NovelToon NovelToon

Aliran

Satu

Happy Reading Y'all

___________________

"Menyakiti diri sendiri bukan solusi yang ada menambah bekas luka"

_________________

***

"Alika bantuin cuci baju ya," ujar sang ibu.

"Alika jangan lupa cuci piring juga," perintahnya.

"Iya mah bentar lagi," sahut Alika yang tengah membereskan tempat tidurnya.

"Bentar lagi, bentar lagi terus jawaban kamu , kalau di suruh tuh ya langsung turutin jangan Cuman ngomongnya doang," ucap sang ibu dengan teriakannya dari balik pintu kamar Alika.

Bantin Alika tertekan mendengar ucapan dari sang ibu, dirinya hanya minta waktu sebentar untuk membereskan kamarnya tapi tidak diindahkan oleh sang ibu.

Dengan mood nya yang telah hancur berantakan di pagi hari ini, ia harus segera melakukan segala aktivitasnya.

Untung saja ini hari sabtu jadi tak ada jadwal sekolah kecuali les nya siang ini.

Alika sedang mencuci piring dan lagi-lagi sang ibu berteriak meminta tolong kepadanya.

Wajar ibunya meminta tolong kepadanya karena Alika anaknya, itulah yang ada di pikiran Alika, ia juga tak mau di cap jadi anak yang durhaka karena membantah permintaan orang tua.

"Apa mah? Alika lagi cuci piring ini," sahut Alika dari dapur.

"Kenapa cuciannya belum di jemur ini udah siang," ucap sang ibu.

"Sekalian cuci piring dulu kalau masalah jemur baju gampang mah, kan udah di cuci," jawab Alika.

"Jangan males, mau lakuin sesuatu tuh harus cepet jangan lelet gimana kalau bajunya gak kering?" ucap sang ibu.

Alika terus-terusan mengucap sabar dan menenangkan dirinya agar tak emosi.

Selesai sudah semua tugas yang diperintahkan sang ibu kepadanya, sekarang giliran Alika merebahkan dirinya dan beristirahat.

Ada chat masuk dari tantenya.

Tante Mira

Anterin tante beli barang ke tempatnya bu safira.

Nanti sore aja tan badan aku sakit, siang ini ada les

Kamu ini dimintain tolong bilangnya sakit terus, punya keponakan kok males

Udahlah gak berguna punya keponakan

___

Membaca pesan yang dikirimkan tantenya barusan membuat Alika menahan sesak didadanya. Tidakkah ada seorang saja yang mengerti dirinya atau justru dirinyalah yang tidak bisa mengerti keadaan orang lain. Mengapa orang terdekatnya membuat dirinya merasa paling tidak berguna.

Alika tak kuasa menahan air yang hendak jatuh dari matanya. Jika boleh jujur Alika merasakan lelah dengan situasi yang terus menerus seperti ini.

Ketika Alina masuk kekamarnya ia segera menghapus ari matanya.

"Alika itu mamah nawarin jus mau enggak?" ucap sang adek.

Alika tidak mengizinkan Alina memanggilnya kakak karena dari awal ia tidak mau di panggil kakak padahal usia Alina dan dirinya terpaut 3 tahun.

"Bentar lagi kakak kedepan," ucap Alika.

Ia membawa tas, helm serta kunci motornya karena hendak pergi ke tempat les. Sekolah menerapkan Full day school jadi dirinya hanya bersekolah dari hari senin hingga jumat saja sedangkan sabtu dan minggu libur bagi anak-anak yang tidak mengikuti les.

"Kenapa lama sih, mamah kan mau ngasih kamu makanan bukan mau nyuruh,"ucap sang ibu. Awalnya Alika tertarik dengan jus buatan sang ibu namun ia urungkan niatnya karena ucapan sang ibu lagi-lagi membuat batinnya tertekan.

"Mah tante Mira kenapa sikapnya tuh gitu-gitu terus sih, Alika kan gabisa nganterin karena mau les tapi malah dibilang pemalas," ucapnya pada sang ibu berharap respon dari ibunya baik namun justru sebaliknya.

"Udah tau tante kamu kayak gitu masih aja gak nurutin permintaannya, lain kali kamu turutin aja,"jawab Manda ibunya Alika.

Mendengar penuturan sang ibu yang membuatnya kembali terlihat seperti anak yang tidak berbakti, Alika memutuskan untuk berangkat ke tempat les sekarang meskipun jadwalnya sekitar satu jam lagi.

"Alika pamit mah,"pamitnya sambil mencium tangan sang ibu.

"Alina nitip mie ayam depan tempat les," ucap sang adik.

Tak dihiraukan oleh Alika dan ia segera melaju menjauh dari pekarangan rumahnya.

Mengendarai motor dengan kecepatan penuh bukanlah hal yang baik apalagi pikiran yang kosong jangan sampai terjadi kecelakaan.

"Apa gue mati aja kali ya, biar orang-orang gak terus menerus menuntut ini dan itu, batin gue udah gak sehat kalau tiap hari denger omelan terus," ucapnya sambil mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.

Ucapan Alika barusan hanya rasa kesal dihati kecilnya, ia tau kalau perbuatan seperti itu bukanlah hal yang benar, bisa-bisa dirinya masuk kedalam api neraka karena bodoh melakukan percobaan bunuh diri.

Bersambung_________________________

"Menyakiti diri sendiri bukan solusi yang ada menambah bekas luka"

Berikan Vote jika berkenan

Dukung cerita ini ya

Share cerita ini boleh 

Dua

Happy Reading Y'All

_____________

"Gak deh gue kan kuat, maafin Alika tadi keceplosan," ucapnya.

Sampai ditempat les, ia segera memarkirkan kendaraanya tak lupa ia tersenyum ramah kepada orang-orang yang dirasa kenal dengannya.

"Wih bisa-bisanya Alika datang kepagian biasanya juga kesiangan,"ucap Bila sahabatnya.

"Tumben lo nyapa gue biasanya juga gak pernah nanya kalau di tempat les," jawab Alika.

"Gue les nya pagi sedangkan lo siang mana bisa gue nyapa lo bege," sahut Bila.

"Cerdas," ucap Alika.

Alika dan Bila memutuskan untuk makan mie ayam di depan tempat les nya karena Alika melewatkan sarapan tadi pagi dan kebetulan Bila kelaparan karena ini adalah jadwal makan siangnya.

"Mau pesen mie nya yang seperti apa neng?" tanya mang Karta penjual mie ayam terenak bagi anak-anak di tempat les nya.

"Yang lurus aja mang soalnya jalan dari rumah kesini udah keriting,"ucap Alika.

Bila tertawa mendengar penuturan receh dari sang sahabat.

"Gue kalau terus-terusan jadi sahabat lo gak akan pernah nangis kayaknya, receh bet idup lo," ucap Bila.

"Dih lu nya aja yang dikit-dikit ketawa padahal itu jokes bapack-bapack," Alika ikut tertawa dengan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditertawakan.

"Neng Alika ini sering banget ngelawak kenapa ikutan les? Kalau jadi comedyan pasti terkenal,"

"Maaf mang Alika udah terkenal, biarin aja yang lain ngerasain terkenal bukannya sombong nih tapi followers Instagram Alika banyak mang," jawab Alika sambil tersenyum.

Mereka bertiga malah ngobrol bukannya pesan makanan dan lebih parahnya Mang Karta juga asik menanggapi Alika bukannya membuatkan mie ayam untuk mereka.

"Ya ampun jadi selama ini mamang kenal sama INFLUENZA," ucap Mang Karta.

"Nangis batin ku mang," jawab Bila sambil tertawa.

"Aduh mang tolong ini mah ya, Alika bukan virus," jawab Alika.

"Mending mang Karta bikinin kita mie ayam aja 2 porsi jangan lupa es teh manis nya juga ya," lanjut Alika memesan makanan.

"Kocak bener lo dianggap virus dong," ucap Bila yang masih tertawa dengan kesalahan mang Karta.

"Orang salah malah diketawain bukannya dibenerin," ucap Alika sambil membuka handphone nya.

"Yah gak sadar diri tadi lo ikutan ketawa bege," ucap Bila menggeplak bahu Alika.

Alika meringis jika lama-lama ia berdekatan dengan Bila bisa-bisa badannya memar.

"Main pukul-pukul aja lo sakit tau," ucap Alika.

"HAHA maaf gue kelepasan," jawabnya.

Keduanya kembali sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Ih apaan sih ini grup rame banget," Alika risih mendengar notifikasi terus menerus dari grup kelasnya.

Bila meliriknya sinis.

"Sini handphone lo, gue mute aja notifikasi dari grupnya biar lo gak ngomel," Bila mengambil alih ponsel Alika.

"Iya juga ya, duh cerdas juga lo,"

Mereka menghentikan memainkan ponselnya dan segera menyantap habis mie ayam mang Karta. Setelah itu keduanya terpisah.

Bila yang telah dijemput pulang oleh abang tukang ojek sedangkan Alika memasuki ruang les nya.

Mood Alika sudah kembali ia berusaha tersenyum lagi dan melupakan masalahnya yang ada di rumah. Ia senang bisa bertemu teman-temannya.

Dan hari ini ia sekalian izin pulang sore karena ada kegiatan bersama teman les nya. Mereka merencanakan makan bersama setelah itu main untuk sekedar melepaskan penat.

Bersyukur kali ini ia diizinkan untuk ikut kumpul.

"Gak biasanya kamu diizinin lik," ucap Lisa,

"Nyokap bokap gue santai orangnya kemaren-kemaren gue males aja jadi lebih baik pulang ya kan," ucapnya berbohong.

Alika merasa lebih baik besama temannya, ia bisa tertawa dan bisa juga membuat orang lain tertawa.

Sudah pukul 17.30 , tak terasa mereka menghabiskan waktu cukup lama di luar les. Biasanya teman les hanya teman yang tidak mungkin bisa dekat namun tidak dengan tempat les ini, selain mengajarkan ilmu secara teori juga mengajarkan untuk tetap peduli satu sama lain. Bisa saja tempat les ini akan selalu di ingat dan tersimpan di memori abadi.

Di rumahnya sudah ada sang ibu dan ayahnya yang tengah menonton acara televisi bersama.

"Kemana aja Alika?" tanya sang ayah.

Bersambung............

Nitip Vote ya

Oh iya kenalan di kolom komentar hayuk kita bercengkrama siapa tau nyambung

Kalian boleh share cerita ini siapa tau juga temen kalian lagi gabut kan, yuk suruh baca

____________________________________

"Membebaskan bukan berarti tak peduli, bisa saja untuk menghindari kebohongan, terlalu di jaga bisa saja memberontak"

____________

Tiga

HAPPY READING Y'ALL

"Alika abis main yah sepulang les udah izin sama mamah juga kok," jawabnya.

"Oh yaudah mandi terus makan, lain kali jangan pulang terlalu larut," ucap sang ayah.

Rasa lega karena tak ada teriakan marah karena dirinya pulang telat.

"Alika mana mie ayam mang Karta ?" tanya Alina.

"Abis" jawabnya.

"Ya kamu sih pulangnya sore, padahal kan tadi bisa pulang dulu nganterin mie nya," ucap Alina.

"Ya kenapa lo gak les hah? Males sih jadi orang," ledek Alika.

"Jahat banget sih ngatain pemalas, yaudah kalau gak mau tinggal ngomong," perdebatan kakak-adik ini terdengar oleh kedua orang tuanya.

"Alika kan kamu bisa tuh telpon Alina bilang kalau mie ayam nya gak ada jadi dia gak nungguin," ucap sang ibu,

"Udah jangan jadi ribut, ayo ayah anterin kamu beli mie ayam nya," ujar sang Ayah.

"Asik, makasih yah," jawab Alina.

Beruntung perdebatannya segera berakhir, karena badannya sudah tak nyaman belum mandi.

"Nanti cuci piring ya, udah numpuk tuh," ujar sang ibu.

"Iya nanti, Alika mandi dulu udah bau keringat," jawab Alika.

Sang ibu melanjutkan menonton televisi sedangkan Alika mandi kemudian menuju ruang makan, ia lupa seharusnya sehabis mandi cuci piring lebih dulu.

Benar saja firasat nya sang ibu mengomelinya karena tidak cepat melaksanakan perintah.

"Alika kenapa masih belum cuci piringnya? Main sampai sore aja bisa tapi di suruh cuci piring susah banget,"

"Iya mah sebentar, Alika mau makan dulu," sahutnya.

"Terus aja nanti-nanti, udah biar mamah aja yang ngerjain," ucap sang ibu dari arah dapur.

Alika merasa tak enak hati karena pekerjaan yang seharusnya ia lakukan malah di kerjakan oleh ibunya.

"Sini biar Alika aja mah," Alika berdiri di sambing ibunya yang sedang mencuci piring.

"Udah gak usah, lama," jawab sang ibu.

"Yaudah deh Alika ke kamar dulu," jawabnya.

Lagi-lagi bantin Alika tertekan dengan penuturan sang ibu, ia bertanya-tanya apakah berinteraksi dengan temannya untuk sekedar menghilangkan penat adalah tindak kriminal. Sebab sang ibu selalu mengungkit hal tersebut.

"Alika seharusnya gak boleh main, Alika seharusnya jadi anak yang berbakti, kenapa Alika jadi anak pemalas, kenapa Alika selalu menunda perintah mamah, Alika gak berguna banget sih," ia menatap dirinya di cermin sambil menuturkan perkataan yang tidak baik tentang dirinya.

Alika tidak pernah menyalahkan emosi orang tuanya karena ia selalu berpikir bahwa dirinyalah yang tidak baik. Menyalahkan dirinya sendiri adalah salah satu cara Alika bertahan.

Setiap hari orang tuanya selalu seperti itu, tetapi Alika tetap selalu menyalahkan dirinya sendiri karena lelet. Ia menangis tanpa mengeluarkan suara. Rasanya sesak harus menangis seperti itu.

Ia mencoba menampar dirinya sendiri, menyakitkan tapi lagi dan lagi ia menampar dirinya.

Terlihat merah pipi kanan dan kirinya, rasa sakitnya selama ini keluar begitu saja tangannya mengepal ia terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri. Ia merasa tak tahan orang tuanya selalu berteriak saat marah, ia malu ketika kemarahan orang tuanya terdengar oleh tetangga.

Kepalan tangannya berhasil ia bentur kan ke dinding kamar, menyisakan lebam dan sedikit luka.

"Sakit di tangan ini gak se sakit hati gue sekarang,"lirihnya

"Gue gak berani cerita sama siapapun, gue takut," lirihnya.

Ia tak berani bercerita bukan karena ancaman dari kedua orang tuanya tetapi ia hanya tidak ingin ada yang memandang rendah keluarganya. Ia juga tak diajarakan untuk menceritakan masalahnya bahkan kepada kedua orang tuanya sendiri, jadi semua masalah ia telan habis-habisan entah bagaimana dengan Alina tetapi yang pasti Alina sering menceritakan masalahnya pada Alika.

Alika tak ingin adiknya merasakan sakit hati karena memendam semua masalah biarkan lah dirinya yang sedikit menderita.

Sahabat Alika mengetahui tentang keluarganya tetapi tidak tentang tekanan batin yang selalu Alika rasakan. Ia tak mau membagi rasa sakitnya pada Bila .

Alika berniat pergi ke taman di depan sekolahnya namun ia akan izin pergi ke supermarket, sekalian saja.

Ia hanya memakai hoodie, celana tidur dan sandal jepit, tak lupa memakai kacamata dan membawa helm, karena berkendara harus tetap mematuhi lalu lintas.

Call mode on:

"Pak taman di depan sekolah udah nyala kan lampunya?"

"Udah neng,ada apa ya"

"Enggak kok pak, saya hanya kepo"

"Ada-ada saja neng Alika ini, yasudah kalau begitu"

"Terima kasih pak,"

Alika menelpon satpam sekolahnya, kebetulan ia sempat meminta nomor pak satpam karena dirinya pernah ketinggalan barang di dalam kelas. Bukan untuk PDKT ya.

Sambil duduk di taman ia menatap langit malam yang gelap dipenuhi bintang tak lupa juga bulan yang sinarnya tak redup.

"Permisi, mbak mau saya anter pulang?" ucap seseorang.

Bersambung.............

Teman, sahabat dan kerabat sekalian jangan sungkan memberikan vote ya

Comment juga asik tuh, yuk yuk

________________________________

"Lagi-lagi tertekan mau sampai kapan?"

_

__________

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!