NovelToon NovelToon

PESANTREN IN LOVE

01

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Zuyyina Al Khumaira seorang gadis yang sangat cantik dan anggun itu pun tak sengaja bertabrakan dengan seorang ibu-ibu yang sedang kerepotan membawa belanjaannya dari pasar tradisional.

"Maaf Bu, Zuyyin enggak sengaja menabrak ibu." Ucap Zuyyin kepada ibu-ibu tersebut sambil membantu megambil belanjaan yang berserakan akibat tabrakan tadi.

"Ah, iya ibu juga minta maaf karna ibu juga yang salah tak memperhatikan jalannya." sambil memandangi wajah Zuyyin yang terlihat anggun.

Kemudian Zuyyin pun membantu membawakan barang belanjaan ibu-ibu tersebut, menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari pintu pasar.

Kemudian Zuyyin pun akan pamit karena tadi di suruh sang bunda untuk membeli ikan dan sayuran buat makan siang nanti.

"Sekali lagi Zuyyin minta maaf ya buk, assalamualaikum." sambil menyalami tangan ibu-ibu tersebut.

" Tunggu dulu nak, nama kamu siapa sayang."

"Zuyyina Bu, biasa di panggil Zuyyin aja sama bunda."

"Panggil ummi saja Zuyyin." Ucap ummi dan mengajak Zuyyin ke tukang penjual es cendol yang tak jauh dari mobil ummi dan sudah menjadi langganan ummi.

"Mari ikut ummi dulu sebentar buat ngilangin haus." ucap ummi yang menggandeng tangan Zuyyin untuk mengikuti langkahnya menuju penjual es cendol.

Zuyyin yang tak enak hati kalau mau menolak ajakan ummi langsung menganggukkan kepalanya dan mengikuti dari belakang.

Ahirnya ummi pun duduk di pojokan dekat jendela, karena mamang penjual es udah hafal langsung menghampiri ummi.

"Pesen berapa ummi!!!" Ucap mamang kepada ummi.

"Tiga mang." jawab ummi.

"Zuyyin yang merasa heran kenapa pesen tiga kan kita berdua." gumam Zuyyin dalam hatinya.

Ummi pun memberi tahu Zidan lewat pesan aplikasi hijau tersebut.

Tak berapa lama ada seorang pemuda tampan yang menghampiri Ummi langsung duduk di depan Ummi.

Ya pemuda itu adalah Zidan, seorang santri yang sudah di percaya ummi untuk mengantar kemanapun ummi pergi.

"Ini siapa Ummi, kenapa bisa sama Ummi." Tanya Zidan karena dia juga baru pertama kali melihatnya.

" Oh….. ini Zuyyin yang tadi membantu ummi, dan ummi tak sengaja menabraknya tadi di dalam pasar.

Zidan pun mengenalkan diri sambil menangkupkan kedua tangan nya depan dada yang sambut ramah oleh Zuyyin.

Tak berapa lama es cendol pesanan ummi pun datang.

"Ummi silahkan di minum es nya." Ucap mamang seraya menyajikan es tersebut.

Mereka bertiga menikmati es cendol yang sangat pas di waktu menjelang siang karena matahari sangat terik.

Setelah semuanya menghabiskan esnya masing-masing, Zuyyin pun pamit sudah pasti di tunggu sama bunda Fatma.

"Kamu naik apa nak?" Tanya ummi karena tak melihat kendaraan yang di pakai Zuyyin.

"Zuyyin naik ojol ummi." sambil tersenyum ramah melihat ummii.

Ummi yang sudah jatuh hati ketika pertama kali melihat kepribadian Zuyyin pun langsung menggandeng Zuyyin ke mobilnya.

"Ayok ummi antar kamu pulang." Ucap Ummi sambil menggandeng tangan Zuyyin.

Zuyyin yang merasa tak enak hati untuk menolak tawaran ummi pun hanya menganggukkan kepala seraya tersenyum manis.

Zidan yang sudah di dekat mobil pun membukakan pintu untuk Ummi Aisyah dan Zuyyin duduk di samping Ummi.

Setelah itu Zidan memposisikan dirinya di balik kemudi mobil.

"Antarkan Zuyyin pulang dulu nak." Ucap ummi seraya tersenyum ke arah Zuyyin.

Karena ummi enggak mempunyai anak perempuan, maka dari itu ummi yang melihat pertama kali Zuyyin pun langsung sayang.

ada rasa nyaman ketika bersama Zuyyin dengan santri yang lainnya.

Selama perjalanan Zuyyin hanya diam saja, cuma menanggapi pertanyaan dari ummi sepatah dua patah kata.

Lima belas menit pun berlalu, Zidan yang cuma menjadi pendengar ummi pun hanya tersenyum seraya berkata, "rumahmu sebelah mana mbak."

"Samping perempatan bang yang ada di depan."

"Nah itu rumahnya bang." sambil menunjukkan jarinya ke arah rumah yang sangat sederhana.

"Mari ummi mampir dulu ke rumah Zuyyin, tapi maaf rumahnya sangat sederhana."

"Baiklah nak mari kita turun." Sambil keluar dari mobil tersebut.

Mereka berjalan beriringan menuju rumah yang nampak sederhana namun terlihat asri karena ada taman kecil yang tertata rapih dan pohon mangga yang berada di samping rumah.

"Assalamualaikum bund, Zuyyin pulang." Sambil membuka pintu rumah.

Zuyyina langsung mengajak ummi dan Zidan masuk kedalam rumah tersebut, Zuyyin pun telah mempersilahkan duduk di ruang tamu.

Zuyyin melangkahkan kakinya ke dapur guna menaruh barang belanjaan sambil menyalami sang bunda karena bunda tidak tahu kalau Zuyyin di antar oleh seseorang.

"Bund, di ruang tamu lagi ada tamu yang datang bersama Zuyyin."

"Tadi Zuyyin di pasar enggak sengaja menabrak orang Bund, jadi Zuyyin di anter sama mereka."

kini banyak pertanyaan yang timbul ingin bunda tanyakan, namun Zuyyin mengembalikan kesadaran bunda dari lamunannya.

"Bunda temuin dulu tamunya, nanti Zuyyin akan cerita sama bunda."

Bunda pun langsung menuju dimana tamunya berada.

"Assalamualaikum buk, saya bunda Fatma Bundanya Zuyyin."

"Waalaikumsalam." Ummi menjawab salam bunda Fatma sambil bangkit dari duduknya dan menerima uluran tangan bunda Fatma.

Tanpa menunggu lama Zuyyin pun keluar membawakan 2 cangkir teh dan cemilan untuk ummi Aisyah dan berjalan ke ruang tamu dimana ummi berada dan menyimpan teh di depan ummi dan Zidan.

"Silahkan di minum ummi."

Zuyyin duduk di sisih kanan bundanya dan mendengarkan obrolan para orang tua.

Sampai tiga puluh menit berlalu ummi pun pamit undur diri karena sudah terlalu lama meninggalkan pesantren.

"Maaf Bun kami undur diri, enggak enak juga udah di cari Abah pasti kita lama keluarnya."

"Saya juga berterima kasih kepada Ummi yang sudah mau mampir kemari, mengantarkan Zuyyin pulang."

Zuyyin beserta bunda Fatma mengantarkan ummi Aisyah ke depan bersama Zidan yang sudah berjalan terlebih dahulu guna menyiapkan mobilnya.

"Zuyyin kapan-kapan bunda tunggu ya kedatangan Zuyyin ke pesantren." Ucap ummi yang berjalan berdampingan bersama ummi.

Ummi yang sudah merasa senang dengan Zuyyin sudah menganggap Zuyyin seperti anak sendiri.

"Iya ummi."

"Assalamualaikum."

"waalaikumsalam."

Perlahan tapi pasti kini mobil yang di kendarai Zidan pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan pelataran rumah Zuyyin.

02

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Zuyyin yang sudah lulus dari madrasah nya kini ia bertekad untuk melanjutkan pendidikannya di pesantren.

Apalagi kemaren bertemu dengan ummi Aisyah sang pemilik pesantren, kini tekadnya semakin kuat untuk memperdalam ilmu agamanya guna membentengi dirinya dari godaan dunia luar.

Mereka yang bercengkrama di ruang keluarga dan berbincang-bincang dengan keinginan Zuyyin untuk pergi ke pesantren.

Ahirnya keputusan sang ayah pun mengizinkan Zuyyin untuk memperdalam ilmu agama di pesantren dimana keinginan dari sang anak tercinta.

Zuyyin yang sudah mendapatkan dukungan penuh dari orang tua pun ahirnya memeluk ayah bundanya.

"Yah, Bun, makasih udah ijinin Zuyyin untuk menimba ilmu di pesantren DARUL QUR'AN." 

"Sama-sama sayang, semoga apa yang kau cita-citakan memperoleh hasil yang maksimal dan menjadi kebanggaan orang tua," ucap ayah seraya mencium kening Zuyyin.

Zuyyin yang sudah tak sabar untuk pergi ke pesantren pun ia bergegas menuju kamarnya yang berada di samping ruang tamu untuk mengemas barangnya yang akan di pesantren.

Dalam kitab “ta'lim al-muta'allim” ada beberapa adab atau tata krama seorang pelajar dalam menuntut ilmu.

Di antara adab itu adalah memilih hari untuk memulai belajar. Guru besar sang pengarang kitab,  memastikan bahwa hari terbaik dalam menuntut ilmu ialah hari Rabu.

Hal ini sesuai dengan hadis Nabi:

قَالَ رَسُوْلُ اللّٰه صَلَّي اللّٰه عَلَيه وَسَلَّم : مَا مِن شَيْءٍ بُدِئَ فِي يَوْمٍ أَرْبَعَا ءِ اِلاَّ وَقَدْ تَمَ

 “Tiada satupun yang dimulai pada hari rabu kecuali sungguh sempurna.”

Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa Allah SWT mencipatkan cahaya pada hari tersebut, dan "al-ilmu nuurun” ilmu adalah cahaya.

Oleh karenanya untuk mendapatkan kesempurnaan belajar, hendaklah memulainya pada rabu.

Hari rabu merupakan hari yang berkah, kendati sementara orang kafir menganggap hari rabu sebagai hari yang sial.

Karena sudah tak sabar untuk menanti hari esok Zuyyin tak bisa memejamkan matanya.

Detik berganti menit, menit berganti jam, seakan jarum jam pun lamban tak bergerak ahirnya Zuyyin pun terlelap mengarungi mimpi indahnya.

Tepat pukul setengah empat Zuyyin pun terbangun, kemudian Zuyyin pun bergegas untuk membersihkan dirinya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Setelah sholat Zuyyin pun membantu bunda Fatma di dapur untuk membuat sarapan paginya dan membuat bekal untuk nanti dia ke pesantren.

Setelah sampai di dapur Zuyyin pun membantu sang bunda yang berkutat di dapur.

"Bunda bikin menu apa untuk hari ini?" Tanya Zuyyin sambil memotong-motong kacang panjang beserta sayuran lainnya.

"Bunda akan membuat urap, tempe kering, sambal belacan, ikan goreng, sama kepala manyun kuah kari."

"Wah……. mantep banget bund."

Satu jam lamanya Zuyyin yang membantu bunda, ahirnya pun kini telah tertata rapih di meja makan.

"Panggil ayah untuk kita sarapan bersama nak." ucap bunda sambil mencuci bekas untuk memasak tadi.

Kini semuanya pun berkumpul di meja makan untuk menikmati sarapannya.

Setelah menyelesaikan sarapannya ayah pun menyuruh Zuyyin untuk bersiap berangkat ke pesantren.

"Semalem sudah siap kan dek, apa aja yang akan dibawa!" ucap ayah sambil mengelus kepalanya.

"Udah kok yah kita tinggal berangkat saja."

Zuyyin pun beranjak dari tempat duduknya, ia yang langsung ke kamarnya untuk mengambil barang bawaannya yang akan di bawa ke pesantren.

Setelah mengeluarkan bawaannya ke teras depan rumah, ayah pun menyiapkan motor bebek kesayangannya yang menemani ayah kemanapun dia pergi.

Butuh waktu tiga puluh lima menit kini Zuyyin pun sampai di pesantren DARUL QUR'AN.

Ayah pun langsung memarkirkan kendaraannya di tempat parkir.

Kemudian keduanya pun berjalan ke arah ndalem sang kyai yang berdekatan dengan kantor putri. Zuyyin beserta sang ayah pun kini sudah berada di depan pintu ndalem yai.

Tok....tok .....tok.

"Assalamualaikum" 

"Waalaikumsalam." Jawab seseorang dari dalam rumah.

Sosok tampan nan rupawan yang membuat Zuyyin tertegun akan ketampanan seseorang yang mengenakan peci hitam serta Koko panjang yang sangat pass saat di pakai sang pemiliknya. siapa lagi kalau bukan seorang CEMAL ATHA AL FAQIH yang biasa sering di panggil dengan sebutan Gus Atha oleh santri putri.

 "Zuyyin yang tersadar dari lamunannya langsung menundukkan pandangannya ke bawah tanpa berani menatap seseorang tersebut.

"Mari pak silahkan masuk." Jawab Gus Atha sambil mempersilahkan tamunya untuk duduk di ruang tamu dan bersikap ramah saat ada Zuyyin ada di samping ayahya.

"Ah iya Gus, makasih," Ucap ayah Fatih sambil mengikuti langkahnya menuju ke dalam ndalem.

Gus Atha pun menuju dapur menemui Zahra untuk membuatkan minum untuk para tamunya.

Zahra pun dengan cekatan tak sampai lima menit pun kini sudah membawa minuman beserta cemilannya ke ruang tamu.

Sedangkan Gus Atha mencari umminya guna memberi tahu karena ada tamu. Sedangkan Abah masih mengaji di kampung sebelah.

Tanpa menunggu lama, ummi keluar dari kamarnya menuju ruang tamu dimana sang tamu berada.

"Assalamualaikum." Ucap ummi yang tak tahu siapa tamunya.

"Waalaikumsalam," jawab Zuyyin serentak dengan ayah Fatih dan tak sengaja Zuyyin bertatap muka dengan ummi.

Ummi yang tahu pun langsung menghampiri Zuyyin dan memeluk nya dengan kasih sayang. Gus Atha pun langsung pergi ke kamar para asatidz.

"Alhamdulillah ahirnya kamu datang juga nak, ummi seneng lihat kamu datang kemari."

"Makasih ummi," masih dalam pelukan ummi.

Ummi pun melonggarkan pelukannya dan mempersilahkan Zuyyin duduk kembali.

"Maaf ummi, kedatangan saya kemari mau menitipkan Zuyyin untuk belajar di sini!" ucap ayah Faris yang memasrahkan anaknya kepada ummi pemilik pesantren.

"Alhamdulillah, dengan senang hati saya menerima Zuyyina di sini pak, semoga betah ya nak ya!" ucap ummi sambil mengelus lengannya.

Tanpa menunggu lama ummi pun memanggil Zahra untuk mengantar Zuyyin ke kantor pusat agar mengurus administrasinya.

"Zahra, ummi minta tolong sama kamu untuk mengantar Zuyyin ke kantor ya dan nanti satu kamar sama kamu saja!" ucap ummi kepada Zahra.

"Nggih ummi."

"Silahkan pak ikut nak Zahra biar dia yang mengantar ke kamarnya."

"Nggih ummi, saya pamit dulu!" ucap ayah Fatih sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Sampai di depan kantor ayah Fatih pun langsung di ajak masuk oleh Zahra.

"Mbak Asti ini ada santri baru yang mau daftar."

Selaku pengurus Asti pun melayaninya dengan ramah.

 

03

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Setelah mengurus semua administrasi pondok selesai ayah Fatih pun berpamitan pulang dengan Zuyyin dan mendoakan anaknya semoga betah di pesantren.

Sambil memeluk dan mencium kening Zuyyin ayah Fatih pun berpesan kepada Zuyyin agar menjaga kesehatan dan belajar yang rajin.

"Jaga diri baik-baik nak, ayah selalu mendoakan semoga apa yang kamu inginkan bisa terwujud!" ucap ayah Fatih yang masih enggan melepas pelukannya yang tak rela berpisah dengan anak semata wayangnya.

Iya ayah, Zuyyin akan tekun dan berusaha seperti apa yang ayah harapkan," ucap Zuyyin sambil mencium tangan sang ayah.

Kemudian ayah pun langsung berjalan menuju ke parkiran tempat tadi ayah memarkirkan kendaraannya.

Zahra yang telah di utus oleh ummi pun kini mengajak Zuyyin ke kamarnya yang terletak di ujung utara yang tak jauh dari kediaman ummi Aisyah.

"Kenalin ada santri baru!" ucap Zahra yang memperkenalkan kepada teman-teman sekamarnya. Ada empat anak yang berada di dalam kamar tersebut

"Ini mbak Meydina ketua kamar," ucap Zahra sambil menunjukkan temannya satu persatu.

"Sini mbak Zuyyin ini buat naruh bajunya!" ucap Zahra dan membantu menata pakaian nya untuk di masukan ke dalam lokernya.

"Kamu bawa tempat buat sabun mandi apa belom mbak?" tanya Zahra.

"Entah tahu mbak, itu yang ada di paper bag semua peralatan mandinya bunda yang siapkan tadi." Jawab Zuyyin langsung mengambil paper bag tersebut dan di berikan kepada Zahra.

Zahra pun mengambil paper bag tersebut dan melihatnya. Setelah di keluarkan dari paper bag ternyata peralatan mandinya sudah lengkap beserta namanya yang di tulis di tempat tersebut.

"Kok sudah tahu mbak, kalo tempat mandinya di kasih nama?" Tanya Zahra heran.

"Em…..bunda yang kasih tau mbak, jadi peralatan semua ini yang nyiapin bunda." Ucap Zuyyin sambil tersenyum ramah.

 

Setelah selesai merapikan barang bawaannya kini Zahra pun berkata "mbak Zuyyin mari ke kamar mandi, ntar keburu rame bentar lagi kita jamaah sholat Dzuhur," Ucap Zahra mengajak Zuyyin untuk ke kamar mandi guna mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di musholla.

Zuyyin pun mengikuti langkah Zahra menuju kamar mandi yang terletak di belakang asrama. Karena yang dia kenal baru Zahra. 

"Jangan kaget ya, kalau di pondok itu harus serba antri," Ucap Zahra.

"Iya mbak makasih ya, sudah mau membimbing Zuyyin."

Sesampai di kamar mandi ternyata udah agak ramai Zahra pun mengetuk pintu sambil bertanya, "mbak nomer 5 udah ada yang antri setelah kamu nggak?" tanya Zahra sambil menggedor pintu tersebut.

"Enggak ada mbak," jawab seseorang dari dalam kamar mandi. Ternyata yang ada di dalam Adzkiya teman kamarnya. 

"Kamu tunggu disini habis dia nanti kamu ya!"

Tak lama kemudian Adzkiya pun keluar dari dalam kamar mandi.

"Ra silahkan masuk," Ucap Adzkiya.

"Mbak Zuyyin kamu duluan gih cepetan masuk ntar di duluin sama anak-anak yang lain."

Zuyyin pun langsung masuk ke kamar mandi sambil menganggukkan kepalanya.

Sementara Adzkiya yang belum tahu kalau ada santri baru pun bertanya pada Zahra, "itu siapa Ra yang kamu Carikan antrian?" tanya Adzkiya.

"Zuyyina mbak Adzkiya, ummi menitipkannya kepada ku." 

Adzkiya pun hanya menganggukkan kepalanya seraya berpamitan untuk pergi ke kamarnya.

Selang beberapa menit kemudian mereka akhirnya kembali ke kamar untuk bersiap berangkat ke mushola guna melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah.

Setiap habis sholat Dzuhur dan membaca wirid bersama, para santri pun mengaji kitab kuning yang dipimpin oleh abah Adnan kalau tidak udzur.

Karena Abah ada jadwal di luar ahirnya Gus Atha yang menggantikan posisi Abah.

Zuyyin dan Zahra yang berangkat lebih awal, dia bisa bertempat di bagian depan apalagi tepat di belakang sang imam.

Zuyyin yang sudah disiplin dari rumah dia tidak begitu susah mengikuti kegiatan-kegiatan pesantren.

Para santri yang mengetahui kalau yang menjadi imam sholat adalah Gus Atha, anak-anak lebih bersemangat untuk menempati Shof bagian depan.

Setelah selesai wirid, mbak Zahra yang sudah terbiasa menata bangku untuk mengaji Abah, dengan cekatan pun menyiapkan buat Gus Atha langsung menghadap ke belakang.

Tanpa sengaja Gus Atha beradu pandangan dengan Zuyyin.

Zuyyin yang merasa di tatap pun langsung menundukkan pandangannya. Mbak Zahra yang mengetahui hal itu langsung berdehem kecil sambil menyenggol lengan Zuyyin.

"Ehem, awas ntar naksir sama guse!" ucap Zahra sambil cekikikan yang menggoda Zuyyin.

"Apaan sih mbak, Zahra bisa ajah." 

Gus Atha pun memulai ngajinya kini bab tentang Sholat.

Salat menurut syara' adalah beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan Ucapan dan perbuatan tersebut dinamakan “Salat”, karena salat menurut bahasa, adalah doa.

Salat-salat yang fardu ain itu lima kali dalam satu hari-satu malam, yang sudah diketahui dengan pasti dari agama. Oleh karena itu, kafirlah bagi orang yang menentangnya.

Salat Maktubah, yaitu lima waktu, hanya wajib dikerjakan oleh setiap Muslim yang mukalaf, yaitu yang telah balig, berakal sehat, laki-laki atau selainnya, dan yang suci.

Maka, salat tidak wajib atas orang kafir asli, anak-anak, orang gila, ayan dan mabuk. Karena mereka tidak terkena beban agama. Tidak wajib juga atas perempuan yang sedang menstruasi (haid) dan nifas, karena sajat tidak sah dikerjakannya dan tidak wajib mengadhanya.

Selama satu jam lamanya Gus Atha mengkaji kitab Fathul Mu'in.

Zuyyin pun menulis point-point penting apa yang diterangkan oleh Gus Atha tersebut.

"Apa ada pertanyaan dari yang saya jelaskan tadi!" Ucap Gus Atha kepada para santrinya.

"Mboten Gus sampun faham," jawab sebagian santri.

Gus Atha pun kemudian mengucapkan salam dan di jawab serempak oleh para santriwati.

"Ya sudah kalau begitu saya akhiri sampai di sini, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh."

'Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."

"Gimana mbak guse ngajinya?" tanya Zahra.

"Enak mbak, kalo menerangkan enggak mbulet."

"Dari tadi guse curi-curi pandang loh sama mbk zuyyin sambil menerangkan tadi."

"Ah, mbk Zahra bisa ajah kan dia menerangkan pasti ya mengawasi para santrinya supaya tidak jenuh kali mbak." 

"Biasanya juga guse ngajinya seperti itu mengawasi para santrinya tetapi tadi guse kayak memperhatikan mbak Zuyyin."

"Mungkin dia aneh kali mbk lihat saya kan belom pernah ketemu," Elak Zuyyin yang tak mau ke ge er an.

Yuk ke kamar sebentar, habis ini kita makan siang di dalem karena ummi tadi sebelum mengantar mbak Zahra berpesan agar mengajak mbak Zuyyin makan di ndalem.

Sampai di kamar pun mereka merapikan mukenanya dan di gantung di atas biar lebih rapi.

Zuyyin pun merapikan kerudung nya di depan cermin dan mengaplikasikan lipbalm nya biar lembab.

Mereka berdua pun langsung menuju ndalem dimana sang ummi sudah menunggunya.

"Assalamualaikum ummi." 

"Waalaikumsalam." Jawab ummi yang berada di meja makan.

"Mbak Zahra panggilkan Gus Atha buat makan sekalian."

"Nggih ummi," Zahra pun langsung melangkahkan kaki nya menuju kamar Gus Atha yang berada di lantai atas.

Sedangkan Zuyyin pun duduk bercengkrama di meja makan bersama ummi.

"Tok tok tok, assalamualaikum Gus sudah di tunggu ummi di meja makan," ucap Zahra yang menanti jawaban dari Gus Atha.

"Ya mbak bentar lagi akan turun."

"Nggih Gus," Zahra pun langsung  kembali ke meja makan yang berada di dapur bersih.

"Mana mbak Gus Atha nya?" tanya ummi yang merasa heran karena Zahra turun sendiri.

"Masih mengganti pakaian ummi." 

Tap 

Tap

Tap

Gus Atha pun menuruni anak tangga satu persatu, dengan langkah pasti Gus Atha langsung menuju ruang makan dimana ummi sudah menunggunya.

"Kok ada gadis ini lagi, sebenarnya siapa sih gadis yang bersama ummi kayaknya ummi sudah deket banget," gumam gus Atha dalam hati.

Gus Atha pun duduk di samping kiri ummi karena yang sebelah kanan ada Zuyyin dan Zahra.

Gus Atha pun saling berhadapan duduknya. Dengan cekatan ummi pun mengambilkan makanan untuk anaknya.

"Ayo nak Zuyyin, silahkan ambil enggak usah sungkan-sungkan, ucap ummi sambil mengembalikan centong nasinya.

"Iya ummi," Zuyyin pun hanya menganggukkan kepalanya kemudian mengambil nasi beserta lauknya dan di ikuti oleh Zahra juga.

Zahra juga sudah biasa menemani ummi makan kalau di ndalem tidak ada orang.

Mereka makan dengan hikmat tanpa ada yang berbicara.

"Alhamdulillah." Ucap Gus Atha yang sudah menyelesaikan makan dan minumnya.

"Ummi Atha mau ke depan ya." Pamit Gus Atha yang akan ke kamar para asatidz sambil meraih tangan ummi lalu menciumnya.

Sementara Zahra membersihkan bekas makan siang nya yang di bantu oleh Zuyyin.

Makasih yang sudah berkenan mampir di karya author yang receh ini.

jangan lupa tinggalkan jejaknya 🤗🤗🤗

Like

Komen

Gift

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!