NovelToon NovelToon

The Last Life on Earth

Episode 1

Seorang pria bernama Carl Jenkinson yang berprofesi sebagai Ketua Geng Motor sedang berjalan ditengah jalan menuju markas geng nya. Dalam perjalanannya, Carl membawa pedang Katana miliknya untuk berjaga-jaga.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" batin Carl.

Setelah berjalan selama beberapa menit, Carl pun sampai di markas gengnya. Carl melihat bagian depan markas gengnya sangat berantakan. Mobil yang terbalik, sampah yang berhamburan dimana-mana, kaca markas gengnya yang semuanya pecah dan lainnya. Tanpa pikir panjang, Carl pun masuk ke dalam markas gengnya.

Begitu sudah di dalam, Carl pun berkeliling untuk melihat-melihat. Carl mengecek semua ruangan yang ada di markas gengnya sambil memanggil-manggil dan juga mengeluarkan pedangnya untuk berjaga-jaga, jikalau ada sesuatu terjadi.

"Halo... Teman-teman... Apa kalian ada disini?"

Namun, ketika Carl membuka pintu ruangan terakhir. Carl melihat salah satu anggota gengnya disana, karena orang yang ada di ruangan itu memakai atribut gengnya.

"Hei. Kenapa kau sendirian? Dimana yang lain?" tanya Carl.

Namun ketika orang itu berbalik, betapa terkejutnya Carl melihat salah satu anggota gengnya sudah berubah jadi mengerikan. Saat anggotanya melihat Carl, anggotanya itu mulai menghampiri Carl karena berniat memakan Carl.

"Sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!" ucap Carl.

Karena tahu anggotanya sudah bukan lagi manusia, Carl pun mengeluarkan pedangnya dan langsung menusuk kepala anggotanya itu. Anggotanya pun mati dalam keadaan kepala yang bolong.

...2 JAM SEBELUMNYA...

Carl terbangun disebuah ruangan dan ternyata Carl berada di rumah sakit. Carl yang awalnya kebingungan, akhirnya mulai ingat alasan kenapa dia ada di rumah sakit. Dan ternyata, Carl sebelumnya tertusuk oleh seseorang ketika gengnya sedang berperang dengan geng musuhnya, yaitu geng The Skull Reaper. Akibat dari tusukan tersebut membuat Carl tidak sadarkan diri yang membuatnya harus dibawa ke rumah sakit.

Setelah beberapa menit terdiam, Carl pun melepas semua alat-alat medis yang menempel padanya, lalu kemudian Carl pun berjalan menuju pintu ruangannya. Carl membuka pintu, lalu keluar dari ruangannya dan ternyata disana tidak ada siapa-siapa. Namun Carl tidak berpikir panjang dan memutuskan untuk pulang kerumahnya.

Saat Carl sudah keluar dari rumah sakit dan berjalan menuju rumahnya, Carl pun dibuat kebingungan karena suasana di kota begitu sepi dan tidak ada siapa-siapa. Carl melihat kesana kemari, namun keadaan kota benar-benar sepi. Sampai akhirnya tidak terasa, Carl pun sampai dirumahnya dan langsung masuk.

Saat sudah di dalam rumah, Carl tidak melihat keluarganya. Carl mencari keluarganya di setiap ruangan, namun tidak ada siapapun. Carl hanya melihat pakaian dan barang-barang yang berserakan. Pakaian-pakaian yang berserakan itu seperti menandakan bahwa keluarganya sudah mengamas.

Tanpa pikir panjang, Carl pun bergegas untuk mencari keluarganya. Carl mengganti pakaiannya dan menggunakan atribut gengnya yang terdapat lambang gengnya di bagian punggung. Nama gengnya Carl bernama The Skull Reaper, yaitu geng paling ditakuti di kotanya.

Setelah mengganti pakaiannya, Carl pun memutuskan untuk pergi ke markas gengnya terlebih dahulu yang tidak jauh dari rumahnya. Sebelum pergi, Carl mengambil pedang Katana nya yang dipajang didinding kamarnya guna untuk berjaga-jaga, karena Carl merasa ada yang tidak beres di kota.

Ketika Carl sudah keluar dari rumahnya, Carl melihat seseorang diseberang jalan. Sontak Carl pun memanggilnya guna ingin bertanya kenapa kota begitu sepi dan tidak ada orang satupun.

"Hei. Kau yang disana. Hei." panggil Carl.

Orang yang ada diseberang jalan pun berbalik dan melihat ke arah Carl. Setelah berbalik, orang itu pun berjalan menuju Cark. Namun, orang itu jalannya sangat aneh. Orang itu berjalan pincang seperti orang yang terluka. Carl tanpa pikir panjang juga berjalan menghampiri orang itu. Namun ketika sudah dekat, Carl sangat terkejut karena wajah orang itu dipenuhi darah dan tidak memiliki bibir.

"Kenapa dia? Wujudnya benar-benar mengerikan." batin Carl.

Carl yang merasa aneh pun mulai mundur sedikit demi sedikit. Tanpa pikir panjang lagi, Carl pun mengeluarkan pedangnya dan langsung menebas orang itu di bagian leher sampai terpenggal. Namun begitu terkejutnya Carl, ketika melihat orang itu itu masih hidup meskipun sudah terpenggal.

"Apa-apaan makhluk ini? Dia masih hidup meski kepalanya sudah terpenggal." ucap Carl.

Tapi pada akhirnya, Carl pun menusuk kepala orang itu yang membuat orang itu pun sepenuhnya mati.

Karena tidak mau terus berpikir. Carl pun memutuskan untuk segera pergi ke markas gengnya guna mengecek, apakah ada anggota gengnya disana. Carl berjalan menuju markasnya dengan sedikit tergesa-gesa.

...**...

Kembali ke waktu awal, Carl sedang mengemas barang-barang di markasnya terlebih dahulu. Carl mengambil barang-barang yang sekiranya bisa digunakan. Ketika Carl masuk ke gudang, Carl melihat ada beberapa makanan dan satu Revolver (pistol). Carl memasukkan makanan di gudang itu kedalam tas, lalu mengambil Revolver yang dia temukan. Setelah mengambil Revolver tersebut, Carl pun mengecek jumlah pelurunya dan ternyata hanya ada 3 peluru tersisa.

"Sial! Hanya ada 3 peluru!"

"Sebaiknya aku pergi ke toko senjata terlebih dahulu."

Setelah berkemas, Carl pun keluar dari markasnya dan berencana pergi ke toko senjata, karena Carl membutuhkan senjata di situasi yang membingungkan tersebut untuk berjaga-jaga. Saat diluar, Carl melihat satu sepeda diseberang jalan dan lantas Carl pun memakai sepeda itu menuju toko senjata.

Carl terus mengayuh sepedanya tanpa henti menuju toko senjata. Carl mengayuh sepedanya sambil melihat-lihat sekitar, guna memastikan apakah ada orang atau tidak. Setelah 20 menit, tidak terasa Carl sudah sampai didepan toko senjata. Tanpa pikir panjang, Carl pun turun dari sepedanya lalu masuk sambil bersiap dengan pedangnya.

Begitu Carl membuka pintu toko, ada dua zombie didalam toko senjata itu. Tanpa pikir panjang, Carl langsung menebas kepala kedua zombie tersebut. Setelah menghabisi kedua zombie itu, Carl pun melihat-lihat bagian dalam toko. Namun Carl pun dibuat kecewa, setelah melihat-lihat sekitar.

"Sial! Tidak ada senjata satupun disini!" ucap Carl.

Meski tidak ada senjata satupun disana, Carl pun melihat 2 peluru dilantai. Dan kedua peluru tersebut adalah peluru untuk Revolver dan kebetulan Carl saat ini membawa Revolver. Tanpa pikir panjang, Carl pun mengambil kedua peluru tersebut dan langsung mengisi Revolver nya. Revolver Carl pun terisi penuh, karena Revolver Carl berkaliber 44 dan memiliki kapasitas peluru sebanyak 5 buah.

"Meski tidak ada senjata. Setidaknya aku menemukan peluru untuk mengisi Revolver ku." batin Carl.

"Taktaktaktaktak..."

"Apa itu?" Carl menengok ke belakang.

"Mungkin aku hanya berhalusinasi." batin Carl.

Setelah mengisi Revolver nya, Carl pun memutuskan untuk masuk ke satu pintu dibelakang. Carl berjalan kearah pintu tersebut. Carl berjalan pelan tanpa mengeluarkan suara. Sebelum membuka pintu, Carl bersiap dengan pedangnya karena takut akan ada sesuatu didalam dan juga tidak mau membuang-buang peluru. Namun saat akan membuka pintu, seseorang tiba-tiba menghantam kepala Carl menggunakan tongkat. Hal itu pun membuat Carl jatuh pingsan.

...**...

...Bersambung....

...JANGAN LUPA LIKE NYA....

Episode 2

...MALAM HARI...

Carl terbangun dari pingsannya, lalu melihat sekitar dan ternyata Carl berada disebuah ruangan dalam keadaan terbaring dengan tangan dan kaki yang diikat. Carl melihat ada dua orang disebelahnya, satu pria dan satu perempuan. Si pria sedang membasuh tangannya disebuah wadah yang berisi air, sedangkan yang perempuan sedang memegang sebuah tongkat.

"Perbanmu sudah diganti sekarang." ucap pria itu.

"....."

"Keadaannya sangat buruk." lanjut pria itu.

"....."

"Luka apa itu?" tanya pria itu.

"Luka tusukan." jawab Carl.

"Luka tusukan?" Pria sedikit terkejut.

"....."

"Apa lagi?" tanya pria itu.

"Luka tusukan tidak cukup?" tanya Carl.

Pria itu mendekat.

"Dengar! Aku bertanya dan kau menjawab!" ucap pria itu.

"....."

"Itu kesopanan yang umum, bukan?" tanya pria itu.

"....."

"Kau tergigit?" tanya pria itu sambil mendekatkan wajahnya.

"Tergigit?" tanya Carl yang bingung.

"Tergigit, terkunyah... Mungkin tercakar atau sesuatu seperti itu?" lanjut pria itu.

"..... Tidak. Aku tertusuk. Hanya tertusuk sejauh yang aku ketahui." jawab Carl.

"....."

Pria itu mendekatkan tangannya ke wajah Carl. Carl yang takut diapa-apakan pun mencoba menjauhkan wajahnya.

"Biarkan aku melakukannya!" ucap pria itu.

"....."

Pria itu menyentuh kening Carl.

"Terasa cukup dingin." ucap pria itu pada perempuan disebelahnya.

"Demam akan membuatmu mati saat ini." ucap pria itu pada Carl.

"Kupikir aku tidak demam." balas Carl.

"Sulit untuk dilewatkan." ucap pria itu.

Pria itu mengambil sesuatu di kantung nya. Dan ternyata pria itu mengambil sebuah pisau lipat, lalu memperlihatkan pisaunya pada Carl.

"Perhatikan seberapa tajam pisau ini!" ucap pria itu.

"....."

"Kau coba macam-macam, aku akan membunuhmu dengan ini! Dan jangan berpikir aku tidak akan melakukannya!" ucap pria itu dengan tegas.

Setelah mengancam Carl, pria itu pun melepaskan tali yang mengikat tangannya Carl menggunakan pisaunya.

"Keluarlah saat kau sudah kuat!" ucap pria itu.

"....."

"Ayo!" ajak pria itu pada perempuan disebelahnya.

Pria dan perempuan itu pun keluar dari kamar tersebut. Sebelum ikut keluar, Carl terdiam sambil mengecek luka tusukan yang ia derita. Pria tadi benar-benar sudah mengganti perbannya.

Setelah beberapa saat, Carl pun keluar dari kamar dan turun kelantai bawah. Sesampainya dibawah, pria dan perempuan tadi sedang menyiapkan makanan di atas meja. Carl saling bertatapan dengan pria dan perempuan itu. Setelah bertatapan, Carl pun berjalan melihat-lihat sekitar.

"Rumah ini milikmu?" tanya Carl.

"Bukan." jawab pria itu.

"Lalu, rumah siapa ini?" tanya Carl.

"Rumah ini sudah kosong saat kamu datang kesini." jawab pria itu.

Carl berjalan mendekati jendela dan mencoba membuka gorden untuk melihat keluar. Namun pria itu menghentikannya.

"Jangan lakukan itu!" ucap pria itu.

"....." Carl menengok pada pria itu.

"Mereka akan melihat cahayanya. Mereka lebih banyak dari yang biasanya." lanjut pria itu.

"....."

"Aku seharusnya tidak menembak hari ini." ucap pria itu.

Carl berjalan mendekati pria itu.

"Suaranya menarik mereka. Kini mereka ada di jalanan." ucap pria itu.

"....."

"Sangat bodoh untuk menggunakan pistol... Namun itu semua terjadi begitu cepat." ucap pria itu.

"Kau menembak pria itu hari ini." ucap Carl.

"Pria?" tanya pria itu

"Itu bukan manusia." ucap perempuan disebelahnya.

"Apa yang kau katakan barusan?" tanya pria itu pada perempuan disebelahnya.

"Itu memang bukan manusia." ucap perempuan itu.

"Ayo! Duduklah sebelum kau terjatuh!" ajak pria itu sambil menyajikan makanan untuk Carl.

Carl pun duduk setelah dipersilahkan oleh pria itu.

"Kakak... Berdoa!" ajak perempuan itu.

"Ya." balas pria itu sambil melirik pada Carl.

Pria dan wanita itu saling berpegangan tangan. Lalu perempuan itu juga mengajak Carl untuk berpegangan tangan. Awalnya Carl sedikit enggan, namun akhirnya memegang tangan pria dan perempuan itu.

"Tuhan. Terima kasih untuk makanan ini. Berkah darimu... Dan kami meminta padamu untuk menjaga kami di masa genting ini... Amin." Pria itu memulai doa.

"Amin." ucap perempuan itu.

Setelah berdoa, Carl pun mulai memakan makanan yang disiapkan oleh mereka berdua.

"Hei kawan. Apa kau tahu apa yang sedang terjadi?" tanya pria itu.

"Aku terbangun di rumah sakit hari ini... Aku pulang ke rumah dan mengganti pakaian. Lalu aku pun pergi ke markas gengku, namun karena tidak ada siapa-siapa. Aku pun memutuskan untuk pergi ke toko senjata untuk mengambil beberapa senjata dan inilah yang ku ketahui." cerita Carl.

"....." Perempuan itu hanya diam sambil melirik pada pria itu.

"Tapi kau tahu tentang orang-orang yang mati itu, bukan? tanya pria itu.

"Ya. Aku banyak melihatnya... Aku melihat tumpukan mayat di taman." jawab Carl.

"Tidak... Bukan yang dimatikan. Tapi mayat hidup." ucap pria itu.

"....." Carl melirik pada pria itu.

"Seperti yang ku tembak hari ini. Karena dia akan merobek tubuhmu... Berusaha memakanmu, mengambil sebagian dagingmu... Kurasa ini pertama kali kau mendengarnya... Aku tahu bagaimana ini terdengar." lanjut pria itu.

"Mereka diluar sana sekarang? Di jalanan?" tanya Carl.

"Ya." jawab pria itu.

"....."

"Terkadang mereka menjadi lebih aktif setelah malam tiba... Mungkin karena udara yang dingin atau mungkin karena aku menembak hari ini... Namun kita akan baik-baik saja selama kita tetap diam. Mungkin akan berjalan-jalan pada pagi hari." ungkap pria itu.

"....."

"Tapi dengar! Satu hal yang ku ketahui... Jangan sampai kau tergigit!... Aku melihat perbanmu dan itulah yang aku takutkan... Gigitan akan membunuhmu. Demam akan menyerangmu. Namun setelah beberapa saat... Kau akan hidup kembali." ungkap pria itu.

"....."

"Aku pernah melihatnya terjadi." ucap perempuan didepannya.

"....." Carl melirik pada perempuan didepannya.

"Ayolah!" ucap pria itu pada perempuan disebelahnya sambil tersenyum.

Mereka bertiga pun melanjutkan makan bersama. Setelah makan, Carl dan pria itu masih terjaga diatas kasur yang sudah dipindahkan ke ruangan keluarga dilantai bawah, sedangkan perempuan itu sudah tertidur.

"Skull Reaper... Apa itu gengmu?" tanya pria itu.

"....." Carl melirik pada pria itu.

"Aku melihat lambang geng di jaket mu." ucap pria itu.

"Ya... Aku adalah ketua dan juga pendiri nya." ungkap Carl.

"Dan mereka selamat?" tanya pria itu.

"Kuharap begitu." jawab Carl.

"Kakak." Perempuan itu terbangun.

"Hei." Pria itu mengusap kepala perempuan itu.

"Kakak sudah bertanya padanya?" tanya perempuan itu.

"Luka tusukan mu itu... Kami saling bertaruh. Adikku berkata bahwa kau adalah perampok bank." ungkap pria itu sambil tersenyum.

"Ya. Itulah aku... Perampok bank yang berbahaya. Haha." ucap Carl.

Tiba-tiba terdengar suara alarm mobil diluar. Sontak mereka bertiga terkejut akan hal itu. Adik perempuannya pria itu terbangun, karena takut.

"Tidak apa-apa. Kakak disini... Bukan apa-apa... Salah satu dari mereka pasti menabrak mobil." ucap pria itu sambil memeluk adiknya.

"Kau yakin?" tanya Carl

"Pernah terjadi sebelumnya." jawab pria itu.

"....."

"Ini akan berlangsung selama beberapa menit." ucap pria itu.

"Matikan lampunya!" ucap pria itu pada adiknya.

Carl dan pria itu mendekati jendela, sedangkan adik perempuannya mematikan lampu terlebih dahulu. Sebelum melihat keluar, Carl mematikan lampu yang berada didekat jendela. Tepatnya di pojok ruangan tersebut. Lalu pria itu melihat keluar dengan membuka sedikit gorden, kemudian Carl mulai ikut melihat keluar juga.

"Yang berwarna biru di jalan... Mobil yang sama dengan yang terakhir kali. Kurasa kita akan baik-baik saja." ucap pria itu.

"Suara itu tidak akan mengundang lebih banyak dari mereka?" tanya Carl.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang... Kita tunggu saja sampai pagi!" jawab pria itu.

Saat perempuan itu ikut melihat keluar, betapa terkejutnya dia ketika melihat zombie ibu-ibu disana.

"Dia disini." ungkap perempuan itu.

"Jangan melihatnya! Menjauhlah dari jendela!" suruh pria itu.

"....."

"Kakak bilang pergilah! Ayo!" suruh pria itu dengan tegas.

Adik pria itu pun berlari, lalu berbaring di kasur. Perempuan itu menangis diatas kasur. Sontak pria itu pun mendekati perempuan itu guna menenangkannya.

"Perlie. Diamlah! Ayolah! Diamlah sekarang! Sssttt..." ucap pria itu sambil memeluk Perlie adiknya.

Disaat pria itu sedang menenangkan Perlie, Carl masih berdiri didekat jendela sambil melihat keluar. Carl juga melihat zombie ibu-ibu di jalanan yang mendekat ke rumah yang mereka singgahi. Begitu zombie ibu-ibu itu sudah tidak terlihat, Carl pun berpindah ke pintu depan dan melihat keluar lewat lubang kecil di pintu. Dan ternyata zombie ibu-ibu itu berjalan menaiki tangga mendekati pintu depan rumah.

"Tidak apa-apa. Ini... Menangis lah di bantal. Kau ingat? Sssttt..." Pria itu terus berusaha menenangkan adiknya.

Ketika zombie ibu-ibu itu sudah berada tepat didepan pintu, Carl mun memutuskan untuk kembali ke kasurnya sambil terus memperhatikan pintu karena gagang pintunya digerakkan oleh zombie ibu-ibu itu. Tapi untungnya pintu itu sudah dikunci dan papan yang di paku.

"Dia... Dia mati dikamar lain ditempat tidur yang ada disana." ungkap pria itu.

"....." Carl menengok pada pria itu.

"Tidak ada yang bisa kulakukan. Demam itu... Kulitnya pucat, demamnya sangat tinggi." ungkap pria itu.

"....." Carl hanya terdiam.

"Aku seharusnya... Aku seharusnya membunuhnya. Aku tahu itu, tapi aku... Kau tahu? Aku tidak punya keberanian... Dia ibu kami." ucap pria itu sambil menahan tangisnya.

"....."

Carl kembali melihat pintu depan yang gagangnya terus bergerak. Setelah mendengar cerita pria itu, Carl pun mulai mengingat keluarganya yang berada di kota lain. Carl mulai mengkhawatirkan mereka dan takut terjadi sesuatu hal yang serupa pada keluarganya.

...**...

...Bersambung....

...JANGAN LUPA LIKE NYA....

Episode 3

Di pagi hari, Carl pun keluar bersama pria bernama Darnell dan adiknya. Sebelum keluar, mereka bersiap-siap terlebih dahulu. Carl bersiap dengan pedangnya sebelum membuka pintu dan Darnell bersiap dengan tongkat baseball nya. Carl membuka pintu secara perlahan dan ternyata para zombie yang semalam sudah tidak ada dan hanya ada satu zombie yang tergeletak didekat pagar.

"Kita yakin mereka sudah mati? Aku harus bertanya paling tidak sekali lagi." tanya Carl.

"Mereka memang sudah mati kecuali sesuatu di otak mereka. Karena itulah harus ditembak di bagian kepalanya." jawab Darnell.

Carl, Darnell dan Perlie berjalan menuruni tangga secara perlahan. Mereka berjalan sambil memperhatikan satu zombie yang duduk menyender pada pagar. Ketika mereka sudah dekat, zombie itu pun bergerak lalu melihat kearah mereka bertiga. Seketika zombie itu pun bangun, lalu menghampiri mereka bertiga. Carl dengan pedangnya menghampiri zombie tersebut, lalu menebas kepalanya. Dalam sekejap, zombie itu pun mati. Karena Carl mengayunkan pedangnya terlalu kuat, Carl pun merasakan sakit pada lukanya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Darnell.

"Aku perlu waktu menyendiri." jawab Carl.

Setelah membunuh satu zombie itu, mereka bertiga pun sampai di kantor polisi. Mereka masuk ke dalam dengan berhati-hati, karena takut ada zombie didalam. Mereka mengecek bagian dalam kantor polisi, namun sama sekali tidak ada zombie dan hanya terlihat semua ruangan di kantor polisi sangat berantakan. Begitu sudah mengecek, Carl meletakkan pedangnya di meja, lalu duduk untuk bersantai sejenak.

"Keluargaku masih hidup... Paling tidak begitulah saat mereka pergi." ucap Carl.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Darnell.

"....."

"Melihat keadaan tempat ini..."

"Aku menemukan laci-laci kosong dikamar tidur. Mereka membawa beberapa pakaian. Tidak banyak, tapi cukup untuk bepergian." ungkap Carl.

"Kau tahu siapa saja bisa masuk dan mencuri pakaian, bukan?" tanya Darnell.

"Kau melihat bingkai-bingkai foto didinding?" tanya Carl.

"....."

"Aku juga tidak melihatnya. Menurutmu pencuri juga mengambilnya?" tanya Carl.

Carl membuka satu lemari disebelahnya guna mengecek apakah ada sesuatu yang berguna.

"Album foto kami, foto-foto keluarga. Semuanya menghilang." ungkap Carl.

"Album foto." Darnell tiba-tiba tertawa.

"....."

"Ibuku juga sama. Ketika aku mengemas perlengkapan untuk bertahan hidup... Dia mengambil album foto." ungkap Darnell.

"....."

"Aku yakin mereka di Heaven Feel." ucap Perlie.

"Benar." balas Darnell.

"Kenapa disana?" tanya Carl.

"Pusat pengungsian. Kabarnya pusat pengungsian yang besar sebelum siaran terhenti... Perlindungan militer, makanan, tempat tinggal. Mereka menyuruh orang-orang untuk pergi kesana... Katanya tempat itu aman." ungkap Darnell.

"Selain itu, mereka punya tempat medis." ungkap Perlie.

"Pusat pengendalian penyakit. Katanya mereka sedang berusaha menyelesaikan masalah ini." ungkap Darnell.

Setelah mendengar perkataan Darnell dan Perlie. Carl pun pergi ke belakang, lalu mengecek satu persatu lemari dan laci. Begitu membuka laci terakhir, Carl melihat ada beberapa kunci mobil yang tergantung. Carl pun mengambil dua kunci mobil dari laci tersebut. Lalu mengajak Darnell dan Perlie pergi.

Mereka bertiga memasuki pintu yang dibuka oleh Carl. Mereka masuk dengan sangat berhati-hati dan juga bersiap dari sesuatu yang mungkin saja terjadi. Setelah masuk, mereka bertiga pun berjalan di lorong dan menemukan kamar mandi.

Mereka bertiga pun masuk ke kamar mandi guna mengecek masih bisa digunakan atau tidak. Karena mereka bertiga belum mandi selama berhari-hari. Carl membuka salah satu kran dan ternyata masih berfungsi.

"Pipa gas mungkin sudah tidak berfungsi selama sebulan." ucap Darnell.

"Stasiun gas punya cadangan gas sendiri." ungkap Carl.

"....."

Carl mendekatkan tangannya pada air.

"Masih berfungsi." ucap Carl sambil tersenyum.

Setelah tahu bahwa kran nya masih berfungsi dan mengeluarkan air. Mereka pun akhirnya memutuskan untuk mandi. Carl dan Darnell mandi duluan, setelah mereka berdua baru Perlie yang mandi. Mereka mandi di kamar mandi kantor polisi yang dimana bisa mandi bersama, karena terdapat beberapa shower yang berjejer.

"Astaga. Rasanya nikmat, bukan? Hahahaha."

Setelah mereka mandi, mereka pun mengeringkan tubuh menggunakan handuk, lalu mengganti pakaian disana.

"Heaven Feel kedengarannya seperti tawaran bagus... Tempat yang aman untuk orang-orang." ucap Carl.

"Kesana lah tujuan kami sebelumnya... Semuanya menjadi kacau. Kau tidak akan percaya dengan kepanikan yang terjadi. Jalanan tidak cukup menampungnya. Kemudian... Ibuku tidak bisa pergi... Tidak dengan lukanya. Jadi kami harus menemukan tempat bersembunyi. Lalu setelah dia mati... Kami harus bersembunyi... Kurasa kami hanya membeku ditempat ini." ungkap Darnell.

"Ada rencana untuk pergi?" tanya Carl.

"Aku belum memikirkannya." jawab Darnell sambil tersenyum.

...**...

Setelah mandi dan berbincang, mereka bertiga pun masuk ke gudang senjata yang ada di kantor polisi tersebut untuk mengambil beberapa senjata. Dan untungnya senjata disana masih ada beberapa.

"Banyak yang hilang." ucap Carl sambil mengambil salah satu senapan.

"Kakak. Boleh aku belajar menembak?" tanya Perlie

"....."

"Aku sudah cukup dewasa." ucap Perlie.

"Ya. Kau akan belajar. Tapi harus dilakukan dengan hati-hati, mengajarimu menghormati senjata!" ucap Darnell.

"Ya benar. Itu bukan mainan. Kau tarik pelatuknya dan kau harus bersungguh-sungguh! Selalu ingat itu, Perlie!" ucap Carl.

"Baik." balas Perlie.

"....."

"Ini. Bawalah!" Darnell memberikan satu senapan.

Carl mengambil satu senapan, lalu memberikannya pada Darnell.

"Kau bawa yang satu itu! Bukan sesuatu yang mewah. Scope nya akurat." ucap Carl.

"....."

Darnell mengetes Scope nya, lalu setelah itu mereka pun bersama-sama mengemas semua senjata. Setelah semuanya dikemas, mereka pun keluar dari kantor polisi tersebut lewat pintu belakang sambil membawa beberapa tas berisi senjata.

"Pelurunya akan cepat habis dari yang kau kira, khususnya saat latihan menembak sasaran." ucap Carl.

"Perlie." panggil Darnell.

"Ya?" sahut Perlie.

"Bawa ini ke mobil!" Darnell memberikan dua tas pada Perlie.

"Baik." balas Perlie.

"Kau yakin tidak akan ikut?" tanya Carl.

"Beberapa hari lagi. Saat itu, Perlie akan tahu cara menembak dan aku tidak akan meleset saat menembak." jawab Darnell.

Carl mengambil satu HT (alat komunikasi) dari dalam tas, lalu memberikannya pada Darnell.

"Kau punya satu baterai." ucap Carl.

"....." Darnell menerima HT tersebut.

"Aku akan menyalakan milikku selama beberapa menit setiap pagi... Nyalakan milikmu! Begitulah kau akan menemukanku." ucap Carl.

"Kau berpikir ke depan." balas Darnell.

"Tidak sanggup untuk kulakukan. Tidak bisa lagi." ucap Carl.

"Dengar! Ada satu hal... Mereka tidak masalah jika sendirian. Tapi jika berkelompok, semuanya berkerumun dan lapar... Kawan, berhati-hatilah!" ucap Darnell.

"Kalian juga!" balas Carl.

"Kau orang yang baik, Carl. Semoga kau menemukan keluargamu." ucap Darnell sambil menjabat tangan Carl.

"....."

"Sampai jumpa, Perlie. Jaga kakakmu!" ucap Carl sambil menjabat tangan Perlie.

"Baik." balas Perlie.

Ketika Darnell dan Perlie akan pergi, tiba-tiba muncul satu zombie dibelakang Carl. Tapi untungnya ada pagar yang membuat zombie itu tidak bisa mendekat. Ketika Carl melihat zombie itu, Carl mengenali zombie itu yang ternyata salah satu anggota gengnya.

"Leon?"

"....."

"Aku tidak terlalu memikirkannya. Dia ceroboh dan bodoh, tapi... Aku tidak bisa meninggalkannya seperti ini." ucap Carl.

"Kau tahu mereka akan mendengar suara tembakan." ucap Darnell.

"Jangan sampai kita ada disini saat mereka muncul." balas Carl.

Carl mendekati zombie Leon yang tertahan oleh pagar. Lalu Darnell dan Perlie pergi duluan dari sana.

"Ayo pergi, Perl." ajak Darnell.

"....."

"Ayo!"

Darnell dan Perlie berlari menuju mobil, sedangkan Carl sudah dekat dengan zombie Leon. Zombie Leon mencoba mendorong pagar, namun tidak bisa. Carl pun menodongkan pistol ke kepalanya zombie Leon, lalu menembaknya. Setelah semuanya selesai, mereka bertiga pun pergi dari sana. Ketika keluar dari area kantor polisi, mobil mereka mengambil arah yang berbeda. Mobil Carl ke kiri, sedangkan mobil Darnell dan Perlie ke kanan.

...**...

...Bersambung....

...JANGAN LUPA LIKE NYA....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!