"Rasya! Berikan suamimu pada kakakmu, dan ambil bekas suami kakakmu!"
Seperti sebuah sambaran petir yang mampu menghancur leburkan tulang belulangnya. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba papah nya menyuruh menukar suami atas permintaan kakaknya. Bagaimana mungkin seorang ayah tega menyuruh anaknya memberikan suami pada kakaknya sendiri?
Disaat itu juga Rasya meluruhkan air mata, dadanya begitu sesak dengan semua perlakuan keji kedua orangtuanya. Meski air mata itu tidak bisa mereda begitu saja, Rasya tetap berusaha menjernihkan pikiran. Dia menatap sosok yang berstatus sebagai suaminya yang saat ini berada di dekat Rania berhadapan dengannya.
"Mas Dimas, ayo katakan sesuatu. Kau tidak mungkin mau melepaskan ku, bukan?" Tanya Rasya penuh harap. Dia sepenuhnya percaya akan pernyataan cinta yang sering diucapkan sang suami, selama ini Dimas juga selalu memperlakukannya lebih manusiawi dibanding keluarganya sendiri.
"Aku harus jawab apa, Arasya? Jika aku setuju dengan permintaan ayah. Lagian aku butuh istri yang bisa ku pamerkan dengan rekan-rekan kerja ku seperti Rania." Sahut Dimas lantang tanpa perasaan.
Luruh sudah tubuh Rasya ke lantai, seluruh persendiannya terasa kelu, tulang-tulangnya tak sanggup lagi menopang tubuh yang terlalu berat menahan beban hidup. Wanita itu menangis tergugu menatap lantai yang sudah tak terlihat jelas karena pandangannya mengabur seiring dengan air mata yang terus berhamburan keluar.
"Kenapa kalian jahat sekali padaku?! Apa salahku, pah? Apa salahku, ma? Apa salahku, mas? Apa salahku, Mbak?!" Rasya bertanya satu persatu orang yang sedang berdiri menatap kearahnya. Tangannya menepuk-nepuk dada yang terasa begitu sesak. Hatinya terlalu hancur mendengar perkataan sang suami yang bahkan lebih memilih kakaknya sendiri dibanding dirinya.
Mungkin jika hanya permintaan sang kakak dan orangtuanya untuk bertukar suami tak akan mungkin membuat hatinya sesakit ini jika saja tidak disetujui suaminya, namun setelah mendengar perkataan suaminya yang juga lebih memilih Rania membuat hatinya seakan mati rasa. Ini adalah kehancuran paling dahsyat yang pernah dia rasakan selama hidup.
Pernikahannya yang baru saja berlangsung selama 6 bulan harus berakhir karena permintaan konyol para penghianat ini. Rasya tertawa miris mengingat bagaimana kehidupan nya selama ini. Arasya Bimantara yang notabene nya seorang adik dari Rania Bimantara selalu mendapatkan barang-barang bekas kakaknya seperti mainan bekas dan baju bekas. Satu kali pun orang tuanya belum pernah membelikan baju baru, semua yang Rasya pakai adalah barang bekas kecuali setelah menikah Arasya bisa membeli kebutuhan menggunakan uang sang suami.
Tapi sekarang? Dimas, laki-laki yang statusnya masih sebagai suaminya ini sebentar lagi akan menjadi suami kakaknya. Cih! Untuk pertama kalinya kau mendapat bekas ku, mbak! Silahkan ambil saja bekas ku! Aku tak sudi memakai pria ini lagi! Gumam nya dalam hati seraya tertawa sinis. Tentu saja hanya bisa dia lakukan dalam hati karena tak ingin semakin menambah perkara.
Tapi aku juga mendapatkan bekasnya, Batin Rasya dengan perasaan sedih. Arah matanya menatap Saka yang selalu berwajah datar tanpa ekspresi. Bahkan meski istrinya sedang meminta menukar suami, wajah laki-laki itu masih datar seperti biasa.
"Cih, seharusnya kau ini sadar diri, Rasya! Kau itu tak berguna sama sekali di keluarga ini! Jadi jangan pernah menyalahkan kami yang memperlakukan mu semau kami!" Dengan tega Rania mengatakan seperti itu. Sudah berkali-kali Rania memperlakukan nya dengan sangat buruk dan disaksikan ayah ibunya, tapi dua orang tua itu bahkan sama sekali tak merasa kasihan pada putri bungsunya.
Rasya terkadang berpikir mungkinkah dirinya bukan anak kandung mereka? hingga saat rasa penasaran itu melambung begitu tinggi membuat Rasya dengan berani melakukan tes DNA tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya. Namun apa yang diinginkannya tidak terjadi, Rasya sudah sangat berharap dirinya bukanlah anak kandung dari kedua orang tua jahat itu. Tetapi faktanya DNA itu menjelaskan bahwa 99% dirinya memang anak kandung dari Teguh Bimantara dan Santi Cazorla.
Andai dirinya bukan anak dari kedua orang itu mungkin Rasya sudah bisa hidup bebas diluar sana meski harus mencari pekerjaan untuk menghidupi diri tapi setidaknya dia akan bahagia karena tidak selalu mendapatkan perlakuan buruk dari mereka.
"Sudah, jangan menangis terus! Kau itu cengeng sekali!" Kini gantian mama nya bersuara dengan nada galak seperti biasa.
"Saka, kau harus setuju untuk menikah dengan Arasya!" Kini Teguh gantian menatap Saka yang selalu menampilkan mimik datar seperti biasa.
Laki-laki itu hanya mengangguk sebagai jawaban, dia benar-benar terlihat sangat tak perduli dengan apa yang terjadi.
"Ya, jelas mau lah, pah. Lagian Saka itu disini hanya numpang makan dan numpang tidur! Kalau dia tidak setuju menikah dengan Rasya, dia akan tinggal dimana? Kolong jembatan?" Sahut Rania sinis. Wanita itu benar-benar tak memiliki hati nurani, bahkan dengan suaminya sendiri dia mampu berkata seperti itu tanpa ragu.
Meskipun apa yang dikatakan Rania memang benar, selama menikah dengan Rania, Saka tak pernah bekerja. Laki-laki itu hanya menghabiskan waktu dengan bermain game di ponsel. Itu lah yang menyebabkan Rania tidak tahan dan mulai menggoda Dimas yang seorang pekerja keras. Kebetulan Rania dan Dimas bekerja di kantor yang sama hingga mempermudah aksi Rania untuk menggoda adik iparnya.
Demi melancarkan aksinya, Rania memberikan obat penumbuh jerawat di makanan Rasya, dan setelah obat itu bereaksi Dimas pun mulai tak senang menatap wajah istri nya yang sudah tak cantik lagi. Disaat itulah Rania datang, dia menyodorkan tubuh nya pada Dimas. Laki-laki itu pun menerima dengan senang hati hingga terjadilah perselingkuhan.
Lama-kelamaan rasa ingin memiliki Dimas di hati Rania semakin besar, dia ingin menguasai Dimas seluruhnya hingga meminta ayahnya agar menukar dua menantunya. Karena dengan seperti itu maka Rasya tak mendapatkan apapun lagi dari Dimas. Dia akan hidup lebih sengsara jika memiliki suami seperti Saka yang tak pernah bekerja dan hanya bermain game.
"Baiklah, Papah anggap pembicara ini selesai. Dan untuk kalian berdua," Papah Teguh menunjuk Dimas dan Saka. "ceraikan istri kalian sekarang juga, karena besok pagi kalian sudah harus menikah dengan pasangan masing-masing." Sahutnya lagi tanpa beban.
Gila memang, bahkan Rasya mengakui kalau papahnya ini memang sudah gila. Jika tidak, mana mungkin ada orang tua yang tega memberi perintah seperti itu. Dan tanpa memberi jeda masa iddah, mereka sudah kembali dinikahkan dengan laki-laki yang berbeda.
Dan tanpa menunggu lama, Dimas segera mengucapkan kata talak pada Rasya. Meksi sudah menguatkan hati untuk tidak menangis, nyatanya Rasya tidak kuat. Dia meneteskan air mata tanpa suara. Dan Rasya berjanji ini adalah air mata terakhir yang dia sia-siakan menangisi para manusia bajingan ini.
Selepas kata talak dari Dimas, kini berganti Saka yang mengucapkan talak. Nampaknya kedua orang itu tak ada yang merasa sedih, baik Saka maupun Rania sama-sama tidak keberatan pernikahan nya sampai disini.
"Saya terima nikah dan kawinnya Rania Bimantara dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar satu milyar rupiah dibayar tunai,"
Air mata Rasya kembali seketika, faktanya menerima semua ini memang lah sesulit itu. Meski bibirnya berkata tidak sudi menangisi laki-laki seperti Dimas namun matanya tak bisa berbohong. Butuh waktu untuk bisa merelakan sesuatu yang sudah menjadi miliknya saat tiba-tiba diambil orang lain.
Di sudut ruangan itu, Rasya beranjak dari tempat. Dia ingin ke kamar mandi untuk memperbaiki riasan, bagaimanapun dia tak ingin terlihat lemah oleh siapapun. Dia harus bisa menunjukkan kebahagiaan agar tak terus-terusan diinjak-injak oleh keluarganya.
Saat langkah nya hampir mendekati kamar mandi dapur, langkah nya dihentikan oleh suara bariton seseorang yang sangat dia kenal.
"Apakah begitu berat melepaskan Dimas?" Pertanyaan itu sontak membuat Rasya menatap sumber suara.
Rasya menatap lekat wajah Saka yang juga sedang menatap nya intens. Sepertinya laki-laki itu sangat mengharapkan jawabannya.
"Tidak seharusnya aku menangisi laki-laki brengsek itu. Meksi begitu, aku butuh waktu menerima semua ini. Untuk saat ini memang hatiku sangat sakit, tapi aku akan berusaha untuk menerimanya karena memang sudah seharusnya aku tidak menangis hanya si brengsek itu." Kebencian serta amarah pada Dimas sangat terpancar di wajah cantik Rasya hingga Saka pun tertegun mendengar nya.
"Kalau kau belum bisa merelakan Dimas, kenapa kau mau menikah dengan ku?" Tanya Saka penasaran.
Tadi memang sebelum acara akad Rania dan Dimas digelar, Rasya dan Saka lebih dulu dinikahi ayahnya yang hanya disaksikan keluarga dekat. Mereka memaksa kedua orang itu menikah lebih dulu karena takut akan menggagalkan pernikahan Rania dan Dimas.
"Apa kau menyesal menikah dengan ku?" Rasya menjawab pertanyaan Saka dengan sebuah pertanyaan. Memiliki suami yang kemudian mencampakkan begitu saja membuat trauma tersendiri bagi Rasya, dia takut semua laki-laki akan memperlakukan dirinya seperti Dimas.
"Tentu saja tidak! Aku tidak menyesal menikah dengan mu, hanya saja aku tidak suka melihat kau menangisi pria lain selain aku, suami mu."
Mendengar perkataan Saka ini sontak saja Rasya menatap iris mata pria di depannya. Dia tertegun mendengar jawaban Saka, perkataan laki-laki itu juga tidak seperti biasanya yang selalu terkesan dingin dan tak peduli dengan perkara apapun.
"Saka, apa kau akan mengakui ku sebagai seorang istri?" Rasya semakin mendekat kearah Saka dan meraih tangan nya.
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku menganggap mu istri ku karena memang itulah kenyataannya." Sahut Saka dengan ekspresi tidak senang mendengar perkataan konyol istri nya.
"Saka, berjanjilah pada ku kau akan setia padaku. Aku akan berusaha menjadi istri yang baik, aku juga akan bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan kita. Asal kau berjanji tidak akan pernah berkhianat pada ku meski aku tahu kau belum memiliki perasaan pada ku begitu pun sebaliknya." Rasya mengeratkan genggaman tangan nya pada tangan Saka, menandakan betapa besarnya harapan Rasya agar Saka setia padanya.
"Aku akan berjanji, asal kau juga harus berjanji satu hal padaku." Sahut Saka dengan tatapan intens.
"Apa syaratnya?"
"Lupakan Dimas, dan mulailah lembaran baru bersama ku tanpa bayang-bayang mereka." Mereka yang dimaksud Saka adalah Dimas dan kakak nya. Dia tak ingin Rasya terus-terusan mengingat perlakuan buruk mereka selama ini yang akan semakin membuat Rasya bersedih.
Rasya menerbitkan seulas senyum di bibirnya yang membuat wanita itu semakin cantik. Riasan wajah yang cukup tebal berhasil menutupi beberapa jerawat yang tumbuh di pipi hingga membuat nya benar-benar terlihat cantik.
"Ya, aku berjanji akan melupakan mereka, Saka. Aku akan menerima semua ini dengan lapang dada. Dan aku juga akan menerima mu sebagai suamiku."
"Aku juga tidak sudi terus-terusan menangisi Dimas. Lagian, dia sudah ku pakai, dan sudah menjadi bekas. Aku sudah mendapatkan mu sebagai gantinya." Rasya terkekeh memikirkan nya. Jika dipikir-pikir memang dia tak perlu menangisi hal ini karena yang Rania dapatkan kali ini adalah bekasnya yang sudah dia pakai selama 6 bulan. Dia tersenyum bangga dalam hati, namun sedetik kemudian senyum itu surut seiring dengan pandangan nya yang kembali menatap Saka.
"Tapi kau juga bekas Mbak Rania." Rasya seraya menatap Saka jengkel. Hal itu menciptakan tawa keras dari Saka. Untuk pertama kalinya Rasya melihat Saka menerbitkan tawa yang begitu lebar karena perkataan konyol nya.
"Kau tidak perlu khawatir, aku belum pernah menyentuh nya, itu artinya aku belum menjadi bekas kakak mu. Jadi kau mendapatkan barang baru." Sahut Saka yang membuat mata Rasya membulat sempurna.
"Benarkah? Tapi bagaimana mungkin, kalian kan sepasang suami istri?" Tanya Rasya penasaran. Dia berharap apa yang dikatakan Saka adalah kebenaran.
"Entahlah, aku memang tidak ada keinginan menyentuh Rania, dan Rania juga tidak pernah meminta. Kami hanya menjalani pernikahan atas dasar keuntungan." Sahut Saka.
Memang benar, Saka menikahi Rania bukan atas dasar cinta, melainkan demi mendapatkan warisan dari kakeknya dia rela menikahi wanita itu. Sedangkan Rania, awalnya sangat menyukai Saka karena tampangnya yang memang rupawan. Namun setelah pernikahan diikrarkan, rasa suka itu mendadak hilang akibat sikap Saka yang sering membuat nya jengkel. Setiap hari waktu Saka hanya dihabiskan untuk bermain game online, tidak pernah mengajaknya bicara karena fokusnya hanya memainkan game. Dia juga tidak pernah bekerja dan hanya mengandalkan sejumlah uang yang dia miliki. Lama kelamaan Rania geram dengan tingkah Saka yang bahkan tak pernah mengajaknya berbicara apalagi bersikap romantis. Berbeda sekali dengan Dimas yang selalu memberikan Rasya kasih sayang. Hal itu semakin membuat Rania benci pada Rasya karena nasibnya lebih beruntung mendapatkan suami tanggung jawab.
Hingga puncaknya saat Dimas mendapatkan kenaikan jabatan, Rania mulai mendekati Dimas dan menggoda dengan segala cara. Awalnya memang Dimas masih menolak, namun lama-kelamaan laki-laki itu tidak tahan dengan Rania yang terus-terusan menggodanya. Apalagi setelah wajah Rasya yang ditumbuhi banyak jerawat membuat Dimas pun enggan menatap apalagi menyentuh, membuat Dimas melampiaskan hasrat pada kakak iparnya. Mereka berhubungan badan di banyak tempat. Bahkan mereka pernah berhubungan badan di kantor tanpa sepengetahuan orang lain. Lama kelamaan Rania tidak ingin terus-terusan menjadi simpanan Dimas, akhirnya dia membuat ide gila untuk bertukar suami. Meski awalnya ragu, tapi dia ingat orang tuanya selalu mengabulkan apapun permintaan nya membuat nya nekat. Dan kenyataannya memang papah dan mamanya begitu menyayangi dirinya hingga menyetujui permintaan nya itu.
"Jadi, kau memang tidak pernah menyentuh mbak Rania? Akhirnya aku mendapatkan barang baru dari kakak ku." Sahut Rasya tertawa bahagia. Tanpa sadar dia menghambur ke pelukan Saka yang sudah sah menjadi suaminya.
Awalnya Saka ragu menerima pelukan itu, namun melihat pancaran kebahagiaan istrinya membuat Saka tak tahan untuk tidak membalas pelukannya.
"Kau sangat menggemaskan jika bertingkah seperti ini," Batin Saka membalas pelukan Rasya seraya menerbitkan senyum manis menghiasi wajah tampannya.
Setelah pembahasan Rasya dan Saka tadi siang, mereka memutuskan untuk pergi dari kediaman Bimantoro. Mereka tak ingin terus menerus menjadi keset di keluarga ini.
Malam ini adalah acara resepsi pernikahan Dimas dan Rania yang digelar sangat mewah di salah satu hotel terkenal di kota ini. Semua orang sudah berada di lokasi, sedangkan Rasya dan Saka masih berada di rumah. Keadaan rumah yang sepi dimanfaatkan mereka berdua untuk pergi, mereka memang sengaja pergi tanpa izin dari orang tua Rasya karena akan semakin memperpanjang perdebatan jika mereka tahu.
Saka mendorong dua koper baju seraya menunggu Rasya yang masih belum keluar kamar, dia menatap istrinya yang baru saja menutup pintu kamar dengan hanya menenteng tas selempang kecil dan sedang memasukkan ponselnya di sana.
"Apa kau hanya ingin membawa baju segini?" Pertanyaan itu sontak membuat Rasya tersenyum miris. Koper baju Rasya memang sangat kecil karena isinya juga sangat sedikit, berbeda dengan koper milik Saka yang terbilang besar.
"Iya, aku sengaja hanya membawa baju-baju yang ku beli sendiri dan ternyata hanya beberapa potong saja karena hanya itu baju milik ku yang bukan bekas Mbak Rania. Sedangkan baju yang lain adalah baju milik mbak Rania yang sudah tidak terpakai dan diberikan padaku." Baju yang dibawa Rasya adalah baju-baju yang dia beli selama menjadi istri Dimas. Orang tuanya memang tak pernah memberi uang lebih hingga tak mampu menyisakan sedikit pun uang untuk membeli keperluannya selain biaya sekolah.
Dan setelah menjadi istri Dimas, laki-laki itu kadang memberi uang lebih sehingga dia bisa memberi baju baru meski sangat jarang.
Perkataan Rasya tadi hanya ditanggapi dengan anggukan kepala, Saka tak ingin bertanya lebih kauh karena pastinya akan semakin membuat Rasya sedih.
"Oke, kita berangkat. Aku sudah memesan taksi di depan."
"Kenapa kau memesan taksi segala? Kita harus hemat, Saka." Rasya menghela nafasnya. Dia tahu Saka juga tidak memiliki uang banyak karena selama ini yang Rasya tahu, laki-laki itu tak pernah bekerja dan hanya sibuk memainkan game.
Sedangkan dirinya hanya tinggal memiliki uang sejumlah dua ratus ribu rupiah sisa uang belanjaan bulan ini yang diberikan Dimas dua minggu lalu saat awal bulan.
"Tidak apa, aku masih ada sisa uang. Lagian ini sudah malam, tidak mungkin ada angkot dan jarak ke rumah yang akan kita tempati juga sangat jauh jika ditempuh dengan jalan kaki." Saka menjelaskan, dia tahu sekali pemikiran Rasya yang khawatir takut kekurangan uang. Untung saja wanita yang dinikahi kali ini tidak suka neko-neko dan sangat menerima keadaan suaminya.
.
.
.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit, akhirnya Rasya dan Saka sampai di gubuk tua yang sudah tak layak pakai.
Mereka mengamati seluruh sisi rumah ini, rumah ini tak layak disebut rumah melainkan sebuah gubuk reyot.
"Maaf, Rasya. Aku hanya bisa memberi mu tempat tinggal seperti ini. Tadinya aku ingin mencari kontrakan, tapi uang ku sepertinya tidak cukup untuk menyewanya. Jadi aku memutuskan membawa mu kesini, ini adalah gubuk milik teman ku yang sudah lama tidak terpakai." Sedikit rasa bersalah pada diri Saka, karena sebagai suami, tak mampu memberikan tempat yang layak untuk istri nya.
"Maaf, Rasya. Untuk sementara waktu aku harus berbohong untuk menyembunyikan identitas ku dan membuatmu hidup susah," Batin Saka.
"Tidak masalah, Saka. Aku lebih nyaman tinggal disini bersama kau yang selalu membuat ku bahagia, dibanding tinggal di rumah mewah tetapi semua orang memperlakukan ku seperti sampah." Sahutnya seraya menampilkan seulas senyum. Untung saja meksi rumah ini seperti gubuk reyot yang seluruh tembok dan perlengkapan rumah nya terbuat dari bambu tapi semuanya terlihat sangat bersih dan membuat Rasya nyaman menempati.
"Terimakasih, Arasya. Kau sangat pengertian." Sahut Saka dengan tatapan teduhnya. Tangan nya tergerak untuk mengusap kening istrinya. Hal itu membuat hati Rasya menghangat, dia menatap wajah yang sudah berstatus sebagai suaminya. Dilihat dari segi manapun Saka benar-benar laki-laki yang sangat tampan. Tidak heran dulu saat keluarga Saka berniat menjodohkan pada salah satu putri tuan Bimantara Rania langsung mengajukan diri sebagai istri laki-laki itu.
"Kenapa kau berkata seperti itu? Kita adalah sepasang suami istri. Sudah seharusnya aku menerima semua yang kau punya. Aku akan selalu mendukung mu apapun yang terjadi." Sahut Rasya yang tak sadar jika sejak tadi wajahnya sedang diperhatikan Saka dengan sangat intens. Tangan Saka menyentuh permukaan wajah Rasya, membuat wajah wanita itu sedikit memanas saat mendapati Saka terus menatap wajah nya.
Cup.
"Kau cantik," Bisik Saka setelah berhasil mengecup pipi istri nya.
Bola mata Rasya membulat sempurna, wajahnya memanas hingga warna pipi nya sudah berubah merona. Dada nya berdebar-debar hebat seperti baru saja lari maraton berkilo-kilo meter.
"Apalagi kalau wajah mu blush seperti ini, kau berkali-kali lebih cantik, sayang." Bisik Saka.
Wajah Rasya semakin memanas bahkan rasanya seperti terbakar saat mendengar kata sayang dari Saka. Laki-laki itu benar-benar keterlaluan sekali, bisa-bisanya Saka menggodanya dalam keadaan seperti ini. Dia memukul dada Saka berulang kali melampiaskan rasa kesalnya karena telah digoda hingga membuat nya malu.
Saka hanya terkekeh melihat wajah Rasya yang sedang mencebikkan bibir dengan wajah merah seperti tomat. Andai tidak ada jerawat yang menghalangi wajah cantik nya, Rasya benar-benar terlihat sempurna. Tapi itu bukan masalah bagi Saka, meski wajahnya ditumbuhi banyak jerawat tapi dia tahu pancaran kecantikan wanita itu. Apalagi jika dilihat dari jarak sedekat ini, membuat hati Saka bergetar dan tergerak untuk menyentuh nya.
"Jangan berani-berani menggoda ku, Saka."
"Memang nya kenapa? Apa menggoda istri sendiri juga tidak boleh?"
"Kau ini!" Lagi-lagi Rasya menyakiti fisik Saka, dan kali ini dia mencubit keras perut sixpack Saka yang masih tertutup kaus berwarna putih. Sayangnya bukan nya menengadah sakit, Saka justru tertawa keras karena cubitan Rasya tak terasa apapun di tubuhnya.
Rasya yang tak terima ditertawakan, dia langsung mendaratkan cubitan terus menerus di tubuh Saka membuat laki-laki itu memilih lari kabur. Akhirnya mereka saling kejar hingga sampai di sebuah kamar.
Kratakk
Terdengar bunyi nyaring dari alas ranjang yang terbuat dari bambu saat Saka menggulingkan tubuh nya ke sana. Awalnya mereka berdua terdiam sejenak setelah mendengar bunyi itu, namun detik berikutnya mereka justru tertawa. Saat Saka lengah Rasya langsung menimpa tubuh Saka hingga berada di atas tubuh laki-laki itu dan mengunci pergerakan Saka. Rasya kembali mendaratkan banyak cubitan di seluruh tubuh Saka yang membuat laki-laki itu menengadah kesakitan.
Dan satu gulingan saja, tubuh Saka sudah berbalik berada di atas tubuh Rasya. Seketika ketakutan mendera Rasya, dia memohon agar Saka tak mencubit nya. Hal itu membuat Saka tersenyum menyeringai seraya menakut-nakuti Rasya.
"Kau harus dihukum karena telah membuat suami mu kesakitan, Rasya." Suara berat Saka berubah menjadi menyeramkan, bahkan wajahnya terlihat sangat garang baru Rasya.
Wajah panik Rasya benar-benar membuat kebahagiaan tersendiri bagi Saka. Saka ingin sekali tertawa keras namun masih ingin menikmati ketakutan istrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!