagi bayar uang rumah sakit.

Memang Dava sangat membutuhkan uang, tapi Dava gak mau mengorbankan kebahagiaan Dinda hanya karena uang lima juta. Dalam hati dalam bersumpah akan membahagiakan istrinya kelak dan Dava akan tunjukan kesemua keluarga besar Dinda kalau Dinda bisa bahagia hidup bersama dengannya.

Dava kembali pulang ke rumah sakit dengan kondisinya yang frustasi, Dava tiba di rumah sakit sekitar satu jam, laki-laki yang umur 27 tahu itu, langsung menuju kebagian administrasi. Ia ingin meminta pertambahan waktu sampai ia mendapatkan uang. Karena sampai saat ini ia belum ada uang.

Saat Dava sampai diruang administrasi, seorang wanita cantik dengan ramah menyapa Dava" ada yang bisa saya bantu, Tuan ujarnya sopan

"Saya Dava Permadi suami dari Dinda Andinita Adipura. Ingin meminta perpanjang waktu pembayaran sampai besok malam, karena sampai saat ini saya belum dapat pinjaman." ujar Dava jujur

"Ok baik Tuan, tunggu sebentar saya cek dulu apakah sudah dibayar atau belum, karena seingat saya sudah gak ada lagi tinggakan atas nana nyonya Dinda." ujar wanita cantik itu sembari tangannya bekerja di layar komputer

Wanita tersebut segera periksa data pasien ternyata didalam data , atas nama nyonya Dinda gak ada tunggakan sama sekali alias sudah di bayar lunas oleh seseorang yang gak dikenal" Maaf Tuan, dalam data pasien gak ada lagi tunggakan, jadi Tuan, bisa boleh pulang" ujar wanita cantik itu dengan sopan.

Dava mengerutkan dahinya dengan binggung" bagaimana bisa? Sayakan belum bayar apa-apa, Siapa malaikat Tuhan yang sudah berbaik hati melunasi tunggakan dirumah sakit ini ya Tuhan makasih banyak, engkau mendengar seruan isi hatiku" ujar Dava sambil mengelus dadanya

Dava yang penasaran ia segerah bertanya kepada wanita cantik itu" Nona apakah kau tahu, siapa yang sudah melunasi tunggakan itu? Coba periksa pasti ada atas nama yang sudah melunasi tunggakan saya.

Wanita cantik tersebut kembali mengecek komputer" maaf Tuan, saya gak bisa beritahu, karena saya sudah diperintahkan agar saya saya merahasiakan ini dari Tuan, karena ini menyangkut rahasia seseorang jadi sekali lagi saya minta maaf Tuan, saya gak bisa bantu tapi coba, Tuan tanya sama istri Tuan mungkin ia tahu"

Karena Dava gak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari wanita cantik itu. Dava bergegas masuk kedalam ruangan tempat istrinya dirawat, ternyata Dinda masih terlelap. Mungkin karena kecapean karena semalam gak bisa tidur.

Dava langsung kengecup kening istrinya dengan lembut dan mesra" maafkan mas ya sayang, mas belum bisa membahagiakan kamu. Tapi mas janji. Mas akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk kamu.

3:3

Dava yang awalnya ingin beranjak, diurunkan saat dengar Suara Dinda yang memanggilnya.

"Mas.....sudah kembali? kenapa mas gak bagunkan aku, dari tadi aku nungguin mas" Titah Dinda dengan mata berbinar

"Mas, gak tega bangunin kamu sayang, mas lihat kamu tidurnya nyenyak banget" ujar Dava senyum

Dinda berusaha bagun dari pembaringannya dibantu oleh Dava duduk bersandar ranjang rumah sakit, sambil menelisik mata sang suami." mas tadi dari mana? Katanya pergi hanya sebentar tapi lama"?

"Maafin mas ya sayang, mas belum bisa jadi suami yang baik untukmu, tapi mas janji akan berusaha semampu mas, agar bisa membahagiakan kamu kelak." ujar Dava

"Sayang kenapa mata kamu bengkak, apa kamu baru habis menangis?"

"Maafkan Dinda mas, Dinda sedih punya keluarga yang memiliki segalahnya! tapi, gak ada simpati sedikitpun juga untuk menolong kita. Maafin keluar Dinda ya ,mas sebenarnya Dinda rencana mau hubungi ayah tapi takut ayah sibuk disana"

" sttttt!...jangan bicara begitu sayang, seharusnya mas yang minta maaf. Karena mas belum bisa menjadi suami yang baik yang bisa membahagiakan kamu sayang. Sebelum mas nikah dengan kamu, hidup kamu penuh kebahagiaan. Karena kebutuhan kamu selalu terpenuhi dengan kemewahan. Namun sekarang kamu menderita setelah nikah dengan mas" ujar Dava gak enak hati

"Hahaha...saya memang dilimpahi kemewahan mas, tapi gak ada kebahagiaan didalam keluarga kami, untung ayah masih hidup, jadi mama gak begitu ngelunjak. Dinda hanya takut kalau suatu saat ayah tiada, kita pasti diusir dari rumah itu. Atau bisa jadi mama berusaha memisahkan kita."

"Kita tunggu saja ayah pulang sayang, mas bertahan dirumah itu bukan karena mas gak bisa cari tempat tinggal untuk kita, tapi karena mas menghargai keputusan Ayah."

"Iya mas, oh ya tadi setelah berapa menit mas pergi, ada seseorang datang menjenguk saya ,mas dan ia mengatakan sesuatu kepada saya, kenapa mas, kenapa mas gak mengatakan kepada saya kalau mas masih memiliki orang tua?" tanya Dinda

"Apa kata orang itu sayang?" tanya Dava

"Katanya ia sangat merindukan mas, jadi dia ingin mas pulang menemuinya." ujar Dinda membuat Dava menarik napas panjang.

"Hmmm gak usa dipikirkan sayang lupain aja"

"Mas...tolonglah jujur sama Dinda kenapa mas berbohong, sedangkan mertua Dinda masih hidup dua-duanya. Apa maksud mas menyembunyikan ini semua dari Dinda."

"Maaf sayang ceritanya panjang! Dan ini bukan waktu yang tepat, nanti mas akan jelaskan semua padamu, tapi sekarang kita harus pulang ke rumah" Dava gegas merapikan semua barang milik Dinda dan masukan kedalam tas.

"Kenapa kita harus buru-buru pulang mas, bukankah keluarga ku gak ada yang peduli sama saya? Jadi mau pulang apa gak itu mereka gak akan cari" Dava sedih ia merasa kasian dan iba, melihat istrinya sedih.

"Ada ibumu menunggu dirumah sayang, jadi kita harus segerah pulang, jika nanti kita sampai di rumah aku akan menjelaskan semuanya padamu.

Akhirnya mereka kembali pulang kerumah, mereka datang ke rumah sakit dengan bayi yang masih ada di dalam perut Dinda. Tapi pada saat mereka pulang perut dinda mala sudah rata.

Tak lama taksi yang dipesan Dava datang dan mereka berdua pulang kerumah dengan naik taksi.

Dava dan Dinda sampai dirumah keluarga Winata, Dinda mengandeng tangan suaminya dengan erat dan melangkah masuk kedalam rumah dengan anggun, tanpa merasa gentar sedikitpun

Ternyata di ruang keluarga, semua keluarga besar Winata duduk berkumpul di sana! Dengan tatapan menghina, semua mata tertuju pada Dinda dan Dava.

"Akhirnya kamu bisa membawa pulang istrimu tanpa meminjam uang di mertua dan kak ipar, Dava!" mertua Dava menatap sinis ke Dava dan Dinda.

Kali ini Dinda gak tinggal diam, ia langsung menjawab sindiran sang mama, "maaf ya mah, mas Dava! masih sanggup untuk membiayai uang operasi Dinda, buktinya mama lihat sendirikan? Mas Dava bisa membawa Dinda pulang kerumah, tanpa bantuan dari mama dan yang lain!"

Namun perkataan Dinda mengundang tawa semua isi rumah, termasuk sang mama.

"Hey Dinda! Apakah kamu tidak tahu apa yang dilakukan oleh suami kamu? dia datang dan berlutut dikaki mama untuk meminjam uang! Katanya uang itu untuk biaya operasi kamu." jelas Alexsa kak pertama Dinda yang congkak.

Dinda memang tidak tahu kalau Dava! berani datang meminjam uang pada sang mama, seharusnya tanpa minjam juga sang mama, memberikan uang untuk biaya rumah sakit.

"Memang kenapa kalau suami saya meminjam uang sama mama? saya masih anak mama, selagi suami saya masih ada niat baik dari pada mencuri! ada loh tikus dirumah ini yang suka mencuri uang, mesih bagus suami saya minjam, bukan mencuri" ujar Dinda

Perkataan Dinda langsung ngena dihati sang kak Alexsa, karena memang kak nya itu sering sekali mencuri uang di brangkas.

"Maksud kamu apa Dinda, bicara begitu sama kak kamu sendiri? apa seperti ini didikan dari suami kamu."

"Loh...memangnya saya bicara apa, saya hanya bilang tadi ada tikus yang suka curi uang, kenapa kak merasa? Atau memang kak tikusnya itu! Untung ayah gak ada disini, kalau ayah ada pasti dia kecewa sama kalian semua memperlakukan kami berdua begini, semoga ayah cepat pulang."

"Dan dengar ya kak, memang kalau dilihat dari materi, suami saya gak memilikinya tapi kalau soal ahklak dan etika, suami saya lebih dominan memilikinya di banding kak, atau jangan-jangan etika buruk kak dari didikan suami kak"?

"Mah, lihat tuh anak kurang ajar mama, memang gak ada etikanya sama sekali"

"Sudah! mama gak mau dengar keributan disini, jadi tolong jangan ribut, Anjani menyudahi perdebatan antara kedua putrinya yang bikin kepala pusing.

Anjani menatap ke ara putri bungsunya" Dinda! Tolong jika nanti ayah kamu pulang, jangan beritahu apapun, kamu diam saja"

"Memang kenapa mah? Kenapa mama gak mau Dinda cerita ke ayah, apa mama takut kalau nanti ayah tahu seperti apa kelakukan mama ke Dinda dan suami Dinda"?

Anjani yang malas ladeni Dinda langsung masuk kedalam kamar, disusul oleh Dinda dan Dava. Karena Dinda malas berhadapan dengan kak perempuannya itu yang tak lebih dari singa.

Sampai didalam kamar, Dinda langsung duduk diatas ranjang dan menangis.

"Sayang! Jangan kamu menangis kita tunggu saja ayah pulang, nanti kita minta ijin dan keluar dari tempat ini, mas bisa melihat kamu sedih terus, oh ya memangnya kapan Ayah pulang sayang".

"Waktu ayah pergi kalau Dinda gak salah dengar katanya, dua minggu perginya, besok pas dua minggu bisa jadi besok ayah pulang. Tapi gak tahu juga mas semoga benaran besok Ayah pulang.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!