NovelToon NovelToon

The Indigo [ Breathing In Two Realms 2 ]

Chapter.1 Yayasan Rumah batin

Pemandangan sekitar jalan begitu indah, aku menikmati pemandangan di sepanjang perjalananku menuju ke yayasan Rumah Batin milik Eyang Darmo. Aku masih merasa sedikit sedih karena harus berpisah dengan keluargaku.

"Haaah," aku menguap.

Pemandangan gunung-gunung yang berwarna hijau berhasil membuat rasa sedihku perlahan menghilang, pemandangan itu pun membuatku mengantuk dan tertidur pulas.

Aku tak tahu berapa lama aku tertidur. Hingga pada saat aku membuka mata, aku sudah berada di pedesaan.

"Kamu sudah bangun Rin?" tanya Eyang Darmo kepada-ku. Dia melihatku dari kaca spion tengah mobil.

"Udah Eyang," jawabku kepadanya.

"Sebentar lagi kita bakalan nyampe kok, kamu jangan sedih lagi ya Rin, di Rumah Batin kamu bertemu dengan teman-teman yang baik dan ramah. Mereka semua juga memiliki kemampuan yang sama sepertimu, kamu tidak akan merasa kesepian lagi," kata Eyang Darmo sambil tersenyum dari kaca spion tengah mobil.

"Iya Eyang, Airin gak bakalan sedih lagi kok," jawabku kepada Eyang Darmo.

Setelah sepuluh menit berlalu dari percakapan kami tadi, kami pun tiba di yayasan Rumah Batin.

"Yok turun," ajak Eyang Darmo kepadaku.

Aku turun dari mobil dan mengikuti langkah Eyang Darmo. Eyang Darmo melangkah menuju pintu masuk yayasan tersebut, kemudian dia mengetuk pintu rumah itu.

Tok Tok Tok.

"Siapa itu?" suara wanita terdengar merespon ketukkan pintu.

"Saya, Eyang Darmo," jawab Eyang Darmo kepada wanita itu.

Pintu pun dibuka oleh wanita itu. "Oh Eyang. Silahkan masuk," wanita itu menyambut kedatangan kami. "Silahkan duduk," wanita itu mempersilahkan kami untuk duduk.

Aku dan Eyang Darmo duduk setelah dipersilahkan oleh wanita tadi. Wanita itu juga ikut duduk bersama.

"Anak-anak di mana?" tanya Eyang Darmo kepada wanita itu.

"Mereka belum pulang sekolah," jawab wanita itu dengan ramah.

"Saya masih ada kerjaan di Bandung, jadi saya harus pergi sekarang, sampaikan salam saya kepada anak-anak ya," kata Eyang Darmo kepada wanita itu.

"Maaf Eyang, gadis cantik itu siapa?" wanita itu mengarahkan pandangannya kepadaku dan bertanya kepada Eyang Darmo siapakah aku ini.

"Oh iya, Eyang hampir lupa menitipkan anak ini kepadamu. Perkenalkan, ini Airin Kanyasara, anak yang saya ceritakan kemarin di telpon, dia akan tinggal di sini sampai dia dapat memahami cara mengandalkan kemampuan yang dimiliki olehnya,” Eyang Darmo memperkenalkanku kepada wanita itu, Kemudian Eyang Darmo menitipkanku kepadanya.

"Baiklah Eyang, saya akan menjaga Airin sebisa mungkin, saja juga akan merawatnya seperti merawat anak-anak yang lainnya," jawab wanita itu dengan senyuman.

"Pak! Barang-barang gadis itu sudah saya letakkan di kamarnya," kata supir mobil Eyang. Dia melapor bahwa dia sudah meletakkan barang-barangku di kamar yang bakal aku tempati.

"Ya sudah kalau begitu, kita akan segera berangkat," jawab Eyang Darmo kepada supir mobilnya. Dia pun berdiri dari tempat duduknya dan berpamitan kepadaku dan wanita itu. Kami mengantarkan Eyang Darmo sampai ke depan rumah.

"Saya titip Airin dan jangan lupa sampaikan salam saya kepada anak-anak lainnya," kata Eyang Darmo kepada wanita itu.

"Rin Eyang pulang ya, Jaga diri kamu baik-baik, jika kamu memiliki masalah, jangan sungkan untuk menceritakannya kepada Kakak ini," pesan Eyang Darmo kepadaku.

"Baiklah Eyang, Hati-hati di jalan," jawabku kepadanya.

Eyang Darmo melangkah menuju mobil dan masuk ke dalamnya. Mobilnya berputar untuk berbalik arah dan setelah itu Eyang Darmo membuka kaca mobil.

"Eyang pergi ya," Eyang Darmo menyapa kami dari dalam mobil. Kami juga menyapa balik kepada Eyang Darmo.

"Eh Eyang… jangan pergi dulu, saya sudah membuatkan minuman untuk Eyang…"

Tiba-tiba wanita yang memiliki badan tidak terlalu gemuk keluar dari dalam rumah dan meminta Eyang untuk tidak pergi dulu karena dia sudah menyiapkan minuman. Tetapi dia terlambat, Eyang Darmo sudah menutup kaca mobil dan sudah lumayan jauh dari yayasan pada saat dia memanggil Eyang Darmo.

"Dasar gendut, buat minuman aja udah kaya buat rumah," ejek wanita yang berada di sampingku dengan nada usil.

"Enak aja gendut, gwe itu langsing tau! Lagian gwe lama buatnya karena gwe buatnya itu pake hati bukan pake jantung kaya lu! Makanya makanan, minuman yang gwe buat lebih enak dari pada yang lu buat!" jawab wanita gendut itu kepada wanita yang berada di sampingku. Dia menjawabnya dengan perasaan tidak terima, perasaan itu sudah kelihatan dari wajahnya.

"Udah deh. Gwe males debat sama lu! Ayo Rin ikut Kakak!" ajaknya kepadaku. Dia menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam.

"Lah, kok gwe ditinggal?" kata wanita yang cukup gendut tadi. Dia pun berjalan mengikuti langkah kami.

"Duduk Rin!" kata wanita itu dengan lembut. Aku pun langsung duduk dan tersenyum.

"Ayo diminum, minuman yang saya buat!" kata wanita yang rumayan gendut itu. Dia menawarkan minumannya kepadaku. Aku tersenyum dan mengangguk untuk merespon tawaran yang diberikannya. Aku mengambilnya segelas minumannya dan meminumnya sedikit.

"Gimana? Enak, kan?" tanya wanita itu setelah aku mendeguk minumannya.

"Iya enak kok minumannya!" jawabku sambil tersenyum. Wanita itu tertawa bangga dan bertepuk tangan.

"Perkenalkan, nama Kakak Amara Syahnaz. Kamu bisa panggil aku Kak Amara," wanita yang berada di sampingku memperkenalkan dirinya kepadaku. Aku mengangguk kepadanya setelah dia memperkenalkan diri.

"Kalau namaku Leni Marlina, aku sering dipanggil Kakak Marlina," wanita itu pun memperkenalkan dirinya sambil tersenyum ramah.

"Gak ada yang nanya!" kata Kak Amara kepadanya dengan jutek.

"Apaan sih lu? Gwe perkenalan sama ni bocah kok lu yang sewot!" jawab Kak Marlina dengan tidak terima. Kak Amara pun tidak menghiraukannya dan langsung menarik tanganku, dia mengajakku pergi meninggalkan Kak Marlina.

"Kita mau kemana Kak?" tanyaku kepada Kak Amara.

"Kakak mau nunjukin kamar kamu," jawabnya dengan singkat. Aku hanya mengikuti langkahnya. kami menaiki tangga dan akhirnya kami pun tiba di kamar nomor enam.

Krek.

Kak Amara membuka pintu kamarku dan membawaku masuk kedalamnya. "Ini kamarmu Rin!" jelasnya kepadaku.

"Kak, Kakak kok gitu sih sama Kak Marlina? kasian tau!" tanyaku kepada Kak Amara.

"Airin, itu tadi cuma bercanda aja kok!" jawab Kak Amara kepadaku sambil tersenyum. Kemudian kami duduk di kasur sambil membongkar tasku dan menyusun isinya di atas meja dan bajuku dimasukkan ke dalam lemari.

Pada saat kami beres-beres kamar, kami bercerita tentang alasan mengapa aku dititipkan di Yayasan Rumah Batin ini.

Setelah beres-beres selesai, aku pun bertanya kepadanya tentang Yayasan Rumah Batin ini. Dia pun menjelaskan kapadaku kalau Rumah Batin ini didirikan untuk menyelamatkan batin anak indigo dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Banyak anak indigo yang mengakhiri hidupnya dengan alasan dia tidak kuat dengan kemampuannya. Itu adalah salah satu gangguan batin yang tidak diinginkan. Yayasan ini didirikan agar anak indigo tidak merasa kesepian dalam menghadapi kelebihan yang dimiliki olehnya. Yayasan ini memiliki kegiatan yang menakjubkan, yaitu berwisata ke alam gaib bersama-sama.

Di dalam kegiatan itu anak indigo akan didampingi oleh Eyang Darmo, kegiatan itu biasanya dilakukan pada akhir bulan. Yayasan ini hanya dijadikan untuk tempat tinggal, anak-anak yang tinggal di sini akan bersekolah di kota dengan mengendarai bus yayasan. Jangka waktu dari yayasan ke sekolah sekitar dua jam.

Setelah panjang lebar Kak Amara bercerita tentang yayasan ini, dia menyuruhku untuk beristirahat dan dia akan membangunkanku pada saat anak-anak lainnya pulang dari sekolah.

Kemudian dia keluar dari kamarku. Aku pun langsung menuju kamar mandi untuk mandi karena terasa lengket dengan keringat.

Krek.

Aku membuka pintu kamar mandi dan keluar dari dalamnya. Setelah selesai mandi aku pun mengeringkan badanku dengan handuk, lalu mengenakkan baju piyama, dan langsung beristirahat melepaskan lelahnya perjalanan menuju ke Yayasan Rumah Batin ini

Bersambung

Chapter.2 perkenalan

Tok Tok Tok.

Kak Amara mengetuk pintu kamar ku. “Rin, apakah kamu sudah bangun?” tanyanya padaku dari luar pintu.

Kerena aku masih tidur. Aku tidak mendengar suara ketukan pintu Amara, aku juga tidak mendengar suara panggilannya.

Krek.

Kak Amara membuka pintu kamarku karena aku tidak kunjung menjawab panggilannya. Dia melangkah mendekati-ku dan membangunkanku.

“Rin.. Rin.. bangun, teman-teman kamu sudah pulang dari sekolah! Ayo turun untuk memperkenalan dirimu kepada mereka!” kata Kak Amara sambil menggoyang-goyangkan badanku. Tanpa menunggu lama, aku pun bangun dari tempat tidur.

“Aku cuci muka dulu ya Kak,”

“Iya, jangan lama ya,” jawab Kak Amara. Aku langsung melangkah menuju kamar mandi dan masuk kedalamnya. Setelah selesai mencuci muka, aku pun kembali ke kamar dan ikut bersama Kak Amara untuk turun ke bawah dan memperkenalkan diriku kepada anak-anak yayasan.

Tak Tak Tak.

Suara langkah kaki kami menuruni anak tangga. Kemudian kami melangkah menuju ke ruangan Aula.

Tok Tok Tok.

Kak Amara mengetuk pintu ruangan Aula. Kak Marlina membuka pintu aula dan mempersilahkan aku dan Kak Amara masuk ke dalam aula. Kemudian aku dan Kak Amara melangkah menuju panggung yang ada di aula.

Sesampainya kami di atas panggung, kami langsung menghadapkan pandangan kami kepada mereka.

“Hai adik-adik!” Kak Amara menyapa teman-teman yang baru saja pulang dari sekolah.

“Hallo Kak Amara!”jawab mereka.

“Kita kedatangan teman baru nih! Langsung aja kita minta dia untuk memperkenalkan diri! Kepada Airin Kakak persilahkan kamu untuk memperkenalkan diri!” kata Kak Amara, lalu menyuruhku memperkenalkan diri. Setelah Kak Amara mempersilahkanku untuk memperkenalkan diri. Aku pun maju satu langkah dan mulai memperkenalkan diri.

“Hi.. Teman teman!” aku menyapa mereka untuk memulai perkenalan.

“Hai juga,” jawab mereka dengan meriah.

“Perkenalkan, namaku Airin Kanyasara. Orang-orang di sekitar ku biasa memanggil ku ‘Airin’ atau ‘Rin’ untuk yang lebih singkatnya. Aku berasal dari Jakarta, Hobiku adalah bermain piano,” aku memperkenalkan diri sambil tersenyum malu.

“Sudah Airin?” tanya Kak Amara kepadaku.

“Sudah Kak,” jawabku dengan singkat.

“Oke, mungkin dari kalian ada yang ingin bertanya kepada Airin? Kakak persilahkan kalian untuk bertanya kepadanya,” Kak Amara bertanya kepada mereka dan meminta mereka untuk bertanya kepadaku.

“Saya ingin bertanya Kak!” kata seseorang dari barisan laki-laki.

“Silahkan Bagas!” Kak Amara pun memperkenankannya untuk bertanya. Kemudian dia bangun dari tempat duduknya dan mulai bertanya.

“Hi, perkenalkan sama saya Bagas Prakoso, Kamu bisa memanggil saya Bagas.”

Sebelum bertanya, dia memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

“Hi Bagas,” aku menyapanya sambil tersenyum, Dia pun menyapaku balik dengan senyuman yang keluar dari wajah tampannya.

“Saya cuma mau tau, kamu kelas berapa?” dia lanjut bertanya setelah menyapaku balik. Setelah dia bertanya, dia pun kembali duduk di bangkunya.

“Saya baru saja masuk kelas X SMA,” jawabku kepadanya.

“Apakah yang lainnya ada yang mau bertanya?” tanya Kak Amara kepada mereka.

Mereka pun saling melihat satu sama lain hingga akhirnya Kaka Amara menutup perkenalanku.

“Oke Kakak rasa tidak ada lagi pertanyaan. Karena kalian baru pulang sekolah dan belum makan siang, silahkan kalian menuju ke ruang makan.”

Kak Amara menyuruh mereka untuk menuju ke ruang makan. Mereka pun bubar meninggalkan kami di aula.

“Kak aku mau nanya nih!” aku bertanya kepada Kak Amara setelah mereka semua keluar dari aula.

“Iya, tanya apa?” jawabnya dan bertanya balik kepadaku.

“Berapa total keseluruhan orang yang tinggal di sini?” tanyaku kepadanya lagi.

“Total keseluruhan orang yang tinggal di sini ada dua puluh orang! Enam anak perempuan termasuk kamu dan delapan anak laki laki. Selebihnya adalah pengasuh di yayasan ini,” Kak Amara menjawab pertanyaanku dengan detail.

“Kalau boleh tahu? Apakah pengasuhnya juga memiliki kemampuan untuk melihat dunia lain?” aku bertanya lagi kepadanya.

“Kita lanjutkan cerita sambil menuju ke ruang makan ya!” kata Kak Amara kepadaku. Dia mengajakku untuk melanjutkan cerita sambil berjalan menuju ruang makan.

“Oh iya Kak!” jawabku dengan singkat.

“Ya, Semua pengasuh yang tinggal di sini memiliki kemampuan untuk melihat dunia lai,” Kak Amara melanjutkan menjawab pertanyaanku tadi. Kami pun cerita panjang lebar hingga tiba di ruang makan.

Setibanya di rumah makan, Kak Amara menyuruhku untuk duduk bersama teman-teman perempuan ku. Sedangkan dia pergi ke ruang makan khusus pengasuh.

Aku duduk di bangku tengah dan tersenyum kepada mereka yang duduk semeja denganku.

“Hi Rin! Perkenalkan, namaku Klara Sintia, kamu bisa memanggilku Ara,” kata teman perempuan yang duduk di samping kananku, dia memperkenalkan dirinya kepadaku.

“Hi Ara!” aku menyapanya.

“Kalau namaku adalah Friska Kartika, teman-teman di sini biasa memanggil ku Friska,”

Teman yang duduk di samping kiriku memperkenalkan dirinya. Aku menyambut perkenalannya dengan senyuman.

“Friska? Nama yang indah!” jawabku kepadanya.

“Hi Kakak cantik! Namaku Gita Wulan! Aku adalah anak yang paling imut di yayasan ini!”

Anak yang menggemaskan itu memperkenalkan dirinya kepadaku. Dia duduk tepat di depanku. Dia berhadapan denganku. Kurasa dia masih duduk di sekolah dasar.

“Hi Gita!” aku juga menyapanya sambil tersenyum kepadanya.

“Hi Kakak, perkenalkan! Namaku Dara Lucia, Kakak bisa memanggilku Dara!”

Kali ini yang memperkenalkan diri kepadaku adalah anak sekolah menengah pertama. Anak ini terlihat ramah. Aku juga menyapanya seperti yang lainnya.

“Hi Dara,” aku juga menyapanya.

“Kalau ini namanya Kak Riana! Dia sangat pemalu!”

Kali ini Gita lah yang memperkenalkan gadis yang duduk di depan Ara. Gadis itu bernama Riana, dia terlihat sangat berbeda dengan anak-anak yang lain. Dia berpenampilan seperti hantu, dia selalu menundukkan pandangannya ke bawah.

“Makanya sudah siap,” Kak Marlina pun menghampiri kami dan menghidangkan makanan untuk kami. “Makan yang yang banyak ya Rin!” kata Kak Marlina kepadaku.

“Terima kasih Kak!” jawabku dengan singkat.

Suara Kak Marlina tadi mengalihkan perhatianku dari Riana.

“Sebelum makan, sebaiknya kita berdoa terlebih dahulu! Berdoa di mulai,” Gita memimpin doa sebelum makan, kami pun menunduk dan berdoa di dalam hati.

“Selesai,” kata Gita, dia memberikan aba-aba kalau doa sudah selesai. Kemudian kami pun langsung makan dan setelah itu kami dipersilahkan mengganti baju olahraga. Kami pun disuruh berkumpul di taman belakang yayasan.

Aku sudah terlebih dahulu mengganti baju. Kemudian aku kembali mencari Kak Amara untuk bertanya tentang yayasan ini. Aku merasa sangat ingin tahu lebih kenal banyak tentang yayasan ini

Bersambung

Chapter.3 kembalinya sosok hantu Bathup

“Apakah ada yang melihat Kak Amara?” tanyaku kepada teman-teman.

“Dia ada di ruangan makan!” jawab Ara kepadaku.

“Terima kasih Ra!”

Aku berterima kasih kepada Ara, kemudian aku langsung berjalan menuju ruang makan.

“Hi Rin! Kamu mau ke mana?” tanya Kak Marlina kepadaku, aku bertemu dengannya saat aku berjalan menuju ruang makan.

“Aku mau ke ruang makan Kak!” jawabku dengan singkat.

“Mau ngapain?” tanyanya lagi.

“Aku mau ketemu sama Kak Amara,” jawabku sambil tersenyum ramah.

“Ya sudah sana! Setelah itu jangan lupa untuk berkumpul di taman ya!” kata Kak Marlina. Dia mengizinkan aku untuk bertemu dengan Kak Amara dan setelah itu dia menyuruhku untuk berkumpul di taman.

“Baik Kak,” jawabku, lalu meninggalkannya pergi ke ruang makan.

Tok Tok Tok.

Aku mengetuk pintu ruang makan.

“Masuklah Rin!” jawab Kak Amara mempersilahkan aku masuk. Aku pun melangkah masuk ke dalam ruang makan dan mendekati Kak Amara yang sedang membantu Kak Marlina mencuci piring.

“Ka Marlina?” kataku dengan ekspresi sangat terkejut.

“Ada apa Rin?” tanya Kak Amara kepadaku.

“Apakah Itu benar benar Kak Marlina?” tanyaku masih dengan ekspresi kebingungan.

“Iya benar ini Kakak, emangnya ada apa sih? Kok kamu ngelihat Kakak kaya ngeliat hantu!” jawab Kak Marlina kepadaku.

“Tadi aku melihat Kakak di luar,” jawabku dengan ekspresi ketakutan. Kemudian Aku langsung bersembunyi di balik badan ka Amara.

Krekkk.

Tiba-tiba pintu ruang makan tertutup dengan sendirinya.

Daar.

Pintu itu kembali terbuka dengan keras. Tiba-tiba ada sosok yang menyerupai Kak Marlina berdiri di depan pintu.

“Hahaha…” sosok itu tertawa lepas dan dengan perlahan berubah menjadi sosok hantu yang menyeramkan.

“Siapa lu?” tanya Kak Marlina dengan ekspresi wajah yang lucu.

“Anak itu... tidak bisa pergi dariku lagi,” jawab hantu itu kepada Kak Marlina.

“Emangnya lu siapa? Pergi sana!” kata Kak Marlina sambil mengusir sosok jahat itu. Sedangkan aku masih bersembunyi di balik badan Kak Amara.

Aku juga mengamati ekspresi Kak Marlina pada saat dia berkomunikasi dengan sosok hantu itu. Dia sepertinya tidak ada rasa takut lagi jika bertemu dengan sosok hantu, dia terlihat santai pada saat berkomunikasi dengan sosok itu.

“Jangan takut Rin!” kata Kak Amara kepadaku, Dia berusaha untuk menenangkanku.

“Sebaiknya kamu pergi sekarang! Jangan kamu ganggu anak ini lagi,” kata Kak Amara. Dia mengusir sosok itu.

“Menyingkirlah kamu anak gadis,” sosok itu pun marah dan menyuruh Kak Amara untuk menyingkir untuk tidak melindungiku.

“Apakah kamu mau mendengarkan lagu indahku!” Kak Amara bertanya kepada sosok itu, apakah dia mau mendengar lagu indah darinya.

“Nyanyikan lah! Aku tidak takut dengan ancamanmu!” jawab sosok itu dengan suara yang sangat menyeramkan dan bergema.

“Kalau kamu tidak takut dengan laguku, maka aku akan memanggil penjaga Rumah Batin ini dan menyuruh mereka untuk menghabisi mu!” jawab Kak Amara dengan lantang.

“Aku tidak takut dengan semua ancamanmu anak gadis!” jawab sosok itu dengan sombongnya.

“Baiklah kalau begitu!” kata Kak Amara. Lalu dia pun menyuruh Kak Marlina untuk melindungiku.

Setelah Kak Marlina melindungiku, Kak Amara langsung menundukkan pandangannya dan mulutnya juga terlihat seperti berbicara.

“Pergi dari rumah ini!”

Tiba-tiba tiga sosok datang melindungi kami dan mengusir sosok yang jahat tadi. Pada waktu yang sama juga, sosok jahat itu pun pergi meninggalkan ruang makan. Setelah sosok jahat itu pergi, tiga sosok yang melindungi kami pun membalikkan badannya menghadap kami.

“Terima kasih.”

Kak Amara membungkuk mengucapkan terima kasih kepada tiga sosok itu, kemudian mereka pun mengangguk dan pergi meninggalkan kami. Tiga sosok yang melindungi kami tadi memakai baju suster yang biasanya digunakan oleh suster-suster di panti asuhan.

“Airin, apakah kamu pernah bertemu dengan sosok itu sebelumnya?” tanya Kak Amara kepadaku.

“Ya, aku pernah bertemu dengan sosok itu sebelumnya. Sosok itu pernah membawaku ke alamnya,” jawabku dengan singkat.

“Kalau begitu, apakah kamu bisa menceritakannya kepada kami?” tanya Kak Marlina kepadaku.

“Iya Kak, bisa!” jawabku kepadanya.

“Oke! Sebelumnya lebih baik kita bercerita di ruang tamu!” ajak Kak Amara. Kami pun langsung berjalan menuju ke ruang tamu dan langsung duduk di sofa.

“Baiklah, bisa saya memulai ceritanya?” tanyaku kepada mereka.

“Silahkan!” jawab mereka.

Aku pun memulai ceritaku. “Pada awalnya, aku di temukan Mama tergeletak di atas panggung dan setelah itu Mama merendamku di dalam bathub dengan maksud memanggil sosok yang membuatku pingsan di panggung. Tetapi Mama gagal memanggil sosok itu, dan yang datang adalah sosok yang lain.

“Sosok itu adalah sosok yang hadir tadi di ruang makan. Sosok itu membawa ku tenggelam ke dalam bathup.”

“Ma, Mama di mana?” Teriakku memanggil Mama. Aku terbangun di alam yang berbeda, aku terbangun di dalam sebuah kamar yang terlihat tua.

Krek.

Suara pintu kamar yang di buka. Aku melihat Mama mengenakkan long dress berwarna putih.

“Ada apa, Nak?” tanya Mama kepadaku. Dia lalu melangkah mendekatiku dan duduk di sampingku.

“Ma kita ada di mana?” tanyaku kepadanya.

“Kita sedang berada di tempat yang abadi,” jawab Mama, dia memelukku dengan erat.

Pada saat Mama mengatakan bahwa kami berada di tempat yang abadi, aku merasa ada sesuatu yang aneh padanya.

Aku melepaskan pelukannya dan melihat lehernya. Ternyata dia bukan Mama, karena jikalau dia Mama, dia pasti memiliki tanda lahir pada lehernya.

“Ma perutku sakit, di mana kamar mandinya?” tanyaku padanya.

“Kamar mandi ada di bawah, Nak,” jawabnya kepadaku.

Dia memanggilku dengan sebutan Nak, sedang Mama sangat jarang memanggilku dengan sebutan itu. Jawabnya tadi membuatku semakin yakin kalau sebenarnya dia bukanlah Mama.

“Aku ke kamar mandi dulu ya Ma!”

Aku pun berpamitan kepadanya. Aku hanya berpura-pura sakit perut untuk membuat alasan agar aku bisa pergi menjauhinya tanpa sepengetahuannya.

Tak tak tak.

Aku berlari menuruni tangga dan berusaha untuk bersegera kabur darinya. Aku sudah menyadari kalau aku sedang berada di dunia lain.

Krek.

Aku membuka pintu masuk rumah itu dan langsung lari keluar dan meninggalkan rumah itu.

Aku merasa sangat resah, karena aku tidak tahu ke mana aku harus pergi. Aku pun terus berlari dan berlari menjauhi rumah itu.

Setelah aku berada jauh dari rumah itu barulah aku berpikir ke mana aku harus pergi. Aku pun menangis dan berteduh di bawah pohon kering yang berada di dekatku, aku memikirkan bagaimana cara untuk keluar dari alam ini.

“Tom!” tiba-tiba aku teringat dengannya. Aku lalu berpikir untuk memanggilnya, aku berharap dia dapat menyelamatkan aku dari dunia ini. “Tom! Tom!” aku berteriak kencang untuk memanggilnya.

Aku memanggilnya dengan sekuat tenaga. Berkali-kali aku mengulanginya, aku memanggil Tom hingga suaraku serak dan tenggorokanku terasa kering.

Aku pun kembali menunduk sambil menangis dan pasrah akan keadaan, namun tiba-tiba suara Tom terdengar.

“Airin, ada apa kamu memanggilku?”

Aku langsung mengangkat pandanganku dan menatapnya. “Tom, apakah kau benar-benar Tom?” tanyaku padanya. Dia hanya mengangguk dan tersenyum. Aku langsung berdiri dan memeluknya.

“Ke mana saja kamu selama ini?” tanyaku kepadanya.

“Ceritanya sangat panjang, Sekarang kamu ikut denganku terlebih dahulu,” jawab Tom dan kemudian dia mengajakku untuk mengikutinya.

“Pergi Kemana?” tanyaku sambil melepaskan pelukan, aku khawatir dia adalah jelmaan dari Sosok yang menjelma menjadi Mama tadi.

“Aku tahu isi hatimu, jangan berpikir macam-macam. Ikutlah denganku, Bukannya kamu ingin keluar dari alam ini?” jawab Tom kepadaku. Aku meresponnya dengan menganggukkan kepala.

Aku percaya bahwa dia adalah Tom. Karena jawabnya cukup meyakinkan.

“Ayo!”

Dia mengangkatku dengan posisi yang sangat romantis. Dia pun mulai berlari cepat menuju entah. Di sepanjang perjalanan aku menatap wajah tampannya.

“Kita sudah sampai.”

Tom pun berhenti dan tetap mengangkatku. Aku mengalihkan pandanganku ke tempat yang dituju oleh Tom.

“Danau?” tanyaku kepadanya.

“Ya, benar. Danau itu adalah pintu untuk keluar dari alam ini,” jawab Tom.

“Terima kasih atas bantuannya, sekarang biarkan aku untuk turun.”

Aku berterima kasih kepadanya dan meminta kepadanya untuk menurunkanku dari tangannya.

“Tidak usah, aku akan ikut mengantarmu ke dalam sana,” jawab Tom. Dia tidak mau menurunkanku.

Tom langsung melangkah menuju danau dan dia membawaku masuk ke dalam danau itu.

Setelah kami masuk ke dalam danau itu, kami tiba-tiba berada di dalam kamar. Aku merasa ada yang janggal dengan kamar ini. Ternyata aku belum kembali ke alam biasa, tetapi aku malah kembali ke dalam kamar yang di huni oleh sosok yang menyerupai Mama tadi.

Aku langsung mencoba untuk pergi meninggalkan kamar ini sambil menarik tangan Tom. Tetapi ternyata dia bukan lah Tom, dia adalah sosok yang menyerupai Mama tadi. Dia berhasil menjebakku kembali ke dalam kamarnya.

“Lepaskan aku!” aku membentaknya.

“Kamu tidak bisa lari lagi dari kamar ini,” kata sosok itu sambil merubah dirinya menjadi sosok yang sangat menyenangkan.

Dia menidurkanku di atas kasur, dan melilitku dengan akar yang dikendalikan olehnya. Dia melilit tubuhku seerat mungkin bahkan sangking eratnya, lilitan akar itu pun membuatku pingsan di dalam alam gaib.

Kemudian Eyang Darmo datang setelah Kakak pertama saya memberikan kabar kalau saya menghilang secara misterius. Eyang Darmo melakukan ritual dan berhasil mengeluarkan saya dari alam gaib, dia sudah membakar sosok itu tetapi aku bingung kenapa sosok itu bisa kembali lagi,” aku menceritakannya dengan detail kepada teman teman.

" Dia ada di ruangan makan! "

Jawab Ara kepadaku

" Terimakasih Ra! "

Aku berterimakasih kepada Ara kemudian aku langsung berjalan menuju ruang makan.

" Hi Rin! Kamu mau kemana? "

Tanya Ka Marlina kepadaku, aku bertemu dengannya pada saat aku berjalan menuju ruang makan.

" Aku mau ke ruang makan ka'! "

Jawab ku dengan singkat.

" Mau ngapain? "

Tanyanya lagi.

" Aku mau ketemu sama ka Amara. "

Jawab ku sambil tersenyum ramah.

" Ya sudah sana! Setelah itu jangan lupa untuk berkumpul di taman ya! "

Kata ka Marlina. Dia mengizinkan ku untuk bertemu dengan ka Amara dan setelah itu dia menyuruhku untuk berkumpul di taman.

" Baik ka. "

Jawab ku, lalu meninggalkan nya pergi ke ruang makan.

" Tok Tok Tok. "

Aku mengetuk pintu ruang makan.

" Masuklah Rin! "

Jawab ka Amara mempersilahkan Aku masuk. Aku pun melangkah masuk kedalam ruang makan dan dan mendekati ka Amara yang sedang membantu ka' Marlina mencuci piring.

" Ka Marlina? "

Kataku dengan ekspresi sangat terkejut.

" Ada apa Rin? "

Tanya ka' Amara kepada ku.

" Apakah Itu benar benar ka' Marlina? "

Tanya ku masih dengan ekspresi kebingungan.

" Iya benar ini Kaka, emangnya ada apa sih? kok kamu ngelihat Kaka kaya ngeliat hantu! "

Jawab ka Marlina kepadaku.

" Tadi aku melihat Kaka di luar. "

Jawab ku dengan ekspresi ketakutan. kemudian Aku langsung bersembunyi dibalik badan ka Amara.

" Krekkk "

Tiba tiba pintu ruang makan tertutup dengan sendirinya.

" Daar "

Pintu itu kembali terbuka dengan keras, Tiba tiba ada sosok yang menyerupai ka Marlina berdiri di depan pintu.

" Ha ha ha. "

Sosok itu tertawa lepas dan dengan perlahan berubah menjadi sosok hantu yang menyeramkan.

" Siapa lu? "

Tanya ka'Marlina dengan ekspresi wajah yang lucu.

" Anak itu... tidak bisa pergi dariku lagi. "

Jawab hantu itu kepada ka Marlina.

" Emangnya lu siapa? Pergi sana! "

Kata ka Marlina sambil mengusir sosok jahat itu. Sedangkan aku masih bersembunyi dibalik badan ka Amara. Aku juga mengamati ekspresi ka Marlina pada saat dia berkomunikasi dengan sosok hantu itu. Dia sepertinya tidak ada rasa takut lagi jika bertemu dengan sosok hantu, dia terlihat santai pada saat berkomunikasi dengan sosok itu.

" Jangan takut Rin! "

Kata ka Amara kepadaku, Dia berusaha untuk menenangkan ku.

" Sebaiknya kamu pergi sekarang! Jangan kamu ganggu anak ini lagi. "

Kata Ka Amara. Dia mengusir sosok itu.

" Menyingkirlah kamu anak gadis. "

Sosok itu pun marah dan menyuruh ka Amara untuk menyingkir untuk tidak melindungi ku.

" Apakah kamu mau mendengarkan lagu indah ku! "

Ka Amara pun bertanya kepada sosok itu, apakah dia mau mendengar lagu indah darinya.

" Nyanyikan lah! Aku tidak takut dengan ancaman mu! "

Jawab sosok itu dengan suara yang sangat menyeramkan dan bergema.

" Kalau kamu tidak takut dengan laguku, maka aku akan memanggil penjaga Rumah batin ini dan menyuruh mereka untuk menghabisi mu!"

Jawab ka Amara dengan lantang.

" Aku tidak takut dengan semua ancaman mu anak gadis! "

Jawab sosok itu dengan sombongnya.

" Baiklah kalau begitu! "

Kata ka Amara. Lalu dia pun menyuruh ka Marlina untuk melindungi ku.

Setelah ka Marlina melindungi ku, Ka Amara langsung menundukkan pandangannya dan mulutnya juga terlihat seperti berbicara.

" Pergi dari rumah ini! "

Tiba tiba tiga sosok datang melindungi kami dan mengusir sosok yang jahat tadi. Pada waktu yang sama juga, sosok jahat itu pun pergi meninggalkan ruang makan.Setelah sosok jahat tadi pergi, tiga sosok yang melindungi kami pun membalikkan badannya menghadap kami.

" Terimakasih. "

Ka Amara membungkuk mengucapkan terimakasih kepada tiga sosok itu, kemudian mereka pun mengangguk dan pergi meninggalkan kami. Tiga sosok yang melindungi kami tadi memakai baju suster yang biasanya digunakan oleh suster suster di panti asuhan.

" Airin, apakah kamu pernah bertemu dengan sosok itu sebelumnya? "

Tanya Ka Amara kepada ku.

" Ya, aku pernah bertemu dengan sosok itu sebelumnya. Sosok itu pernah membawaku ke alamnya. "

Jawabku dengan singkat.

" Kalau begitu, apakah kamu bisa menceritakannya kepada kami? "

Tanya ka'Marlina kepadaku.

" Iya ka, bisa! "

Jawab ku kepadanya.

" Oke! Sebelumnya lebih baik kita bercerita di ruang tamu! "

Ajak ka Amara. Kami pun langsung berjalan menuju ke ruang tamu dan langsung duduk di sofa.

" Baiklah, bisa saya memulai ceritanya? "

Tanyaku kepada mereka.

" silahkan! "

Jawab mereka.

Aku pun memulai cerita ku.

" Pada awalnya, aku di temukan mama tergeletak di atas panggung dan setelah itu mama merendam ku di Dalam Bathup dengan maksud memanggil sosok yang membuat ku pingsan di panggung. Tetapi mama gagal memanggil sosok itu, dan yang datang adalah sosok yang lain. Sosok itu adalah sosok yang hadir tadi di ruang makan.

sosok itu membawa ku tenggelam ke dalam Bathup.

Mah, mama dimana? "

Teriakku memanggil mama. Aku terbangun di alam yang berbeda, aku terbangun di dalam sebuah kamar yang terlihat tua.

" Krek. "

Suara pintu kamar yang di buka. Aku melihat mama mengenakkan long dress berwarna putih.

" Ada apa nak? "

Tanya mama kepadaku. Dia lalu melangkah mendekati ku dan duduk di samping ku.

" Mah kita ada di mana? "

Tanyaku kepadanya.

" Kita sedang berada di tempat yang abadi. "

Jawab mama, dia memelukku dengan erat.

Pada saat mama mengatakan bahwa kami berada di tempat yang abadi, aku merasa ada sesuatu yang aneh padanya.

Aku melepaskan pelukannya dan melihat lehernya. Ternyata dia bukan mama, karena jikalau dia adalah mama dia pasti memiliki tanda lahir pada lehernya.

" Ma perutku sakit, dimana kamar mandinya? "

Tanyaku padanya.

" Kamar mandi ada di bawah nak. "

Jawabnya kepada ku.

Dia memanggil ku dengan sebutan nak, sedang mama Juga sangat jarang memanggil ku dengan sebutan itu. Jawabnya tadi membuat ku semakin yakin kalau sebenarnya dia bukanlah mama.

" Aku ke kamar mandi dulu ya mah! "

Aku pun berpamitan kepada nya.

Aku hanya berpura pura sakit perut untuk membuat alasan agar aku bisa pergi menjauhinya tanpa sepengetahuannya.

" Tak tak tak. "

Aku berlari menuruni tangga dan berusaha untuk bersegera kabur darinya. Aku sudah menyadari kalau aku sedang berada di dunia lain.

" Krek. "

Aku membuka pintu masuk rumah itu dan langsung lari keluar dan meninggalkan rumah itu.

Aku merasa sangat resah, karena aku tidak tahu kemana aku harus pergi. Aku pun terus berlari dan berlari menjauhi rumah itu.

Setelah aku berada jauh dari rumah itu barulah aku berfikir kemana aku harus pergi. Aku pun menangis dan berteduh di bawah pohon kering yang berada di dekatku, aku memikirkan bagaimana cara ku untuk keluar dari alam ini.

" Tom! "

Tiba-tiba aku teringat dengannya. Aku lalu berpikir untuk memanggilnya, aku berharap dia dapat menyelamatkan aku dari Dunia ini.

" Tom! Tom! "

Aku berteriak kencang untuk memanggilnya. Aku memanggilnya dengan sekuat tenaga. Berkali kali aku mengulanginya, aku memanggil Tom hingga suaraku serak dan tenggorokan ku terasa kering.

Aku pun kembali menunduk sambil menangis dan pasrah akan keadaan, namun tiba-tiba suara Tom terdengar.

" Airin, ada apa kamu memanggil ku? "

Aku langsung mengangkat pandangan ku dan menatapnya.

" Tom, apakah kau benar-benar tom? "

Tanya ku padanya. Dia hanya mengangguk dan tersenyum. Aku langsung berdiri dan memeluk nya.

" Kemana saja kamu selama ini? "

Tanya ku kepadanya.

" Ceritanya sangat panjang, Sekarang kamu ikut dengan ku terlebih dahulu. "

Jawab Tom dan kemudian dia mengajak ku untuk mengikutinya.

" Pergi Kemana? "

Tanyaku sambil melepaskan pelukan, aku khawatir dia adalah jelmaan dari Sosok yang menjelma menjadi mama tadi.

" Aku tau isi hati mu, jangan berpikir macam-macam. Ikutlah denganku, Bukannya kamu ingin keluar dari alam ini? "

Jawab Tom kepadaku. Aku meresponnya dengan menganggukkan kepala.

Aku percaya bahwa dia adalah Tom. Karena jawabnya cukup meyakinkan.

" Ayo! "

Dia mengangkat ku dengan posisi yang sangat romantis. Dia pun mulai berlari cepat menuju entah.

Di sepanjang perjalanan aku menatap wajah tampannya.

" Kita sudah sampai. "

Tom pun berhenti dan tetap mengangkat ku. Aku mengalihkan pandanganku ke tempat yang di tuju oleh Tom.

" Danau? "

Tanyaku kepadanya.

" Ya, benar. Danau itu adalah pintu untuk keluar dari alam ini. "

Jawab Tom.

" Terimakasih atas bantuannya, sekarang biarkan aku untuk turun. "

Aku berterimakasih kepadanya dan meminta kepadanya untuk menurunkan ku dari tangannya.

" Tidak usah, aku akan ikut mengantar mu kedalam sana. "

Jawab Tom. Dia tidak mau menurunkan ku.

Tom langsung melangkah menuju Danau dan dia membawaku masuk kedalam Danau itu.

Setelah kami masuk ke dalam Danau itu, kami pun tiba tiba berada di dalam kamar. Aku merasa ada yang ada janggal dengan kamar ini, Ternyata aku belum kembali ke alam biasa, tetapi aku malah kembali ke dalam kamar yang di huni oleh sosok yang menyerupai mama tadi, Aku langsung mencoba untuk pergi meninggalkan kamar ini sambil menarik tangan Tom Tetapi ternyata dia bukan lah tom, dia adalah sosok yang menyerupai mama tadi. dia berhasil menjebak ku kembali ke dalam kamarnya.

" Lepaskan aku! "

Aku membentaknya.

" Kamu tidak bisa lari lagi dari kamar ini. "

Kata sosok itu sambil merubah dirinya menjadi sosok yang sangat menyenangkan. dia menidurkan ku di atas kasur, dan melilit ku dengan akar yang di kendalikan olehnya. Dia melilit tubuh ku seerat mungkin bahkan sangking erat nya, lilitan akar itupun membuat ku pingsan di dalam alam gaib.

Kemudian eyang Darmo datang setelah Kaka pertama saya memberikan kabar kalau saya menghilang secara misterius.

Eyang Darmo pun melakukan ritual dan berhasil mengeluarkan saya dari alam gaib, dia sudah membakar sosok itu tetapi aku bingung kenapa sosok itu bisa kembali lagi*. "

Aku menceritakannya dengan detail.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!