NovelToon NovelToon

Trust Issue Gadis Broken Home

Episode 1 Keraguan Syanova

Syanova M. Wirahadi Kusumah, gadis yang bersekolah di salah satu SMA ternama di Jakarta, hari ini tampak muram tak bersemangat. Sebenarnya bukan hanya hari ini saja, sikapnya yang ceria seakan hilang sejak beberapa bulan terakhir.

Kini dirinya memilih duduk di salah satu sudut perpustakaan yang sepi. Sementara buku yang terbuka di atas meja, hanya berfungsi sebagai pajangan, sedangkan pikirannya melayang entah kemana. Pertengkaran kedua orangtuanya semalam, lagi-lagi menjadi alasannya berwajah murung dan banyak melamun. Apalagi hal itu sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.

Syanova bahkan enggan bergabung dengan sahabat-sahabatnya untuk sekedar mengobrol dan bersenda gurau saat jam istirahat. Dirinya memilih mengasingkan diri dibanding merusak suasana karena masalahnya, yang masih enggan dia bagi dengan sahabat-sahabat dekatnya.

Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..

Sebuah pesan masuk menarik kesadaran Syanova dari lamunannya. Namun helaan nafas berat seketika keluar dari mulut Syanova, begitu selesai membaca pesan yang diterimanya.

Darren

Jangan terus menghindariku Sya. Habis bel pulang, tunggu aku dikelas. Ada yang mau aku bicarakan sama kamu.

'Apa lagi yang mau dia bicarakan? Kenapa dia terus-terusan mendekatiku sih?' Rutuk Syanova dalam hati.

Darren Kusuma Atmaja adalah Kapten Basket yang tampan dan berasal dari keluarga kaya raya. Pembawaannya yang percaya diri dan mudah bergaul, membuatnya digilai banyak siswi di sekolah itu. Terlebih saat dirinya mengendarai motor sport-nya yang bernilai fantastis, semakin membuat gadis-gadis terpesona padanya.

Namun Syanova tidak termasuk salah satu dari siswi-siswi yang menggilai Darren. Justru Darren yang mendekati Syanova sejak mereka berada di kelas yang sama di Kelas X. Bahkan sampai sekarang di Kelas XI, meskipun mereka sudah berbeda kelas. Darren selalu menunjukkan perhatian dan rasa sukanya pada Shanova. Dia tidak segan-segan "memaksa" mengantar-jemput Syanova ke sekolah, atau setiap kali ada kegiatan sekolah. Pesan dan telepon dari Darren pun selalu menghiasi ponsel Syanova setiap harinya. Belum lagi setiap akhir pekan, Darren selalu datang ke rumah Syanova untuk mengambil hati kedua orangtua Syanova. Sekalipun Syanova selalu menolak kebaikan Darren bahkan bersikap ketus pada Darren, tapi Darren tidak pernah sekalipun marah.

Hingga pernah di akhir kelas X, Darren tiba-tiba dikabarkan berpacaran dengan Neta teman sekelasnya, dan Syanova sama sekali tidak terpengaruh oleh kabar itu. Meskipun pada akhirnya, hubungan Darren dan Neta dikabarkan hanya bertahan selama beberapa minggu saja. Namun lagi-lagi Syanova tidak peduli akan hal itu.

Kini Darren kembali mendekatinya, dan hal itu cukup mengganggunya. Apalagi Syanova sedang dihadapkan pada masalah keluarga yang menyita perhatiannya. Dia tidak punya waktu untuk meladeni Darren yang berubah semakin menyebalkan menurutnya. Tapi sepertinya Syanova tidak bisa menghindar kali ini, meskipun Syanova masih berharap sebuah keajaiban, agar dirinya tidak perlu bertemu Darren sepulang sekolah nanti.

*************************

Rupanya doa Syanova untuk bisa menghindar dari Darren, tidak dikabulkan Tuhan kali ini. Karena sosok Darren yang tinggi menjulang sudah terlihat menunggunya di depan kelas, saat pelajaran terakhir belum selesai.

"Sya, dari tadi Darren mencarimu. Dia terlihat sangat stres karena kamu terus menghindarinya. Kenapa sih kamu tidak terima saja perasaan dia? Dia sudah jelas cinta sekali sama kamu." Bisikan Iva sahabat Syanova, sedikit membuat Syanova merasa bersalah.

'Tapi aku benar-benar tidak bisa menerima perasaannya.' Batin Syanova.

Akhirnya bel tanda jam pelajaran berakhir, berbunyi juga. Guru dan semua teman-teman Syanova berhamburan keluar. Sedangkan Syanova memilih menyandarkan tubuhnya pada headboard kursi, menunggu Darren yang sudah terlihat tidak sabar untuk menemuinya.

"Hai.." Sapa Darren sedikit salah tingkah, melihat ekspresi Syanova yang terlihat sangat datar.

"Hai.." Syanova membalas sapaan Darren sama singkatnya.

"Aku duduk ya.." Syanova mengangguk mengiyakan perkataan Darren. Darren menggeser kursi, lalu duduk berhadapan dengan Syanova.

"Sya, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Darren seraya menatap dalam wajah Syanova yang tampak kuyu. Ada lingkaran gelap dibawah kelopak mata Syanova karena kurang tidur, juga seringkali menangis karena permasalahan keluarganya. Syanova menangkap kekhawatiran di wajah Darren, namun Syanova memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku baik-baik saja.. Langsung saja, apa yang ingin kamu bicarakan Darren? Aku harus cepat-cepat pulang." Syanova melirik sekilas jam di pergelangan tangannya. Tidak mempedulikan Darren yang masih menatapnya intens.

"Sya kenapa kamu terus menghindariku? Apa aku ada salah sama kamu? Aku sampai tidak bisa tidur karena memikirkan kamu. Please Sya, jangan terus-terusan menghindar dari aku." Ucap Darren disertai ekspresi memelas. Membuat Syanova mau tidak mau, kembali mengalihkan pandangannya pada Darren.

"Darren, berkali-kali aku katakan sama kamu, tolong jangan terus-terusan mendekati aku. Aku sangat terganggu dengan sikap kamu." Perkataan Syanova begitu menghujam hati Darren. Tidak menyangka kalau Syanova akan mengucapkan kata-kata yang akan sangat menyakitkan hati Darren.

"Aku sayang sama kamu Sya, aku benar-benar cinta sama kamu Sya." Lirih Darren seraya menggenggam kedua tangan Syanova yang berada di atas meja dengan kedua tangannya.

"Lebih baik kamu cari perempuan lain, atau kamu bisa balik sama Neta, bukannya kalian sempat berpacaran." Syanova menarik kedua tangannya dari genggaman tangan Darren.

"Sya, kamu jelas tahu kalau aku terpaksa. Dia mengejar-ngejar aku dari SMP, aku sama sekali tidak ada perasaan apapun sama dia. Saat itu, aku juga kecewa sama kamu. Karena kamu tidak pernah peka sama perasaan aku ke kamu Sya." Bukannya merasa bersalah mendengar perkataan Darren, Syanova justru memandang nyalang ke arah Darren.

"Tidak usah membawa-bawa aku dalam kisah kalian. Jangan pernah menyalahkan aku, dengan mengatakan kalau aku tidak peka sama perasaan kamu. Salahkan diri kamu yang tidak bisa mengambil sikap." Ucapan Syanova menyadarkan Darren kalau dia sudah salah bicara.

"Maaf.. Bukan maksudku menyalahkan kamu Sya.." Sesal Darren, karena sudah membuat Syanova kesal.

Sesungguhnya saat itu Syanova sempat luluh karena semua bentuk perhatian Darren padanya. Hanya saja dirinya masih belum sepenuhnya yakin untuk menerima perasaan Darren padanya. Syanova terus saja bergelut dengan hatinya yang ragu untuk membalas perhatian Darren atau tidak. Hingga akhirnya tersiar kabar, kalau Darren sudah berpacaran dengan Neta yang selalu terang-terangan menunjukkan rasa sukanya terhadap Darren.

Kecewa? Tentu saja Syanova kecewa. Baru saja dirinya hendak membuka hati, tapi Darren yang sudah terlalu bosan menunggu, memilih menerima perasaan gadis lain, yang sudah jelas-jelas menyukainya. Meskipun belakangan baru disadarinya, kalau posisi Syanova di hatinya, ternyata tidak mudah digantikan.

"Sya.. Untuk terakhir kalinya, tolong jujur pada hatimu sendiri. Apa kamu menyukaiku? Apa di hatimu ada sedikit saja, perasaan cinta untukku Sya?" Perkataan serta tatapan sendu Darren memang berhasil membuat hati Syanova bergetar. Tapi nyatanya, apa yang keluar dari mulut Syanova tetaplah tidak sesuai dengan yang Darren harapkan.

"Maaf.. Aku sama sekali tidak punya perasaan apapun sama kamu. Lebih baik kamu lupakan perasaan kamu sama aku, karena aku tidak bisa membalasnya." Selepas mengatakan perkataan yang menyakitkan hati Darren, Syanova gegas berdiri dan berjalan cepat keluar dari kelas. Meninggalkan Darren yang masih berusaha menahan rasa sakit di hatinya.

"Tega kamu Sya.." Lirih Darren.

*************************

Sudah berminggu-minggu Syanova dan Darren tidak saling bertegur sapa. Beberapa sahabat Syanova yang kebetulan juga merupakan sahabat Darren, sangat menyayangkan hal ini. Setiap kali ada acara yang mempertemukan keduanya, mereka berdua selalu canggung dan saling menghindar.

"Sya.. Ada yang mencari kamu, katanya ditunggu di koridor Ruang OSIS." Gladys menyadarkan Syanova yang tengah memejamkan mata di jam istirahat.

"Siapa?" Tanya Syanova penasaran.

"Kalau tidak salah, namanya Max. Sudah jangan banyak tanya, kasihan dia menunggu lama."

Ucap Gladys mendorong tubuh Syanova agar segera keluar menemui Max.

Netra siswa bernama Max itu berbinar, mendapati Syanova yang berjalan ke arahnya. Syanova pun sempat terpana melihat siswa berwajah oriental dihadapannya, tapi Syanova yang pintar mengendalikan ekspresinya, hanya memasang wajah datar tanpa senyuman.

"Hai.. Maaf ya, aku minta kamu kesini. Aku ganggu?" Hampir saja Syanova menganggukkan kepala. Namun melihat ekspresi sesal dihadapannya, Syanova memilih menggelengkan kepalanya. Yang tentu saja disambut senyuman super tampan dari laki-laki dihadapannya.

"Ada apa kamu mencariku? Sejujurnya aku tidak terlalu mengenal kamu." Max tersenyum mendengar kejujuran Syanova. Sikap ketus dan jutek Syanova, justru menjadi tantangan tersendiri baginya. Sudah lama Max memperhatikan Syanova yang berbeda dengan gadis-gadis disekitarnya. Tapi saat itu dirinya tidak punya keberanian, karena sudah menjadi rahasia umum, kalau Darren sang Kapten Basket begitu gencar mendekati Syanova.

Tapi kini Max memutuskan untuk maju, setelah yakin kalau Darren sudah menyerah. Terlebih Max tahu, kalau saat ini Darren dikabarkan dekat dengan adik kelas yang dikenal sebagai primadona sekolah.

"Sya.. Jujur, aku sudah lama memperhatikan kamu. Kamu itu unik dan manis. Aku suka sama kamu Sya.." Perkataan Max membuat kening Syanova berkerut.

'Apa-apaan sih cowok ini? Jawaban apa yang harus aku katakan? Aku kenal dia saja tidak. Apa langsung aku tolak saja ya? Tapi wajahnya itu memelas sekali, aku jadi tidak tega. Aduh harus jawab apa ya?' Syanova masih sibuk dengan berbagai pertanyaan di dalam benaknya. Hingga perkataan Max kembali menyadarkannya.

"Sya, kamu mau kan jadi pacar aku?"

"Hah???" Lagi-lagi Syanova terkejut, tapi kali ini Syanova tidak bisa mengontrol ekspresinya yang melongo mendengar permintaan Max.

'Gila ya, masa dia langsung minta aku jadi pacarnya. Dekat saja tidak.' Rutuk Syanova dalam hati.

"Beri aku waktu 4 hari, untuk memberi kamu jawabannya." Pinta Syanova. 4 hari ini akan dia gunakan untuk mencari tahu segala sesuatu tentang Max, meskipun besar kemungkinan Syanova akan menolak perasaan Max pada akhirnya.

"2 hari. Aku tunggu jawaban kamu. Tolong jangan membuatku kecewa." Balas Max.

Mau tidak mau Syanova menganggukkan kepala dengan perasaan ragu, sebelum akhirnya pamit untuk kembali ke kelasnya.

Sejak saat itu, Syanova mencari tahu tentang siapa Max sebenarnya. Tapi belum habis 2 hari, Syanova mendengar kabar kalau Max ditembak salah satu teman kelasnya yang bernama Vanka. Syanova hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum sinis.

"Nyatanya laki-laki semuanya sama saja."

*************************

Episode 2 Siapa Dia?

Syanova menghabiskan waktu istirahatnya dengan makan dan mengobrol bersama sahabat-sahabat dekatnya yaitu Gladys, Iva, Nancy, Dasya dan Disty di kantin sekolah. Akhirnya Syanova tidak lagi mengasingkan diri, setelah berkali-kali mendapat protes dari sahabat-sahabatnya, karena selalu menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan. Bahkan Syanova seringkali membiarkan perutnya kosong, disaat sahabat-sahabatnya memilih mengisi perut mereka dengan jajan di kantin sekolah. Hal itu tentu saja membuat sahabat-sahabat Syanova khawatir.

"Sya.. Lihat Max gandengan sama Vanka." Gladys menunjuk ke satu arah dengan dagunya. Semua sahabat Syanova pun mengikuti arah pandang Gladys, begitu juga dengan Syanova yang memandang malas ke arah sepasang manusia yang berjalan melewatinya.

Iva, Nancy, Dasya dan Disty saling pandang, tidak mengerti dengan maksud perkataan Gladys.

"Memangnya kenapa dengan dua orang itu?" Tanya Nancy mewakili rasa penasaran Iva, Dasya dan Disty.

Namun tidak ada jawaban dari mulut Gladys maupun Syanova, keduanya masih memandang Max dan Jovanka, meskipun dengan ekspresi yang bertolak belakang.

Sama sekali tidak ada perasaan sakit hati atau kesal di hati Syanova, berbeda dengan ekspresi Gladys yang kesal menahan emosi. Max yang menyadari keberadaan Syanova, terlihat tidak enak hati. Terlebih Vanka tidak henti bergelayut manja, menunjukkan keposesifannya pada Max.

"Hmm, dasar cowok brengsk.. Ternyata dia.."

"Sstttt.." Syanova menghentikan ocehan Gladys, meskipun sahabat dekat Syanova itu terlihat semakin kesal. Gladys memang mengetahui soal Max yang mengungkapkan perasaannya terhadap Syanova. Itupun karena Gladys begitu penasaran, sehingga memaksa Syanova bercerita selepas bertemu dengan Max di koridor Ruang OSIS. Bahkan Syanova melarang Gladys bercerita pada sahabat-sahabat mereka yang lain. Namun setelah ini, Syanova yakin kalau Gladys akan memuaskan rasa ingin tahu sahabat-sahabatnya, yang tengah bertanya-tanya tentang Max dan Vanka.

"Aku ke kelas duluan ya." Ucap Syanova yang diangguki sahabat-sahabatnya. Namun baru saja Syanova berdiri dan hendak berjalan menuju kelasnya, pandangannya jatuh pada laki-laki dan perempuan yang berjalan bersisian, dari arah berlawanan dengan Syanova.

Tatapan penuh kerinduan terlihat jelas dari netra laki-laki yang tiba-tiba menghentikan langkahnya itu. Tidak peduli dengan protes gadis disampingnya, yang ingin segera menikmati waktu istirahatnya.

"Kak Darren.. Kenapa berhenti?" Darren sama sekali tidak menanggapi perkataan gadis cantik bernama Rena disebelahnya. Sementara Syanova mempercepat langkah dan melewati Darren juga gadis disebelah Darren begitu saja.

'Ini kan yang kamu mau Sya. Kenapa kamu tidak pernah mengerti perasaan aku Sya?' Batin Darren, lalu berjalan cepat menuju sebuah meja. Meninggalkan Rena dengan mulut mengerucut karena kesal.

"Ih kenapa aku ditinggalin sih?" Protes Rena yang tidak mendapat respon Darren.

*************************

Syanova berjalan terburu-buru menuju kelas, tanpa memperhatikan suasana koridor yang sedikit ramai. Tanpa sengaja, tubuh mungilnya bertabrakan dengan tubuh kokoh seorang siswa yang berjalan dari arah yang berlawanan. Tepatnya Syanova yang menabrak laki-laki berwajah tampan itu.

"Aaaaaaww.." Syanova menatap kesal ke arah laki-laki dihadapannya. Padahal laki-laki itu sudah berbaik hati menahan punggung Syanova agar tidak terpental atau jatuh. Pemandangan ini cukup menyita perhatian banyak orang, yang berkerumun di depan kelas masing-masing.

"Kamu tidak apa-apa?" Laki-laki itu tampak khawatir dan merasa bersalah, meskipun Syanova yang menabraknya.

"Tentu saja sakit.." Jawab Syanova memasang raut kesal.

"Maaf ya, seharusnya tadi aku cepat menghindar. Apa kamu mau diantar ke Klinik?" Syanova menggeleng cepat, mendengar tawaran yang berlebihan itu.

"Aku antar ke kelas saja ya." Lagi-lagi Syanova menggelengkan kepala, hingga laki-laki dihadapannya menghela nafas panjang.

"Baiklah.. Kalau begitu aku balik ke kelas ya. Bye." Syanova menatap punggung laki-laki itu, hingga laki-laki itu masuk ke dalam kelas, tepat di sebelah kelas Syanova.

'Lho, kenapa dia masuk ke kelas sebelah? Sepertinya baru kali ini aku melihatnya.' Ucap Syanova dalam hati.

"Duh kayak adegan film India deh, tabrakan sama cowok ganteng." Kemunculan Vanya salah satu teman sekelas Syanova, tiba-tiba mengejutkannya.

"Dia anak baru?" Kerutan di kening Syanova terlihat jelas, namun justru dibalas gelengan kepala oleh Vanya.

"Ya ampun, kamu tidak kenal dia? Sya yang ganteng itu bukan cuma Kapten Basket Sya.." Vanya menggoda Syanova disertai senyum jahilnya. Sementara Syanova hanya mendelik sebal.

"Dia itu ibarat berlian di dalam tumpukan bebatuan. Bukan tipe laki-laki yang suka menonjolkan diri, tapi semua orang pasti setuju, kalau dia punya pesona yang sulit dibantah." Kali ini giliran Rahma yang muncul tanpa disadari Syanova.  Entah perumpamaannya cocok atau tidak. Tapi tidak tahu kenapa, Syanova mengangguk setuju dengan opini Rahma.

Saat laki-laki itu menunjukkan rasa khawatirnya, ada perasaan damai yang sulit didefinisikan. Tapi karena sudah terlanjur kesal, jadinya Syanova malah uring-uringan, bukannya meminta maaf apalagi berterima kasih.

"Siapa namanya?" Akhirnya kalimat yang sedari tadi bersarang di pikiran Syanova, keluar begitu saja.

"Namanya Orion.." Jawab Vanya.

"Orion.." Tanpa sadar Syanova mengucapkan nama itu, disertai lengkungan di kedua sudut bibirnya.

************************

Praaaaang..

Malam yang larut, terusik suara pecahan kaca yang dilempar dengan sengaja. Syanova yang melewati kamar kedua orangtuanya, setelah mengambil air hangat di dapur, berdiri mematung di depan pintu kamar orangtuanya. Dirinya begitu khawatir dengan keadaan Sang Mama yang mungkin terluka karena ulah Sang Papa. Apalagi di rumah hanya ada dirinya dan Bi Sumi yang sudah lelap tertidur. Sementara Kakaknya yang bernama Prita, tengah berkuliah di luar negeri.

Papa Syanova yang bernama Martin Wirahadi Kusumah, bukanlah laki-laki kasar yang bisa menyakiti fisik istrinya Talitha Wirahadi Kusumah. Tapi sifat buruknya yang berulang kali berselingkuh di belakang Talitha, tentu saja menyakiti batin dan perasaan istri yang sudah menemaninya selama hampir 25 tahun pernikahan.

Setiap kali bertengkar, Martin tidak pernah menyakiti fisik Talitha. Namun barang-barang yang berada di kamar, selalu menjadi sasaran Martin meluapkan emosinya. Meskipun tahu pasti sifat Papanya yang tidak pernah menyakiti fisik Mamanya, tapi Syanova memilih tetap berdiri di depan pintu kamar, memastikan Mamanya baik-baik saja.

"Jika kamu tidak mau menceraikan perempuan itu, lebih baik kita bercerai.." Teriakan Talitha membuat Syanova seketika membeku.

Praaaaang..

Lagi-lagi terdengar suara pecahan kaca, disusul teriakan Martin yang keras dan penuh penekanan.

"Aku tidak akan pernah menceraikan kamu Talitha."

Syanova berjalan cepat menuju kamarnya, lalu menelungkupkan kepalanya di atas bantal. Tangisnya pecah, meluapkan kekecewaan dan kebencian terhadap Papa yang sangat dicintainya.

"Papa tega.. Aku benci Papa.." Lirih Syanova diiringi isak tangis yang memilukan.

Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..

Sebuah pesan masuk dari Revan, teman sekelas sekaligus sahabatnya sejak SMP, hanya dilirik sekilas. Pesan yang berisi perhatian dan ucapan selamat malam, memang selalu dikirim Revan setiap malamnya. Syanova yang mengetahui isi hati Revan memilih pura-pura tidak tahu dengan perasaan Revan terhadapnya. Karena tidak ingin merusak persahabatan yang sudah terjalin lama.

Syanova kembali menelungkupkan kepalanya di atas bantal. Tangisnya terdengar cukup keras, meskipun tidak sampai terdengar keluar.

Drrtt.. Drrtt.. Drrtt..

Kali ini bunyi sebuah panggilan telepon kembali mengalihkan perhatian Syanova. Syanova segera mengangkat panggilan telepon itu, mengira yang menelpon adalah Revan.

"Hallo.." Ucap Syanova diakhiri sebuah isakan, membuat si penelpon mengernyit kebingungan.

"Syanova, are you okay?"

Deg..

Syanova memandangi nomor si penelpon, dan menyadari yang tengah menelponnya bukanlah Revan.

"Syan.. Are you okay? Kamu menangis?" Suara berat bernada lembut itu semakin membuat Syanova membeku.

"Si.. Siapa ini?" Tanya Syanova ragu.

"Aku Orion.."

Deg..

*************************

Episode 3 Pesona Orion

Syanova mencoba mengendalikan dirinya agar berhenti menangis. Apalagi jantungnya mendadak berdetak lebih cepat, karena mendengar suara dan nama yang sempat menggetarkan hatinya.

"Syan.. Kamu menangis? Kamu lagi ada masalah?" Orion terdengar begitu khawatir, ingin rasanya Syanova meluapkan kesedihannya. Namun tentu saja, Syanova tidak mungkin berbagi cerita dengan laki-laki yang baru dikenalnya.

"Iya.. Aku sedang menonton Drama Korea. Ceritanya sedih, sampai membuat aku tidak berhenti menangis." Syanova memilih berbohong dibanding menjelaskan perasaannya pada Orion.

"Hmm, begitu.."

'Entah kenapa, aku merasa Syanova sedang berbohong. Tapi aku tidak bisa mendesaknya untuk bercerita.' Ucap Orion dalam hati.

"Oh iya, kamu mendapat nomor ponselku dari mana Orion?" Syanova mencoba mengalihkan pembicaraan, karena Orion hanya diam seolah tengah berpikir.

"Aku meminta nomormu dari Vanya. Kami berteman sejak SMP."

"Oh begitu.." Angguk Syanova tanpa sadar, padahal Orion tidak bisa melihat anggukan kepalanya.

"Syan.. Aku mau minta maaf sama kamu, kejadian saat kita bertabrakan di koridor kelas, ternyata menjadi gosip di kelas aku. Kayaknya sebentar lagi bakalan menyebar ke kelas kamu juga."

"Hah? Gosip apa?" Nada bicara Syanova terdengar ingin tahu lebih lanjut tentang penjelasan Orion.

"Selama ini aku tidak pernah dekat sama perempuan manapun. Meskipun ada banyak perempuan yang mendekati aku, termasuk teman-teman di kelas. Karena kejadian tabrakan sama kamu itu, aku digosipkan dekat sama kamu."

"Harusnya aku yang minta maaf, karena saat itu, aku yang menabrak kamu." Sesal Syanova justru dibalas kekehan Orion.

"Jadi sekarang kamu mengaku salah, kalau kamu sudah menabrak aku waktu itu?" Orion tidak bisa menahan tawanya, sementara Syanova merona malu karena saat itu justru dia yang kesal pada Orion. Untung saja Orion tidak bisa melihatnya saat ini, karena Orion bisa saja makin menggodanya.

"Iya, aku yang salah. Lalu kamu sudah klarifikasi kan sama teman-teman kamu, kalau kita baru kenal? Aku saja baru lihat kamu."

"Hadeuh, berarti aku kurang terkenal. Sampai kamu tidak tahu keberadaan aku di dunia ini. Padahal aku cukup aktif di sekolah, meskipun kurang suka saat menjadi pusat perhatian." Helaan nafas panjang Orion, justru disambut tawa Syanova.

"Ya maaf, aku bukan orang yang aktif bersosialisasi atau berorganisasi." Jujur Syanova.

"Hmm, buat dikenal sama kamu, kayaknya aku harus lebih terkenal dari Kapten Basket nih." Ucapan Orion lagi-lagi dibalas tawa Syanova.

"Aduh sampai segitunya."

"Tunggu beberapa minggu lagi ya Syan, aku pasti jadi orang paling terkenal di sekolah." Ucap Orion diakhiri kekehan kecil.

"Iya deh iya.." Jawab Syanova tidak bisa menahan tawanya.

*************************

Komunikasi diantara Orion dan Syanova berlanjut menjadi hubungan pertemanan, meskipun sekedar telepon dan video call. Kalau di sekolah, justru mereka tidak saling bertegur sapa, demi menghindari gosip yang semakin liar. Dalam hal ini, Orion yang tidak ingin membuat Syanova menjadi bahan ghibah orang.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam, tapi Syanova dan Orion masih saja asyik mengobrol melalui video call.

"Orion, aku juga sudah dengar tentang gosip kedekatan kita. Kenapa kamu tidak menjelaskan kesalahpahaman itu sama teman-teman kamu?"

"Aku justru senang karena mereka salah paham. Banyak cewek yang akhirnya menyerah dan tidak mendekati aku lagi." Ucapan yang diakhiri kekehan Orion, membuat Syanova memberengut kesal.

"Jadi kamu sengaja memanfaatkan aku dan gosip kedekatan kita?" Syanova tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

"Aduh jangan cemberut gitu dong, nanti cantiknya hilang.." Gombalan Orion tidak mengurangi rasa kesal Syanova.

"Tentu saja bukan, aku memang senang digosipkan dekat sama kamu. Lebih senang lagi kalau gosip itu bisa jadi kenyataan." Ucapan bernada lembut di akhir kalimat, juga tatapan dalam dari Orion, berhasil membuat jantung Syanova berdetak lebih cepat.

"Orion.. Sudah malam, aku juga sudah mengantuk. Aku tidur ya.." Raut wajah Orion berubah kecewa, karena jelas Syanova menghindari obrolan tentang hubungan mereka.

"Baiklah.. Selamat tidur Syanova, mimpi indah ya." Senyuman Syanova mengembang mendengar ucapan lembut Orion. Hatinya berbunga-bunga, namun Syanova berusaha tidak terlalu menunjukkannya di depan Orion.

"Selamat tidur Orion, mimpi indah juga ya." Kali ini giliran Orion yang berbunga-bunga, bahkan matanya terlihat berbinar.

Setelah panggilan video call berakhir pun, Orion masih memandangi wallpaper ponselnya yang sudah dia ubah menjadi photo Syanova sejak beberapa hari lalu.

"Sepertinya aku harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan kamu." Lirih Orion.

*************************

Perkataan Orion untuk bisa lebih terkenal dari Sang Kapten Basket, ternyata bukan sekedar ucapan saja. Memang ada banyak posisi yang memudahkan orang untuk bisa dikenal di sekolah, diantaranya menjadi Ketua Club Ekskul di sekolah. Dan memang rata-rata Ketua Ekskul memiliki pesonanya masing-masing. Sebut saja Darren si Kapten Basket, Alan si Ketua Club Taekwondo, Gerald si Ketua Club Pecinta Alam, dan masih banyak lagi.

Tapi diantara semua posisi itu, ada posisi yang paling tinggi diantara semuanya, yaitu posisi Ketua OSIS. Posisi itulah yang kini tengah diincar Orion, karena diam-diam Orion sudah mengikuti assessment dan bersaing dengan puluhan orang siswa untuk menjadi kandidat Ketua OSIS tahun ini.

Syanova dibuat terkejut saat 3 kandidat Ketua OSIS yang terpilih, diberikan waktu untuk melakukan promosi di kelasnya.

"Orion?" Lirih Syanova dengan raut terkejutnya. Sementara Orion fokus menjelaskan visi dan misinya jika terpilih menjadi Ketua OSIS.

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Orion Naresh Daniswara. Izinkan saya untuk menjelaskan Visi dan Misi saya, jika terpilih sebagai Ketua OSIS.."

Semua orang berdecak kagum melihat pembawaan Orion yang sangat percaya diri, dengan menjelaskan visi dan misinya secara detail. Ternyata bukan hanya berwajah tampan, Orion juga memiliki otak yang encer dengan segudang kemampuan. Bahkan 2 kandidat Ketua OSIS disebelahnya yang juga terkenal berotak encer, hanya terlihat sebagai pendamping saja.

Sehari setelah promosi ke setiap kelas, semua kandidat Ketua OSIS diberikan kesempatan sekali lagi untuk melakukan promosi dihadapan semua siswa dan menunjukkan kebolehannya di atas stage yang berada di aula sekolah.

Lagi-lagi semua penghuni sekolah dibuat terpana saat Orion beraksi di atas stage dengan teman band-nya. Bernyanyi sekaligus memainkan gitar listriknya dengan penuh gaya. Laki-laki maupun perempuan, bersorak ramai mengelukkan nama Orion.

"Orion.. Orion.. Orion.."

Bahkan kaum hawa semakin banyak yang terpesona pada Orion, tidak terkecuali Syanova yang mengulas senyum manisnya saat Orion menatapnya.

Rupanya hal ini tidak luput dari perhatian Darren yang juga berada di jajaran siswa yang ikut menonton.

'Jadi laki-laki seperti ini yang kamu suka Sya? Aku bisa menjadi apapun seperti yang kamu mau Sya. Tapi kenapa kamu tidak pernah memberiku kesempatan?' Batin Darren, seraya menatap Syanova yang masih tersenyum melihat penampilan Orion di atas stage.

*************************

Hari ini suasana hati Syanova begitu buruk, sejak Gerald dan Azhar sahabat terdekat Darren mengajaknya bicara jam istirahat tadi. Syanova berpikir kalau Darren sudah bahagia dengan pacar barunya, Rena. Tapi ternyata Gerald malah memberinya kabar buruk yang membuat Syanova merasa bersalah.

"Sya.. Darren itu benar-benar cinta sama kamu. Penolakan kamu, membuat Darren stres berat. Dia hampir setiap hari minum minuman keras, demi lupa sama kamu. Beberapa kali dia mengalami kecelakaan karena tidak fokus saat mengendarai motornya. Tadinya kami pikir lambat laun dia bisa melupakan kamu, jika sudah bersama gadis lain. Tapi ternyata Darren tidak bisa seperti itu Sya." Syanova hanya bisa diam mendengar perkataan Gerald.

"Tadi malam dia mengalami kecelakaan lagi, padahal luka di tangan dan kakinya baru saja sembuh. Apa kamu bersedia menjenguknya sepulang sekolah nanti Sya?" Ucapan Azhar membuat Syanova terkejut.

"Kamu bisa mengajak teman-teman kamu, nanti kita antar ke rumah Darren." Tawar Gerald penuh harap. Sementara Syanova masih tampak bingung hendak memberikan jawaban seperti apa pada Gerald dan Azhar.

*************************

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!