Sebuah pernikahan yang di dasari karena hutang. Ardi merupakan seorang yang memiliki banyak hutang pada seorang ketua mafia. Karena tidak sanggup untuk melunasinya, Ardi memutus kan untuk memberikan Seorang gadis bernama Hana yang merupakan anak dari kakak nya. Karena kedua orang tua Hana sudah lama meninggal dan Hana hanya hidup sendiri, Hana pun di bawa Ardi secara paksa ke hadapan Kevin. Lelaki tampan berwatak dingin yang kejam. Namun saat kedua nya bertemu, Hana baru menyadari jika ketua mafia tersebut merupakan mantan kekasih nya dua tahun lalu. Pria yang pernah ia khianati dan kecewa kan dulu. Begitu pun dengan Kevin, yang juga tak kalah terkejut dengan siapa yang ia lihat sekarang ini.
"Jadi ini yang ingin kau beri kan sebagai penutup hutang mu pada ku?," Tanya Kevin dengan menatap Hana dengan tatapan dingin.
"Benar tuan. Tolong terima dia sebagai penutup hutang saya," Ardi bersujud di hadapan Kevin yang sedang duduk di atas kursi kayu.
"Dia anak dari saudara mu yang kau katakan?," Tanya Kevin dengan meletakan kaki nya di atas kepala Ardi.
"Iya tuan. Tolong terima dia sebagai penutup hutang saya. Kau bisa menjual organ nya dan bisa mendapat kan uang berkali lipat dari yang saya hutang nya," Tutur Ardi dengan keadaan masih bersujud di hadapan Kevin.
"Paman, kau menyuruh ku kesini hanya untuk menjual ku sebagai penutup hutang mu?, kenapa kau Setega itu paman," Hana menarik tangan Ardi, namun Ardi malah menghempaskan tangan Hana dengan kasar.
"Hana, tolong paman sekali ini saja," Ucap Ardi dengan mengangkat kepala nya dan melihat ke arah Hana di sebelah nya. Namun anak buah Kevin menyodor kan pistol meminta Ardi untuk kembali bersujud di hadapan Bos nya yaitu Kevin. Ardi pun kembali bersujud.
"Hahahaha... Ternyata tidak salah kalian berdua. Sama-sama penipu dan penyuka uang," Kevin tertawa dengan keras menatap Hana dengan sinis. Hana yang melihat pun hanya terdiam dengan menatap Kevin dengan penuh ketakutan.
"Aku tidak mau paman. Aku mau pergi dari ruang ini." Hana berdiri dan dengan cepat berlari bermaksud keluar dari sebuah gedung gelap yang sangat luas. Namun anak buah Kevin mengejar Hana dan membawa Hana kembali ke hadapan Kevin.
"Lepas kan! lepaskan aku Kevin, ku mohon," Pinta Hana dengan berusaha melepaskan genggaman kuat anak buah Kevin dari kedua tangan nya.
"Kau mau kemana?, kau sudah ku beli. Jika kau keluar, kepala mu bisa terisi ini," Ucap Kevin sembari berdiri dari duduk nya dan menyodor kan sebuah pintol ke kepala Hana. Hana yang melihatpun terdiam ketakutan.
"Ardi, aku akan terima pelunasan hutang mu ini. Sekarang kau bisa pergi dari sini." Kevin menyodor kan sebuah pistol ke leher Hana dengan tawaan.
"Ku mohon paman jangan tinggal kan aku di sini," Lirih Hana dengan penuh ketakutan.
"Maaf kan Paman Hana. Paman harus pergi," Ardi berdiri dan berjalan keluar dari gedung meninggal kan Hana. Hana yang melihat pun hanya bisa menitipkan air mata nya melihat kepergian paman nya yang telah meninggal kan nya bersama Kevin dan anak buah nya di gedung luas yang sangat gelap.
Setelah kepergian Ardi, Kevin membawa Hana masuk ke sebuah kecil. Kevin menarik Hana dengan sangat kasar. Lelaki itu benar-benar terlihat sangat kejam dan tidak berperasaan.
"Ikut aku cepat! Jika kau tidak patuh, aku bisa menembak kepala mu!," Tegas Kevin dengan memegang tangan Hana dan menarik nya dengan kasar.
"Tuan, apa setelah kau kami juga bisa mencoba nya?," Tanya salah satu anak buah Kevin dengan menatap Hana dengan penuh dambaan.
"Tidak. Kalian pergilah. Aku akan mengurusi nya sendirian," Titah Kevin. Anak buah Kevin pun mengiyakan dan keluar dari gedung tersebut.
"Kevin, ku mohon lepaskan aku. Ku mohon," Pinta Hana dengan lirih. Namun Kevin tak mendengar perkataan Hana sama sekali. Kevin terus menarik Hana dan membawa Hana hingga sampai di sebuah ruangan kecil yang terlihat seperti sebuah kamar. Setelah sampai di dalam, Kevin mengunci pintu tersebut.
"Kevin, kau mau apa? jangan mendekati ku!," Teriak Hana berusaha menjauh dari Kevin yang mendekati nya.
"Kau sudah aku beli. Bagaimana bisa aku melepaskan mu," Ucap Kevin dengan seringai nya yang sangat menakut kan.
"Kevin, ku mohon jangan lakukan ini. Lepas kan aku," Hana memohon dengan menitipkan air mata. Kevin yang melihat pun sejenak terdiam memperhatikan kedua mata Hana yang sudah basah membanjiri pipi nya.
"Ingat Kevin. Dia sudah menipu mu." Ucap Kevin di dalam hati nya.
"Kau harus menyenang kan aku malam ini agar aku tidak sia-sia memberikan uang ku pada paman mu." Kevin memegangkan kedua tangan Hana dengan posisi di atas Hana.
"Nikah kan aku malam ini saja agar aku tak berdosa. Ku mohon Kevin, aku tidak ingin menanggung dosa besar hiks hiks," Pinta Hana dengan tangisan. Hana tak punya cara lain selain meminta Kevin menikahi nya.
"Menikahi mu?, hahahaha. Apa kau sudah gila?, aku menikahi seorang penipu seperti mu?," Kevin mendekat kan wajah nya di wajah Hana hingga membuat mereka begitu dekat dan hampir tidak berjarak sama sekali.
"Ku mohon Kevin. Malam ini saja. Jika kau puas, kau bisa menceraikan aku," Ucap Hana dengan air mata yang telah membasahi pipi nya. Kevin yang melihat pun sejenak terdiam dengan memandangi Hana di bawah nya. Kevin menatap kedua mata Hana yang menangis.
"Baik lah. Aku akan menikahi mu malam ini," cetus Kevin sembari turun dari atas Hana.
"Ikut aku sekarang!," Kevin kembali menarik tangan Hana keluar dari gedung dan menaiki mobil.
"Kita mau kemana?," Tanya Hana saat sampai di dalam mobil.
"Ke masjid untuk menikah." Jawab Kevin tanpa melihat ke arah Hana. Hana yang mendengar pun hanya terdiam.
Selang beberapa menit, mereka pun sampai di sebuah masjid dan menikah di dalam masjid tersebut. Sebagai mahar, Kevin hanya memberikan sebuah kalung pada Hana. Hana pun menerima nya. Tanpa berlama-lama, ijab dan Kabul pun telah selesai. Kevin kembali membawa Hana ke dalam mobil. Kali ini Kevin tidak membawa Hana kembali ke gedung gelap tadi, namun Kevin membawa Hana menuju rumah nya. Beberapa menit perjalanan, Mobil pun berhenti tepat di depan sebuah rumah besar.
"Turun lah!," Cetus Kevin saat turun dari mobil. Hana yang mendengar pun ikut turun.
Hana melihat ke depan rumah tersebut. Rumah tersebut terlihat sangat luas dan besar. Walau sangat jauh terpencil dari orang lain, rumah tersebut terlihat sangat mewah dan terawat. Hal tersebut sempat membuat Hana takjub namun ia kembali teringat dengan nasib nya yang entah bagaimana setelah ini.
Setelah Menikah
Sesampai nya di sebuah rumah, Hana berjalan mengikuti Kevin di depan nya. Ia terus berjalan tanpa bertanya apa pun pada Kevin. Sesampainya di sebuah kamar, Kevin masuk kekamar tersebut, namun Hana malah berhenti tepat di depan pintu kamar. Hana melihat ke arah Kevin dengan penuh kewaspadaan.
"Apa yang kau lihat di sana?, masuk lah." Kevin menarik tangan Hana dengan kasar dan menghempas kan tubuh Hana di atas sofa yang berukuran luas.
"Akhh, sakit," Rintih Hana dengan memegang tangan nya yang sempat di tarik oleh Kevin dengan kasar.
"Kau harus melayani ku. Aku sudah membeli mu!," Kevin berjalan perlahan mendekati Hana. Bibir tipis berwarna merah muda terlihat begitu menarik di kedua mata Kevin. Tangan nya beralih memegang wajah wanita di hadapan nya saat ini. Tanpa menunggu lama, Kevin langsung mencumbu bibir Hana yang membuat Hana sulit untuk bernafas. Hana berusaha untuk melepaskan diri dari lelaki yang di hadapan nya sekarang ini, namun sayang nya ia tak sekuat Kevin yang di atas nya.
"Diamlah. Aku akan melakukan nya dengan kasar jika kau terus memberontak." Gumam Kevin sejenak. Hana yang mendengar pun akhir nya terdiam dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca. Ciuman berlangsung begitu lama namun tak ada balasan dari Hana yang hanya terdiam dengan mata yang mulai membanjiri kedua pipinnya.
Tanpa memperdulikan Hana yang menangis, Kevin terus menyapu bibir Hana. Kevin menikmati bibir wanita yang sekarang sudah menjadi istri nya tersebut yang tadi nya tidak dapat ia sentuh karena Hana meminta ia menikahi nya sebelum menyentuh nya. Tangan kanan nya mendekat erat tubuh Hana. Kevin tak memberi ruang atau pun celah hingga membuat Hana kesulitan bernafas. Kevin perlahan membuka pakaian yang melekat pada tubuh Hana. Hana yang di perlakukan seperti itu pun hanya bisa terdiam menahan tangis dengan pasrah. Setelah semua pakaian berhasil di lepaskan, Kevin kembali melakukan aksi nya. Lelaki itu kembali mencium bibir Hana dan perlahan berpindah ke leher. Kedua tangan lelaki itu juga mulai bermain-main di bagian bawah Hana.
Kevin melakukan aksi nya tersebut malam ini hingga benar-benar selesai. Setelah berakhir dengan aksi nya tersebut, Kevin pun keluar dari kamar dan meninggal kan Hana yang saat itu masih berada di sofa.
"Ternyata masih ada gadis yang masih bisa menjaga kesucian nya." Ucap Kevin di dalam hati nya. Kevin memungut baju dan pakaian nya dan keluar dari kamar.
Setelah kepergian Kevin, tangis Hana pecah. Ia menangis dengan sangat histeris. Hana benar-benar tidak menyangka jika nasib nya berakhir begini. Hana menangis dengan memeluk sebuah bantal dan meremas nya dengan kuat berusaha untuk meluap kan emosi nya.
"Hiksss...hiksss. Paman, padahal aku selalu berbuat baik pada mu. Tapi mengapa kau malah memberikan aku pada seorang lelaki." Gumam Hana di sela-sela isakan tangis nya. Hana menangis dengan tersedu-sedu.
"Ya tuhan. Cobaan apa lagi yang kau beri pada ku sekarang ini?," Ucap Hana sembari menghapus air mata nya yang mengalir begitu deras membasahi kedua pipi mulus nya.
Setelah beberapa menangis, Hana pun turun dari sofa dan memungut baju-baju nya. Hana berjalan dengan perlahan karena bagian bawah nya terasa begitu perih. Saat turun, Hana memperhatikan percikan darah yang menempel pada sprey. Hana yang masih menangis, dengan kasar menarik sprey tersebut dan membuang nya ke dalam tempat sampah yang terletak di dalam kamar tersebut. Hana menginjak-injak sprey tersebut dengan penuh kepedihan.
Hiks..hiks....
Dengan keadaan yang masih menangis, Hana memakai kan baju nya seperti semula. Hana meratapi diri nya. Ia sama sekali tak terpikir kan dengan pernikahan nya ini. Ketika semua orang menikah di dasari karena cinta, berbeda dengan diri nya yang menikah di dasari karena hutang.
* * * *
Di tengah malam, Kevin kembali ke kamar. Ia mendapati wanita tersebut terlihat sedang meringkuk di atas sofa tanpa selimut dan juga sprey. Kevin berjalan mendekati Hana dengan perlahan. Ia menatap wajah sayu wanita itu yang terlihat telah tertidur. Kevin menyadari jika Hana sehabis menangis. Terlihat jelas kedua mata Hana yang sembab dan bengkak.
"Dimana dia meletakan selimut dan sprey?," Pikir Kevin dengan melihat-lihat di sekeliling ruangan. Terlihat selimut yang terletak di atas tong sampah di dekat lemari. Kevin pun beranjak mengambil selimut tersebut.
"Apa yang salah dengan selimut dan sprey? berani sekali dia membuang milik ku," Kevin mengambil selimut tersebut dan ternyata di bawah selimut juga ada sprey yang telah Hana masukan ke dalam tong sampah.
Kevin membawa selimu dan sprey kembali ke atas sofa. Namun saat meletakan nya, Kevin melihat sprey yang terkena percikan darah. Kevin akhirnya mengerti mengapa Hana membuang sprey tersebut.
"Kau marah karena aku?, sudah syukur aku mau hutang Paman mu di gantikan oleh mu. Jika aku mau, aku bisa saja membunuh kau dan paman mu sebagai pengganti hutang Paman mu itu." Gumam Kevin dengan senyuman miring nya menatap ke arah Hana yang masih tertidur.
Kevin membawa sprey dan selimut ke luar kamar dan meminta pelayan nya untuk mencuci nya. Ia mengambil sprey baru di dalam lemari dan mengganti nya sendiri. Sebelum memasang sprey, Kevin sempat memindah kan Hana yang tertidur. Setelah selesai, Kevin pun kembali meletakan Hana di atas sofa.
"Ternyata bumi ini begitu sempit. Orang yang pernah menipu ku, secara tak sengaja bertemu lagi." Kevin duduk di tepian sofa sembari memandangi Hana.
"Memang tuhan meminta ku untuk membalas nya, Hana," Ucap Kevin dengan mengangkat ujung bibir nya ke atas.
Mengingat bagaimana Hana menipu nya dulu, membuat Kevin benar-benar marah dan murka. Hana yang saat itu sengaja mendekati nya dan mengatakan mencintai nya, ternyata memanfaat kan nya saja hanya karena demi sejumlah uang. Hal tersebut membuat Kevin benar-benar marah dan merasa sangat terkhianati. Mengenang kembali kejadian itu membuat Kevin benar-benar marah pada Hana. Kevin akhir nya memilih untuk keluar dari kamar, ia meraih kunci mobil nya di dalam saku kemeja yang menggantung di lemari nya dan berjalan keluar dari kamar.
"Bibi, tolong jaga wanita itu. Jangan sampai ia melarikan diri dari sini," Pesan Kevin saat bertemu pelayan nya di ruang tamu.
"Baik tuan. Akan bibi jaga sesuai dengan perintah tuan," Ucap pelayan tersebut.
"Jika wanita itu masih keras kepala ingin meninggal kan rumah, minta pak Jo yang menangani nya bi," Titah Kevin dengan berlalu pergi keluar dari rumah.
"Siap, tuan." Balas Pelayan.
Sesampai nya di luar, Kevin masuk ke dalam mobil dan mulai mengemudi menjauh dari rumah. Seperti biasa nya, Kevin keluar rumah untuk ke markas nya. Sebagai ketua Mafia, tentu ia harus selalu ada di markas nya bersamaan dengan anak buah nya di sana.
Berlumuran Darah
Di kamar, Hana terbangun dari tidur nya. Hana perlahan beranjak turun dari sofa. Dalam keadaan masih mengerjap-ngerjap kan kedua mata nya, Hana memperhatikan sekeliling nya yang tidak sudah tidak ada Kevin di kamar tersebut. Hana kemudian berjalan keluar dari kamar. Saat pintu terbuka, ia di kejutkan oleh seorang wanita paruh baya yang berdiri tepat di depan nya. Hal tersebut sontak membuat Hana hampir serangan jantung di buat nya.
"Astaga!." Ucap Hana dengan terkejut.
Melihat Hana begitu terkejut, membuat wanita tersebut malah tersenyum ke arah Hana. Hana yang melihat pun hanya terdiam dengan menatap wanita di depan nya dengan terheran-heran.
"Selamat pagi nona Hana," Sapa wanita tersebut dengan ramah.
"Perkenal kan saya pelayan tuan Kevin di rumah ini. Nama saya Ijah, panggil saja bi Ijah," Ucap wanita tersebut memperkenalkan diri nya ke Hana.
"Saya Hana," Balas Hana singkat. Hana melihat-lihat ke sekeliling rumah terlihat seolah mencari seseorang.
"Tuan Kevin belum pulang, dia mungkin sebentar lagi juga pulang," Tutur bi Ijah yang menyadari jika Hana mencari Kevin.
"Bi, tolong bantu saya pergi dari rumah ini. Saya mohon bi," Pinta Hana dengan keputusasaan. Hana sangat berharap jika bi Ijah mau membantu nya.
"Maaf nona. Bibi tidak bisa membantu. Sebaik nya nona tetap tinggal di rumah ini dan jangan pernah mencoba untuk kabur dari sini," Tutur bi Ijah.
"Saya harus pergi dari sini bi. Saya tidak mau tinggal di sini," Hana berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu utama. Namun bi Ijah dengan cepat menahan nya.
"Nona, jika kau berhasil lari dari rumah ini, kau tetap akan di tangkap kembali oleh tuan Kevin," Bi Ijah menahan tangan Hana agar tidak keluar dari rumah.
"Tidak bi. Aku harus berusaha pergi dari sini. Jika berhasil, dia tidak akan bisa menemukan aku lagi." Hana melepaskan tangan bi Ijah dari tangan nya. Hana berlari menuju pintu utama. Namun di saat pintu terbuka, ia tak sengaja menabrak dada bidang seseorang.
"Awwh," Hana memegang kepalanya sembari melihat ke benda yang ia tabrak. Alangkah terkejut nya Hana ketika melihat siapa di depan nya. Seseorang yang ia tabrak ternyata tak lain ialah Kevin. Kevin menatap Hana dengan wajah datar nya. Lelaki tersebut terlihat memegang pisau yang penuh dengan darah. Hana yang melihat pun di buat terdiam. Hana perlahan mundur menjauh dari Kevin. Hana menatap mata pisau di tangan Kevin dengan penuh ketakutan.
"Kau mau kemana?, berani nya kau mencoba keluar dari rumah ini," Ucap Kevin dengan terus berjalan mendekati Hana.
"Bi, kembali berkerja. Masalah ini, biar saya saja menangani nya," Titah Kevin. Bi Ijah yang mendengar pun mengiyakan dan belalu pergi ke dapur.
"Kau mau apa?," Tanya Hana dengan penuh ketakutan. Kedua kaki nya menggigil menahan takut.
"Kembali ke kamar!," Titah Kevin. Karena sangat takut, Hana pun berjalan melangkah perlahan menuju kamar. Namun belum beberapa langkah berjalan, Hana terjatuh dan tak sadarkan diri. Kevin yang melihat pun, dengan cepat menangkap tubuh Hana dan menopang nya. Kevin membawa Hana kembali ke kamar dan membaring kan nya di atas sofa.
"Dia kira aku ingin membunuhnya?," Pikir Kevin.
"Ternyata seorang penipu seperti nya sangat menyayangi nyawa nya," Gumam Kevin sembari menatap Hana yang belum sadar kan diri. Kevin membuat kan Hana tersadar dengan sendiri nya. Menunggu Hana sadar, Ia sempat ke kamar mandi untuk membersih kan diri nya dari lumuran darah di beberapa bagian tubuh nya. Bukan darah nya, namun darah orang lain yang menjadi lawan atau musuh nya.
* * * *
"Apa nona tidak apa-apa tuan?, nona tidak sadarkan diri sudah sangat lama. Bagaimana jika kita panggil kan dokter pribadi tuan untuk memeriksa keadaan nona Hana?," Bi Ijah duduk di tepian sofa sembari menatap Hana yang masih belum juga sadar kan diri. Wanita itu terlihat sangat kawatir dengan keadaan Hana.
"Tidak perlu bi. Dia sudah lama tersadar," Tolak Kevin.
"Sudah sadar?, maksud tuan?," Tanya bi Ijah heran.
"Dia hanya berpura-pura tidak sadar. Lihat lah, kedua mata nya berkedip-kedip," Jawab Kevin.
"Dia mengetahui jika aku sudah lama tersadar. Ternyata lelaki ini sangat susah untuk di bohongi," Ucap Hana di dalam hati nya. Hana berusaha untuk tetap tenang seolah dirinya benar-benar masih pingsan.
"Nona, bangunlah. Tidak ada yang mau membunuh mu di sini. Ayo bangun untuk makan bersama kami. Bibi tau nona pasti lapar karena tidak makan seharian lebih," Ucap Bi Ijah sambil mengelus kepala Hana dengan lembut.
"Benar kah bi?, lelaki itu tidak akan membunuh ku?," Tanya Hana dengan membuka kedua mata nya dan melihat ke arah Kevin.
"Tidak nona. Ayo bangun," Ajak bi Ijah dengan memegang tangan Hana.
"Jika dia tidak ingin membunuh ku, kenapa kedua mata nya menatap ku begitu?," Tanya Hana dengan penuh ketakutan. Hana menatap ke lelaki di samping nya dengan penuh kewaspadaan.
"Sudah bi. Biar kan saja dia mati kelaparan," Ucap Kevin sembari berlalu pergi meninggal kan kamar.
"Nona, patuh-patuh saja pada tuan Kevin. Jangan mencari masalah dengan nya. Lagi pula tuan Kevin sudah menjadi suami nona Hana, jadi sebaiknya nona tidak memikir kan rencana yang tidak perlu di lakukan," Tutur bi Ijah.
"Patuh?, bi, aku hampir di bunuh oleh nya. Bagaimana aku harus patuh dengan nya," Jelas Hana. Bi Ijah yang mendengar pun menarik nafas nya dengan panjang dan mengeluarkan nya dengan perlahan.
"Nona, kau tidak akan di sakiti tuan Kevin jika kau patuh pada nya," Ucap Bi Ijah.
"Sudah. Ayo sekarang nona turun untuk makan. Tuan Kevin pasti sudah menunggu di ruang makan," Tutur bi Ijah. Hana yang mendengar pun mengiyakan dan berjalan mengikuti bi Ijah menuju dapur.
Sesampai nya di dapur, terlihat Kevin yang saat itu sedang duduk sendirian di meja makan. Saat menyadari kedatangan Hana, Kevin pun memulai menyantap makanan nya. Sementara Hana, ia menarik kursi yang jarak nya sangat jauh dengan Kevin. Hana duduk dengan perlahan dan penuh kewaspadaan.
"Selamat makan tuan dan nona," Ucap Bi Ijah sembari keluar dari ruang makan.
"Bi, mau kemana?," Tanya Hana.
"Bibi mau membersihkan kolam renang di belakang,".Jawab bi Ijah dengan senyuman.
"Bukan kah bi Ijah mengatakan untuk makan bersama?, kenapa malah bibi pergi?," Tanya Hana. Hana benar-benar belum siap untuk makan hanya bersama Kevin.
"Bibi hanya mengantar nona untuk makan, bukan bibi yang makan," Tutur bi Ijah. Hana yang mendengar pun kembali terdiam sembari menatap bi Ijah yang sudah hampir tidak terlihat lagi.
Setelah kepergian bi Ijah, Hana dengan penuh keberanian untuk tetap duduk dan makan. Mengingat ia sudah sangat kelaparan, hal tersebut membuat Hana mau tak mau harus makan. Sementara Kevin, hanya terdiam dan fokus menikmati makanan nya tanpa melihat ke arah Hana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!