di dalam sebuah mobil terdapat seorang gadis yang sedang sibuk dengan gadgetnya karena dia sedang mengatur jadwal untuk bertemu dengan beberapa perusahaan buku terkenal yang ingin membukukan novel terbaru buatannya.
"kenapa perasaanku tidak enak ya?" batin gadis itu. ya dia adalah Adelia Anderson seorang penulis yang sangat muda dan cantik jangan lupakan dia juga terkenal.
saat ini Adelia sedang dalam perjalanan menuju acara jumpa fans untuk menandatangani novel yang di bawa oleh para fans. tentu saja novel yang di bawa adalah novel karya Adelia bukan karya orang lain.
"pak bisa kau percepat sedikit laju mobilnya, aku sedang terburu-buru." ucap Adelia kepada pak supir karena dia sudah hampir terlambat untuk acara jumpa fansnya.
"baik nona." jawab pak supir.
saat ini jalan sedang ramai karena ini waktunya seluruh pekerja pulang dari kantor menuju rumahnya. saat mobil Adelia melewati sebuah pertigaan tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang melaju kencang dari arah kiri menuju mobil adelia dan tabrakan pun tak terelakkan, beberapa kendaraan dan warga yang tadi berada di dekat sana pun menjadi menjadi korban.
"semuanya maafin aku karena gak bisa nepatin janji buat nandatangganin buku novel kalian." ucapan lirih terdengar dari mulut Adelia di sertai air mata yang turun dari pelupuk matanya sesaat sebelum menutup mata untuk selamanya.
sedangkan di sebuah kamar dengan pernak-pernik dan barang yang sangat mewah di mana-mana, terdapat seorang gadis kecil yang sedang menutup matanya dan beberapa orang dewasa yang berada di sisinya sedang menangisi gadis tersebut.
"Adelia kapan kau akan membuka matamu, bunda sangat merindukan mu anakku hiks Bun bunda sangat merindukan Adelia kecil bunda. bunda janji jika Adelia sadar bunda akan membelikan apapun yang Adelia mau." ucap seorang wanita paruh baya kepada gadis kecil yang bernama Adelia itu yang saat ini sedang menutup mata.
"benar apa yang bunda mu katakan Adelia, bukalah matamu ayahanda janji jika kau membuka matamu ayahanda akan membelikan apapun yang kau mau." ucap seorang pria paruh baya suamin dari wanita paruh baya itu dan ayah dari gadis kecil yang saat ini sedang menutup matanya.
"enghhh...." terdengar lenguhan kecil yang keluar dari gadis kecil itu.
semua orang yang berada di ruangan itu pun mengalihkan pandangannya kepada gadis kecil itu. "Adelia?, sayang akhirnya kau sadar. suamiku putri kita telah sadar hiks." ucap wanita paruh baya kepada suaminya.
"benar istriku, ayo kita panggil suruh pelayan untuk memanggil healer Natasha." ucap pria tersebut.
"PELAYAN!!!" teriak pria itu.
"salam kepada yang mulia grand Duke Holton dan yang mulia grand duchess arvella." ucap seluruh pelayan yang datang secara bersamaan karena di panggil.
"berdirilah, cepat panggilkan healer Natasha!!" ucap grand Duke Holton.
"baik yang mulia grand Duke. kalau begitu kami pamit yang mulia grand Duke dan grand duchess." setelah pamit para pelayan pun segera pergi menuju tempat healer Natasha.
"hoy Hoy, kenapa kalian berdua memanggil ku dan menyuruh ku cepat-cepat kemari huh." dengus Natasha tanpa mengucapkan salam.
"tidak usah banyak bicara cepat periksa kondisi anakku." ucap grand Duke dengan nada datarnya dan aura yang menyeramkan.
"APA?!!, KEPONAKAN KECILKU YANG MANIS TERLUKA?!" healer Natasha segera mendekat ke arah Adelia setelah mendengar bahwa keponakannya yang paling dia sayangi terluka. ya Natasha adalah bibi dari Adelia karena dia adalah adik dari ayahnya karena itu dia selalu tidak mengucapkan salam jika bertemu terlebih sikap Natasha yang liar.
Natasha segera memeriksa keadaan Adelia dengan sangat-sangat teliti bahkan rambutnya pun dia periksa. "yang sakit hanya kepalanya kenapa kau malah memeriksa seluruh tubuhnya, bahkan kau juga memeriksa rambutnya." dengus grand duchess arvella.
"kakak ipar tentu saja aku harus memeriksa seluruh tubuh bahkan rambut sekalipun. tapi, bagaimana Adelia bisa tidak sadarkan diri seperti tadi?" tanya Natasha kepada grand Duke dan grand duchess.
saat grand duke holton dan grand duchess arvella akan menjawab Adelia berbicara. "dimana aku berada?" pertanyaan yang lolos dari mulut Adelia membuat semua orang diam membatu.
"anakku apakah kau baik-baik saja?" tanya duchess membuat semua orang kembali sadar.
"maaf nyonya siapa anda? dan dimana aku sekarang?, bukannya seharusnya aku sudah mati?" berbagai pertanyaan Adelia lontarkan membuat semua orang kembali diam, terlebih pertanyaan terakhir membuat grand duchess arvella merasa sedih.
grand Duke holton yang melihat istrinya sedih pun segera membawanya ke dekapannya. "Natasha ada apa dengan Adelia, kenapa dia tidak mengingat apapun?" ucap grand Duke holton yang masih menenangkan sang istri.
"sepertinya benturan di kepala Adelia membuat dia hilang ingatan." ucap lirih Natasha sambil menatap Adelia dengan mata berkaca-kaca. sedangkan Adelia bingung apa maksudnya hilang ingatan jelas-jelas dia tau betul dia tertabrak sebuah mobil yang melaju kencang.
"apa maksudnya aku hilang ingatan jelas-jelas aku tau ak-" ucapan Adelia terhenti kala kepalanya merasa pusing dan ada berbagai ingatan yang masuk ke dalam pikirannya dan membuat dia tidak sadarkan diri seketika semua orang panik kala Adelia kembali tak sadarkan diri.
"tenang saja dia hanya pingsan karena memaksa mengingat semuanya, jangan biarkan dia banyak pikiran dan jangan biarkan dia memaksa mengingat semuanya biarkanlah dia mengingat semuanya secara perlahan." ucap Natasha menatap Adelia lembut serta mengelus kepala Adelia pelan.
"baiklah kalau begitu kita lebih baik keluar terlebih dahulu biarkan Adelia beristirahat." ucap grand Duke segera merangkul istrinya dan pergi keluar di susul oleh Natasha dan para pelayan.
sedangkan di alam bawah sadar Adelia dia kini tengah kebingungan pasalnya tadi dia berada di kamar yang mewah dan megah kenapa sekarang dia berada di sebuah taman yang indah.
"Adelia Anderson." ucap seseorang.
Adelia yang merasa namanya di panggil pun segera membalikkan badannya menghadap orang itu. "bukan kah kau Adelia tokoh figuran yang berada di salah satu novelku" tanya Adelia menatap tajam orang itu.
"benar, perkenalkan namaku Adelia rubyan wishrov." ucap orang itu yang bernama Adelia memperkenalkan dirinya.
"kau sudah tau namaku bukan jadi aku tidak usah memperkenalkan namaku lagi." ucap Adelia dengan santainya.
"baiklah, aku hanya ingin mengatakan kau di dunia mu telah tiada dan kau akan mengisi ragaku yang jiwanya telah mati." ucap daelia rubyan.
"huh baiklah, ini sebagai pertanggung jawaban karena aku sudah membuat hidup mu menyedihkan." ucap Adelia tanpa berpikir dua kali dan menyetujuinya.
"baiklah kalau begitu, kau juga sudah mendapatkan ingatanku, jadi selamat tinggal." ucap Adelia rubyan perlahan menghilang
"baiklah karena aku yang sudah membuat hidup mu menderita maka aku akan mengubahnya sebagai permintaan maaf ku." ucap Adelia di dalam hatinya.
ckleek
saat Adelia sedang memikirkan berbagai rencana untuk masa depannya tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka. "Adelia sayang kau sudah bangun?" tanya grand duchess arvella yang baru saja membuka pintu kamar Adelia.
"tentu saja ibunda aku itu seorang nona bangsawan mana mungkin aku bangun siang." ucap Adelia dengan Anggun dan penuh etika dia turun dari ranjangnya dan menghampiri ibunya.
grand duchess membeku di tempat dia merasa ada yang aneh dengan sikap anggun Adelia, tapi tidak di pungkiri dia juga merasa bangga.
"kau benar sekali Adelia, kalau begitu ayo kita turun bibi dan ayahmu sudah menunggu kita di ruang makan dan nanti nenek dan kakek mu akan datang untuk menjenguk dirimu." ucap grand duchess arvella lembut kepada anaknya dan mengusap surai putih seputih salju milik anaknya.
Adelia yang diperlukan seperti itu oleh grand duchess arvella merasa nyaman karena selama dia hidup di dunianya dulu dia tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya karena dia hidup di panti asuhan.
"baiklah ibunda aku akan bersiap-siap terlebih dahulu. lalu dimana Maria? kenapa dia tidak ada di sini?" tanya Adelia yang merasa pelayan pribadinya tidak berada di dekatnya bahkan ketika dia bangun pertama kali pelayannya itu tidak ada.
"maria meminta izin untuk pulang menuju desanya karena ibunya sedang sakit Adelia." balas grand duchess arvella. Adelia pun hanya mengangguk paham.
"sementara kau akan di layani oleh para pelayan lain." lanjut grand duchess arvella.
"baiklah kalau begitu ibunda tunggulah dulu aku akan segera turun." ucap Adelia. grand duchess arvella mengangguk dan pergi dari kamar Adelia.
Adelia segera bersiap di bantu oleh beberapa pelayan. "ganti gaun itu apa-apaan itu!! aku tidak ingin memakai gaun yang mencolok dan berat seperti itu." saat akan memakaikan gaun tiba-tiba saja Adelia menolak keras dengan gaun yang akan di pakaikan para pelayan kepada dirinya.
"t-tapi nona anda biasanya memakai gaun yang seperti ini." ucap seorang pelayan dengan tubuh bergetar takut.
"kalau begitu ganti dengan gaun yang lebih sederhana dan dengan warna yang tidak mencolok." ucap Adelia dengan tegas.
"tapi nona. di dalam lemari Anda semua gaunnya seperti ini anda bahkan sampai membeli seluruh gaun yang seperti ini di butik countess Tessa." ucap pelayan yang tadi membawakan Adelia gaun.
"biarkan aku yang mencarinya saja." Adelia segera beranjak menuju lemari pakaian yang menurutnya sangat besar bahkan besarnya melebihi kamar tidurnya di dunia dia yang dulu.
"aku akan menggunakan gaun yang ini saja." cap Adelia menunjukkan gaun yang dia pilih. berwarna biru langit dengan sedikit rumbai di ujung bawah gaunnya.
"tapi nona bukankah itu terlalu polos, biasanya anda tidak suka jika menggunakan gaun yang polos seperti itu." ucap pelayan yang sedang membereskan gaun yang tadi di berantakan Adelia.
"heh!! terlalu polos apanya bahkan gaun ini terlihat kuno sekali dan kelewatan zaman sekali jangan lupakan ini masih memiliki pernak-pernik yang sangat norak." dengus Adelia dengan nada tak suka.
"sudah-sudah sekarang cepat bantu aku memakai gaun ini dan kita turun aku yakin semua orang sudah menunggu." lanjut Adelia.
"baik nona." ucap seluruh pelayan. mereka segera mendandani Adelia dengan sangat teliti sekali bahkan sampai sehelai rambut pun mereka atur.
setelah selesai Adelia segera pergi menuju ruang makan di sepanjang jalan seluruh pelayan dan pengawal yang bekerja di kediaman grand Duke wishrov di buat tercengang dan kagum tak percaya dengan yang mereka lihat. Nona muda mereka yang biasanya sangat sombong, angkuh dan tidak tau tatakrama tiba-tiba saja berubah menjadi nona muda yang anggun dan penuh wibawa.
"salam kepada ayahanda, ibunda dan juga bibi semoga kesejahteraan selalu mengikuti." hormat Adelia kepada ayah, ibu serta bibinya yang berada di ruang makan.
"wah wah rupanya Lia kecil bibi sudah tumbuh menjadi dewasa, kemari duduklah di sebelah bibi." ucap Natasha lembut dengan senyuman hangat yang terukir di bibirnya.
Adelia hanya mengangguk dan duduk di sebelah bibinya. "maaf telah membuat kalian menunggu lama." ucap Adelia merasa tak enak karena sudah membuat mereka menunggu lama.
"tidak apa-apa sayang, sekarang ayo kita mulai makannya." ucap grand Duke holton kepada Adelia dan selanjutnya di lanjutkan dengan sarapan yang tenang.
"Adelia kau sudah berusia 14 tahun sudah waktunya kau belajar serius untuk mengikuti beberapa pelajaran seperti etika, ekonomi, politik, dan juga sihir." ucap grand Duke holton serius.
Adelia yang sedang mengobrol dengan ibu dan bibinya pun mengalihkan pandangannya kepada grand Duke holton. "tentu saja ayah aku sudah puas bersenang-senang sekarang waktunya untukku serius." ucap Adelia dengan aura keagungan dan penuh wibawa membuat semua orang yang berada di sana tertegun.
"sejak kapan Adelia memiliki aura keagungan dan bersikap penuh wibawa seperti ini." begitulah isi pikiran semua orang yang melihat Adelia penuh wibawa dan anggun.
"baiklah kalau begitu luas kau sudah harus belajar dan jadwalnya akan ayah berikan setelah selesai." ucap grand Duke holton sambil mengelus rambut Adelia pelan dan tersenyum.
"ayah bolehkah tambah beberapa pelajaran lagi? seperti berkuda, memanah dan berperang?." ucap Adelia mengeluarkan jurus andalannya yaitu dengan menggunakan wajah memelas seperti anak kecil.
"tidak ibunda tidak setuju." bantah grand duchess arvella tegas.
"ayolah ibunda, Lia janji akan belajar dengan tekun dan serius ya? Lia janji tidak akan mengecewakan ibunda." ucap Adelia tegas dengan keyakinan yang terlihat akhirnya grand duchess arvella hanya menghela nafas dan mengangguk.
Adelia yang melihat sang bunda memperbolehkan segera memeluknya dengan erat. "Lia sayang ibunda hehehe." ucap Adelia dengan cengengesan.
"baiklah kalau begitu, kalian bisa kembali beraktivitas lagi." ucap grand Duke dan pergi dari ruang makan menuju ruang kerjanya.
"kalau begitu ibunda, bibi Lia pamit ingin berjalan-jalan di sekitar taman." ucap Adelia dengan membungkuk. grand duchess arvella dan Natasha mengangguk singkat lalu melanjutkan mengobrol.
saat ini Adelia sedang berada di taman belakang mansion kediaman keluarga wishrov dia sedang menguji sihir dan berusaha mengeluarkan sihir yang dia punya.
"kenapa susah sekali? padahal ku pikir itu gampang seperti di novel yang ku buat hanya tinggal rasakan energi mana dan konsentrasi buat mana itu menjadi sebuah elemen." gumam Adelia pelan. bisa-bisa jika dia berbicara keras semua orang akan mencurigai nya.
srekkk
"siapa itu!?" teriak Adelia.
tiba-tiba saja muncul seorang pria dengan luka di seluruh tubuhnya. "tenang saja aku bukan penyusup." ucap pria yang sedang terluka itu.
"aku tidak percaya, kau tiba-tiba saja muncul dari semak-semak. apa lagi jika bukan penyusup." ucap Adelia menatap tajam pria itu dan menyerangnya menggunakan elemen yang baru saja dia coba.
sontak pria yang mendapatkan serangan tiba-tiba itu tidak bisa mengelak dan terkenal serangan Adelia hingga terpental terkena tembok pembatas. jangan salah meskipun Adelia baru melatihnya beberapa menit lalu tapi kekuatan dari elemennya sangat kuat bahkan pria itu pun sampai tak sadarkan diri.
"nona anda tidak apa-apa?, kami mendengar suara ledakan yang besar dari sini." ucap prajurit yang tiba-tiba saja datang, tidak hanya satu tapi satu pasukan.
"ada penyusup tangkap dia aku sudah membuat dia tak sadarkan diri dan kalian bawa dia kehadapan ayahanda." setelah mengucapkan itu Adelia pun segera pergi dari sana dan kembali ke kamarnya.
"huh menyebalkan sekali padahal aku akan bisa menggunakan elemen ku yang satu lagi dan dia malah menganggu ku." Adelia terus saja menggerutu di sepanjang jalan menuju kamarnya berada sampai-sampai membuat para pelayan dan prajurit keheranan.
"apakah nona mereka jadi gila setelah bangun dari pingsannya." begitulah isi pikiran mereka.
saat ini Adelia tidak jadi pergi ke kamarnya melainkan dia ingin pergi keluar jadi dia harus meminta izin dari ayahnya, tentu saja ayahnya berada di ruang kerja.
tok tok tok
"ayah apakah aku boleh masuk." ucap Adelia setelah mengetuk pintu ruang kerja grand Duke holton.
"masuklah putriku." jawab grand Duke holton dari dalam ruang kerja.
Adelia pun lantas masuk dan duduk di kursi yang berada di depan meja kerja ayahnya yang sedang fokus melihat dokumen. "ayah apa tidak bosan melihat dokumen itu terus setiap hari." celetuk Adelia yang membuat grand Duke mengalihkan tatapannya kepada Adelia.
grand Duke hanya menghela nafas mendengar ucapan Adelia. "tentu saja ayah bosan. tapi, mau bagaimana lagi ini tugas seorang grand Duke dan pamanmu itu memang suka membebankan semua dokumennya kepada ayah." dengus grand Duke dengan sedikit nada sindiran di dalamnya.
"bagaimana kalau kita menghabiskan waktu berdua seperti waktu ayah dan anak perempuannya. bagaimana ayah." tawar Adelia membuat grand Duke holton terdiam beberapa saat karena memikirkan tawaran dari Adelia.
"baiklah ayah setuju tapi kau tidak boleh jauh dari ayah dan kita akan membawa prajurit." ucap grand Duke holton. Adelia yang tadinya tersenyum manis seketika senyuman itu pudar dari wajahnya kala mendengar ucapan dari ayahnya.
"ayah tentu saja aku tidak akan jauh darimu. tapi, aku tidak ingin membawa banyak prajurit bahkan jika bisa jangan membawa satupun prajurit karena kita akan menyamar menjadi rakyat biasa." ucap Adelia yang keberatan atas ucapan ayahnya yang harus membawa prajurit.
tentu saja grand Duke holton ingin menolak tapi Adelia kembali berucap yang membuat grand Duke kembali mengangguk pasrah. "Kitakan ingin menghabiskan waktu ayah dan anak jadi tidak boleh ada yang ikut selain kita." lanjut Adelia.
setelah itu mereka berdua pun segera pergi menuju pasar kekaisaran alterniamon yang berada di pusat kota, saat sampai Adelia di buat kagum dengan pasar in. berbeda dengan pasar di dunianya dulu yang bau dan becek, pasar di sini sangat bersih bahkan lantainya terbuat dari marmer yang kokoh.
"ayah ayo kita ke sana aku ingin membeli sesuatu di toko itu." ucap Adelia menunjuk salah satu toko yang sangat ramai pembeli.
"baiklah apapun untuk putri kesayangan ku ini." ucap grand Duke holton dengan mengelus rambut Adelia dan berjalan menuju toko itu.
kringgg
"selamat datang di toko kami ada yang bisa di bantu." ucap salah satu pelayan di toko itu yang ternyata adalah toko untuk kebutuhan sihir seperti ramuan tingkat rendah sampai tingkat tinggi, tongkat sihir, buku mantra, senjata sihir, tungku ramuan, tanaman herbal, dan terakhir ada hewan sihir yang bisa di kontrak jika kalian tidak ingin mencari sendiri di hutan 'hallerbost' kalian bisa membeli di toko sihir.
"kami akan melihat-lihat terlebih dahulu." ucap Adelia kepada sang pelayan.
pelayan itu hanya mengangguk sopan karena menurutnya mana ada seorang rakyat jelata yang memiliki etika seperti seorang nona bangsawan dari keluarga terpandang, pasti dia adalah seorang nona bangsawan yang sedang menyamar begitulah isi pikiran sang pelayan.
Adelia berjalan menelusuri semua tak di toko tersebut sedangkan grand Duke holton hanya mengikuti langkah putrinya.
"ayah bolehkah aku membeli buku mantra ini." ucap Adelia menunjukkan sebuah buku mantra yang tampak sudah berdebu dan usang.
"sayang apakah kau yakin ingin membeli buku mantra itu, buku itu sudah usang dan berdebu carilah buku mantra yang lain." ucap grand Duke holton dengan nada lembut.
sedangkan Adelia sudah cemberut dengan bibir mengerucut. "tapi ayah aku ingin buku ini, bukankah kau sudah berjanji akan membelikan ku apapun yang aku mau?" ucap Adelia dengan wajah memelas.
grand Duke holton menghela nafas pelan. "baiklah kau boleh membelinya, dan tidakkah kau ingin membeli hal lain seperti tongkat sihir? atau mungkin hewan sihir untuk menemani mu bermain agar tidak bosan." ucap grand Duke holton.
tentu saja Adelia mengangguk semangat dan segera berjalan menuju rak tongkat sihir untuk memilih tongkat sihir yang akan dia beli. saat sedang memilih tidak sengaja matanya melihat sebuah tongkat sihir berwarna merah darah bergradasi biru tua yang sangat cantik, Adelia yang tertarik segera mengambilnya.
setelah memilih buku mantra dan tongkat sihir Adelia berjalan menuju tempat hewan sihir dan memilih hewan sihir yang menurutnya cocok.
saat sedang memilih Adelia tertarik kepada seekor rubah yang memiliki bulu seputih salju yang sama dengan rambutnya dan rubah itu memiliki iris mata berwarna ungu gelap yang membuatnya terlihat berwibawa dan lucu secara bersamaan.
"ayah aku ingin rubah yang sangat indah itu, lihat warna bulunya sama dengan rambutku." ucap Adelia menunjuk rubah tadi yang berada di kandang paling atas.
"aku akan membeli rubah itu dan semua yang putriku bawa tolong hitung jadi berapa." ucap grand Duke holton.
sang pelayan mengangguk lalu menghitung semuanya. "semuanya jadi 30.000 koin emas tuan." ucap pelayan itu sopan.
grand Duke holton memberikannya sekantong penuh koin emas. "ambil saja kembaliannya untukmu karena telah melayani kami dengan baik." ucap grand Duke holton membuat pelayan itu sangat senang.
"terima kasih tuan terima kasih." ucap si pelayan itu sambil membungkuk beberapa kali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!