NovelToon NovelToon

My Lover Is My Brother

Bertemu Saudara Tiriku

"Eva, perkenalkan dia adalah putra dari Om David dan dia adalah kakakmu Stefan." Ucap Mama kepadaku.

Aku lalu berdiri dari tempat duduk dan berbalik ke arah belakangku untuk melihat orang yang sudah aku tunggu selama 15 menit di ruang makan tanpa menyentuh makanan lezat yang ada di hadapanku.

Saat aku melihat ke arah orang itu, duniaku terasa terjatuh ke kaki ku. Jantungku berdetak begitu cepat, seolah suaranya bisa terdengar keluar dari mulutku.

"Stefan!" Ucapku dengan berbisik dari mulutku.

Dia adalah orang yang aku tinggalkan begitu saja pada 2 tahun yang lalu, bahkan tanpa memutuskan hubungan kami dengan benar. Dan sekarang dia malah berdiri di depanku.

"Stefan perkenalkan ini Eva putriku dan dia adalah adikmu." Ucap Mama.

Saat Mama mengatakan hal itu kepadanya, dia tampak sibuk melihat ke arah ponselnya yang menunjukkan bahwa dia tengah begitu sibuk dengan ponselnya itu dan tak menghiraukan orang disekelilingnya.

'Tidak!'

Aku tidak mau dia melihatku dan mengenaliku. Jadi aku memutuskan untuk langsung berbalik ke arah meja lagi dan fokus menatap piringku yang kosong.

"Eva, ayo sapalah dia." Ucap Mama mencubit ku karena bertingkah tidak sopan kepada orang yang baru saja aku temui untuk pertama kalinya.

Memang sepertinya Mama berpikir begitu. Tapi aku tidak mau melihat ke arahnya lagi. Aku benar-benar tidak punya keberanian untuk bertemu dengannya setelah bagaimana aku meninggalkannya begitu saja dulu.

Aku begitu sibuk dengan pikiranku saat aku melihat dia dari sudut pandangan mataku mengambil posisi duduk tepat di depanku di samping Om David.

"Eva!" Ucap Mama mencubit ku lagi.

Aku tahu aku harus menghadapi dirinya kali ini. Aku lalu mencoba untuk mengontrol semua perasaan yang akan aku tunjukkan di wajahku. Pada saat aku mengangkat kepalaku, aku melihat dia masih sibuk dengan ponselnya dan itu terlihat jelas bahwa dia tidak tertarik untuk bertemu dengan saudari tirinya ini. Tapi secara tiba-tiba, dia kemudian melihat ke arahku.

"Kau...."

Hanya itu ucapan yang keluar dari mulutnya.

'Oh ya Tuhan... Matanya.... Matanya yang begitu indah yang membuat aku tergila-gila kepadanya. Bentuk bibirnya ya Tuhan, aku masih ingin menciumnya.' ucapku dalam hati.

"Apa kalian berdua mengenal satu sama lain?" Ucap Om David yang bicara dan bisa membantu aku untuk menghapus pikiran kotorku.

"Tidak... tidak... Kami tidak mengenal satu sama lain sama sekali. Bagaimana aku bisa mengenalnya, aku bertemu dengannya saat ini pertama kalinya." Ucapku kepada Om David dengan senyuman canggung.

Aku tidak akan mungkin bisa mengatakan kepada mereka untuk mengetahui apa yang pernah terjadi di antara kami dimasa lalu. Aku pun hanya bisa mengambil nafas dalam.

"Hai aku Eva." Ucapku mengangkat tanganku untuk berjabat tangan dengannya.

Dia melihat ke arahku beberapa saat dengan tidak menunjukkan perasaan di matanya.

"Halo adik tiri." Ucapnya. "Siapa namamu tadi, maaf aku tidak memperhatikannya." Lanjutnya.

'Sial!'

Apa dia benar-benar melupakan namaku? Tidak akan mungkin. Aku tahu dia melakukan hal ini secara sengaja.

"E... Eva." Ucapku dengan senyum di bibirku.

Dia tidak menyambut tanganku untuk berjabat tangan. Jadi, aku hendak menarik tanganku kembali. Tapi dia langsung memegang tanganku dan meremasnya dengan sangat keras.

"Nama yang indah." Ucapnya.

Dia masih meremas tanganku dengan sangat keras menggunakan tangannya yang berotot itu dan sementara matanya terus saja melihat ke arahku. Aku bisa merasakan bahwa Mamaku dan Om David, tangah melihat kami yang seperti ini.

Sentuhannya masih memberikan sensasi kepadaku. Aku mencoba untuk menarik tanganku, tapi dia tidak membiarkan aku melakukannya.

"Aku rasa kalian sudah lapar. Ayo kita mulai makan." Ucap Mama mengatakan kepada kami semua.

Mama seolah membantuku untuk menarik tanganku dari genggaman erat darinya yang menyakitkan. Aku pun mengusap jemariku. Pria idiot itu memegang tanganku dengan sangat erat.

Apakah takdirku begitu buruk di seluruh dunia dengan ratusan juta. Dan sekarang dia harus menjadi saudara tiri ku.

Bersambung.....

Canggung

Mama menyajikan nasi dengan beberapa lauk berupa kentang dan ayam goreng yang selalu menjadi makanan favoritku.

Beberapa menit yang lalu aku benar-benar ingin menyantap makanan itu. Aku sudah tidak pernah merasakan makanan yang dimasak oleh Mama selama bertahun-tahun. Tapi sekarang aku tidak ingin mencoba makanan ini lagi. Tiba-tiba aku kehilangan selera makan ku. Tapi aku tidak mau menjadi begitu kejam, karena Mama sudah memasak untukku sepanjang hari. Aku lalu mengambil sesendok penuh nasi dan kemudian merasakan ayamnya.

"Sayang, apa kau mau lagi? Mama tahu kau sangat menyukai ayam yang dibuat seperti ini, tidak terlalu pedas." Ucap Mama.

"Tidak Ma, ini sudah lebih dari cukup." Ucapku.

Aku merasa tidak nyaman karena aku bisa merasakan tatapan Stefan yang terus melihat ke arahku.

"Stefan, apa kau mau ayam lagi?" Tanya Mama kepadanya.

"Tidak, aku sudah cukup." Ucap Stefan kepada Mama.

"Apa kau menyukainya?" Tanya Mama lagi dengan suara yang begitu penuh perhatian.

Aku bisa tahu bahwa Mama mencoba untuk membuat hubungan baik dengannya dan bagaimana dengan sikapnya itu, aku bisa merasakan bahwa dia merasa tidak suka dengan Mama ku atau mungkin karena itu adalah Mama ku. Aku tidak mau pernikahan Mama ku dikacaukan hanya karena hubungan masa laluku bersama Stefan.

"Tidak Tante, makanannya enak. Tapi aku lebih suka makanan pedas." Ucap Stefan kepada Mama dengan senyuman lembut di bibirnya.

Mungkin aku sudah berpikir salah tentangnya. Bisa saja sebenarnya dia menyukai Mama.

"Aku sudah selesai." Ucapku.

"Tapi sayang, kau bahkan belum menghabiskan makananmu. Habiskan lah dulu makananmu itu." Ucap Mama Mama.

"Aku sudah kenyang Ma. Tolong jangan paksa aku." Ucapku pada Mama.

"Tidak apa-apa Ellie, jangan paksa dia. Dia mungkin saja memang lelah." Ucap Om David kepada Mama ku.

"Eva kau bisa pergi ke kamarmu jika kau merasa lelah. Kau tidak harus bersikap begitu formal sayang." Ucap Om David lagi.

"Terima kasih Om." Balasku.

Aku lalu bangun dari kursi ku dan hendak beranjak pergi.

"Selamat malam Ma.... Selamat malam Om." Ucapku.

Aku hendak berjalan pergi dari meja, tapi kemudian Mama memanggilku lagi.

"Eva, apa kau tidak akan mengucapkan selamat malam kepada Stefan?" Ucap Mama.

"Oh iya maaf. Se... selamat malam Stefan." Ucapku kepadanya dengan sedikit gugup.

Dia mengalihkan wajahnya dari ponselnya lalu menatapku dan menunjukkan senyuman paling indahnya.

"Selamat malam Adik manis." Ucapnya dengan menyeringai.

Aku lalu naik ke tangga yang menuju kamarku dan langsung menutup pintu kamarku. Aku pun akhirnya bisa menghela nafas lega.

'Kenapa Tuhan? Kenapa.....? Kenapa Kau melakukan ini kepadaku Tuhan?' ucapku dalam hati.

Aku lalu mengganti pakaianku menggunakan piyama doraemon dan mengambil ponselku yang tergeletak diatas meja rias ku. Aku kemudian membuka galeri ponselku dan mulai melihat foto lama kami.

Iya, aku akui bahwa aku sangat bahagia dulu. Kami benar-benar saling jatuh cinta dan mungkin aku bahkan masih mencintainya dan itulah alasan kenapa aku tidak pernah berkencan dengan orang lain dengan serius selama 2 tahun belakangan ini.

Ini semua dimulai sejak 2 tahun yang lalu.

...--Flashback dimulai....---...

Ini adalah tahun terakhirku berkuliah. Aku belajar begitu keras pada tahun ini. Aku tidak pernah mengabaikan pendidikan ku, karena tujuanku adalah untuk bisa bekerja di sebuah perusahaan terkenal yaitu sebuah perusahaan software. Bagian terbaiknya adalah perusahaan itu akan datang ke kampus kami untuk merekrut karyawan baru. Dan itu merupakan kesempatan besar bagiku untuk masuk ke dalam perusahaan itu. Aku benar-benar mempersiapkan semuanya selama 4 bulan.

Aku mengambil secangkir kopi dan duduk di meja belajarku. Aku terus belajar setidaknya selama 6 jam.

"Eva.....!"

Sahabatku Stella, memanggil namaku. Dia adalah teman sekamarku. Saat aku datang ke kota ini, dia adalah orang yang membuat aku merasa nyaman. Aku merupakan orang yang sedikit introver, dan membuat pertemanan dengan mudah bersama orang-orang baru itu bukan lah keahlian ku dan Stella di sisi lain adalah kebalikan dariku.

Aku tidak tahu bagaimana kami bisa begitu serasi dalam hal berteman. Tapi meski kami begitu berbeda, sampai sekarang kami adalah tetap menjadi sahabat baik.

Bersambung...

Pertemuan Pertama

Stella sahabatku memang berasal dari kota ini. Tapi dia memilih untuk tinggal berpisah dari orang tuanya. Dia mau menikmati hidupnya dan dia bekerja di sebuah Kedai Kopi.

"Iya Stella 2 menit lagi, aku hampir selesai." Ucapku.

Walaupun sebenarnya aku masih mau membaca beberapa jam lagi, tapi aku menutup buku ku dan pergi ke kamarnya.

"Tolong bantu aku memilih sebuah gaun." Ucap Stella.

"Memangnya kau mau pergi ke mana? Apa mau berkencan?" Tanyaku padanya.

"Kita akan pergi ke sebuah bar." Balas Stella.

"Kita mau pergi?" Tanyaku lagi.

"Iya, kita akan pergi." Balas Stella.

"Tidak... tidak. Aku tidak akan pergi kemanapun." Ucapku padanya.

"Tidak, kau harus ikut denganku." Ucap Stella.

"Tolong Stella, aku harus masih belajar. Aku hanya datang kemari untuk memeriksa dirimu." Balas ku kepadanya.

"Oh ya ampuun Eva, demi Tuhan ini sangat penting bagimu untuk menikmati hidup selain dengan belajar. Ngomong-ngomong kau selalu belajar setiap hari. Jadi jika kau melewati belajar malam ini itu tidak akan terlalu bermasalah kan." Ucapnya.

"Stella..." Ucapku.

Aku tahu bahwa hari ini aku tidak bisa menang darinya. Jadi mau tidak mau aku harus ikut dengannya.

"Baiklah tapi kita mau pergi ke mana?" Tanyaku.

"Aku tidak menyangka kau akan setuju dengan begitu mudah." Ucapnya tertawa.

"Karena aku tahu hari ini kau tidak akan membiarkan aku untuk lepas darimu." Ucapku.

Aku lalu duduk di tempat tidurnya.

"Jadi kita mau pergi ke mana?" Tanyaku lagi kepadanya.

"Kita akan pergi ke sebuah bar bernama 'Star Night'." Ucapnya padaku.

"Tapi aku tidak punya gaun yang cocok untuk pergi ke bar" Ucapku.

Dia lalu menatapku.

"Kapan lemari ku akan membantumu?" Ucap Stella dan membuka lemarinya tanpa bertanya kepadaku.

Kami memang sahabat baik, jadi tidak ada hal yang membuat kami bersikap begitu formal. Kami bisa saling meminjami pakaian satu sama lain.

Aku lalu memilih sebuah gaun tanpa pundak dengan lengan yang panjang.

"Aku akan menggunakan yang ini." Ucapku pada Stella.

"Ummmm... pilihan yang tepat sayang." Ucap Stella seraya berkedip ke arahku.

"Iya.... Iya, tentu saja." Ucapku yang ikut tertawa.

Aku lalu berganti pakaian dan mengenakan pakaian itu. Aku memilih untuk membiarkan rambutku tergerai di punggungku. Aku menggunakan sedikit eyeliner dan maskara. Aku menyukai mataku yang menurutku mataku ini sangat indah dengan bentuk almond dan aku suka untuk membuatnya terlihat jelas. Kemudian aku menggunakan lipstik berwarna merah nude.

"Ya sempurna." Ucapku melihat pantulan diriku di cermin.

Setelah itu aku mengambil ponselku dan langsung melakukan selfie di cermin. Aku kemudian pergi ke arah kamar Stella. Stella sudah tampak mengenakan sebuah gaun berwarna merah yang seksi dengan menampilkan lekuk tubuhnya terlihat begitu sempurna.

"Mamamia....." Ucapnya menggodaku.

"Apa?" Balas ku tertawa.

"Kau akan membuat semua pandangan tertuju kepadamu hari ini. Kenapa kau harus menyembunyikan lekuk tubuhmu itu? Tubuhmu itu jauh lebih sempurna." Ucap Stella.

Dia memang benar. Aku menghabiskan sepanjang waktuku untuk belajar, tapi aku selalu berolahraga. Aku berolahraga selain untuk kebugaran, aku juga ingin membuat bentuk tubuhku tetap seksi.

"Aku tidak mau mendapatkan perhatian dari para lelaki hidung belang itu. Kau bisa menyimpannya sendiri." Ucapku tertawa.

Setelah itu, kami berdua pun tertawa bersama dan kemudian keluar dari kamar kami.

Kami masuk ke dalam mobil dan tiba di sebuah bar.

Kami pun masuk ke dalam bar itu. Hari ini bar itu begitu ramai dengan orang-orang yang datang. Kami akhirnya bisa masuk ke dalam dan mendapatkan tempat duduk di sudut ruangan. Kami memesan minuman dan mulai menikmati musik yang ada.

"Hei aku akan pergi." Ucap Stella kepadaku.

"Kau mau pergi ke mana?" Tanyaku kepadanya.

Dia memperlihatkan kepadaku ke arah seorang pria yang tampak tergoda kepadanya. Aku pun tertawa dan menganggukkan kepalaku.

Aku lantas duduk sendirian dan menikmati kesendirianku. Aku tidak pernah bosan dengan diriku sendiri kemudian aku tiba-tiba merasa seseorang datang dan duduk di sampingku. Saat aku melihat ke arahnya, aku hampir saja menumpahkan minumanku.

Dia pria yang begitu tampan. Maksudku dia seperti model yang ada di cover majalah. Matanya begitu indah dan memiliki bulu mata yang lentik. Dia tidak melihat ke arahku, tapi aku hampir melihat dari ujung kepala sampai kakinya.

Dia begitu tinggi mungkin 180 cm lebih dan dengan pakaian yang dia gunakan, aku bisa membayangkan otot perutnya yang six pack. Dia lantas melihat ke arahku dan aku langsung mengalihkan pandanganku.

Aku bisa melihat dari sudut mataku bahwa dia masih melihat ke arahku. Aku merasa begitu gugup. Maksudku kenapa dia terus menatapku seperti itu? Apa mungkin karena aku bisa membuat dia sedikit tertarik padaku.

Jujur saja, aku memang sedikit tertarik padanya. Tapi aku begitu hebat dalam mengontrol perasaanku. Jadi meski aku ingin untuk melihat ke arahnya sekali lagi, tapi aku tidak melakukannya.

Tiba-tiba dia menjulurkan tangannya ke hadapanku dan memperkenalkan dirinya sendiri.

"Hai aku Stefan." Ucapnya.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!