Di dalam mobil
Suasana di dalam mobil yang dikendarai oleh Aruna terasa begitu tegang setelah sebelumnya Aruna membuat kacau meeting bersama klien beberapa menit yang lalu. Hembusan nafas kasar bahkan terus terdengar dari mulut Arthur ketika kembali mengingat akan kelakuan Aruna yang semakin mengada-ada dan tidak tahu situasi sama sekali.
Aruna melirik sekilas ke arah spion mencoba untuk melihat ekspresi raut wajah Arthur yang sudah pasti akan terlihat sangat marah karena kelakuannya ketika meeting tadi. Aruna menghela nafasnya dengan panjang sambil menanti lampu merah yang entah mengapa kini terasa begitu lama, membuatnya beberapa kali mengetuk-ketukan jari tangannya pada stir mobil sekedar untuk mengusir kecanggungan yang terjadi diantara keduanya.
"Bisa tidak kau menghentikan jari-jari tangan mu agar tidak menimbulkan suara berisik di dalam mobil ku!" ucap Arthur mengomel sambil berdecak dengan kesal karena terganggu oleh suara tersebut.
Mendengar omelan Arthur barusan membuat Aruna langsung terdiam seketika. Aruna menatap kembali ke arah kaca spion untuk melihat bosnya itu. Aruna mendengus dengan kesal ketika menyadari emosi Arthur sedang naik turun saat ini, Aruna yakin meski seekor semut sekalipun hanya berniat melintas di hadapannya Aruna yakin Arthur tetap akan mengomel dan juga mengeluh akan hal itu.
"Ini semua karena mu, jika sampai aku gagal mendapat kontrak itu maka kau akan aku pecat!" ucap Arthur dengan nada yang penuh ancaman kepada Aruna.
Aruna yang mendengar nada ancaman dari Arthur hanya bisa memutar bola matanya dengan jengah sambil mendengus kesal karena Arthur selalu saja menjadikan kata pecat sebagai andalannya ketika segala sesuatunya tidak pernah berjalan sesuai dengan kehendaknya.
………
Satu jam sebelum kejadian
Di ruangannya Aruna terlihat tengah menatap ke arah layar laptopnya dengan tatapan yang serius, beberapa kali Aruna nampak memasukkan data-data yang akan ia gunakan untuk meeting bersama klien satu jam lagi. Setelah berkutat cukup lama dengan laptopnya, Aruna yang baru saja selesai mengerjakan tugasnya lantas membuka galeri foto di laptopnya. Beberapa foto Arthur dengan wajah yang lucu terpampang jelas pada layar laptopnya, membuat Aruna langsung tersenyum dengan lebar ketika melihat foto-foto tersebut.
"Runa kamu itu selalu saja ceroboh, Runa kamu itu jorok... Runa... Runa... Runa.... asyik namaku saja yang selalu kau panggil sesuka hatimu. Bos arogan dan juga pemarah seperti mu aku yakin tidak akan ada karyawan yang betah bersama mu kecuali aku, benar-benar menyebalkan!" gerutu Aruna sambil melihat foto Arthur yang tengah tertidur dalam keadaan mulut yang menganga dengan lebar.
Menatap foto Arthur yang tanpa sengaja ia ambil ketika Arthur sedang tertidur, membuatnya selalu menjadikan foto tersebut sebagai pelampiasan ketika dirinya sedang diomeli oleh Arthur. Hingga ketika Aruna tengah asyik menyumpahi foto itu sebuah suara yang menggelegar lantas terdengar memenuhi ruangan tersebut, membuat Aruna gelagapan dan tanpa sengaja menyentuh keyboard pada bagian enter lalu menutupnya dengan rapat.
"Runa...." teriak seseorang yang lantas membuat Aruna langsung memutar bola matanya dengan jengah begitu mendengar suara teriakan itu.
Tak lama kemudian seorang pemuda tampan nan gagah, terlihat melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana Aruna berada saat ini dengan raut wajah yang kesal karena Aruna sedari tadi sama sekali tidak menjawab panggilannya.
"Aruna kau..." ucap Arthur hendak kembali mengomel namun keburu dipotong oleh Aruna.
"Maaf saya barusan tengah berkemas, mari berangkat tuan atau jika tidak kita akan terkena macet di jalan." ucap Aruna yang langsung memotong ucapan Arthur karena ia tahu Arthur pasti akan mengomel saat ini.
Mendengar hal tersebut Arthur kemudian menghela nafasnya dengan panjang kemudian melangkahkan kakinya duluan, membuat Aruna yang melihat hal tersebut pada akhirnya bisa bernafas dengan lega karena Arthur tidak jadi mengomel. Dengan langkah yang lebar Aruna kemudian mulai melangkahkan kakinya menyusul langkah kaki Arthur yang sudah lebih dulu ke depan dan meninggalkannya.
**
Restoran
Setelah melakukan beberapa penjelasan tentang keuntungan dalam kerja sama yang kini tengah keduanya lakukan. Arthur kemudian mengkode Aruna untuk menunjukkan beberapa slide kerja sama menggunakan laptop yang sudah ia siapkan sejak awal.
Aruna yang mengerti akan kode yang di berikan oleh Arthur, dengan gerakan yang profesional Aruna mulai mendekat ke arah klien dan menunjukkannya beberapa slide tentang kerja sama kali ini.
"Beberapa produk yang akan kita luncurkan akan dipasarkan langsung kepada beberapa konsumen. Produk ini kami tujukan untuk beberapa anak muda maupun kalangan orang tua untuk memudahkan mereka dalam mengukur dan mengetahui keadaan tubuh mereka. Selain desain produk kami yang sangat cantik, keunggulannya juga beragam." ucap Aruna mulai menjelaskan beberapa hal tentang produk tersebut.
"Apakah kamu membawa sampel barang tersebut?" tanya klien itu.
Aruna yang mendapat pertanyaan dari kalian barusan lantas tersenyum, Aruna kemudian mengatur mode slide otomatis yang dapat memplay vidio tanpa harus ia tekan, kemudian setelah itu ia membuka tas jinjing yang ia bawa hendak menunjukkan sampel produk yang diminta oleh klien. Hanya saja ketika Aruna tidak terlalu memperhatikan layar laptopnya, sebuah gambar Arthur yang nampak konyol malah tanpa sengaja terpampang jelas di sana, membuat klien tersebut tersenyum bahkan sampai tertawa ketika melihat foto tersebut.
Arthur dan juga Aruna yang mendengar tawa tersebut tentu saja penasaran dan langsung mengintip sedikit ke arah layar laptop tersebut. Betapa terkejutnya Aruna dan juga Arthur ketika keduanya menatap ke arah layar laptop yang terlihat malah muka Arthur yang lucu ketika tidur.
Aruna yang tahu ia telah membuat kesalahan lantas langsung dengan spontan menutup laptopnya dengan cepat dan tersenyum garing ke arah klien tersebut.
"Maafkan saya pak Rendi... saya benar-benar minta maaf." ucap Aruna sambil sedikit menunduk meminta maaf.
"Arunaaaaaa" ucap Arthur tanpa suara namun dengan tatapan yang tajam ke arah Aruna.
……
Di dalam mobil
"Saya benar-benar minta maaf pak, saya janji saya tidak akan mengulanginya lagi." ucap Aruna sambil menatap ke arah kaca spion untuk melihat raut wajah Arthur.
"Jika sampai kali ini kita gagal mendapatkan pak Rendi sebagai sponsor produk kita, awas saja kamu!" ancam Arthur dengan nada yang penuh penekanan.
Aruna yang mendengar ancaman Arthur kembali, lantas langsung cemberut karena Arthur selalu saja mengatakan hal tersebut untuk mengancamnya. Hingga kemudian ketika Aruna hendak kembali memprotes ucapan Arthur sebuah bunyi dari klakson yang begitu memekakkan telinganya, lantas membuat Aruna dan juga Arthur dengan spontan menatap ke arah belakang untuk melihat suara apa barusan.
"Jalankan mobilnya sekarang juga Aruna!" pekik Arthur kemudian.
"Tapi di depan masih lampu merah tuan..." ucap Aruna.
"Sekarang Aruna!" teriak Arthur.
Bruk..
Bersambung
Tepat ketika Arthur dan juga Aruna menoleh ke arah belakang untuk melihat ke arah sumber suara, sebuah minibus dengan kecepatan tinggi nampak melaju semakin mendekat ke arah mobilnya. Mobil minibus tersebut terus saja membunyikan klaksonnya dan memberi pertanda kepada pengemudi di depannya agar pergi dan menjauh dari sana. Melihat hal tersebut Arthur tentu saja langsung berteriak kepada Aruna agar segera menjalankan mobilnya atau jika tidak berbelok yang jelas sebisa mungkin menjauh dari sana.
"Jalankan mobilnya sekarang juga Aruna!" pekik Arthur kemudian.
"Tapi di depan masih lampu merah tuan..." ucap Aruna.
"Sekarang Aruna!" teriak Arthur lagi yang kali ini sama sekali tidak ingin dibantah.
Aruna yang mendengar teriakan tersebut tentu saja langsung dengan spontan menancap gasnya tanpa melihat apa yang ada di hadapannya. Aruna mengarahkan setir mobilnya ke kanan dan ke kiri untuk menghindari tabrakan. Hingga ketika ia membanting stir ke arah kiri sebuah becak terlihat berada tepat di hadapannya. Membuat Aruna langsung kembali memutar setirnya ke arah kiri dan menabrak pohon beringin yang ada di jalanan tersebut.
Bruk...
Suara dengingan terdengar menggema dengan jelas di telinga Aruna. Dalam pandangannya yang mengabur Aruna melihat sebuah cahaya putih di depannya, namun detik berikutnya segala pandangannya menggelap dan tidak lagi terlihat apa-apa.
Beberapa orang yang melihat tabrakan beruntun tersebut lantas langsung berlarian mendekat ke arah korban. Sebuah minibus yang menabrak beberapa pengendara di lampu merah terlihat memakan banyak korban, sedangkan tidak jauh dari lampu merah, mobil yang di tumpangi oleh Aruna dan juga Arthur menabrak pohon beringin besar di sana.
Lima sampai tujuh orang bapak-bapak terlihat mencoba untuk membuka pintu mobil untuk melihat keadaan Aruna dan juga Arthur di dalamnya.
"Gadis ini masih hidup!" pekik seorang seorang bapak-bapak.
"Pria ini juga!" ucap yang lainnya.
"Sebaiknya kita segera bawa ke rumah sakit saja." usul warga lainnya yang lantas di balas anggukan kepala oleh yang lainnya.
Mendengar usulan tersebut beberapa orang lantas terlihat langsung membopong tubuh Aruna dan juga Arthur keluar dari mobil. Seorang pengemudi pick up nampak mendekat dan berhenti tepat di sebelah mobil Arthur yang ringsek. Beberapa orang yang melihat mobil pick up tersebut datang, lantas langsung mengangkat tubuh Aruna dan juga Arthur ke atas pick up untuk di bawa menuju ke Rumah sakit terdekat.
"Kamu bawa mereka ke Rumah sakit, biar aku menolong korban yang lainnya." ucap seorang bapak-bapak yang di balas pengemudi pick up dengan anggukan kepala.
Pada akhirnya mobil pick up tersebut melaju membelah jalan Ibu kota menuju ke arah Rumah sakit terdekat.
***
Di sebuah ruangan
Seorang pria berpakaian jas hitam terlihat melangkahkan kakinya memasuki sebuah ruangan dan melangkahkan kakinya mendekat ke arah seseorang yang saat ini nampak tengah duduk pada kursi kebesarannya.
"Mobil tuan muda mengalami kecelakaan beruntun di daerah km 30, saat ini tuan muda sedang di larikan ke Rumah sakit terdekat nona." ucap pria tersebut melaporkan kejadian yang baru saja ia terima.
Mendengar laporan tersebut seulas senyum nampak terlihat mengembang di wajah cantiknya yang tentu saja tidak akan terlihat oleh pria itu karena posisinya yang memunggungi pria tersebut.
"Apa kau sudah mengurus dan meredam pemberitaan di luaran sana? Aku yakin mereka tidak akan tinggal diam ketika mendengar CEO dari B'Company terlibat kecelakaan beruntun." ucap wanita itu dengan senyum yang menyeringai.
"Saya hanya tinggal menunggu perintah anda nona." ucap pria tersebut.
Mendengar perkataannya wanita itu nampak terdiam seakan tengah berpikir jalan apa yang akan ia ambil. Hingga kemudian seulas senyum nampak kembali menghiasi wajah cantiknya ketika sebuah ide mendadak terlintas di benaknya.
"Biarkan saja untuk satu hari ini, kemudian redam berita tersebut esok harinya, apa kau mengerti?" ucap wanita itu memberikan perintah.
"Tentu nona sesuai dengan perintah anda, saya permisi." ucap pria tersebut kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut untuk melaksanakan perintah dari wanita yang di panggil nona olehnya.
****
Satu minggu kemudian
Seorang wanita paruh baya dengan pakaian yang modis melekat di tubuhnya, terlihat melangkahkan kakinya melintasi koridor Rumah Sakit menuju sebuah ruangan VIP di Rumah sakit tersebut dengan langkah kaki yang angkuh.
Seorang bodyguard nampak membukakan pintu untuknya begitu langkah kakinya sampai di suatu ruang VIP yang sedang ia tuju.
Ketika wanita itu masuk ke dalamnya, sebuah suara yang berasal dari alat elektrodiagram yang terpasang pada tubuh Arthur terdengar menggema memenuhi ruangan VIP tersebut. Seulas senyum nampak terlihat dari wajah wanita itu begitu mengetahui putra tirinya tengah terbaring tidak sadarkan diri di sana.
Tak tak tak
Suara langkah kaki yang berasal dari hells yang ia kenakan terdengar beradu dengan alat elektrodiagram di ruangan tersebut. Wanita itu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Arthur dan berhenti tepat di sebelahnya. Diusapnya rambut Arthur dengan pelan dan penuh kasih sayang, kemudian ia mengambil posisi sedikit menunduk dan mendekatkan mulutnya tepat ke arah telinga sebelah kiri Arthur.
"Putra ku yang malang, melihat mu terbaring seperti ini entah mengapa membuat hati ku begitu senang. Aku memang terdengar begitu jahat namun aku memohon kepada yang di Atas untuk segera menjemput mu agar kau tidak lagi mengganggu jalan putra ku untuk memimpin perusahaan." ucap Maria dengan nada yang setengah berbisik sambil tersenyum menyeringai.
Setelah mengatakan hal tersebut Maria lantas bangkit dari posisinya kemudian merapikan baju pasien Arthur yang terlihat sedikit berantakan itu.
"Ayo kita pergi, sepertinya putraku yang satu ini masih betah tertidur di ranjang itu." ucap Maria sambil memberikan kode kepada bodyguardnya untuk mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.
Mendengar kode itu bodyguard tersebut lantas mulai melangkahkan kakinya dan membuka pintu ruang perawatan itu untuk Maria. Melihat pintu ruang perawatan sudah terbuka Maria mulai melangkahkan kakinya hendak keluar dari sana, namun ketika sampai di pintu ia menghentikan langkah kakinya dan menatap ke arah ranjang pasien Arthur.
"Tetaplah tidur seperti itu karena aku lebih menyukai mu yang seperti ini." ucap Maria dalam hati kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut di susul dengan bodyguardnya yang mengikuti langkah kaki Maria pergi dari sana.
Setelah kepergian Maria dari ruangan tersebut, tanpa Maria sadari jari-jari tangan Arthur terlihat bergerak dengan perlahan. Tidak berapa lama setelah jari tangan Arthur bergerak kelopak mata Arthur terlihat mulai membuka dengan perlahan dan menatap ke arah sekitar.
"Di mana aku?" ucapnya di dalam hati sambil melirik pemandangan sekeliling yang hanya terlihat warna putih di sekitarnya.
Bersambung
"Di mana aku?" ucapnya di dalam hati sambil melirik pemandangan sekeliling yang hanya terlihat warna putih di sekitarnya.
Karena rasa penasaran yang begitu besar akan keberadaannya, perlahan-lahan ia mulai bangkit dari posisi tidurannya membuat beberapa alat yang terpasang di tubuhnya sedikit bergeser dan membunyikan suara alarm yang terpasang di ruangan tersebut, di mana suara alarm tersebut menandakan bahwa pasien kini dalam kondisi henti jantung atau kritis, yang sering kita dengar dengan istilah code blue di dunia kedokteran.
Suara alarm itu benar-benar nyaring yang lantas membuatnya sedikit kebingungan akan apa yang sedang terjadi, ia mengarahkan pandangannya ke arah sekitaran mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Hingga tak beberapa lama suara derap langkah kaki mulai terdengar di pendengarannya di susul datangnya beberapa orang berseragam putih kini sedang menatap ke arahnya dengan tatapan yang terkejut.
"Anda sudah bangun pak? Bagaimana perasaan anda saat ini?" tanya salah seorang dokter dengan name tag Rendi di dadanya.
Mendengar hal tersebut tentu saja membuatnya terkejut, bagaimana bisa Aruna yang jelas-jelas adalah seorang wanita malah dipanggil pak oleh dokter di hadapannya.
"Pak katamu?" ucap Aruna namun terkejut karena suaranya mendadak berubah menjadi berat seperti laki-laki pada umumnya.
Suaranya yang berubah dengan tiba-tiba, membuat Aruna dengan spontan hendak menutup mulutnya namun baru sadar bahwa masker oksigen masih terpasang di mulutnya, membuat Aruna berpikir bahwa hal itu lah yang mungkin membuat suaranya menjadi besar. Sehingga membuat Aruna berusaha untuk melepas masker oksigen tersebut dan menghirup udara sekitaran, meski udara yang pertama kali ia hirup terasa sedikit lebih sesak, namun ia masih bisa mengontrolnya dan meminimalisir pernafasannya sambil memegangi area dadanya.
"Di... dimana hilangnya milik ku?" ucap Aruna dalam hati sambil terus meraba area dadanya, membuat beberapa dokter dan juga perawat yang ada di sana menjadi kebingungan.
Aruna yang baru saja bernafas dengan lega lantas di buat kembali terkejut ketika ia menyentuh area dadanya dan tidak mendapati dua gunung kembar miliknya di sekitar area dadanya. Mendapati hal tersebut membuat Aruna dengan spontan menatap ke arah bawah dan berusaha untuk melihat apa yang terjadi.
Sesuatu yang tak terduga benar-benar membuat Aruna terkejut bukan main ketika melihat dirinya sekarang malah berpostur seorang laki-laki, membuat Aruna langsung berusaha bangkit untuk memastikan apa yang baru saja ia lihat namun karena beberapa alat yang masih menempel di tubuhnya dan juga kakinya yang masih terasa lemas, membuatnya langsung jatuh ke bawah dan detik berikutnya pandangannya kembali menggelap dan pingsan.
Beberapa dokter dan juga perawat yang melihat tingkah aneh dari Arthur tentu saja bingung dan tidak mengerti. Hingga ketika melihat tubuh Arthur yang langsung terjatuh dan pingsan, membuat Rendi dengan spontan langsung berlarian ke arahnya dan berusaha untuk mengecek keadaan Arthur.
"Ayo bantu naikan pak Arthur kembali ke ranjang pasiennya." perintah Rendi yang lantas dibalas anggukan kepala oleh beberapa perawat di sana.
Beberapa perawat yang mendapat perintah tersebut lantas langsung berlarian mendekat dan dengan bersama-sama mengangkat tubuh Arthur kembali ke brankar. Rendi mulai memeriksa keadaan Arthur dan juga grafik alat vitalnya, hingga setelah semuanya selesai barulah Rendi terlihat memeriksa selang infus milik Arthur.
"Tetap pantau kondisinya laporkan segala perkembangannya kepada ku." ucap Rendi kemudian sambil menatap ke arah beberapa perawat dan juga dokter residen di sana.
"Baik dok" jawab mereka serentak.
Baru setelah itu Rendi terlihat melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Arthur di susul beberapa perawat dan juga dokter residen yang sedari tadi mengikutinya.
***
Sore harinya masih di ruang perawatan VVIP atas nama Arthur.
Terlihat Aruna kembali mengerjapkan matanya dengan perlahan. Aruna yang baru saja tersadar dari pingsannya lantas langsung bangkit dari posisi duduk sambil meraba area dadanya yang tetap saja tidak ada dua gunung kembar yang sedari tadi dicari olehnya. Tidak ingin menerka-nerka sesuatu. Dengan gerakan yang perlahan dan tentunya bersusah payah Aruna kemudian mulai mencari sebuah cermin dengan membuka beberapa laci yang terdapat tepat di sebelah ranjang pasiennya.
Hingga setelah Aruna berhasil mendapatkan cermin itu, Aruna yang memang begitu penasaran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya lantas mulai mengarahkan cermin tersebut ke area wajahnya.
"Aaaaaaa" teriak Aruna namun yang keluar malah suara cowok membuat Aruna langsung dengan spontan menutup mulutnya dengan rapat ketika yang keluar bukan suara miliknya.
Dengan perasaan yang terkejut Aruna kembali menatap ke arah cermin dan mulai meraba wajahnya seakan ia masih belum percaya akan apa yang terjadi kepadanya.
"Bagaimana mungkin, wajah tuan Arthur malah menjadi wajah ku? Ada apa sebenarnya ini, apa aku sedang bermimpi?" ucap Aruna sambil memukul pipinya dengan spontan, yang tentu saja langsung membuat Aruna meringis kesakitan karena memang apa yang dialaminya bukanlah sebuah mimpi.
"Aw sakit!" ucap Aruna mengadu sambil memegang pipinya yang terasa begitu perih setelah pipinya ia pukul tadi.
Aruna terdiam sambil mulai mencerna segala sesuatunya secara perlahan. Bayangan tentang kecelakaan yang ia alami bersama dengan Arthur beberapa waktu yang lalu, membuat Aruna mulai mengerti apa yang tengah terjadi saat ini. Sebuah pemikiran gila mendadak terlintas di benaknya ketika ia kembali menatap ke area bawah dan masih tetap mendapati dirinya sebagi Arthur. Membuat Aruna lantas berpikir tentang tubuhnya yang mungkin saat ini yang tentunya berisi jiwa Arthur di dalamnya.
"Jika tebakan ku benar, seharusnya tuan pasti juga ada di Rumah sakit ini namun ada di dalam ragaku. Apa yang sebenarnya terjadi? Argh...." ucap Aruna sambil menggerutu karena ia sama sekali tidak menemukan jawaban dari pertanyaannya.
Aruna yang ada di dalam diri Arthur lantas mulai mencoba bangkit secara perlahan dan mencoba untuk melangkahkan kakinya secara perlahan. Kali ini Aruna harus benar-benar mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi kepadanya dan juga Arthur.
***
Di sebuah ruang perawatan
Aruna mulai membawa langkah kakinya masuk ke dalam ruang perawatan tersebut dengan perasaan yang gelisah. Jika sampai spekulasi Aruna benar tentang hal ini, entah apa yang akan terjadi selanjutnya Aruna sendiri juga tidak akan pernah tahu.
Aruna terus membawa langkah kakinya selangkah demi selangkah mendekat ke arah ranjang pasie di ruang perawatan tersebut. Hingga ketika langkah kakinya sampai tepat disebelahnya Aruna yang melihat apa yang ada dipikirannya sedari tadi menjadi kenyataan lantas langsung jatuh dalam posisi terduduk karena saking terkejutnya.
"Ini tidak mungkin.... ba..bagaimana bisa ini terjadi?" ucap Aruna seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!