NovelToon NovelToon

Pengkhianat Cinta

Cinta tanpa restu

Damar melaju mobilnya dengan kencang. Raut wajahnya seperti orang yang sedang menahan amarah. Bayangan akan Jessica bersama dengan seorang pria di kamar terlintas dibayangkannya. Pria itu memberhentikan mobil disebuah hotel, dia masuk kedalam hotel dengan membawakan pistol. Amarahnya memuncak, setelah dia membuka pintu kamar yang ia tuju. Terlihat Jessica sedang bercumbu dengan seorang pria. Dengan emosi, dia mengarahkan pistolnya kearah Jessica. Damar berteriak keras lalu menembakkan pistolnya itu asal-asalan membuat percikan darah mengenai tembok serta lantai yang ada di kamar itu.

Lima tahun yang lalu....

Jessica tengah memakai gaun pengantin sambil berkaca didepan cermin. Perempuan itu merasa jika gaun yang dikenakan terlihat tidak cocok dengannya.

" Gaun ini terasa tidak cantik untukku. Lebih baik aku menggantinya saja." Ujar Jessica didepan kaca.

Sang penata gaun mendengar hal itu pun menyahut, " Pernikahan tinggal 5 hari lagi, tidak mungkin secepat itu kita bisa membuat design yang baru."

Perkataan penata gaun itu membuat Jessica tidak terima, sebab jika dirinya ingin mengubah maka harus diubah. Jessica tidak suka jika ada yang mengeluh didepannya. " Aku gak perduli. Baik lima hari ataupun satu jam sekalipun, jika aku ingin mengubahnya maka harus diubah." Ujar Jessica.

Damar memasuki ruangan dengan jas pengantin yang dikenakannya. " Kamu cantik sekali." Puji Damar.

" Kamu memujiku atau gaunnya?" Tanya Jessica.

"Gaunnya indah begitupula dengan orangnya." Puji Damar membuat Jessica tersipu dan memeluk pria yang akan menjadi pasangannya nanti.

Saat Jessica ingin mencium bibir Damar, dia menghentikan aksinya sebab penata gaun masih berada bersama mereka. " Apa kalian berdua lihat? Kalian pergilah, aku akan menyuruh orang untuk mengembalikan gaunnya besok." Tanya Jessica kepada kedua penata gaun pernikahannya.

" Tetapi lebih baik kamu menunggu saja. Biar gaunnya kami bawa dan kami segera perbaiki sesuai dengan apa yang kamu mau." Ujar salah satu penata gaun pernikahan.

Jessica yang manja, tidak terima jika perintahnya itu dibantah. Dengan geram gadis itu melangkah maju mendekati penata gaunnya, namun ada Damar yang menahannya. "Sudah aku bilang! Aku akan menyuruh orang untuk mengembalikan gaunnya besok. Apa masih kurang mengerti, hah!" Ujar Jessica.

" Tidak, kalau begitu kami minta maaf. Kami permisi dulu." Ujar penata gaun segera keluar dari ruangan itu.

" Jessica, jika kamu mengusir mereka. Lalu siapa yang akan gaunmu ini." Ujar Damar.

Jessica melingkar tangannya dileher dengan berbisik dia mengatakan, " Sebagai gantinya aku ingin kamu sendiri yang melepaskannya."

Mereka berdua menuju kamar, Jessica membaringkan tubuhnya di kasur meski tubuhnya masih mengenakan gaun pengantin. Damar menindih Jessica dan mulai mencium bibirnya. Ciuman itu mulai turun hingga ke leher. Damar bangun dan membuka jas pengantin serta kemeja putih yang dikenakannya. Lalu dia kembali mencium bibir Jessica.

" Aku merasa jika diriku ini sedang bermimpi." Ujar Damar yang berbaring disampingnya sudah ada Jessica tubuh mereka berdua diselimuti selimut.

" Emangnya kamu sedang memimpikan apa?" Tanya Jessica.

" Aku tidak berpikir jika aku dapat memiliki mu yang diluar kemampuan ku sebagai seorang istri." Ujar Damar.

" Lalu bagaimana denganmu? Apa kamu akan mencampakkan ku setelah aku sudah menjadi istrimu?" Tanya Jessica.

Damar terkejut dengan pertanyaan itu, Damar lalu bergeser lebih dekat dengan tubuh Jessica dan merangkulnya.

" Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Tanya damar.

" Karena seorang pria biasanya hanya bisa menyenangkan hati seseorang namun tidak bisa menghargai setelah mendapatkan nya." Ujar Jessica dengan lembut.

" Aku bukan tipe pria seperti itu. Jes, aku hidup tidak ada apapun. Hanya kamu yang berharga dalam hidup, tidak mungkin bagiku untuk meninggalkan mu begitu saja." Ujar Damar dengan lembut membelai rambut Jessica.

" Damar, berjanjilah padaku. Jika kamu akan menjagaku dan membuatku bahagia." Ujar Jessica.

" Iya, aku berjanji." Ucap damar.

Sebagai hadiah, Jessica kembali mencium bibir Damar. Dan ciuman itu terus berlanjut, hingga deringan telfon membuat aksi ciuman itu berhenti.

" Tunggu sebentar ya." Ucap damar mengangkat telponnya.

Ternyata telfon itu berasal dari bos damar. Katanya beliau akan berkunjung, untuk menemui damar.

" Jes, bos akan kesini." Ucap damar.

" Ayah akan kesini?"tanya Jessica, ternyata damar bekerja dibawah bawahan ayah Jessica.

Damar merupakan anak dari keluarga sederhana, dia diterima sebagai karyawan di perusahaan ayah Jessica. Hal itulah yang membuatnya bertemu dengan Jessica dan memulai kisah asmara. Namun sayangnya, ayah sangat menentang hubungan mereka. Tetapi karena Jessica sangat mencintai Damar, dia rela menentang keputusan dari ayahnya.

" Iya, kamu tunggu saja disini, tidak usah turun. Biarkan aku sendiri yang menemui bos." Ujar Damar segera turun dari kasur dan memakai pakaiannya.

Dibawah, ayah Jessica sudah menunggu. Wajah datar sambil melihat ke sekeliling rumah itu. Damar turun dari tangga, dengan sopan dia segera menghampiri ayah Jessica.

" Maaf pak, sudah membuat anda menunggu. Jadi ada perlu apa, biar aku bisa membantu?" Ujar Damar menawarkan diri, karena dia menyadari statusnya sebagai karyawan di perusahaan ayah Jessica.

" Aku hanya ingin melihat rumah, yang nantinya akan ditinggali oleh Jessica." Ujar Lukman, nama ayah Jessica.

" Rumah ini sudah didesign sesuai dengan keinginan Jessica. Jadi bapak tidak perlu khawatir akan hal itu. Dan untuk utangnya aku akan membayarnya dengan menyicil." Kata Damar karena rumah yang ditinggalinya merupakan tanah pemberian dari ayah Jessica.

" Untuk apa? Untuk apa kamu membayarnya. Cih! Kamu akan membayar dengan uang hasil gaji yang aku berikan. Tidak tahu malu!" Ujar Lukman begitu menghina.

Damar hanya bisa diam, dia menyadari jika dirinya memang hanya mengandalkan uang gaji hasil kerjanya di perusahaan ayah Jessica.

" Kalau begitu aku beri kamu penawaran. Aku akan beri tanah beserta rumah ini untuk, tetapi kamu harus putus dengan Jessica." Ujar Lukman menyungging senyumnya.

Damar yang tadinya menunduk menghormati calon mertuanya itu akhirnya mengangkat wajah menatap calon mertuanya.

" Aku gak bisa melakukan itu. Aku sangat mencintai Jessica dan kami akan segera menikah." Ujar Damar tidak mau putus dengan Jessica.

" Masih segera, kan? Kalian juga belum menikah. Jadi kamu masih bisa memikirkannya." Ujar Lukman kembali memberi penawaran kepada Damar.

" Pak, satu hal yang aku ingin katakan jika aku sangat mencintai Jessica." Ucap Damar dengan tegas meyakinkan Lukman jika dia sangat mencintai Jessica.

" Damar, semua orang bisa mencintai Jessica karena dia dari keluarga kaya. Tetapi, jika dia gak kaya dan gak cantik. Apa kamu masih mencintainya? Ingat Damar! Meski kamu karyawan favorit ku, bukan berarti aku tetap membiarkan kamu bersama dengan Jessica." Ancam Lukman terhadap Damar.

" Ayah, kenapa masih saja belum memberi restu?" Ucap Jessica turun dari tangga hanya mengenakan kemeja putih Damar. Ayah Jessica yang melihat anaknya begitu terkejut.

" Ayah, masih saja lupa. Seberapapun ayah melarang bahkan mencoba untuk menggagalkan pernikahan kami. Itu tidak akan mungkin terjadi. Karena aku akan tetap menjadi istri Damar, dan aku akan menjadi ibu dari anak kami." Ujar Jessica yang tak takut dengan amukan ayahnya.

" Jes, apa yang kamu lakukan disini?"

" Tentu saja bercinta dengan damar." Ucap Jessica sambil memeluk mesra damar di depan ayahnya.

" Sampai kapanpun ayah gak akan merestui hubungan kalian. Dan ingat kamu Damar! Kamu harus membayar semua utang-utang mu." Ancam Lukman lalu pergi.

Jessica tetap mengejar ayah, dihalaman rumah Jessica berteriak, " Ayah! Asal ayah tahu aku begini karena aku gak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Dan Damar merupakan pria terbaik yang pernah aku temui, terserah jika ayah gak merestui hubungan kami." Ujar Jessica, sedangkan ayah Jessica hanya mendengar lalu pergi begitu saja.

Pernikahan Damar dan Jessica

Meski tanpa restu dari ayahnya, nyatanya pernikahan Jessica dan Damar tetap berlangsung. Pernikahan yang digelar dengan meriah. Pintu terbuka saat Jessica dan Damar bergandengan masuk ke altar pernikahan. Riuhnya tepuk tangan para tamu yang hadir saat melihat pasangan itu berjalan. Jessica begitu bahagia dengan gaun pengantin yang anggun dia tersenyum kepada semua tamu yang hadir. Ayah Jessica turut hadir diacara pernikahan anaknya. Raut wajahnya tidak menunjukan rasa bahagia dimana sebagian orang tua yang melihat anaknya menikah. Jessica melihat ayahnya justru tambah menjadi, dia terus lengket dengan memeluk tubuh Damar bahkan tidak lupa saat mc panggung meminta mereka berciuman. Jessica dengan agresif mencium Damar duluan. Ayah Jessica begitu muak dengan tingkah anaknya itu. Dia tidak percaya jika Jessica memilih pria miskin yang berkerja sebagai karyawan di perusahaannya.

Layaknya pengantin baru, mereka berdua juga melakukan bulan madu di tiga tempat. Bulan mau pertama ialah di Eropa, Jessica sendiri yang meminta untuk pergi ke Eropa. Setelah satu bulan di Eropa, Jessica meminta untuk bulan madu ke Hongkong. Dari Hongkong mereka berdua lanjut ke Bali. Di Bali layaknya dunia milik berdua. Mereka berdua jalan-jalan ke pantai menghabiskan waktu mereka disana. Mereka bahkan mengungkapkan rasa cinta satu sama lain dan berlari serta bermain dipinggir pantai. Jessica menarik Damar untuk ke laut, mereka berjalan masuk kelaut merasakan sensasi air laut ditubuh mereka. Jessica memeluk mesra suaminya, memandang wajah suaminya dengan tatapan menggoda. Hingga akhirnya Damar melayangkan ciuman mesra dibibir Jessica.

Damar membereskan pakaian ke koper, sudah tiga bulan mereka berbulan madu. Damar ingin segera pulang ke Jakarta dan melanjutkan pekerjaannya. Saat dirinya keluar dengan kopernya, dia melihat Jessica masih bermalas-malasan di sofa. " Jess, ayo siap-siap kita harus segera pulang."

" Aku gak mau." Ucap Jessica dengan santainya.

" Tapi Jess, kita udah 3 bulan berbulan madu. 1 bulan kita udah di Eropa, lalu kamu minta ke Hongkong, dan 1 bulan kita berada di Hongkong. Lalu sekarang di Bali, kita juga udah satu bulan disini. Aku harus balik kerja Jess." Kata Damar karena sudah tiga bulan dia meninggalkan pekerjaannya.

" Aku gak mau, aku ingin kita tinggal saja disini."

" Gak bisa Jess, aku harus kerja." Ucap Damar.

" Kalau begitu kita nginap satu malam deh," pinta Jessica dengan tatapan memohon.

" Gak bisa Jess, aku udah tiga meninggalkan pekerjaan ku." Damar tetap menolak.

" Baiklah jika kamu masih mau pulang, pulang saja sendiri. Aku akan bawa mobil ku untuk jalan-jalan disini." Ucap Jessica mengambil kunci mobilnya dan pergi.

Damar tidak tinggal diam, dia mengejar Jessica. Dia tidak bisa meninggalkan Jessica sendirian disini. Bagaimana pun juga Jessica harus ulang bersamanya. " Jess, tunggu sebentar." Pinta Damar.

" Apa! Kamu mau pulang, kan? Pulang sana. Berkutat lah dengan pekerjaanmu itu."

" Jess, dengerin aku dulu." Damar terus menahan Jessica untuk tidak pergi.

" Lepaskan! Biarkan aku pergi!" Jessica memberontak.

" Jess, aku minta maaf. Aku gak tahu apa salahku. Tapi aku mohon kita udah tiga bulan pergi, jadi aku mohon kita pulang ya. Aku harus bekerja."

" Ya, kamu pulang saja. Biarkan aku disini."

" Gak bisa, aku gak bisa ninggalin kamu sendirian disini."

" Tapi aku gak mau pulang." Ucap Jessica bersikeras.

Karena Jessica terus keras kepala, Damar bertindak kasar dengan terus memaksa Jessica untuk pulang bersamanya. Namun, Jessica mendorong Damar dengan dia tetap dengan pendirian. " Aku gak mau pulang Damar! Untuk apa aku pulang ujung-ujungnya aku ditinggal sendirian dan kamu sibuk dengan pekerjaanmu. Aku gak mau pulang!" Bentak Jessica.

Jessica merupakan anak tunggal di keluarganya, semenjak ibunya meninggal di rumah Jessica hanya tinggal sendirian. Ayah Jessica, Lukman Prakoso sibuk dengan pekerjaannya sehingga Jessica tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Makanya Jessica bersikeras tidak mau pulang, karena dia tahu Damar akan sibuk bekerja sama seperti ayahnya. Jessica hanya butuh kasih sayang, dia tidak butuh hal yang lain. Namun, Damar masih saja tidak mengerti dengan keinginan istrinya.

" Aku pikir, kamu akan berbeda dengan ayah. Aku pikir kamu akan mengerti denganku. Ternyata kamu sama saja." Ucap Jessica sambil menangis menaiki mobilnya lalu pergi begitu saja.

Damar hanya menatap kepergian Jessica dengan tatapan sendu, mau bagaimana pun dia juga tidak bisa melepaskan pekerjaannya karena dirinya adalah bawahan ayah Jessica.

Lima kemudian...

Damar sudah membuktikan kepada ayah Jessica jika dirinya bukanlah bawahan yang selama ini diremehkan. Damar sebagai menantu sudah membuat perusahaan ayahnya sebagai perusahaan besar yang bahkan terkenal hingga ke luar negeri. Damar sebagai perwakilan perusahaan bahkan berkunjung keluar negeri untuk memperkenalkan perusahaan dan melakukan cabang bisnis disana. Lukman yang dulunya sangat tidak merestui hubungan Jessica dan Damar, kini mulai luluh karena kerja keras Damar untuk perusahaannya.

Damar baru saja tiba di Jakarta setelah dari luar negeri. Belum sempat bertemu dengan Jessica, Lukman sang ayah mertua segera menghubungi Damar untuk menemuinya. Mau tidak mau, Damar terpaksa menemui ayah mertua meski dia belum belum istrinya sama sekali. Rasa rindu yang memuncak terpaksa ditunda dulu oleh Damar. Damar pergi menemui ayah mertua yang sedang duduk dipinggir kolam sambil menikmati segelas kopi serta arah pandangnya fokus di tablet Androidnya.

" Ada apa bos?" Tanya Damar, meski sudah menjadi menantu ayah Jessica tetaplah bosnya mau tidak mau Damar tetap memanggil mertuanya itu sebagai bos.

" Aku akan ada pertemuan di Hongkong. Kebetulan orang ini adalah sahabat dekatku. Dan dia sedang merayakan pesta ulang tahunnya." Ujar Lukman.

" Lalu? Apa yang harus aku lakukan bos?" Tanya Damar.

" Aku akan mengajak mu pergi bersama denganku. Kamu segera bersiap-siap, kita akan berangkat jam 10 nanti. Jadi tunggu apa lagi!" Pinta Lukman.

Lagi-lagi rindu harus ditunda, Damar tidak bisa bertemu dengan Jessica karena waktu sudah mepet. Sebentar lagi dia akan berangkat lagi ke Hongkong untuk menemani ayah mertuanya. Damar hanya bisa menelfon Jessica setidaknya memberitahu istrinya itu.

Ponsel terus berdering, Jessica justru tidur dan tidak memperdulikan bunyi ponselnya. Meski sudah tahu Damar akan datang hari ini. Tidak ada hari spesial buat Jessica menurutnya itu sama saja. Karena dia tahu Damar akan pergi lagi dan tidak ada lagi waktu untuknya. Karena ponsel terus berdering, dengan kesal Jessica mengangkat telfonnya.

" Hallo!" Dengan suara yang baru bangun tidur.

" Jess, hari ini aku gak jadi pulang ke rumah. Ayahmu meminta ku untuk menemaninya ke Hongkong."

" O, Ya udah." Ucap Jessica lalu melemparkan ponselnya asal-asalan dan kembali tidur.

Damar hanya bisa diam saat Jessica mematikan telfonnya secara sepihak begitu saja. Damar memperhatikan wallpaper ponsel pernikahannya dan Jessica. Dia menghela nafasnya, semoga hal buruk tidak terjadi dalam pernikahan mereka, karena apapun yang Damar lakukan juga untuk kepentingan Jessica juga.

Laras Saraswati

Ombak menghantam pantai dengan begitu kasarnya, namun tidak membuat para pengunjung yang sedang menikmati suasana pantai untuk lari. Malah justru membuat mereka tambah semakin mendekati ombak yang terus menghantam pantai itu. Banyak sekali turis bahkan orang lokal yang datang dan menikmati suasana pantai meski matahari sudah berada diatas kepada mereka. Terik matahari yang yang sudah di ubun-ubun itu tidak menghalangi para pengunjung yang datang untuk berjemur dipinggir pantai.

Laras Saraswati, gadis yang mempunyai sikap yang sangat optimis ini tidak bergabung dengan para pengunjung lainnya untuk menikmati ombak di pantai. Dirinya malah tengah duduk berjemur dipinggir kolam renang hotel penginapannya yang menghadap kearah pantai. Laras tengah membaca komentar dari para pembaca novel online. Laras begitu antusias saat para pembaca terus memintanya untuk segera membuat novel terbaru lagi karena mereka tidak sabar untuk menunggu karyanya. Laras dengan antusias meminta untuk menanti dan bersabar karena dirinya butuh waktu untuk memulai membuat novel baru. Saat dirinya sedang melihat-lihat berita di media sosialnya, terdapat sebuah foto pengantin dengan caption tertulis jika mereka merupakan pasangan yang sempurna. Laras tersenyum, lalu menyukai postingan tersebut. Tiba-tiba seorang gadis datang menghampirinya, dia adalah Maharani ponaan dari ibu Laras.

" Laras, berhentilah berjemur disini. Kamu gak lihat matahari terik begini. Lebih baik kita masuk kedalam."

" Bukan liburan namanya jika gak berjemur seperti ini. Kalau begitu lebih baik di rumah saja biar adem karena ada AC." Ujar Laras.

Saat ini Laras tengah berlibur di Bali, yang dimana banyak para turis serta pengunjung lokal yang datang. Bahkan ada pula yang ingin agar kulit tidak terlalu putih mereka biasa berjemur di pantai tetapi saat matahari seperti ini. Karena Laras malas ke pantai, dia memutuskan untuk berjemur dipinggir kolam di hotel yang berhadapan langsung dengan pantai.

" Tapi kamu harus kedalam, ini udah terik banget loh. Nanti dulu baru berkutat dengan novel-novel mu itu."

" Habis ini aku mau menemui ibu dulu. Toh ibu masih disana, kan."

" Gak usah deh Laras. Lumayan jauh, tanahnya berada didekat hutan gitu."

Ibu Laras, Putri Saraswati merupakan seorang janda yang memiliki perusahaan jual beli tanah. Berliburnya Laras di Bali, karena mengikuti ibunya yang akan membeli tanah serta menjualnya kembali ke perusahaan atau orang yang membutuhkan lapangan untuk rumah atau sekedar untuk membuka bisnis. Laras sangat ingin ikut bersama ibunya, dia ingin tahu bagaimana ibu melakukan pekerjaan itu. Sebab jika dirinya tidak menulis lagi, mungkin dia akan meneruskan bisnis ibunya sebagai penjual beli tanah.

" Tapi aku juga ingin tahu, cara ibu bernegosiasi serta melakukan pekerjaannya itu." Ucap Laras.

" Kamu gak usah khawatir, semua pekerjaan itu sudah beres. Karena pangeran mu yang membantu ibumu untuk bernegosiasi disana." Ujar Maharani yang biasanya dipanggil Rani oleh Laras.

" Pangeran? Maksud kamu denis?"

Denis merupakan pacaran Laras, mereka berdua baru saja berkencan karena dikenali oleh ibunya. Meski berkencan baru seminggu sebagai penulis novel khususnya novel romantis siapa yang tidak jatuh cinta kepada Denis. Sebab Denis merupakan pria yang pintar dan bahkan bisa meluluhkan hati Laras serta ibunya. Melihat jawaban anggukan dari Rani, Laras tersenyum dia tak menyangka Denis memang sangat handal dalam hal apapun.

" Ayo masuk, ibumu dan Denis sudah menunggu di dalam."

" Jadi, ibu dan Denis sudah ada didalam sana."

" Iya, tepatnya di restoran. Mereka sedang menunggu untuk makan siang bersama." Ujar Rani.

Laras tersenyum, bersama dengan Rani mereka berdua menuju restoran yang tak jauh dari hotel tempat mereka tinggali. Disana ibu Laras serta Denis tengah duduk, dimeja makan sudah tersedia berbagai menu seafood untuk makan siang mereka hari ini.

" Maaf sudah dibuat menunggu." Ucap Laras.

" Kalian kenapa lama sekali! Makanan jadi dingin karena menunggu kalian berdua sedari tadi." Kesal Putri karena sudah dibuat menunggu begitu lama.

" Kamu Rani, cepat layani adikmu." Perintah Putri kepada Rani.

Rani lalu berdiri mengambil nasi lalu diberikan kepada Laras dan Denis. Karena Rani tidak bisa makan seafood jadi dia meminta menu lain. Awalnya Putri marah karena Rani seolah tidak menghargai pesanannya. Untungnya Laras segera memberi tahu jika Rani alergi dengan seafood. Putri sangat tidak menyukai keberadaan Rani di kehidupan mereka, meski dia tahu Rani merupakan anak kandung dari saudaranya. Putri tak ingin Maharani menambah beban didalam hidup dirinya dan Laras. Apalagi kedua orang tua Rani sudah meninggal ditambah Rani merupakan seorang janda yang ditinggal begitu saja oleh suaminya. Tetapi Laras sangat menyayangi Rani layaknya saudara kandungnya, itulah alasan kenapa Rani selalu berada disampingnya Laras. Sebagai ibu juga terpaksa menerima kehadiran Rani di kehidupan mereka berdua.

Denis lalu memberikan seekor udang yang sudah dibumbui kepada Laras. Laras tersenyum dengan perhatian Denis padanya. " Makasih." Ucapnya.

Denis hanya menjawab dengan senyuman manis. Laras jadi salah tingkah melihat senyuman manis Denis yang ditujukan untuknya.

" Denis, makasih loh ya udah bantu ibu tadi." Ucap Putri.

" Sama-sama Bu." Ucap Denis dengan malu-malu.

" Bagaimana dengan tanggapan ibumu, apa kalian sudah menentukan tanggalnya. Begini aku sudah bicara dengan ibumu kemarin lalu. Katanya dia menunggu keputusan mu untuk menentukan tanggal pernikahan kalian berdua." Ujar Putri.

" Pernikahan? Maksud ibu tanggal pernikahan aku dan Denis." Laras terkejut baru saja seminggu berkencan orang tua mereka sudah menentukan tanggal pernikahan tanpa membicarakan dulu padanya.

" Iya, kalian sudah berkencan. Masa harus berkencan terus." Ujar Putri kepada anaknya.

" Tapi Bu, kenapa ibu gak membicarakan kepada aku dulu. Sebelum ibu membicarakan hal itu kepada orang tuanya Denis. Ini pernikahan ku Bu, aku juga berhak mengaturnya." Seru Laras tidak terima karena ibunya sudah membuat keputusan tanpa berbicara kepadanya terlebih dahulu.

" Tanpa ibu bicarakan kepadamu dengan kalian berkencan itu sudah menandakan jika kalian berdua ini ingin serius. Jadi apa lagi yang kamu mau." Ucap Putri.

Laras benar-benar tidak terima dengan keputusan ibunya. Dia lalu meninggal restoran itu begitu saja. Bukan ini yang Laras mau, Laras ingin jika hubungannya dengan Denis biar mereka berdua yang menentukan sendiri tanpa campur tangan dari ibunya. Denis segera mengejar Laras, gadis itu tengah berdiri dipinggir pantai sambil menangis. Dia meratapi dirinya yang selalu diatur oleh ibunya, tanpa dirinya ingin.

" Laras." Panggil Denis dengan lembut.

" Biarkan aku sendiri." Ucap Laras yang memandang kearah ombak yang mengajak pinggir pantai.

" Kita harus bicara. Aku tahu kamu kecewa dengan keputusan ibumu yang mendadak seperti itu. Tapi aku mau tahu, apa kamu gak mau menikah denganku? Bukannya kita berdua sudah mulai jatuh cinta. Atau hanya aku saja yang mencintai secara sepihak." Ujar Denis.

" Bukan begitu Denis, aku mau kita sendiri yang menentukan itu semua bukan orang tua kita." Ucap Laras memandang kearah Denis yang berada disampingnya.

" Mau bagaimana lagi, ini sudah keputusan orang tua kita." Ucap Denis.

" Tapi yang aku ingin seperti pasangan diluar sana yang dilamar dengan cara romantis tanpa campur tangan orang tua mereka."

" Jadi kamu ingin aku melamar mu." Tanya Denis. Laras mengangguk.

" Baiklah, Laras aku minta maaf jika orang tua sudah membuat keputusan tanpa berbicara padamu. Tapi kamu perlu tahu aku sudah mulai jatuh cinta padamu." Ujar Denis menggenggam kedua tangan Laras.

Dipinggir pantai, dengan matahari yang sudah mulai bersembunyi dibalik awan. Ombak yang menghantam sebagai saksi pasangan kekasih yang kini berdiri dipinggir pantai menatap satu sama lain dengan penuh cinta. Denis mengeluarkan kotak cincin yang memang sudah dia siapkan. Dia berlutut dihadapan Laras sambil mengarahkan kontak yang menampakkan cincin emas kearah Laras.

" Laras, kamu mau menjadi istriku?"

Laras mengangguk dengan penuh haru, ini yang Laras inginkan. Denis berdiri dan mereka berdua berpelukan. Tanpa sadar, Rani melihat kearah mereka dengan senyum menyungging.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!