Hari yang cerah secerah hati sepasang suami istri yang sedang tidur dibawah selimut yang sama, untuk pertama kalinya. Mereka adalah Reza dan Nikita. Sepasang suami istri yang baru saja mengikat janji suci 24 jam yang lalu. Pernikahan yang berlangsung dengan sangat khidmat dan meriah.
Terasa indah sekali.....
Setelah lama berpacaran, akhirnya mereka mantap untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius. Reza berusia 24 tahun sementara Nikita berusaia 20 tahun. Meskipun usia mereka terbilang masih muda, dan banyak yang bergosip bahwa pernikahan itu terjadi karena Nikita sedang mengandung, tapi itu semua tidak membuat niat mereka urung.
Menikah dengan orang yang dicintai dan mencintaimu sungguh sangat sempurna bukan?
"Morning, sayang.." Niky mengecup kening suaminya yang masih terpejam. Ia masih belum menyangka bahwa sejak semalam, besok dan selamanya ia akan tertidur dan bangun dengan pemandangan seperti ini.
"Mmmhh.." Eza menggeliat.
"Bangun, sayang.. orang-orang pasti udah nungguin kita diluar.." ucap Niky, Tapi ia malah masuk lagi kedalam selimut, merebahkan kepalanya dilengan Eza.
Mereka menikah disebuah ballroom hotel yang cukup mewah. Para anggota keluarga dan juga kerabat mereka masih berada ditempat itu, menginap demi untuk menyaksikan keberangkatan pengantin baru yang berencana akan lansung pergi berbulan madu.
"Bentar lagi yaaa.. aku masih ngantuk." Eza bahkan tidak membuka matanya sama sekali. Bergumam dengan suara parau khas bangun tidur.
"Sayaaaang.. Ayooo!! nanti kalo kita ketinggalan pesawat gimana?" Niky bergelayut, tangannya bermain diwajah sang suami. Menggodanya agar mau bangun.
Pasangan yang dibuai rasa bahagia itu akhirnya menampakkan batang hidungnya. Keluar dari kamar yang semalam jadi saksi bisu penyatuan mereka. Terlihat aura ceria yang terpancar dari keduannya, senyuman yang mengembang dan juga mata yang berbinar.
Sorak sorai para keluarga terdengar menggema, lemparan bunga berhamburan disepanjang jalan yang mereka lalui menuju mobil yang akan mengantar mereka ke bandara. Orang-orang benar-benar ikut berbahagia.
*"Wohoooo.. Congratss* Ezaaa.. Nikyyy... we love u both.."
"Bahagia selalu yaaa, kalian..."
"Kami menunggu kabar bahagia selanjutnyaaa.."
Pujian dan do'a terus menerus terlontarkan, menambah level bahagia mereka semakin tinggi. Hingga tibalah mereka diujung karpet merah, terlihat orang tua mereka berdiri sambil menyunggingkan senyum dan tawa bahagia.
"Selamat berbahagia, sayang.." ucap mama Dinda, ibunda Niky. "Zaa.. mama nitip Niky yaa, tolong jaga dia.." tambahnya.
"Mah. Niky kan udah sah jadi istriku, udah pasti Eza bakal menjaganya tanpa diminta sekalipun." jawab Eza sambil memeluk ibu mertua, yang kini sudah menjadi ibunya.
"Hoho.. Lihat siapa disini? putri kecil papa sudah menjadi istri orang." Ayah merentangkan tangannya. Meminta pelukan kepada putrinya yang sedang berbahagia.
"Papa.." Niky masuk ke dalam pelukan ayah.
"Jaga dirimu baik-baik, dan jadilah istri yang baik." Papa melepas pelukan dan menempuk pundak Niky kemudian mengecup kening perempuan itu.
"Niky... bersenang-senanglah.. segera kembali dan beri mama cucu yang banyak. Mamah gak sabar buat cepet-cepet jadi Omah.." Kini giliran mama Rosa, ibunda Eza yang memeluk Niky. Tersenyum riang karena akhirnya putra semata wayangnya itu kini sudah menikah
"Oke Mam.. Aku janji aku bakalan ngandung banyak cucu untuk Mama." ujar Niky sambil tersenyum.
Karena Eza dan Niky adalah sama-sama terlahir sebagai anak tunggal, kehadiran seorang penerus pasti sangat didambakan oleh ke dua belah pihak keluarga. Senyum bahagia semua orang tidak bisa berhenti, orang-orang benar-benar mencintai dan menyayangi Eza dan Niky. Indaaaaaahh.. Sangat indah sekali.
Tapi..
Cerita itu hanyalah kenangan manis 7 tahun lalu, saat pasangan itu baru saja menikah. Lontaran do'a dan pengharapan tentang hadirnya keturunan. Nyatanya sampai detik ini, mereka belum juga dikarunia-i buah hati. Berbagai cara sudah mereka tempuh untuk menghadirkan sijabang bayi dalam rahim Niky. Mulai dari medis, tradisional dan program-program lainnya. Namun itu semua belum juga membuahkan hasil.
Dari pemeriksaan medis, Niky dan Eza baik-baik saja. Tidak ada masalah hormon atau apapun. Tapi entah mengapa, memiliki anak adalah impian yang sangat sulit sekali untuk digapai. Terkadang mereka putus asa. Menyerah dengan takdir yang semesta sudah gariskan. Meskipun terkadang mereka lagi-lagi mengutuk keadaan. Menyalahkan takdir dan jalan yang tuhan berikan. Cibiran dan tetangga yang bergosip setiap kali melihat mereka adalah makanan sehari-hari. Belum lagi yang sering menyindir sambil memperlihatkan bayi-bayi mereka yang lucu. Berkata seakan Niky adalah wanita yang sangat gagal.
Yaaa.. Mungkin Niky memang merasa gagal.. Niky adalah wanita yang untuk memberikan seorang anak untuk suaminya saja tidak bisa. Tapi bukan Niky yang menginginkan itu semua terjadi! Niky juga sama seperti perempuan-perempuan lain yang bercita-cita menjadi seorang ibu setelah menikah.
Niky yang lelah dengan keadaan, sudah sangat frustasi dan hilang harapan. Wanita itu bahkan sempat mengatakan bahwa ia mengizinkan Eza untuk menikahi wanita lain, demi agar dia memiliki keturunan. Meskipun hati Niky menjerit dan terasa seperti ditikam belati tak kasat mata, Niky mengatakan itu bahkan berulang kali.
"Kak! Mending kamu nikah lagi ajadeh! aku rela kok dimadu, daripada aku harus terus-terusan dicemooh orang dikatain mandul! Aku udah muak tau gak!” Tak ayal, percekcokan antara mereka juga jadi sering terjadi. Dan akar masalahnya selalu saja tentang anak.
"Kamu tuh ngomong apasih? aku gak akan pernah ngeduain kamu, aku gak akan pernah berpaling dari kamu. Hati aku hanya milik kamu, sampe mati cuma kamu istri aku." Eza selalu berusaha untuk menenangkan Niky ketika wanita itu down tentang kehamilan yang selalu saja jadi bahasan. Selalu sabar menghadapi situasi yang menerpa bahtera rumah tangganya.
"Tapi..." wajah Niky mulai terasa panas. Mata itu kini mulai mengembun. Niky tidak bisa berkata-kata lagi. Suaminya itu memang sangat mencintainya. Meskipun sebenarnya Niky bukan tidak bisa hamil, ia justru menggunakan alat kontrasepsi tanpa sepengetahuan siapapun. Niky belum siap untuk hamil dan jadi ibu rumahtangga sungguhan. Wanita itu masih ingin mencapai karir yang gemilang tentang hoby designer nya.
"Udahlah.. jangan pernah bahas tentang ini lagi. Aku gak akan pernah memiliki anak dari wanita lain, sekalipun kamu memintanya ribuan kali." Eza menatap Niky dengan tatapan yang sangat mendamaikan.
"Tapi.. sampe detik ini aku belum juga mengandung anak buat kamu. Ini udah bertahun-tahun kak. Aku takut, aku takut gak bisa ngasih kamu anak sampai selamanya.."
"Sayang... Aku nikahin kamu karna aku mencintai kamu.. Aku nikahin kamu bukan karena anak atau alasan yang lain, jadilah kamu yang aku cintai, seorang anak hanya pelengkap dan tuhan akan memberikan itu jika waktunya sudah tiba. Aku mencintaimu, dengan atau tanpa anak diantara kita.."
Cupp!! Eza mengecup kening istrinya.
Plukk!! Cairan bening yang mengembun dimata Niky langsung mengalir dipipi dan pecah begitu saja. Mendengar kata-kata Eza yang sangat mencintai dirinya meskipun dengan segala kekurangan yang ia buat-buat sendiri. Bersyukur karena telah diberi seorang suami yang berhati malaikat. Pria yang begitu baik dan hangat yang sangat mencintainya.
"Jangan nangis lagi.." Eza menghapus air mata Niky dengan ibu jarinya dan kemudian memeluk wanita itu. "Sabarnya lebih banyak lagi.. kita harus yakin bahwa kita akan memilikinya suatu saat nanti."
Hiks..hiks..hiks.. Bukannya berhenti menangis, air mata buaya Niky malah semakin pecah dipelukan Eza. Membuat sandiwara itu terasa semakin mendramatisir.
"Maaf aku belum bisa jadi istri yang sempurna buat kamu." ucap Niky lirih sambil balas merengkuh tubuh Eza.
"Sssstttt..." Eza memeluk Niky semakin dalam. Mengusap rambut dan punggung wanita itu dengan lembut dan sangat menenangkan.
Eza adalah seorang pebisnis muda yang bergerak di bidang properti yang lumayan sukses. Eza sudah menggeluti beberapa properti yang saat ini sedang populer di dunia yang berupa tempat tinggal, seperti perumahan, apartemen atau rumah susun hingga hotel dan villa yang sudah tersebar dibeberapa kota. Karir yang cukup gemilang diusianya yang baru menginjak 31 tahun.
Namun kehidupan pribadi Eza tidak se-gemilang karirnya itu. Saat ini, saat pernikahannya bersama Niky yang menginjak usia tujuh tahun, mereka masih menantikan buah hati yang hadir ditengah-tengah mereka. Tapi meskipun begitu, Eza sangat mencintai istrinya dan selalu sabar menantikan waktu dimana mereka akan menimang anak.
Eza sebetulnya tidak mempermasalahkan apapun, termasuk hadirnya seorang anak. Bagi Eza anak itu adalah anugerah dan titipan dari tuhan jika memang ia dipercaya. Karena, alasannya dulu mempersunting Niky adalah dirinya mencintai wanita itu. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
"Sayang.. kenapa?" Eza merangkul Niky yang sedang memeluk lututnya sambil terisak dipinggir ranjang, wanita itu menangis se-begitu pilunya. Niky tidak menjawab, ia hanya membiarkan tubuhnya didekap oleh Eza.
"Hiks.." Niky masih menangis didalam pelukan Eza.
"Sayang.. jangan nangiiisss.." Eza mengusap punggung Niky. "Kalo nangis terus nanti kamu malah stress, banyak pikiran dan ujung-ujungnya sakit.." Eza melepas pelukan itu, menangkup wajah Niky yang bercucuran air mata. "Liat tuh mata kamu sampe bengkak kaya gitu.." ujar Eza lagi sambil mengusap bongkahan cairan bening yang sejak tadi mengalir deras.
"Kak.. ini udah tujuh tahun dan kita belum juga punya anak! Aku bener-bener udah muak apa lagi kalo Mama kamu terus-terusan nyindir aku. Mama kamu selalu secara gamblang menyatakan kalo aku tuh gak pantes buat kamu." Nikita berujar lirih namun berapi-api juga. Ia melepas pelukan Eza dan mendongakkan wajahnya. Kesal jika Mama mertuanya itu selalu menyindir soal keturunan, bagi Niky Mama Eza terlalu ikut campur. "Aku maluuuu... aku takut kamu kecewa."
Aku hanya belum siap\~
Eza kemudian membawa wanita itu untuk duduk, masih mengelus dan menenangkan sebelum berbicara lagi. Eza menyodorkan segelas air kemudian duduk di samping Niky.
“Maafin Mama yaa, mungkin mama emang pengen banget punya cucu. Anak mama kan cuma aku doang, jadi yaaa dia gak bisa minta ke orang lain." Eza selalu ikut bersedih jika melihat keadaan Niky yang seperti itu, tapi Eza selalu berusaha tampil tegar dan selalu menyemangati istrinya itu. Apa jadinya jika mereka sama-sama terpuruk dan tidak ada yang menguatkan.
"Kak.. untuk kesekian kalinya aku bilang ini, Mending kamu nikah lagi deh. Cari cewek yang bisa hamil dan ngandung anak kamu, biar kamu sama mama kamu bisa bahagia." Entahlah. Wanita macam apa Nikita ini. Padahal jika ia berhenti tentang alat kontrasepsi itu, ia juga bisa mengandung anak untuk Eza.
"Untuk kesekian kali juga aku bilang ini, jangan pernah bahas soal kamu mau aku nikah lagi dan bilang pengen liat aku bahagia, aku udah bahagia sama kamu!" Eza menangkup wajah Niky, membuat tatapan keduanya bertemu. "Aku bahagia sejak aku mencintai kamu.." Cuupp!! Eza mengecup kedua mata Niky yang sembab.
"Tapi kak..."
"Sssttt... udah yaa, pokoknya aku gak mau liat kamu kaya gini lagi. Aku gak mau liat kamu nangis-nangisan gini.." Eza mendekap Niky lagi.
Pelukan itu.. pelukan yang tidak pernah bosan Eza berikan untuk Niky saat wanita itu down. Entah sampai kapan keadaan ini berlangsung, Niky sudah hilang akal sehatnya. Maksud hati hanya menunda kehamilan di tahun pertama dan kedua, tapi kenyataan membuatnya terus berambisi mencapai puncak karir. Wanita itu seakan lupa bahwa dia hanya berlari untuk hal kosong, wanita itu seakan lupa bahwa kebahagiaan dia yang sesungguhnya adalah pria yang kini sedang mendekapnya dengan erat.
”Aku gak mau tau kamu harus buat mama nggak pernah bahas ini lagi, aku capek kak!”
“Iya, iya.. Sekarang kamu tenang yaa.”
Dan lebih jauh lagi, Niky malah semakin gila. Tekanan dari lingkungan luar tidak bisa sependapat dengan suaminya itu. Termasuk para orang tua yang selalu menuntut untuk segera menghadirkan cucu. Tidak ada yang mendukung Niky selain suaminya. Niky malah merasa dirinya menjadi korban, padahal dirinya lah dalang dari kerumitan selama bertahun-tahun. Wanita itu bahkan selalu mencetuskan kalimat 'rela dimadu'. Membiarkan lelaki yang sangat mencintainya i tu untuk menikah lagi. Padahal entah bagaimana jadinya jika hal itu benar-benar terjadi.
*"Gue gak bisa terus hidup kayak gini*! Mungkin gue harus lepasin Eza buat dapetin cita-cita gue tanpa ada beban setiap harinya!"
Hari ini Niky pulang lebih awal dari biasanya, kesibukannya sebagai seorang designer membuat wanita itu jadi jarang dirumah. Kali ini Niky sedang sibuk didapur menyiapkan makanan untuk Eza, kegiatan yang sangat jarang ia lakukan. Biasanya mereka selalu makan malam diluar atau makan dirumah dengan makanan yang sudah disiapkan Bik mumun, seorang asisten rumah tangga dirumah itu.
"Sayaaaang.." suara seorang pria yang baru saja memasuki dapur, menyapa sang istri yang sedang sibuk dimeja makan. "Tumben udah pulang.. Lagi bikin apa nih?" tanya Eza sambil melingkarkan tangan disepanjang pinggang Niky. Merengkuh wanita itu dari belakang. Tidak lupa membubuhkan satu kecupan hangat ditengkuk leher.
"Eh.. udah pulang.. lagi bikin ini, hehe.." Niky menyambut kepulangan Eza dengan senyuman.
"Toge lagi?"
"He em.."
"Okey."
Kemudian Eza melepas tangan yang melingkar itu, mencuci tangan kemudian membalikan piring yang sudah disediakan Niky dimeja makan. "Lagi nyantai kamu Yank? tumben jam segini udah dirumah." ujar Eza yang kini sudah duduk disalah satu kursi meja makan. Biasanya istrinya itu akan pulang kerumah 2 sampai 3 jam setelah kepulangan Eza dari kantor.
"Lagi pengen cepet pulang aja.." ujar Niky sambil menyendokan toge yang sudah diblansir, kedalam piring Eza. Sebetulnya ada sebuah rencana dikepala Niky dan dia akan menjalankanya malam inijuga.
"Stop.. stop.. gak usah kebanyakan.." pinta Eza.
Kemudian Niky menambahkan tahu yang sudah digoreng dadu, lalu menyiramkan saus kacang yang ia buat tadi.
Touge saus kacang, ini adalah salah satu makanan favorit mereka. Bukan favorit, lebih ke karena Niky jarang memasak dan selalu kebetulan membuat ini ketika ia ingin memasak. Meskipun terkadang bosan, tapi ini adalah salah satu cara untuk mereka meningkatkan kesuburan dengan asupan makanan. Tetap berharap agar segera mengandung.
Hap!! Eza langsung menyantapnya. "Mmh.. sausnya enak banget!" ujar Eza sambil tersenyum kepada Niky dan Niky hanya balas tersenyum simpul kemudian mengisi piringnya juga.
"Bosen gak sih makan toge terus?" tanya Niky yang juga langsung melahap makanan itu.
"Nggak, kok. ini enak." jawab Eza sambil melahap makanan itu lagi. Mungkin bosan, tapi ia tidak mau membuat istrinya sakit hati hanya dengan komentarnya tentang makanan itu.
Niky hanya menyimpulkan senyuman, tidak mungkin Eza tidak bosan sementara ia sendiri sebenarnya sudah merasa bosan. "Gimana tadi dikantor?" tanya Niky mengalihkan pembicaraan.
"Lancaar.. semuanya lancar." jawab Eza sambil menaruh alat makan dipiring yang sudah kosong. "Ada proyek baru diluar kota, nanti kamu ikut ya.. sekalian kita jalan-jalan." tambahnya.
"Hmm,," Niky hanya tersenyum simpul, ia merasa tidak tertarik dengan tawaran Eza. "Ada yang mau aku omongin kak." Niky menaruh alat makan dan terlihat menghela nafas sambil menatap Eza.
"Ada apa Yank? kok kayaknya serius amat?" Eza balik menatap Niky sambil menjawil sebutir buah anggur yang ada ditengah meja makan.
"Aku......,,, hmm...,,, A-ku minta cerai."
Seketika Eza membulatkan mata saat mendengar apa yang Niky ucapkan. 'Minta Cerai'? ia tidak salah dengar kan?
"Maksutnya apa?"
"Aku mau kita pisah!"
Tanpa ada angin atau hujan tiba-tiba saja wanita yang sudah bertahun-tahun menemaninya itu mengucapkan kata keramat dengan sangat santai.
"Apasih Yank? gak lucu!" Eza mengunyah anggur itu tanpa selera.
"Aku serius!"
"Ya tapi kenapa?"
"AKU BOSEN DIKATAIN MANDUL!!" Nada bicara Niky bahkan sudah naik satu oktaf.
"Ya emang siapa yang ngatain kamu mandul? orang udah jelas tes medis kita sehat." Eza menatap tajam ke arah istrinya.
"Pokoknya aku udah muak!! aku udah gak bisa hidup sebagai istri kamu!!"
"Kamutuh apa-apaansih?"
"POKOKNYA AKU MAU KITA CERAI!!" Niky kembali berteriak dan langsung meninggalkan Eza menuju kamar. Sementara Eza hanya melongo tidak percaya.
***
Hari demi hari sikap Niky semakin berubah, Eza benar-benar tidak mengenal istrinya sekarang. Wanita itu kerap kali marah dan memancing keributan setiap hari, bahkan berulang kali mengatakan kata 'minta cerai'. Eza benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Hari-harinya terasa begitu berat, semangatnya hilang, wajahnya terlihat selalu murung dan kehilangan ceria. Selalu bertengkar dengan Niky dan juga pekerjaan yang selalu menumpuk membuat Eza rasanya stress sekarang.
"Kamu ini kenapa? Sumpah demi apa pun aku nggak kenal sama kamu yang ini, kemana Niky yang sangat aku cintai?" Eza menatap sendu ke arah istrinya yang baru saja melontarkan kata-kata yang kurang pantas.
"Aku ingin hubungan ini berakhir, aku ingin kita pisah, aku ingin bahagia, aku ingin mengandung!! Aku sudah bosan hidup sama kamu yang selalu di cemooh orang!"
"Istighfar kamu Yank! Udah berapa kali kamu bilang minta hubungan ini berakhir terus. kamu sadar apa yang kamu ucapin itu?" Eza masih berujar santai, tidak seperti Niky yang suaranya selalu naik satu oktaf. Eza masih bersabar dan ingin mempertahankan rumah tangga mereka.
"Aku sadar kak, Seratus persen aku sadar, aku gak mabuk dan aku nggak ngigo. Dengan sadar dan tanpa paksaan siapa pun, hari ini aku minta cerai!!" Niky berujar dengan angkuhnya.
"Dan beribu kali pun kamu bilang minta cerai, kita nggak akan pernah berpisah karena aku yang berhak untuk memutuskan soal itu. Aku nggak mau kita pisah, aku sangat mencintai kamu.." Eza masih berusaha untuk sabar, berusaha meyadarkan Niky tentang apa yang ia inginkan itu.
"Oh ya?” Perempuan itu membeo dengan angkuh. “Tapi aku udah nggak mencintai kamu, aku ingin bebas dan lepas dari hubungan ini." Niky tetap bersikukuh.
"Kamu nggak inget moment waktu kita pacaran sampe nikah gimana?"
"Kalau inget kesitu memang semuanya terasa indah, tapi kenyataannya kehidupan yang aku jalani itu pahit, ini udah tujuh tahun kak. Dan selama ini lebih banyak rasa sakit ketimbang rasa bahagia yang aku rasain. Aku mohon lepasin aku.. kalau emang kamu sayang sama aku, biarin aku bahagia tanpa kamu!"
Suara Niky terdengar sangat nyaring dan memekak ditelinga, seketika kepala Eza langsung pening dan sakit sekali.
"Sampai kapanpun aku gak akan lepasin kamu!" Eza berujar sambil menatap dalam, lalu langsung meninggalkan wanita itu menuju kamar. Eza sungguh tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan dan diucapkan Niky, wanita yang bertahun-tahun mengisi hidupnya.
"Kalau kamu gak mau lepasin aku, aku akan tetap pergi. Pengacara aku bakal urus semua ke pengadilan! Aku benar-benar udah gak bisa lagi hidup sama kamu!" ternyata Niky mengikuti langkah Eza menuju kamar, wanita itu terlihat langsung bergegas menuju lemari dan menurunkan koper yang sudah Niky isi sebelumnya.
"Nikita!!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!