Kenalin aku Gavriel seorang mafia yang tiba tiba jatuh cinta karena pandangan pertama dengan seorang wanita yang bernama Claudia Moran, aku tidak tau apa identitasnya hingga akhirnya aku tahu bahwa dia adalah musuh terbesar ayahku, ini lah kisah mafia yang saling jatuh cinta.
Menembak musuh, "tak...tak ..tak." Bunyi tembakan.
"Tembak disana, musuh bersembunyi dibalik mobil itu." Ucap Gavriel fokus menembak musuh.
"Baik bos," jawab anak buahnya.
Saat gangster juga fokus menembaki mereka. Gavriel pun kabur dengan anak buah lainnya.
"Mari kita pergi, mereka terlalu banyak." Ucap Gavriel Langsung masuk ke mobilnya.
"Baik pak bos," ikut masuk.
Musuhnya menyadarinya kalau Gavriel kabur, "dia kabur, cepat kejar." Ucap bos gangster.
"Baik bos," langsung mengejar mobil Gavriel.
Saat sedang kabur dari kejaran gangster. Ternyata ada seorang wanita yang sedang menyebrang dan Gavriel menyenggolnya, mobilnya pun reflek berhenti.
"Shittt," bunyi rem mobil.
"Aishh, siapa lagi yang ku senggol, padahal aku buru buru." Turun Gavriel dari mobilnya.
"Aduhh," ujar Claudia kesakitan.
Saat Marvin sudah turun dari mobil. Ia melihat Claudia dan terpesona dengan kibasan angin yang mengenai rambut Claudia.
"Astaga, kenapa ada wanita secantik itu. Aku belum pernah melihat gadis secantik dia, karena aku sibuk mengerjakan tugas ku." Ucap batin Gavriel.
"Menghampiri Claudia," apa kau tidak apa apa?." Tanyanya.
Melihat wajah Gavriel, "aku tidak apa apa, hanya terkilir sedikit saja." Tersenyum.
"Ternyata pria ini yang ku cari cari," ucap batin Claudia.
"Mari saya bantu berdirikan, disana ada kursi," membantu mendirikan Claudia.
Gavriel pun membantunya menuju kursi
dan mereka berdua duduk bersama, "terima kasih banyak. Kalau boleh tau nama kamu siapa?." Tanya Claudia.
"Nama ku Gavriel leo, panggil saja Gavriel ataupun leo juga tidak apa apa. Kalau nama mu siapa?." Tanya Gavriel juga.
"Nama saya Claudia molan," tersenyum.
"Pak bos, sudah tidak ada waktu lagi, musuh sudah semakin dekat." Ujar anak buahnya.
"Baiklah, sebentar," jawab Gavriel.
"Aku ada sedikit urusan. Maaf sudah membuat mu begini. Aku pergi dulu, tidak apa apa kan." Tanya Gavriel
"Tidak apa apa, lagian aku hanya terkilir sedikit saja, kau pergilah." Jawabnya sambil tersenyum.
"Baiklah, terima kasih banyak. Lain kali kita akan bertemu lagi." Melambaikan tangan langsung meninggalkan Claudia.
Claudia pun melihat mobil Gavriel dan mobil lainnya sedang mengejar Gavriel.
"Akhirnya aku bisa kabur juga dari kejaran gangster itu, fyuhh." Ujar Gavriel.
"Pak, bagaimana selanjutnya?" tanya anak buahnya.
"Sudahlah, lebih baik kita pulang dulu, untuk membahasnya, yang terpenting kita sudah bebas dari gangster itu." Jawab Gavriel.
"Baik pak bos."
Sesampai rumah, "kalian ke markas lah, aku mau mandi dulu." Perintah Gavriel.
"Baik bos," langsung pergi meninggalkan Gavriel.
Di markas, "aishh, aku harus mandi berapa kali sih sehari. Baru juga mandi, sudah harus mandi lagi. Nasib jadi anak dari seorang mafia. Hidupku tak pernah tenang. Demi perintah ayahku, aku harus menerimanya, sudahlah." Ucap batin Gavriel meletakkan pistolnya di kantung celana ya.
"Aku harus kembali. Sejak tadi, entah kenapa aku masih terbayang wajah wanita tadi. Claudia, nama yang bagus dan setara dengan wajah indah ya itu," tiba tiba tersenyum.
"Pak, pak," panggil anak buahnya, yang dari tadi memanggil Gavriel dan tak ada respon.
"Pak!," menepuk pundak Gavriel.
"Eh, ada apa, kau mengejutkanku saja?" tanya Gavriel.
"Pak bos tidak mendengarkan kami, yang dari tadi memanggil bapak, apa yang bapak pikirkan?."
"Tidak ada. Aku mau pulang dulu, kalian urus yang lainnya." Memerintah.
"Baiklah pak, serahkan saja pada kami." Menunduk.
Gavriel pun meninggalkan mereka. Dan sesampai rumah," aku harus mandi, karena bau banget lagi badan ini gara gara diselimuti darah menjijikkan ini." Masuk ke kamar mandi.
Keesokan harinya, "huamm." Ujar Gavriel menguap, bangun tidur.
"Sudah jam berapa ini ya," melihat ponselnya.
"Oh, masih jam 09.00, aku tidur lagi deh," tidur kembali.
Saat dia ingin tidur kembali, ayahnya masuk kedalam dan menyiramnya dengan air.
Terkejut, "yaolo, ayahhh!.
"Kenapa menyiram ku. Aku reflek kaget?." Mengelap wajahnya.
"Kau masih saja tidak sadar dengan kesalahan mu. Bangun, masih ada pekerjaan yang harus kau siapkan hari ini, ikut aku." Jawab ayahnya keluar dari kamar Gavriel.
"Baiklah, baiklah, ayah ku tersayang."
Di ruangan pribadi ayahnya. "Apa yang ingin ayah katakan padaku, cepatlah, aku ingin mandi tau." Tanya Gavriel melipat tangannya.
"Dasar anak durhaka, kau hampir membuat ku mati, dengan keras kepala mu itu. Aku hanya ingin mengatakan, baru saja aku mendapatkan laporan dari anak buah mu, terjadi penculikan gadis dan pelaku ya kabur menuju hutan, pelaku ini sudah menculik gadis sebanyak 17 orang masing masing mati ditempat, dan tempat terbunuhnya tidak diketahui." Jawab ayahnya serius.
"Wahhh, penculik yang hebat, bisa menculik gadis sebanyak itu, tapi kehebatannya tidak bisa mengalahkan ku, serahkan saja padaku ayah, aman pokok e." Ucap Gavriel menyombongkan dirinya.
"Sudahlah, mandi kau sana. Aku hampir muntah mencium bau badan mu." Mengejek.
"Ayah!, sudahlah aku mau mandi dulu dan akan segera ke sana." Langsung meninggalkan ruang ayahnya.
"Anak itu sudah besar, sudah seharusnya aku memberikan semua warisanku kepadanya." Ucap batin ayahnya tersenyum.
Di kamar mandi, "fyuhh, aku tidak pernah sekalipun berlibur, begini rasanya jadi mafia, ada untungnya juga wajah tampan ku ini bisa digunakan, hahahah." Tertawa tipis.
"Omong omong, gadis kemarin. Aku lupa meminta nomornya. Padahal itu kesempatanku untuk mendekati gadis. Sudah lama sejak aku menjadi mafia. Aku tidak pernah bertemu gadis, dan baru kali ini aku berjumpa dengan gadis, jadi perasaan ku berdetak kencang." Ucap batin Gavriel.
Tiba tiba ada yang memukul pintu kamar mandinya dan ternyata adalah adik Gavriel yang bernama Petir.
"Aishhh, siapa lagi yang memukul pintu. Hey siapa di sana!."
"Abang cepatlah, aku mau mandi juga tau, dari tadi sudah disana sedang melakukan apa,apa sedang merenungi nasib burukmu itu." Jawab Petir teriak.
"Dasar adik yang cerewet. Bentarlah, aku sudah mau siap." Teriak Gavriel langsung menutupi tubuhnya dengan handuk.
Keluar dari kamar mandi, "kau selalu saja menganggu ku. Apa kau juga suka menganggu gadis di sekolah mu." Mengejek Petir.
"Wleee," langsung masuk ke kamar mandi.
"Dasar anak itu. Selalu membuatku naik darah Sabarlah Gavriel, hanya anak kecil saja."
"Aku harus cepat keluar, masih ada urusan yang harus segera ku selesaikan, ini menyangkut nyawa orang lain." Bergegas keluar, dengan memakai jas favoritnya.
Di luar rumah, "hei anak buah." Memanggil anak buahnya.
Langsung menghampiri Gavriel, "iya pak, ada apa pak?." Tanyanya.
"Mari temani saya, ada hal yang harus kita selesaikan soal penculikan gadis yang kau laporkan kepada ayahku." Langsung masuk ke mobil.
"Baik pak," masuk juga dan mengendarai mobil tersebut.
Di perjalanan menuju markas, "pak, apa yang akan kita lakukan kepada pelaku tersebut, bukankah dia sulit ditemukan, bahkan polisi sampai menyerah dan memberhentikan pencarian ini?." Tanyanya.
"Kau meremehkan ku ya. Kau pikir selama ini aku menghabisi orang dengan bantuan siapa, kalau bukan bantuan diriku sendiri, hanya seperti itu, aku bisa langsung menghabisinya di tempat." Jawab Gavriel menyombongkan dirinya.
"Kami tau kok, pak bos selalu hebat dan tak pernah terkalahkan, hanya terkalahkan dengan gadis saja."
"Kau!."
"Eh, ga pak, hanya bercanda." Mengelus lehernya.
Sesampai markas. Merekapun langsung masuk ke dalam, dan di dalam markas." Ini adalah strategi yang harus kita lakukan jika penculik itu akan melakukan rencananya lagi, disini adalah tempat dimana penculik itu sering menculik gadis gadis yang sedang pulang sekolah yaitu di tempat penjualan lukisan, kita akan menyelidikinya di situ." Menunjukkan kertas rencananya.
"Baik pak," menurut.
"Dan dia akan melakukan aksi ya pada siang ini, jadi kau hanya perlu bersembunyi dan aku akan berpura pura menjadi pembeli disitu, jika ada tanda tanda yang mencurigakan, aku akan mengkode kalian, mengerti." Tegasnya.
"Mengerti pak."
"Baiklah, mari ke tempat lukisan sekarang!."
"Mari," sorak anak buah.
Sesampai pameran lukisan."kalian bersembunyi lah seperti yang sudah ku rencanakan, tunggu aba aba ku baru kalian boleh keluar.
"Baik pak, kami pergi dulu."ujar anak buah langsung meninggalkan Gavriel.
"Huh...sudah lama aku tidak menikmati udara segar begini, aku lihat lihat lukisan dulu deh. Sebelum memulai rencana ku."berjalan jalan melihat lukisan.
Saat sedang melihat lihat lukisan.Dia terpanah dengan wanita yang sedang melihat lukisan dengan tongkat yang dipegang ya.
"Sepertinya aku pernah melihatnya disuatu tempat, siapa ya."menghampirinya.
Dan ternyata wanita itu ialah Claudia yang menggunakan tongkat akibat kakinya terkilir dan itu dikarenakan perbuatan Gavriel.
"Eh, kau Claudia."panggil Gavriel.
Spontan melihat kearah Gavriel."eh, kau bukannya Gavriel ya?.
Mengelus lehernya."heheheh, iya, bagaimana dengan kaki mu, apa sudah mendingan?.
"Sudah, berkat diobati oleh dokter, kaki ku tidak apa apa.Omong omong kau juga suka ke pameran lukisan ya."
"Heheheh, hanya berjalan saja, sambil melihat lihat, ternyata lukisan disini tidak buruk juga."tertawa tipis.
"Apa kau mau berjalan jalan sebentar dengan ku?."
"Baiklah, aku juga sudah merasa bosan disini."
Merekapun berjalan berdua sambil berbincang bincang.
"Oh ya Claudia, apa kau punya nomor yang bisa dihubungi, aku ingin memintanya, barangkali kita akan bertemu lagi."mengelus lehernya.
"Tentu saja ada, nih."memberikan no hpnya.
"Setelah memberikan no hp Claudia."terima kasih banyak, lain kali kita akan pergi bersama lagi, abis ini kau mau kemana?.
"Tidak ada, aku hanya ingin menikmati udara segar saja, sekalian tadi mampir melihat lihat pameran lukisan disini, lumayan bagus, aku suka model desainnya."tersenyum.
"Apa kau juga suka lukisan disini Gavriel?."
"Tentu saja aku suka, karena ayahku dulu seorang pelukis, jadi dirumah banyak lukisan yang dibuat, lain kali aku akan mengajakmu ke rumahku."
"Oh ya.Omong omong siapa yang mengejar mu kemarin?."tanya Claudia.
"Apa kau sering ke pameran lukisan ini."ujar Gavriel mengalihkan pembicaraan."
"Sebenarnya aku lebih suka berenang."ucap Claudia juga mengalihkan pembicaraan.
"Hahahahah, kau lucu."tertawa tipis.
"Kau saja bisa mengalihkan pembicaraan, masa aku tidak bisa.Bicaralah yang benar."
"Ya, ya, kemarin itu adalah gangster."
"Apa!!!."terkejut.
"Kau kenal pak Calix Gavriel?."
"Kenal, mafia kejam dikota ini kan."jawab Claudia.
"Iya dan aku anaknya."
"Apa!!!!."tambah terkejut Claudia.
"Apa kau akan marah atas perbuatan ku tadi, yang sudah menyinggung mu, maafkan aku."merasa bersalah.
"Tidak apa apa, dan yang kau bilang kejam, itu tidak terlalu benar, keluarga kami hanya melakukan yang sebaiknya saja."menjelaskan.
"Ooo, nama mu memang sangat mirip dengan nama ayah mu."
"Tapi wajah ku lebih tampan darinya, benar kan."ucap Gavriel menunjukkan pesonanya.
"Hahahahah,kau ada ada saja gavriel."tertawa.
"Ikut tertawa juga."hahahah, kau tertawa.Aku juga jadinya ikut tertawa deh.
"Oh ya aku ga bisa lama lama disini, soalnya masih ada urusan yang harus aku selesaikan, apa aku boleh pergi duluan?."
"Pergilah, apa kau butuh tumpangan."tanya Gavriel juga.
"Tidak usah, supir ku sudah menunggu disana, bay bay.Lain kali kita akan bertemu lagi."meninggalkan Gavriel sambil melambaikan tangannya.
"Bay juga Claudia."ikut melambaikan tangannya.
"Setelah Claudia pergi."begini rupanya jatuh cinta, bisa membuat jantung berdetak begitu kencang, aihh.Dasar Gavriel."ucap batin Gavriel.
Disisi lain.Dimobil Claudia menghubungi seseorang.
"Halo, aku sudah menemukannya."ucap Claudia ditelepon.
"Baiklah, kau hanya perlu mendekatinya, rencana kedua akan diluncurkan."ucap seseorang ditelepon.
"Baiklah."
Disisi lain ditempat Gavriel."oh ya, aku hampir melupakan soal pelaku penculik itu, aku harus bergegas kembali ke pameran lukisan tadi, dia pasti sedang berada disana juga."berlari kembali ke pameran lukisan tersebut.
Setelah berlari.Gavriel bersembunyi dibalik pohon besar, saat sudah menunggu lama.Akhirnya penculik itu muncul menggunakan pakaian serba hitam dan kacamata hitamnya, Gavriel pun fokus ke pelaku tersebut.
Saat penculik itu mulai beraksi, penculik tersebut menculik seorang gadis kecil dan langsung berlari menuju hutan.Gavriel pun keluar dari persembunyiannya dan langsung mengejar penculik tersebut dengan kencang.
"Huh, huh, huh."ucap Gavriel tergesa gesa.
Saat penculik tersebut belok kanan, Gavriel langsung memberikan aba aba untuk menyuruh anak buahnya keluar, dengan cepat anak buahnya keluar dan langsung menembak penculik tersebut dari belakang.
"Dor...dor....dor."bunyi tembakan keras yang berhasil mengenai tubuh penculik tersebut.
"Menghampiri penculik tersebut."huh, tenyata penculik ini langsung mati ditangan kita, kerja bagus.
"Apa kau tidak apa apa gadis kecil?."tanya lembut Gavriel kepada anak tersebut.
"Tid... tidak... apa apa paman, apa paman orang baik?."tanya ketakutan gadis tersebut.
"Mengelus rambut gadis tersebut."paman bukan orang jahat, paman disini mau membantu mu, yuk ikut paman, nanti paman antarkan kamu pulang ya, jangan takut, sini paman gendong."ujar lembut Gavriel menggendong gadis kecil tersebut.
"Bos, mau kita apakan penculik ini?."
"Bawa dia markas kita dulu."jawab Gavriel sambil menggendong gadis kecil yang ketakutan itu.
"Baik bos."mengangkat penculik tersebut.
"Aku mau mengantarkan gadis ini dulu, kalian bawalah penculik ini, aku tidak akan lama."pergi meninggalkan anak buahnya.
"Siap bos."hormat anak buah tersebut.
"Menuju rumah gadis kecil tersebut."gadis cantik, dimana rumah kamu?.
"Paman lurus saja, nanti dapat persimpangan belok kiri, disitu rumah ku."
"Baik gadis yang cantik."tersenyum untuk menenangkan hati anak tersebut.
Menatap gavriel."oh ya paman, nama paman siapa kalau boleh tau?.
"Nama paman, Gavriel leo, kalau kamu namanya siapa."tanya Gavriel juga.
"Nama aku Bella."tersenyum."
"Omong omong, paman kenapa mau membantuku.Padahal aku ini kan orang asing?."
"Paman hanya menjalankan tugas paman saja, jadi kau tidak usah khawatir, paman ini bukan orang jahat, ingat."
"Baik paman tampan."tersenyum kembali.
"Nah gitu dong, jangan murung terus, harus tersenyum agar terlihat cantik."tersenyum juga.
Sesampai rumah Bella.Gavriel ikut mengantarkan gadis tersebut ke depan pintu rumahnya.
"Kenapa paman masih disini?."
"Paman harus menemani mu hingga masuk ke dalam rumah, agar kau selamat ya gadis kecil."
Memencet tombol rumah."Ting..tong...Ting...Tong","bunyi bel rumah.
"Siapa yang menekan bel ya."ujar Claudia.
Membuka pintu rumah, dan betapa terkejutnya Gavriel menyadari kalau itu adalah Claudia begitu pula sebaliknya
"Eh, kau Gavriel dan bella kenapa kau bersama Gavriel?."
"Apa yang terjadi?."
Langsung memeluk claudia."kakak...., aku takut, aku hampir saja diculik seseorang, untung paman Gavriel yang menyelamatkan ku."menangis.
Memeluk Bella."kenapa kau bisa bertemu dengan Bella Gavriel?.
"Tadi saat aku kembali ke pameran lukisan, aku melihat ada gadis kecil ini yang sendirian dipameran lukisan, pada saat aku mengikutinya rupanya dia langsung diculik oleh seseorang dan aku langsung mengejarnya.Untunglah penculik ya tidak berlari terlalu jauh, jadi aku bisa mengejarnya."memegang lehernya.
"Terima kasih banyak Gavriel, Bella kau masuk dulu sana.Ada yang mau kakak katakan dengan paman Gavriel."menurunkan Bella.
"Baik kakak, aku masuk dulu dan paman Gavriel terima kasih banyak paman tampan."langsung masuk kedalam.
"Terima kasih banyak Gavriel atas pertolongan mu.Aku kira tadi Bella belum pulang dari sekolahnya, jadi aku kembali, maaf merepotkan mu."
"Tidak apa apa, omong omong apa Bella adik kandung mu?."
"Iya, dia adik kandungku, kami memang tidak mirip, banyak orang yang bilang kami tidak kakak beradik, tapi walau dia adik kandung atau tidak dia adalah adik yang paling aku sayang."tersenyum.
"Omong omong soal adik, aku jadi teringat adik lelaki ku."
"Kau juga mempunyai adik ya?."
"Tentu saja, dia sangat keras kepala,aku hidup hanya dengan tiga orang yaitu ayahku, aku dan adikku."
"Kemana ibu mu?."
"Ibu ku sudah meninggal, akibatnya membantu ayahku yang mau tertembak oleh pembunuh,lagian aku bisa hidup mandiri juga didunia ini, tapi aku tidak akan melupakan ibu ku.Lagian dia adalah wanita yang sudah susah payah melahirkan ku, hehehehe, jadinya curhat nih."ucap Gavriel malu.
"Tidak apa apa, kau berhak curhat.Nasib mu hampir sama dengan ku, kami juga hidup tanpa seorang ibu, ibu ku juga meninggalkan kami saat aku berumur 5 tahun, jadi sekarang aku hanya tinggal dengan ayah dan adikku, nasib ku hampir sama dengan mu, ibu ku juga meninggal tertembak akibat menyelamatkan ayahku.Aku sudah cukup bahagia di keadaan tidak ada seorang ibu, jadi aku merasa sudah terbiasa saja."tersenyum.
"Wahh, wanita seperti mu begitu kuat dikehidupan sekejam ini.Omong omong apa besok kau punya waktu?."
"Ada, kenapa Gavriel."tanya Claudia.
"Aku ingin mengajakmu ke restoran besok, sebagai tanda maaf juga karena sudah membuat kaki mu terkilir."
"Baiklah, dan terima kasih banyak sekali lagi karena sudah menyelamatkan adikku, ini sudah malam, pulanglah."
"Aku permisi dulu, dan sampaikan salam ku kepada Bella."langsung pergi meninggalkan Claudia.
"Setelah Gavriel pergi."rencana kedua berhasil."ujar batin Claudia.
"Sesampai markas."rencana selanjutnya kita hubungi polisi, karena polisi sudah mengincar penculik ini beberapa kali.Penculik ini sudah kabur dari penjara dan sudah memakan banyak korban, jadi polisi memberitahukan bagi siapa yang menemukannya harus segera dibunuh, kita melakukan yang terbaik.Aku akan menelepon polisi dulu, jaga dia."ucap Gavriel menghubungi pihak polisi.
"Baik bos."menjaga dengan baik penculik yang sudah mati tersebut.
"Halo ini pihak polisi?."tanya Gavriel di telepon.
"Benar kami dari pihak kepolisian, ada yang bisa kami bantu?."
"Saya telah membunuh penculik yang kalian cari, apa kalian akan memberikan kami imbalan?."
"Apa!!, kalian sudah menemukan penculik tersebut dengan semudah itu, tidak mungkin."ujar polisi tersebut terkejut.
"Kalau anda tidak percaya, anda bisa datang ke hutan terpencil di kota ini besok.Saya akan menunjukkannya kepada kalian."ujar Gavriel ditelepon, menyakinkan pihak polisi.
"Baiklah, jangan menipu kami, jika kamu menipu, kamu akan mendapatkan balasan yang setimpal."
"Ya, kita lihat saja besok."jawab Gavriel langsung mematikan teleponnya.
"Memang susah membuat orang mempercayai ku,karena aku ini mafia, begini begini aku ini cukup manis."memasang wajah manis.
Anak buahnya yang melihat Gavriel bertingkah aneh, melongo.Gavriel yang menyadari langsung bersikap tajam kembali dan menatap mereka dengan mata ingin membunuh, anak buahnya pun langsung ketakutan dan membuang muka.
"Aku mau pulang dulu, kalian seharilah menginap disini, besok aku akan kemari lagi,mengerti."
"Mengerti pak."
"Baiklah, aku pulang dulu."langsung meninggalkan anak buahnya.
Sesampai rumah Gavriel dan sudah berada dikamar, sedang berbaring di kasurnya.
"Fyuhh, hari ini sangat melelahkan, 1 hari menangkap penculik yang begitu kencang larinya.Tapi itu bukan apa apa bagiku, dan hari ini juga aku bisa bertemu dengan Claudia, kapan kapan aku akan melihat sekolah Bella, adiknya saja cantik apalagi kakaknya, dasar Gavriel.Kalau sudah jatuh cinta bisa bikin orang gila ya."ucap batin Gavriel membayangkan wajah Claudia.
Saat Gavriel sedang bahagia, ayahnya masuk kedalam kamarnya.
"Gavriel."panggil ayahnya.
"Langsung duduk."eh ayah, ada apa ke kamar ku?.
"Aku cuma mau menanyakan, bagaimana dengan permintaan yang ku suruh, apa berjalan dengan baik."tanya ayahnya.
"Tentu saja baik, aku bahkan sudah membunuhnya, jadi ayah tenang saja.Semua bisa ku bereskan dengan tanganku sendiri dan bantuan anak buah ayah itu."
"Baguslah, ini sudah malam, makan malam sudah ada meja, makanlah bersama ayah dan adikmu."
"Ya ayah, kebetulan aku juga sudah lapar, karena dari tadi siang tidak makan, aku mandi dulu deh, ayah tunggu lah dimeja makan bersama adik."
"Baiklah."keluar dari kamar Gavriel.
"Selesai mandi dan sudah berpakaian rapi.
"Sesampai meja makan dan duduk."apa makan malam hari ini ayah?.
"Karena kau sudah melakukan yang terbaik, ayah menyuruh pelayan membuatkan daging panggang untukmu dan adikmu, makanlah yang banyak agar besok tidak kelaparan."menaruh daging ke piring Gavriel dan piring petir.
"Makanlah yang banyak, terutama Petir, makanlah yang banyak agar kau bisa seperti abang mu ini."ujar ayahnya.
"Kenapa aku harus menjadi seperti abang, bahkan jauh lebih keren aku dari pada abang."mengunyah dagingnya.
"Kau baru saja berumur 7 tahun, sudah berani berbicara seperti itu, sini kau ku cubit, untuk memberi mu pelajaran."kesal.
"Sudahlah Gavriel, jangan marah marah, lagian adik mu ini masih kecil, jadi kau harus memakluminya."
"Wleee, ayah membelaku."mengejek."
"Kau lihat saja nanti."
"Omong omong ayah, apa yang dikerjakan abang sehingga tidak boleh diketahui oleh seseorang, termasuk aku?."
"Bukan apa apa Petir.Kau masih kecil untuk mengetahuinya, saat besar nanti kau akan tahu dan kau akan ikut membantu abang mu jika kau mau."
"Baiklah ayah."
"Dengar kata ayah, kau masih kecil tidak boleh mengetahui apapun yang di lakukan oleh orang dewasa, karena kau masih kecil."mulai mengejek.
"Diam, dasar jomblo, wleee."mengejek kembali.
"Kau!!!."
"Sudahlah, jangan berantam ku bilang, makanlah makanan kalian, setelah itu tidurlah.Besok harus bangun cepat, ingat!!."
"Baik ayah."ucap Gavriel dan Petir menurut.
"Dikamar Gavriel setelah siap makan sambil menatap ponselnya."apa aku harus menghubunginya untuk mengatakan selamat malam, aku takut dia tidak akan mengangkatnya, tapi siapa tahu sebelum mencoba."menghubungi Claudia.
"Telepon berdering."drrt....drrttt....,"bunyi dering telepon.
"Siapa yang menghubungi ku malam malam begini."ujar Claudia sedang mengeringkan rambutnya.
"Ternyata Gavriel, dengan mudah bisa mengendalikannya, dengan begini aku bisa lebih mudah mengambil saham ayahku yang ada ditangan ayahnya."ucap batin Claudia.
"Mengangkat teleponnya."halo Gavriel ada apa ya menelepon ku malam malam begini?.
"Heheheh, tidak ada, aku hanya mau mengucapkan selamat malam saja, dan jangan lupa besok kita akan makan bersama, aku cuma mau mengatakan itu saja, kalau begitu selamat malam Claudia."ucap Gavriel ditelepon.
"Selamat malam juga Gavriel."
Gavriel pun langsung menutup teleponnya karena malu.
"Arghh, apa yang ku katakan pada wanita itu, padahal aku dikenal sebagai mafia yang kejam, kenapa tiba tiba aku bersikap begitu manis di depan wanita yang baru saja aku kenal, hatiku begitu lemah kalau soal wanita.Sudahlah aku mau tidur dulu,besok aku juga akan bertemu pihak kepolisian dan akan bertemu dengan Claudia yang cantik, besok adalah hari yang indah."ujar batin Gavriel tertidur.
"Disisi lain dikamar Claudia, masih mengeringkan rambutnya."ternyata pria yang bernama Gavriel itu adalah seorang mafia kejam, tapi aku tidak berfikir seperti itu, dia sangat mudah dibodohi dengan wanita yang ingin menghancurkannya."ucap batin Claudia.
"Besok aku harus berdandan lebih cantik, agar dia semakin menyukaiku, dan untuk mu Claudia, jangan menyukainya, ingat, misi mu sekarang adalah mengambil kembali harta ayahmu yang sudah di ambil oleh keluarga Gavriel."
Keesokan harinya, Gavriel yang sudah bersiap siap untuk mengantarkan adiknya sekolah.
"Petir, apa kau sudah siap, kau akan terlambat, cepatlah sedikit."teriak Gavriel.
"Tunggulah sebentar, aku sedang memakai dasi."merapikan dasinya.
"Sudah, yuk pergi."langsung masuk ke mobil.
"Dasar bocah, ayah kami pergi dulu."
"Hati hatilah di jalan."ucap ayahnya sambil membaca koran.
"Sesampai sekolah Petir."terima kasih abang tampan, karena sudah mengantarkan ku."tidak ikhlas mengatakannya.
"Jangan mengatakan hal yang kau sendiri tidak ikhlas mengatakannya, sudahlah aku pergi dulu."langsung pergi.
"Dasar abang cerewet, wleee."mengejek setelah Gavriel pergi.
"Menuju markas."aku harus membereskan pelaku penculik itu dulu, baru aku akan menjemput Claudia.
"Sesampai markas"."apa kalian sudah menjaga dengan baik?.
"Sudah pak dan bagaimana dengan pihak polisi, apa mereka akan segera ke hutan,kita juga harus kesana secepatnya pak."
"Ya, ya, tidak usah memerintah,aku sudah tau, bawa mayat ini ke mobil."memerintah.
"Baik bos."menggendong mayat tersebut ke mobil Gavriel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!