NovelToon NovelToon

Pembantu Tuan Muda

BAB 1. Dijadikan penebus hutang.

"Milea, kamu harus membantu Ayah, untuk menyelamatkan perusahaan kita, lakukan semua ini sebagai bentuk balas budi kamu buat Ayah, karena sudah Ayah besarkan. Jadilah pembantu dan layanilah sebaik mungkin Tuan Muda Leonardo Armada."

"Itu benar, hanya kamu yang harus membantu Ayahmu, karena Tamara tidak mungkin ia masih kuliah!" Ibu Fera menyahut cepat ucapan Ayah Roni, seraya tersenyum sinis menatap Milea.

Suasana di ruang tamu seketika hawanya terasa panas, Milea hanya bisa menunduk dan meremat jemarinya, bahkan dadanya ingin rasanya meledak dan memaki-maki dua orang yang tidak punya hati di hadapannya itu.

bagaimana bisa mengatakan bahwa ini bentuk balas budi, bukankah sudah kewajiban sebagai Ayah membesarkan putrinya sendiri, tapi apa ini, Milea diminta untuk balas budi, dan diminta untuk melayani pria yang ia sendiri tidak kenal siapa dia.

Ah! rasanya Milea ingin memaki dirinya sendiri yang tampak bodoh tidak bisa hanya sekedar menolak setelah mendengar kalimat ancaman dari Ayahnya.

"Jika kamu menolak, maka Ayah tidak akan menganggap kamu putri Ayah lagi."

Deg!

Begitu kejam pria yang dianggap cinta pertamanya itu, begitukah caranya meminta pertolongan pada putrinya sendiri batin Milea.

Milea menahan matanya yang terasa panas, ia menegakkan kepalanya menatap Ayahnya yang terlihat tidak ada guratan wajah memohon atau penyesalan.

Milea tersenyum getir, menyembunyikan luka hatinya atas ucapan Ayahnya sendiri.

"Baik Ayah, Milea bersedia."

Mendengar ucapan Milea seketika Ayah Roni tersenyum lega, senyum yang semakin membuat Milea sakit, karena Ayahnya rela menukar dirinya dengan harta.

Sementara Ibu Fera tersenyum penuh kemenangan, ahirnya impiannya yang ingin mendepak Milea ke luar rumah kini menjadi kenyataan, hatinya tertawa bahagia.

"Bersiaplah, sebentar lagi akan ada seseorang yang menjemputmu."

Milea bangkit dari duduknya lalu menuju kamar.

Di dalam kamar, Milea menatap wajahnya yang menyedihkan di depan cermin. Jiwa yang malang, jiwa yang tidak dicintai, jiwa yang tidak diharapkan. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini tumpah. Milea menangis pilu hingga beberapa saat Milea hanya terdiam.

Milea seketika menghapus air matanya dengan kasar saat mendengar suara Bibi.

"Nona Milea, di panggil, Tuan."

"Baik, Bi. Lea akan segera turun."

Setelah mendengar jawaban dari Nonanya, Bibi turun kembali ke dapur.

Sementara Milea segera bersiap dan setelah selesai ia ke luar kamar untuk menemui Ayahnya.

Saat Milea menapaki anak tangga, dari tempat ia berdiri sekarang, Milea bisa melihat Ayah dan Ibunya sedang menjilat bersikap ramah pada pria di hadapannya.

Benar-benar membuat Milea muak, mereka yang sudah menukarku dengan harta.

Sementara pria di hadapan Ayahnya tampak biasa saja seolah sudah biasa menghadapi orang seperti kedua orang tuanya.

"Lea?" ucapnya lembut saat melihat putrinya sudah berdiri di ruang tamu.

"Sekertaris Alan, ini Lea putri saya."

Pria bernama Alan hanya mengangguk.

"Baiklah, bila begitu kami langsung pergi."

Setelah berucap begitu, Milea mengikuti langkah Sekertaris Alan, ikut masuk ke dalam mobil dan pasrah mau dibawa kemana pun oleh pria yang baru di kenal itu.

Sepanjang perjalanan Milea hanya melamun, seraya bersandar di sandaran kursi, melihat pohon yang berjalan cepat seiring cepatnya laju mobil.

"Nona?"

Milea yang tadi sempat melamun langsung terperanjat kaget. "Iya."

"Jika nanti berbicara dengan Tuan saya, tolong cukup jawab iya, jangan bertanya yang lain."

Milea hanya mengangguk, melihat Sekertaris Alan yang kembali fokus mengemudi.

Memang apa yang bisa Milea lakukan selain bukan berkata iya, bukankah ia sudah di tukar dengan harta pria itu, hah! hanya mengingatnya saja sudah membuat hati Milea kembali sakit.

Mobil kini sudah sampai di sebuah restoran mewah, Milea berjalan mengikuti langkah Sekertaris Alan, berjalan menuju ruang VIP.

Milea duduk di ruangan tersebut, sementara Sekertaris Alan ternyata hanya mengantar, pria itu terus pergi lagi, sebenarnya ada yang ingin Milea tanyakan lagi, namun tidak jadi saat melihat ekspresi datar dan dingin wajah Sekertaris Alan.

Menunggu beberapa saat, ada yang masuk ke ruang VIP, Milea reflek berdiri melihat pria yang berjalan ke arahnya, pria tampan dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh centimeter, bibirnya ditekan rapat tanpa senyum, tatapannya dalam bagai sedalam lautan, kemudian langsung duduk di hadapan Milea.

Senyum sinis, Milea tangkap dari bibir pria itu yang bernama Leonardo Armada, Milea membaca tanda pengenal pria itu di jasnya.

Dari rumor yang beredar, pria itu memiliki banyak wanita, bahkan setiap malam berganti-ganti wanita, membayangkan saja Milea merinding, sedangkan saat ini dirinya terjebak menjadi pembantu pria itu.

"Tuan, nama saya Milea."

"Saya siap menjadi pembantu Anda, dan melayani Anda."

Mendengar ucapan Milea semakin membuat Leonardo tersenyum sinis. Sementara Milea rasanya ingin menampar mulutnya sendiri setelah berkata seperti itu, tidak rela jika harus melayani pria itu, tapi lagi-lagi kenyataan yang menampar dirinya bahwa harus melakukan.

"Kau hanya perlu melakukan apa pun yang saya suruh, sekertaris saya nanti akan memberikan lembaran kertas isi peraturan pekerjaan yang harus kamu patuhi."

"Baik, Tuan. Dan maaf apakah ada lagi?"

Ucapan Milea langsung membuat Leonardo berdecih, Milea terlihat sok baik-baik saja, padahal Leonardo tahu tangan gadis itu gemetar di bawah meja.

"Tidak ada."

"Bila tidak ada, boleh saya yang meminta."

Benar-benar gadis yang pemberani pikir Leonardo, Leonardo melihat di bawah meja, kaki Milea sudah bergetar, tapi bibirnya masih lantang berani meminta tanpa takut. Satu kata, menarik.

Hemm.

"Apakah saya masih diijinkan berjualan kue, di toko kue saya, Tuan."

"Terserah, itu tidak penting bagi saya. Kau hanya harus ada di rumah saat saya pulang kerja."

Milea tersenyum, hatinya merasa bahagia karena masih bisa melanjutkan berjualan kue.

Sekertaris Alan tampak berjalan masuk, lalu mendekati Leonardo dan membisikkan sesuatu di telinganya.

Seketika Leonardo pergi dari ruangan tersebut, namun sebelumnya sudah menyuruh Sekertaris Alan untuk memberikan Milea uang untuk pulang naik taksi.

Sesampainya di dalam mobil, Leonardo langsung tertawa kencang.

Hahahaha!

Sekertaris Alan yang mendengar jadi bergidik ngeri, entah sudah berapa lama Tuanya tidak tertawa lepas, sepertinya Tuannya cocok dengan wanita tadi gumam Sekertaris Alan dalam hati, meski ia kurang setuju dengan cara tuannya kali ini.

"Alan."

"Iya, Tuan."

"Siapa tadi namanya, hahaha. Aku saja tidak mengingat namanya siapa, ingat Alan, kau harus membantuku untuk mengerjai wanita itu, hahaha."

Tidak! Tuan Tidak! Anda sendiri saja, jangan bawa-bawa saya. Namun hanya mampu Sekertaris Alan ucapkan dalam hati.

Tawa yang tadi menggelegar seisi mobil, kini lenyap menjadi aura dingin dan tatapan menusuk, Leonardo kembali seperti awalnya keadaan setelah ditinggal pergi kekasihnya

...****************...

...Mohon dukungannya ya kak💖 beri bintang 🌟 lima dibagian penilaian. Juga like, vote, dan komen....

BAB 3. Kuat sampai kapan.

Tidak ingin membuat kesalahan, pagi ini sesuai jadwal, Milea sudah bangun dan sudah berdiri di depan kamar Leonardo. Namun tidak berani untuk masuk karena takut menganggu.

Ahirnya Milea memilih kembali ke bawah, membantu pelayan yang lain.

Di kamar utama, Leonardo bangun tidur, diam sebentar lalu menelpon seseorang.

Pak Ahmad memanggil Milea, gadis itu langsung mendekat.

"Tuan Muda sudah bangun, silahkan kamu temui lebih dahulu."

Milea mengangguk cepat lalu berjalan menuju kamar utama.

Milea mengetuk pintu, setelah mendapat perintah untuk masuk, Milea langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Milea mendekati ranjang yang dimana masih ada Leonardo di atas ranjang tersebut.

Milea menunduk seraya meremat ujung bajunya, Leonardo menghela nafas panjang lalu meneguk air minum di gelas, Milea langsung menerima gelas kosong dengan gelagapan saat Leonardo memberikan kepadanya tiba-tiba.

"Aku mau mandi."

Mandi tinggal mandi, apa hubungannya dengan aku pikir Milea.

Melihat Milea tidak peka, Leonardo kembali membuang nafas panjang. "Siapkan air aku mau mandi!"

Milea langsung terlonjak kaget mendengar suara bentakan Leonardo. Milea langsung berjalan cepat masuk ke dalam kamar mandi, mengisi air hangat di bathtub lalu sedikit mencampur dengan aroma terapi.

Setelah selesai Milea langsung ke luar, namun Milea lagi-lagi tercengang saat melihat Leonardo kembali bertelanjang dada, pria itu dengan wajah dingin langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Milea memegangi dadanya, dengan bergumam ada ya mahluk sempurna seperti Tuan Leonardo. Tubuhnya yang putih bersih seperti selalu perawatan lulur. Milea melirik tangannya yang masih kalah putih.

Milea kemudian melakukan pekerjaannya lagi, merapihkan tempat tidur lebih dulu, setelah itu ia menyiapkan baju kerja.

Di kertas lembaran peraturan kerja, tertulis harus memadukan kostum kerja. Milea bingung, di dalam almari semua jas bewarna hitam, ahirnya Milea mengambil satu set jas, kemudian mengambil kemeja warna krim.

Milea sudah siapkan semua sampai dasi dan kaos kaki.

Milea mau ke luar kamar, karena tidak ingin melihat Leonardo berganti pakaian, namun baru saja ke luar pintu, sudah mendengar namanya di panggil.

"Mile ..." Leonardo berteriak seraya melempar kemeja krim kesembarang arah.

Melihat hal itu Milea tercengang.

Merasa Milea sudah di dekatnya, Leonardo menatap Milea. "Ganti kemejanya aku tidak suka warna itu!"

Tanpa banyk kata, Milea langsung mengambil gantinya, memberi warna biru salah, warna merah salah, warna coklat juga salah. Milea sampai pusing harus gimana bila semua salah, tadi juga warna putih salah, lalu apa yang benar! batin Milea berteriak.

Sementara Leonardo dengan wajah acuh, hatinya tertawa puas sudah mengerjai Milea pagi-pagi.

Yang membuat Milea tidak nyaman, bukan hanya sikap Leonardo yang susah dimengerti, tetapi saat ini pria itu masih telanjang dada, dan hanya memakai handuk kecil yang melilit di pinggangnya.

Milea yang masih sibuk mencoba memilihkan kemeja untuk Leonardo, tiba-tiba tangan pria itu mengambil kemeja sendiri.

Yang langsung membuat Milea kesal, bila bisa mengambil sendiri mengapa tidak dari tadi pikir Milea, ingin marah tapi tidak bisa.

Semua anggota keluarga sarapan.

Leonardo sudah berpakaian rapi ikut sarapan, Milea berdiri tidak jauh dari ruang makan, Milea pikir keluarga ini sangat aneh karena tidak ada keharmonisan, padahal sama saja dengan keluarganya sendiri, Milea tersenyum miris.

Milea baru bisa bernafas lega, setelah Leonardo berangkat kerja.

Milea bisa mengobrol dengan pelayan lainnya sambil bekerja, semua baik terhadap Milea, Pak Ahmad yang selalu mengingatkan Milea untuk makan, Milea yang masih baru merasa malu.

Seharian ini Milea gunakan untuk berkenalan dengan yang lain, meski tidak semua Milea ingat karena begitu banyak yang bekerja di sini.

Milea seperti menemukan keluarga baru.

Tiba malam hari.

Milea sudah menunggu Leonardo pulang, hingga saat ini sudah pukul sembilan malam, tapi pria itu juga belum pulang juga, lelah menunggu akhirnya Milea ketiduran di sofa tunggu khusus untuk para pelayan.

Tepat pukul sepuluh malam, Leonardo sampai rumah, berdiri mematung saat yang menyambut kedatangannya hanya Pak Ahmad kepala pelayan, matanya masih menunggu seseorang namun ternyata yang di tunggu tidak datang.

Wajahnya langsung terlihat marah, saat mendapati Milea pasti lupa. Leonardo langsung melangkah cepat masuk ke dalam. Ternyata Milea tidur di kursi tunggu.

Leonardo membuang nafas kasar melihat Milea yang tidur, Pak Ahmad mau membangunkan, tapi dicegah oleh Leonardo.

Leonardo membiarkan Milea tetap tidur, ahirnya malam ini yang melayani dirinya untuk menyiapkan air buat mandi adalah Pak Ahmad.

Saat Pak Ahmad turun ke lantai satu, setelah dari kamar Leonardo, melihat Milea yang menguap sembari duduk di kursi yang tadi tempat ia tidur.

Pak Ahmad mau lewat saja tanpa mau menyapa Milea, karena ada kerjaan yang harus Pak Ahmad selesaikan.

Namun Milea yang sudah kembali kesadarannya seketika memanggil Pak Ahmad dengan suara gagap.

"Pa-pak Ahmad!" teriak Milea, Pak Ahmad menoleh, namun tetap diam.

"A-apakah Tuan Leonardo su-sudah pulang?" tanya nya lagi dan jelas dari suaranya Milea sangat ketakutan.

"Sudah, tadi saya yang menyiapkan air hangat untuk Tuan Muda mandi."

What! Milea terkejut, sampai tidak terasa berteriak, Pak Ahmad melanjutkan langkahnya menuju dapur.

Sementara Milea saat ini benar-benar dilanda ketakutan, apa lagi mengingat wajah dingin Leonardo, Milea bergidik ngeri.

Milea kau benar-benar ceroboh, bagaiman kalo Tuan Leonardo menghukum mu! Kau bisa apa, dan bagaimana bila Tuan Leonardo mengadu pada ayah, bisa-bisa yang memarahi mu Ayah juga! Aaaaa Milea menjerit dalam hati.

Milea meremat-remat jemarinya, kakinya terasa berat, tapi ia harus menemui Leonardo untuk minta maaf, dengan langkah beratnya ahirnya Milea menaiki tangga menuju lantai tiga tempat para kamar penghuni rumah ini.

Milea terus berdoa dalam hati berharap Leonardo tidak marah atau mau memaafkan keteledorannya yang karena ketiduran.

Jantung Milea makin berdegup kencang karena takut, tangannya sudah terangkat siap mau mengetuk pintu, namun tidak jadi lagi, Milea kembali membaca doa, dan setelah benar-benar siap Milea memejamkan mata sembari mau mengetuk pintu.

Namun bersamaan itu, pintu dibuka oleh Leonardo dan alhasil tangan Milea yang tadi siap mau mengetuk pintu, Leonardo tahan.

Deg! Milea yang memejamkan matanya seketika terbelalak saat merasakan tangannya ditahan hingga tidak jadi mengetuk pintu.

Ya Allah mengapa seram sekali matanya, batin Milea yang melihat mata tajam Leonardo.

Dengan masih menhan tangan Milea, Leonardo mendorong Milea hingga Milea mudur sampai membentur dinding.

Leonardo melepaskan tangan Milea, dan beralih mentonyor kening Milea. "Tidak pecus kerja, apa kamu mau perusahaan ayah kamu kembali aku buat hancur, hem."

Milea langsung menggelengkan kepalanya. "Jangan Tuan, mohon maafkan saya." Milea mengatupkan kedua tangannya di depan dada dengan mata sudah menangis.

Dan dalam hati Leonardo puas sudah membuat Milea ketakutan dengan ancamannya.

Leonardo tidak menjawab kata maaf Milea, dengan seringai tipis pria itu langsung pergi menuju ruang kerjanya.

Dan setelah kepergian Leonardo, Milea baru bisa bernafas lega sembari menyeka air matanya, dan kemudian turun ke bawah menuju kamarnya untuk beristirahat.

Ya Allah semoga aku bisa kuat, kuat sampai kapan tapi, batin Milea sembari terus berjalan.

BAB 4. Hanya dikerjai.

Pukul lima subuh di rumah utama semua pelayan sudah bangun dan mulai mengerjakan tugas masing-masing.

Milea yang juga sudah bangun, saat ini tengah berjalan dengan tergesa-gesa di belakang Pak Ahmad yang menuju kamar Leonardo.

Hati Milea bergemuruh dipanggil Leonardo sepagi ini, dan tidak lama kemudian pintu kamar Leonardo terbuka, menampakkan sosok pria yang baru bangun tidur dengan rambut acak-acakan tapi tidak mengurangi nilai ketampanannya.

"Tunjukan dia ruang perpustakaan, dan kasih tahu apa yang harus dia kerjakan." Selesai bicara Leonardo kembali menutup pintu kamarnya.

Milea langsung mengelus dada sembari berpikir ada ya orang seperti itu.

Pak Ahmad langsung mengajak Milea menuju ruang perpustakaan, ternyata ruangan itu berada di lantai satu, Milea dan Pak Ahmad kembali turun ke bawah, ruang perpustakaan yang bersebelahan dengan ruang makan.

Pintu terbuka, seketika Milea bisa melihat banyaknya buku-buku di ruangan ini, Milea melangkah masuk, dari pengamatannya semua buku-buku itu sudah tersusun rapi, tapi mengapa dirinya diminta kemari pikir Milea yang belum mengerti.

Sampai ahirnya Pak Ahmad bersuara dan menjelaskan.

"Lea, Tuan Muda ingin kamu mengeluarkan buku-buku ini semua lalu kamu susun kembali, dengan warna yang kamu samakan."

Ha! Gila apa! batin Milea saat matanya seketika melihat banyaknya buku-buku di ruang perpustakaan ini, mending dihukum suruh buat kue dari pada suruh menyusun buku-buku di perpustakaan pikir Milea.

Hah! Memang kamu bisa melakukan apa Lea selain mengikuti perintah bosmu yang aneh itu, ngedumel dalam hati seraya mulai menyusun buku.

Sementara Pak Ahmad keluar dari ruangan tersebut karena melakukan pekerjaan lain.

Waktu terus berputar dari satu menit, lima belas menit, tiga puluh menit, sampai satu jam. Milea sudah hampir selesai menyusun bukunya sesuai warna, karena tadi masih tersusun dengan warna acak. Tiga puluh menit kemudian Milea sudah menyelesaikan semuanya.

Saat ini dilihat lebih rapi dan nyaman, saat Milea masih asyik memandangi hasil kerjanya, pintu ruang perpustakaan kembali di buka.

Ternyata yang masuk adalah Leonardo dan di belakang pria itu ada Pak Ahmad.

"Tuan," sapa Milea seraya menundukkan kepala.

Leonardo berjalan mendekati rak buku seraya melihat hasil penyusunan buku yang dilakukan Milea.

Leonardo belum memberi komentar, masih asik diam, namun tiba-tiba yang keluar adalah suara decihan, Milea langsung menundukkan kepalanya lagi.

Apa dia tidak suka dengan hasil penyusunan yang sesuai warna buku, bukankah tadi dia yang minta sendiri, bagaimana sih kenapa dia merepotkan seperti itu, batin Milea.

"Penyusunan sangat jelek membuat mata aku sakit! kembalikan penyusunan buku seperti semua!" bicara tegas sembari melenggang pergi dari ruangan tersebut yang disusul oleh Pak Ahmad.

Kamu! Kamu! Kamu! Suara Milea yang tertahan dalam hati sembari tangannya memukul ke udara, merasa sangat kesal sudah dikerjai Leonardo.

Apa kalian pikir aku tidak lelah hah! Apa kalian pikir aku tidak menggunakan konsentrasi saat menyusun buku sesuai warna, dan seenaknya kalian mengatakan tidak suka lalu memintaku untuk mengembalikan ke penyusunan seperti semula, ngedumel dalam hati seraya mengobrak-abrik buku di dalam rak.

Penyusunan yang sekarang tidak memakan waktu yang lama, karena penyusunan acak jadi Milea tinggal menyusunnya saja, namun tetap saja hal itu juga melelahkan, tepat pukul tujuh pagi Milea sudah beres dengan pekerjaannya di dalam ruang perpustakaan.

Kali ini yang masuk ke ruang perpustakaan hanya Pak Ahmad, pria tua itu mengatakan sudah ok perkejaan Milea.

Ok ok Anda enak hanya bilang ok, karena tidak tahu yang saya rasakan! batin kesal Milea.

Pak Ahmad lalu mengajak Milea menuju halaman rumah, di sana Pak Ahmad menunjukan mobil Leonardo yang biasa pria itu bawa, dan menunjukan ember berisikan air.

"Silahkan kamu bersihkan mobil Tuan Muda, karena sebentar lagi Tuan Muda akan berangkat kerja."

Gue gak ada pengalaman mencuci mobil, kalo sampai lecet gue tidak mau tanggung jawab! protes Milea namun hanya berani dalam hati.

Milea mulai melakukan mencuci mobil, hanya melakukan sekira-kiranya saja, pertama Milea membasahi mobil terlebih dahulu dan setelah itu baru mencuci menggunakan spon cuci dicampur busa.

Apa pun perintah Leonardo tidak bisa Milea tolak, karena saat ini memang pekerjaannya seperti ini, dirinya sudah seperti milik Leonardo yang akan selalu menurut apa pun perintah pria itu.

Milea hanya berharap selalu diberi kesehatan supaya dalam bekerja lancar dan kontrak kerja segera selesai, bisa hidup normal lagi seperti dulu.

Setelah rata menggosok mobil dengan spon cuci, Milea menyiram lagi menggunakan air untuk menghilangkan busa-busa di mobil.

Setelah yang luar sudah bersih, di dalam mobil juga sudah bersih, Milea menghidupkan mesin mobil untuk memanaskan mesin mobil karena habis di cuci.

Milea tentu tahu cara menghidupkan mesin mobil, karena di rumah yang dulu Milea punya mobil walau tidak bagus.

Namun sekarang sudah tidak ada karena mobilnya sudah di jual ayahnya saat terlilit hutang.

Alhamdulillah selesai ucap Milea dalam hati, setelah sekarang mobil sudah siap untuk dipakai.

Dari tempat Milea berdiri saat ini ia bisa melihat ada mobil yang baru datang dari gerbang utama, dan saat mobil berhenti, ternyata yang keluar adalah Sekertaris Alan.

Dan bersamaan itu Leonardo keluar rumah yang ditemani Pak Ahmad yang saat ini berjalan di belakang pria itu.

Namun yang membuat Milea bingung, melihat Leonardo menuju mobil yang dibawa Sekertaris Alan, bukan mobil yang barusan dirinya cuci.

Sekertaris Alan membukakan pintu mobil untuk Leonardo, setelah memastikan Tuannya masuk sempurna, Sekertaris Alan menutup pintu mobil tersebut. Kemudian di susul dirinya yang masuk ke dalam mobil, Sekertaris Alan mulai melajukan mobilnya pergi meninggalkan rumah utama.

Milea yang tadi masih memegang spon cuci langsung membuang spon cuci tersebut dengan kesal, bagaiman tidak kesal lagi-lagi Milea dikerjai oleh Leonardo, sudah tadi mencucinya dengan buru-buru karena mobil mau dibawa kerja tapi nyatanya apa! malah berangkat kantor menggunakan mobil yang lain.

Pak Ahmad yang tadi mengatakan pada Milea ikut main pergi tanpa memberikan kejelasan, membuat Milea makin kesal.

Dengan langkah yang di hentak-hentakkan ke lantai, Milea berjalan menuju kamarnya, sampai di dalam kamar Milea langsung mandi, setelah ini rencananya akan mengunjungi toko roti miliknya.

Di luar jam tidak bersama Leonardo, Milea miliki waktu untuk melakukan pekerjaan lain karena pria itu sudah mengijinkan.

Setelah selesai mandi, dan berpakaian rapi, Milea keluar dari rumah utama, di luar gerbang Milea sudah ditunggu ojek online.

Tanpa menunggu lama Milea langsung menuju tempat toko roti yang diantar oleh ojek online.

Bibir Milea terus mengukir senyum karena hanya di luar rumah utama, Milea seolah bisa menghirup oksigen dengan bebas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!