NovelToon NovelToon

LOVE IN REVENGE

PROLOG

Ethan berlari menyusuri koridor rumah sakit saat Mom Diva menghubunginya. Wanita yang sangat ia sayangi itu menghubunginya sembari menangis.

Langkahnya terhenti ketika melihat Mom Diva sedang menangis di dalam pelukan Dad Alvin. Tangan Ethan mengepal, ia tak suka jika Mom Diva menangis.

"Mom ...."

Mom Diva menoleh ke arah Ethan kemudian bangkit dan langsung memeluk putra sulungnya itu. Isakan tangis semakin terdengar dan Ethan bisa merasakan kemeja kerjanya yang basah oleh air mata ibunya itu.

"Apa yang terjadi, Mom?"

"Enzo ...," baru Mom Diva menyebut nama adiknya itu, ia sudah kembali menangis. Dad Alvin langsung membawa kembali istrinya itu ke dalam pelukannya.

"Enzo mengalami kecelakaan. Ia ... Meninggal di tempat," ucap Dad Alvin menerangkan. Ethan bisa melihat kesedìhan mendalam dari mata ayahnya itu, meskipun pria itu tak menangis.

*****

8 bulan kemudian,

Oekkk oekkk oekkk ...

Seorang dokter di klinik bersalin kecil di pinggir kota, berhasil membantu seorang wanita melahirkan, meski dengan peralatan seadanya. Namun, pendarahan yang terjadi pada wanita itu tak bisa dihentikan, hingga membuat mereka panik.

"Cepat panggil ambulans," teriak sang dokter.

"Tapi, Dok .... Pasien ...," seorang perawat melihat ke arah Renata yang sepertinya ingin berbicara.

"Dok ... Dokter, bi-sakah an-da panggilkan adik saya?" pinta Renata terbata bata.

"Sebentar."

Pintu terbuka dan tampak seorang gadis muda berusia 18 tahun, bernama Queen Zoe, masuk ke dalam ruang bersalin dengan wajah panik dan gelisah.

"Kak."

"To-long aku, Queen. A-ku tak bi-sa berta-han lebih la-ma lagi. Ja-ga dan sayang-i anak-ku. Aku tak bi-sa mem-per-caya-kannya pa-da siapa-pun. A-ku mohon," ucap Renata terbata bata.

"Kak! Kamu akan baik baik saja. Kita akan merawat anak kakak bersama sama," ucap Queen.

"A-ku ti-dak bisa, Queen. Aku ha-rus per-gi. Beri di-a nama Reynzo."

"Tapi Kak ....," Queen mulai panik dan takut ketika melihat Renata sudah tak sadarkan diri. Para dokter dan perawat di sana pun ikut kalang kabut. Bahkan ambulan yang mereka panggil pun belum tiba di sana.

Dokter mendekat dan membacakan waktu kematian pasien, membuat tubuh Queen merosot ke lantai dan air mata luruh begitu saja.

*****

4 tahun kemudian,

"Mommy!" teriak seorang anak laki laki yang berlari keluar kamar saat Queen kembali dari bekerja. Queen menghabiskan masa mudanya hanya untuk bekerja. Memang Renata memiliki tabungan, akan tetapi sebisa mungkin Queen menyimpannya untuk biaya sekolah Reyn nanti. Usia Queen saat ini baru menginjak 22 tahun, tapi ia sudah berpikir dewasa lebih dari usianya itu.

"Reyn, jangan berlari lari. Mana Grandma Dora?" tanya Queen

"Di kamar," jawab Reyn sambil tersenyum dan menampakkan gigi susunya yang berbaris rapi.

"Baiklah, tunggu Mommy di kamarmu ya, Mommy akan mandi dulu dan kita akan makan malam bersama," ucap Queen tersenyum.

"Okay Mommy!"

Grandma Dorothy atau sering dipanggil Grandma Dora oleh Queen dan juga Reyn, adalah seorang wanita paruh baya yang tinggal persis di seberang kamar apartemen mereka. Ia menerima pekerjaan untuk mengasuh Reyn selama Queen bekerja. Ia menyukai anak kecil dan Queen sangat bersyukur akan hal itu karena ia tak perlu susah susah mencari seorang pengasuh lagi.

Setelah selesai membersihkan diri, Queen langsung menuju ke dapur. Ia mempersiapkan makan malam untuk mereka semua. Apartemen yang tak terlalu besar membuat mereka menggunakan meja persiapan di dapur sebagai meja makan.

Malam ini Queen hanya membuat spaghetti carbonara, menu yang sangat mudah dan cepat. Queen tak ingin Reyn kelaparan karena ia memang sedikit telat pulang dari tempat kerja tadi.

"Grandma, ayo kita makan!" ajak Reyn. Putra kecilnya itu menarik Grandma Dora yang sedang merapikan pakaian Reyn yang baru selesai disetrika ke dalam lemari.

"Iya, sayang. Tunggu sebentar. Grandma rapikan pakaianmu dulu," ucap Grandma Dora.

"Okay, Grandma!" Reyn berlari lagi keluar kamar dan langsung duduk menghadap piring yang sudah terisi makanan kesukaannya. Meskipun Reyn sangat menyukai spaghetti, tapi Queen tak terlalu sering membuatkannya untuk Reyn.

Queen meletakkan 3 piring berisi spaghetti tersebut di atas meja. Grandma Dora memang selalu makan malam bersama Queen dan Reyn, hanya kalau putrinya sedang berkunjung ke sana saja ia tak makan bersama.

Reyn duduk di depan spaghetti tersebut, matanya sudah sangat berbinar saat melihat Queen menyiapkannya. Bahkan ia sudah mencium wanginya sejak spaghetti itu mulai dimasak.

"Apa yang kamu lakukan hari ini, Reyn?" tanya Queen.

"Aku menyusun puzzle bersama Grandma, Mom," jawab Reyn.

"Good boy," Queen mengusap pucuk kepala Reyn dan tersenyum.

Grandma Dora pun datang ke meja makan dan duduk bersama. Ia menyantap makan malam tersebut sembari bercerita kegiatan yang dilakukan oleh Reyn hari ini.

"Besok aku akan mengajak Reyn pergi, Aunty," ucap Queen memberitahu.

"Kamu tak bekerja?"

"Tidak, aku mengambil cuti. Aku ingin mengajaknya sedikit berjalan jalan," Queen tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Aunty akan memasak saja di rumah. Kalau bisa kamu pulang sebelum makan malam, jadi kita bisa makan bersama di apartemen Aunty."

"Baik, Aunty. Aku usaha kan pulang sebelum makan malam," ucap Queen.

"Kita akan jalan jalan, Mom?" tanya Reyn setelah Queen selesai berbicara dengan Grandma Dora.

"Hmm ..."

"Asyikkk!!! Jalan jalan! Reyn mau jalan jalan, Grandma," teriak Reyn sambil merentangkan tangannya ke atas.

Setelah makan malam, Grandma Dora kembali ke apartemennya, sementara Queen membereskan semuanya, kemudian menemani Reyn menyikat gigi dan tidur.

🧡 🧡 🧡

AKU DATANG

Pagi pagi, Queen telah menyiapkan sarapan untuk Reyn. Tak lupa ia juga menyiapkan bekal untuk dibawa selama perjalanan mereka. Hari ini, Queen akan membawa Reyn ke makam Renata yang berada di luar kota.

Saat ini mereka tinggal di Kota Augsburg, sementara makam Renata terletak di Kota Munich. Queen sengaja membawa Reyn keluar kota agar ia benar benar bisa menjadi seorang ibu untuk anak itu.

Namun, usia Reyn yang sudah menginjak 4 tahun dan sudah lebih mengerti dan mengenal, membuat Queen ingin mengenalkan ibu kandung dari anak tersebut. Ia ingin Reyn juga menyayangi Renata.

Bulir air mata luruh di ujung mata Queen ketika ia teringat akan Renata. Meskipun Renata bukanlah kakak kandungnya, tapi Renata selalu memperlakukannya bagai saudara kandung. Kedua orang tua Renata mengusir putrinya sendiri ketika mereka mengetahui bahwa Renata tengah hamil. Hingga akhir hidup Renata, ia tak pernah bertemu lagi dengan keluarganya, bahkan mungkin kedua orang tuanya tak tahu jika Renata telah meninggal.

"Mom ....," sambil mengucek matanya, Reyn berjalan mendekati Queen yang sedang menyiapkan bekal di dapur.

"Kamu sudah bangun, Reyn. Minum air dulu, sayang," Queen menyiapkan segelas air hangat untuk Reyn.

"Jam berapa kita pergi jalan jalan, Mom?" tanya Reyn.

"Kita berangkat jam 8 ya. Mom selesaikan ini terlebih dahulu, lalu Mom akan memandikanmu."

"Okay, Mom," Reyn duduk di kursi meja makan sambil memperhatikan Queen menyiapkan bekal. Sesekali ia menatap Queen dan tersenyum.

"I love you, Mom," ucap Reyn.

"I love you too, Reyn," balas Queen.

*****

"Kamu masih belum menemukannya?" tanya Ethan pada Kai, asisten pribadinya.

"Belum, Tuan. Sepertinya Tuan Enzo menyembunyikan dengan sangat baik kekasihnya itu," jawab Kai.

Satu tahun pertama setelah meninggalnya Enzo, Keluarga mereka masih larut dalam kesedihan dan seakan tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Tahun berikutnya, Ethan mulai menyelidiki kecelakaan yang menimpa Enzo. Meskipun merasa terlambat, tapi ia tetap mencari tahu.

Akhirnya ia mengetahui bahwa Enzo kecelakaan setelah menerima telepon, kemudian pergi menemui seorang wanita. Setelah pertemuan itu, Enzo pergi meninggalkan wanita itu dengan rasa marah karena terlihat bagaimana Enzo mengemudikan kendaraannya.

"Wanita itu pasti melakukan sesuatu pada Enzo. Aku harus mencarinya dan memastikan ia menerima pembalasan atas semua yang terjadi pada adik kesayangannya," gumam Ethan sambil mengepalkan tangannya.

Sibuk mencari tahu tentang hal ini, membuat Ethan larut dalam pekerjaannya. Ia bahkan tak pernah memikirkan untuk memiliki kekasih atau pun berkeluarga. Ia harus menyelesaikan masalah ini dulu karena hatinya benar benar tak tenang.

Ia masih sering melihat Mom Diva menangis saat malam hari. Rasa sayang Mom Diva memang sangat besar pada Enzo, bahkan Mom Diva selalu memanjakan adiknya itu.

"Tuan, kita harus bertemu dengan Tuan Zero," ucap Kai.

"Baiklah, kita berangkat sekarang," ucap Ethan.

Perjanjian kerja sama antara Ethan dan Axton, yang diwakili oleh Zero, sebelumnya adalah hasil pertemuan antara Dad Azka dengan Dad Alvin. Keduanya melakukan kerja sama ini untuk mempererat hubungan persahabatan mereka.

Ethan bisa tenang karena Dad Alvin tak menjodohkannya dengan putri salah satu rekan bisnisnya untuk memperkuat bisnisnya. Ia juga pasti akan menolak jika Dad Alvin sampai melakukan hal itu.

Pertemuan Ethan dan Zero dilakukan di ruang VIP sebuah restoran di Kota London. Pertemuan itu berjalan dengan lancar, akan tetapi di akhir pertemuan, Ethan melihat Zero menerima telepon dan sepertinya sangatlah penting.

"Maaf, Tuan. Aku harus segera pergi. Aku berjanji akan segera menyelesaikannya dan mengirimkan proposal kerja itu pada anda," ucap Zero yang semakin gelisah.

"Baik, pergilah."

"Terima kasih, Tuan Ethan," Zero langsung merapikan kertas dan map yang ada di atas meja tersebut, kemudian keluar dari ruangan tersebut.

Ini pasti berhubungan dengan masalah wanita. Semua pria mudah sekali terjerat dengan makhluk yang satu itu. Bahkan adikku pun sampai meninggal karenanya. - batin Ethan sambil mengepalkan kedua tangannya hingga buku buku tangannya memutih.

*****

Queen dan Reyn kini sudah berada di stasiun kereta api. Reyn begitu antusias ketika melihat ramainya orang berlalu lalang di stasiun tersebut.

"Kita akan naik kereta, Mommy?" tanya Reyn.

"Iya, sayang. Kamu suka?" tanya Queen.

"Aku suka! Aku suka, Mom!" Reyn melompat bahagia.

Queen selalu menggandeng tangan Reyn karena ia tak ingin putranya itu hilang atau pun tersasar. Selain itu, ia sudah berjanji pada Renata untuk menjaga Reynzo dengan sebaik baiknya.

Suara dentangan bel yang begitu keras seakan menyadarkan Queen dari lamunannya. Ia pun bergegas mengenakan tas ranselnya dan menggandeng Reyn menuju salah satu gerbong kereta api.

Wajah antusias dan gembira yang ditunjukkan oleh Reyn membuat Queen juga ikut bahagia.

Di dalam kereta, Reyn mengambil posisi kursi di dekat jendela. Ia sangat suka melihat pemandangan di sepanjang perjalanan mereka.

Perjalanan selama lebih kurang 30 menit, menghantarkan Queen dan Reyn kembali ke Kota Munich. Kota yang penuh kenangan bagi seorang Queen Zoe.

"Ayo, Reyn," Queen kembali menggandeng tangan putranya itu dan melangkah menuju area lobby stasiun. Ia mencari taksi dan langsung menaikinya.

"Kita akan ke mana, Mom?" tanya Reyn dan supir taksi pun menanyakan hal yang sama, ke mana tujuan mereka.

"Pemakaman Rose Hills," jawab Queen.

Reyn menautkan kedua alisnya saat mendengar jawaban dari Queen. Ia bukanlah anak yang bodoh, ia tahu apa itu pemakaman, tapi siapa yang meninggal? Itulah yang muncul di dalam benak Reyn. Namun, ia diam saja karena Melihat Queen juga terlihat tak begitu baik.

Berhenti di depan pagar lokasi pemakaman, Queen terdiam sesaat. Terakhir ia berada di sana adalah sekitar 4 tahun lalu, saat hujan mengguyur Kota Munich.

Dengan menggandengan tangan kecil Reyn, Queen melangkah masuk meski dadanya terasa sesak jika mengingat semuanya.

Queen sampai di sebuah makam, kemudian ia berlutut dan memegang nisan yang bertuliskan nama Renata.

"Kak, aku datang bersama putramu," gumam Queen.

🧡 🧡 🧡

ENZO KECIL

Queen bersimpuh di depan makam Renata. Ia memegang nisan Renata dan mengusapnya pelan. Ia kemudian memegang tangan Reyn yang sedang berdiri, kemudian memangku anak laki laki itu.

"Sini Reyn, Mommy ingin memperkenalkanmu pada seseorang yang harus kamu cintai," ucap Queen.

"Cinta? Siapa Mommy?" tanya Reyn sambil menengadahkan wajahnya ke atas ketika sudah ada di pangkuan Queen.

"Ia adalah wanita yang melahirkan kamu, sayang. Wanita yang sangat menyayangimu. Ia bahkan merelakan nyawanya untuk melahirkanmu," bulir air mata kembali membasahi pipi Queen ketika mengingat bagaimana akhir hidup Renata.

Selama 8 bulan terakhir, ia harus hidup sendiri. Bahkan Renata harus bekerja untuk bisa bertahan hidup. Saat diusir dari rumah keluarganya, tak ada satu pun barang yang ia bawa, bahkan tidak ponselnya. Untung saja Renata bertemu dengan Queen yang merupakan sahabatnya ketika Renata mengunjungi panti asuhan.

"Panggil dia Mommy, sayang," pinta Queen.

"Mommy? Tapi Reyn sudah punya Mommy."

"Reyn adalah anak yang luar biasa, karena itu Reyn memiliki dua Mommy. Apa Reyn tidak senang?"

Queen membuka tas miliknya dan mengeluarkan sebuah foto. Ia memperlihatkan foto itu pada Reyn.

"Ini Mommy Renata," ucap Queen memperkenalkan Renata pada Reyn.

"Cantik, sama seperti Mommy," ucap Reyn sambil menatap Queen.

"Karena itu lah kamu sangat tampan, sayang," puji Queen.

Reyn berdiri kemudian memeluk Queen dengan posesif, "Apa aku harus menyayangi dan mencintainya juga?"

"Tentu saja, sayang." Bahkan kamu harus lebih menyayanginya daripada menyayangiku.

"Renata .... Apa ini sama seperti tokoh princess di cerita tidur yang Mommy selalu ceritakan padaku?" tanya Reyn.

"Hmm ... Kamu mengingatnya. Princess Renata yang sangat cantik dan baik hati. Seperti itulah Mommy Renata, sayang," jawab Queen.

"Nanti ceritakan lagi padaku, Mommy."

"Tentu saja, Reyn. Mommy akan menceritakan semuanya padamu."

Mereka meletakkan sebuket bunga di makam Renata, kemudian Queen kembali memegang nisan yang bertuliskan nama Renata tersebut sebelum ia pergi.

"Aku sudah menjaga Reyn dengan baik kak, Kak? Seharusnya dirimu yang ada di sini dan memeluk serta menyayanginya. Ia pasti akan mendapatkan kasih sayang yang sangat berlimpah darimu. Aku pulang dulu, tapi aku berjanji akan kembali lagi ke sini bersama Reyn."

Queen membantu Reyn berdiri, kemudian menepuk celana belakang putranya itu untuk sedikit membersihkannya.

Dengan menggandeng tangan Reyn, Queen berjalan keluar dari area pemakaman. Ia akan mengajak Reyn ke taman bermain anak yang ada di kota tersebut, sebelum mereka kembali ke Augsburg.

Reyn melepas tangan Queen ketika mereka sampai di jalan setapak yang agak lebar. Ia melihat kupu kupu dan mulai mengincarnya. Mata Reyn berbinar seakan ingin menangkap mangsa.

"Reyn, pelan pelan," ucap Queen.

Bughhh ...

"Mommy!" Reyn terjatuh karena ia menabrak seorang wanita. Queen langsung berlari mendekat dan setengah berlutut.

Ia membantu Reyn untuk bangkit, kemudian menatap ke arah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"Maafkan putra saya, Nyonya," ucap Queen.

"Tidak apa. Apa kamu terluka?" tanya wanita itu pada Reyn.

"Tidak," jawab Reyn sambil menggelengkan kepalanya.

Wanita itu menautkan kedua alisnya dan tiba tiba saja daddanya bergetar ketika melihat dengan jelas wajah anak kecil yang ada di depannya.

"Dad ...," bisiknya pada suaminya. Ia meminta suaminya untuk memperhatikan anak tersebut dengan kode mata dan dagunya.

"Kami permisi dulu, Nyonya. Sekali lagi saya minta maaf," ucap Queen.

Ia meraih tangan Reyn dan menggenggamnya. Ia tak akan membiarkan Reyn berlarian lagi, agar tidak kembali menabrak orang lain.

"Tunggu dulu," panggil wanita paruh baya itu.

"Iya, Nyonya."

"Bolehkah kami mengundangmu makan siang? Kamu suka apa, hmm?" tanya wanita paruh baya itu pada Reyn.

"Tidak per ....," belum selesai Queen menjawab, Reyn sudah berteriak.

"Reyn mau hamburger!" teriaknya dengan kencang dan wajah yang sumringah.

"Kalau begitu ayo, Grandma akan mentraktirmu hamburger."

"Tapi Nyonya ..."

"Hanya sebentar. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf kami karena telah menabraknya.

"Tapi itu bukan kesalahan anda, Nyonya," ucap Queen.

"Sudahlah, ayo! Aku ingin berkenalan dengan putramu."

Pada akhirnya Queen ikut ke dalam mobil dan mereka pergi menuju sebuah restoran yang menyajikan hamburger dan makanan cepat saji lainnya.

Wanita itu membawa Reyn menuju konter untuk memilih makanan, sementara Queen akhirnya duduk di meja makan bersama dengan suami dari wanita itu.

"Maaf jika memaksa kalian seperti ini. Istriku sangat menyukai anak anak ... Dan ia seperti melihat putra kami yang telah tiada dalam diri putramu. Wajah mereka sangat mirip," ucap pria itu.

"Benarkah?"

"Ya, kalau boleh tahu, berapa usia putramu?"

"4 tahun."

Pria itu menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum saat melihat istrinya datang sambil menggandeng tangan seorang anak laki laki dengan seorang pelayan di mereka untuk membawakan pesanan.

"Mommy! Lihatlah, Grandma membelikanku hamburger beeesaaarrr," ucap Reyn sambil merentangkan kedua tangannya.

Reyn pun langsung duduk dan siap untuk menyantap makanannya.

"Oya sayang, siapa namamu?"

"Reyn, namaku Reynzo," jawab Reyn dengan saus yang mulai belepotan di sekitar bibirnya.

Bahkan nama mereka hampir mirip. - batin wanita itu sambil memegang daddanya.

"Nama Grandma adalah Diva, panggil Grandma Diva dan ini Grandpa Alvin," ucap Mom Diva.

Melihat Reyn di hadapannya, ia seperti melihat putranya, Enzo, saat masih kecil.

"Perkenalkan, Nyonya. Nama saya Queen. Maaf karena kami jadi merepotkan anda," ucap Queen.

"Tidak sama sekali, Queen. Justru aku yang sangat berterima kasih karena kamu mengijinkan putramu untuk makan siang bersama kami," ucap Mom Diva.

Mereka pun menyantap makan siang mereka bersama, sembari bercanda karena Reyn yang terlihat sangat lucu dengan mulut yang penuh dan bibir yang belepotan saus serta mayonaise.

*****

Setelan pertemuan tadi, Queen membawa Reyn menuju taman bermain, seperti rencana awalnya. Ia ingin membahagiakan Reyn hari ini, karena kadang ia sibuk dengan pekerjaannya.

"Mommy! Main itu, itu, dan itu!" teriak Reyn senang saat melihat begitu banyak area permainan yang bisa ia jajal.

"Okay, Ayo!"

Sementara itu di kediaman Dad Alvin dan Mom Diva,

Mom Diva duduk di kursi ruang keluarga setelah membersihkan diri dan berganti pakaian. Ia terus melihat ke arah layar ponselnya dan memperhatikan foto yang tadi ia ambil. Ya, ia meminta Queen untuk mengambil gambar dirinya dan suaminya bersama dengan Reyn.

"En, Mommy merindukanmu. Bahkan sudah hampir 5 tahun kamu pergi, Mommy masih saja terus merindukanmu," ucap Mom Diva, tapi masih dengan menatap foto Reyn.

"Sayang, sudahlah. Biarkan Enzo tenang, jangan terus bersedih," ucap Dad Alvin.

"Anak ini mirip sekali seperti Enzo kecil. Mommy jadi ingin kembali bertemu dengannya."

"Aku akan mencari tahu tentangnya," ucap Dad Alvin.

"Terima kasih, sayang."

🧡 🧡 🧡

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!