Ciara Chereena, gadis SMA yang cantik dan menggemaskan ini merupakan adik dari Galen Ivander, sosok ceo muda yang berhasil membuat perusahaan papanya bergerak pesat di dunia pasar. Ciara ini cantik dan memiliki banyak fans, siapapun lelaki yang melihatnya pasti tertarik dengan kecantikan wajahnya.
Seperti yang dialami Davin Araya, dia adalah paman dari Ciara sebab kakaknya yakni Gavin sudah menikahi ibu Ciara yang tentu saja adalah Nadira. Meski begitu, Davin tak bisa mengelak jika dirinya benar-benar memiliki rasa pada Ciara dan ingin memiliki gadis cantik itu.
Statusnya memang sebagai paman dan Ciara adalah keponakannya, tapi entah kenapa sejak pertama bertemu dengan gadis berusia 17 tahun itu, Davin selalu saja merasakan sesuatu yang berbeda. Terbesit di dalam pikirannya untuk bisa memiliki Ciara seutuhnya, ia pun akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi keinginannya.
Siang ini dia datang ke sekolah gadis itu, tentu saja niatnya adalah ingin membawa Ciara ke suatu tempat dimana ia bisa berduaan dengannya. Davin sudah tak tahan lagi, Ciara juga sudah setuju untuk ikut bersamanya ke apartemen. Akhirnya Davin langsung melaju cepat menuju apartemennya dan membawa Ciara di sampingnya.
Ciara yang tak tahu apa-apa, hanya pasrah menurut dengan perkataan sang paman. Pasalnya selama ini hubungan mereka memang cukup dekat, sehingga Ciara sama sekali tak punya pikiran buruk pada Davin saat pria itu mengatakan akan membawanya ke apartemen.
Gadis itu justru tersenyum sembari menatap wajah Davin dari samping, mereka telah tiba di tempat parkir apartemen pria itu. Davin mendekat dan mengecup kembali pipi gemas yang sudah ia curi kesuciannya beberapa saat lalu itu, sangat manis rasanya dan Davin seolah tidak ingin berhenti mengecupnya.
"Kita sudah sampai sayang, turun yuk!" ucap Davin dengan suara seraknya, itu terdengar aneh di telinga Ciara dan berhasil membuat tubuhnya merinding.
Ciara pun mengangguk saja, ia sudah benar-benar tidak kuat saat ini untuk menahan rasa aneh di dalam dirinya. Akhirnya ia dan Davin turun dari mobil, mereka langsung saja menuju ke dalam apartemen pria itu.
•
•
Ciara POV
Om Davin benar-benar bikin aku kelimpungan, dia selalu saja meniup area leherku sampai dapat kurasakan disana sudah sangat basah. Bahkan, om Davin juga bergerak naik dan bermain di telingaku yang merupakan bagian paling sensitif di tubuhku. Tentu ini sangat menyulitkan buatku untuk bisa menahan semua getaran itu.
Aku dibawa ke dalam unit apartemennya, sekarang kami hanya berduaan disana tanpa ada siapapun lagi. Tak lupa om Davin juga mengunci pintu, aku pun diajak olehnya untuk duduk di sofa yang lumayan besar. Aku sedikit takjub dengan apartemen om Davin, disini luas dan mungkin bisa membuatku nyaman.
Kami terduduk berdua di sofa, tangan om Davin juga seolah tak mau lepas dari pergelangan tanganku. Saat aku menatapnya, dapat kulihat bola mata pamanku ini seperti memancarkan gairah yang amat sangat. Aku jadi semakin takut saat ini, terlebih nafasku juga belum bisa tenang setelah kejadian di mobil tadi.
"Om, om mau apa sih bawa aku kesini? Tadi juga kenapa om cium-cium aku kayak gitu? Aku kan jadi ngerasa aneh tau," ucapku berusaha protes.
Om Davin malah tersenyum seolah meledekku, tentu saja aku tak terima dan mencubit hidungnya yang mancung itu karena sedari tadi aku cukup gemas dengan hidung itu. Om Davin yang tak terima pun membalas perlakuan ku, dia juga mencubit hidungku tapi lebih lama dari yang aku lakukan tadi, sampai aku seperti hendak bersin karena ulahnya.
"Ih om aku jadi mau bersin tau! Om jangan nakal dong!" kesalku menyingkirkan tangan om Davin.
"Hahaha, kamu duluan sih cubit hidung om. Emang kamu pikir om juga gak ngerasa pengen bersin? Lagian apa alasan kamu cubit hidung om coba?" ucap om Davin.
"Aku kesal aja sama om, suruh siapa om berani cium aku? Nanti aku laporun ke mama sama papa baru tau," ucapku mengancam.
"Kamu pikir om takut sama ancaman kamu sayang? Enggak lah, om malah semakin gemas sama kamu kalau kamu bersikap kayak gini," ucapnya yang kembali mengelus pipiku.
"Udah ah om, aku mau pulang aja!" aku bangkit dari sofa dengan wajah tak suka.
Tapi, lagi dan lagi om Davin menahanku dengan cara mencekal lenganku. Aku dipaksa untuk tetap disana dan dibawa ke kamarnya, aku berontak hendak melepaskan diri, tetapi usahaku sia-sia karena tenagaku tak sebanding dengannya. Aku juga langsung dihempaskan ke ranjang oleh om Davin, aku sungguh ketakutan saat ini. Tatapan om Davin benar-benar membuatku ngeri.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Aku tersadar dari tidurku, kulihat ke samping hanya sebuah ranjang kosong tanpa ada siapapun. Aku reflek bangun dan terduduk saat ini, kupandangi seluruh tubuhku yang hanya mengenakan tanktop setelah semalam om Davin melepas seragam sekolahku secara paksa. Ya semalaman om Davin memang bermain-main denganku, tapi hanya dengan bagian atas tubuhku dan tidak sampai ke bagian bawah karena aku melarangnya.
Tapi, aku bingung sekali mengapa om Davin sekarang tidak ada di sebelahku. Padahal semalam aku ingat sekali kalau om Davin tertidur bersamaku disini, dan kira-kira kemana ya om Davin sekarang sampai pagi-pagi begini dia sudah tidak ada di kamarnya. Kulirik jam dinding, untungnya saat ini masih pukul lima pagi sehingga aku bisa pergi ke sekolah tanpa takut terlambat.
Aku pun beranjak dari ranjang, tak lupa kurapihkan sprei serta bantal disana walau ini bukan kamarku. Semalaman aku tidur tidak nyenyak, sebab om Davin masih saja menggerayangi tubuhku disaat aku sudah mulai terlelap. Namun, aku tak bisa apa-apa karena sulit juga buatku untuk melawan sebab tenagaku dan om Davin berbanding jauh.
Saat aku hendak masuk ke kamar mandi, tiba-tiba pintu itu sudah terbuka lebih dulu dan muncul sosok om Davin yang keluar menggenakan handuk sepinggang. Sontak aku terkejut, mataku membulat melihat tubuh om Davin yang setengah telanjang itu menghampiriku. Apalagi saat om Davin melihat ke arahku dan tersenyum lebar, sungguh itu amat menakutkan buatku.
"Eh Ciara, kamu udah bangun sayang? Maaf ya, tadi om bangun duluan dan gak tega buat bangunin kamu karena kamu tidurnya nyenyak banget," ucap om Davin sambil tersenyum.
"Gapapa om, aku kira om tadi udah pergi tinggalin aku karena pas aku bangun om udah gak ada di samping aku," ucapku.
"Ya gak mungkin lah sayang, masa om tinggalin kamu? Om cuma mandi tadi, soalnya abis ini om mau langsung pergi ke kantor karena ada rapat penting disana," ucapnya.
"Ohh, yaudah kalo gitu aku juga numpang ke kamar mandi om ya? Aku mau langsung pulang terus siap-siap ke sekolah," ucapku.
"Hah? Emangnya kamu masih mau pulang dulu sayang? Udah lah kamu siap-siap disini aja, terus nanti om yang antar kamu ke sekolah. Kamu gak takut telat emang kalo pulang dulu?" ucap om Davin memberi usul.
"Iya sih om, tapi aku gak mau ngerepotin om. Jadi, udah gapapa aku mau pulang aja. Lagian aku kan gak bawa baju seragam yang lain," ucapku.
"Pakai seragam yang kemarin aja sih, emang kenapa coba? Kan bajunya masih bagus tuh, rok kamu juga gak kenapa-napa. Om cuma gak mau kamu terlambat sayang," paksa om Davin.
"Gak enak lah om, masa aku pake baju yang kemarin baru dipake? Nanti kalau bau terus kecium sama teman-teman aku gimana?" ujarku.
"Tenang aja, om punya pewangi pakaian yang bisa kamu pakai nanti. Pokoknya kamu gak perlu pulang dulu, biar om yang urus semua kebutuhan kamu," ucap om Davin.
Aku memutar bola mata dan menghela nafas mendengar ucapan pamanku itu, akhirnya aku terpaksa mengiyakan saja permintaannya daripada terlalu lama berdebat. Walaupun aku tak yakin bahwa aku akan baik-baik saja jika memakai baju seragam yang kemarin baru aku pakai, karena pasti akan muncul bau-bau tidak sedap dari sana yang bisa saja dicium oleh orang di sekolah.
Aku pun masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku sampai benar-benar bersih sambil sesekali menangis terisak membayangkan apa yang dilakukan om Davin padaku semalam. Sungguh aku merasa sangat kotor saat ini, apalagi pamanku itu sudah melihat bagian tubuhku meski baru bagian atasnya. Satu kata yang aku berikan pada om Davin atas kelakuannya semalam, biadab.
POV Ciara end
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Ciara diantar ke sekolah oleh pamannya, ia tersenyum menatap wajah Davin seolah telah melupakan peristiwa semalam dan pagi tadi. Karena jujur saja, Ciara memang sangat kagum dengan ketampanan pamannya. Namun, semua kekaguman itu mendadak hilang semalam saat Davin melecehkan dirinya.
Setelah pamit dan mencium tangan Davin, kini Ciara turun dari mobil lalu bergegas masuk ke dalam sekolahnya. Sedangkan Davin tetap berada disana selama beberapa menit sampai Ciara sudah tak terlihat lagi, tampaknya Davin memiliki rencana buruk yang akan ia jalankan untuk mendapatkan Ciara seutuhnya.
Saat ini Ciara berada di lorong sekolah bersama Cleo serta Anin, dua orang temannya. Ia menyapa kedua temannya itu dan lalu ikut terduduk di kursi yang tersedia, namun tak lama mereka justru menyadari bentuk bibir Ciara yang membengkak aneh dan membuat kedua wanita itu bingung. Cleo yang memang polos pun menebak kalau Ciara tengah sariawan saat ini.
"Eh Ciara, itu bibir lu kenapa? Sariawan ya sampe bengkak begitu?" ujar Cleo.
Ciara reflek memegangi bibirnya, "Eee iya benar, ini sariawan." sebagai gadis polos, Cleo pun mengangguk saja mendengar jawaban Ciara.
Namun berbeda dengan Anin, gadis itu tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ciara. Ia yakin kalau Ciara tidak sedang sariawan, apalagi bentuk bibir Ciara terlihat membengkak seperti orang yang habis berciuman. Anin pun mencoba menyela ucapan Ciara dan Cleo disana.
"Eh itu kayaknya bukan sariawan deh, tapi itu—"
Kriiiinggg kriiiinggg...
Sayangnya, ucapan Anin terpotong oleh bel. Ciara pun menghela nafas lega, setidaknya Anin tidak akan melanjutkan perkataannya yang tadi dan Ciara memiliki alasan untuk bisa kabur dari sana. Tentunya Anin pun masih merasa penasaran, ia ingin tahu siapa yang sudah berani mencium bibir Ciara.
"Eh udah bel tuh guys, gue mau ke kelas duluan ya? Kalian ikut gak?" ujar Ciara.
"Gue ikut dong Ciara, kita kan duduk bareng. Yuk kita ke kelas!" ucap Cleo.
"Yuk!" singkat Ciara.
"Bentar dong guys, gue belum selesai ngomong tau. Kalian jangan pergi dulu! Gue masih penasaran sama bibir Ciara, itu tuh kayak—"
"Hadeh, udah deh Anin jangan kebanyakan ngomong! Bibir gue ini gak kenapa-napa, cuma sariawan biasa. Lo gak perlu lah sampe panik kayak gitu!" sela Ciara memotong ucapan Anin.
"Iya deh, yaudah kalo gitu gue ikut sama kalian juga ke kelas." Anin pun menurut dan melupakan apa yang ingin ia katakan tadi.
Akhirnya mereka bertiga pergi ke kelas bersama-sama, lagi-lagi Ciara merasa lega sebab Anin mau menurut dan tidak melanjutkan ucapannya itu. Padahal Ciara sudah was-was, ia khawatir Anin akan mengatakan bahwa bibirnya bengkak karena dicium. Mungkin saja itu akan membuat Cleo juga kaget dan bertanya-tanya siapa yang menciumnya.
"Huh, untung aja bel keburu bunyi tadi. Kayaknya Anin emang gak bisa dibohongin deh, dia gak sepolos Cleo dan ini bahaya buat gue. Ya semoga aja Anin gak bicara aneh-aneh deh!" batin Ciara.
Saat di kelas, Cleo yang kebetulan duduk bersama Ciara pun tak sengaja melihat tanda merah di leher sahabatnya itu. Sangking polosnya, Cleo sampai memegang tanda merah itu dan bertanya langsung pada Ciara. Sontak Ciara yang tengah fokus mendengarkan guru, ikut terkejut saat Cleo menyentuh lehernya.
"Ish, lu ngapain sih Cleo? Lu mau dimarahin sama Bu Bella?" ucap Ciara kesal.
"Sorry Ciara, ini gue penasaran aja sama bercak merah di leher lu. Lu digigit nyamuk apa alergi?" ucap Cleo dengan wajah polosnya.
Deg!
Betapa terkejutnya Ciara ketika Cleo berhasil menemukan bekas merah yang diberikan pamannya semalam, padahal Ciara sudah bersusah payah menutupi tanda itu dengan kerah bajunya serta telah menggunakan lotion. Namun, lagi-lagi Cleo berhasil menemukan tanda itu dan bertanya langsung padanya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!