NovelToon NovelToon

Jalan Yang Panjang

SELAMAT PAGI

“Selamat pagi,” sapa gadis cantik kepada para siswa yang mulai memasuki gerbang sekolah.

Senin pagi, siswa SMA Purnawarman akan berangkat lebih pagi karena ada upacara bendera. Gadis cantik yang menyapa beberapa siswa tadi bukan karena mendapat hukuman. Melainkan, ia sedang melakukan rutinitas paginya di hari Senin. Yakni piket OSIS. Siapa lagi kalau bukan Naysila Alexa Pratiwi atau akrab disapa Ale. Yang kini menjadi Wakil Ketua OSIS di SMA Purnawarman.

“Pagi, cantik,” sapa seseorang begitu melihat Ale.

“Pagi,” balasnya dengan senyum ramah.

“Kok tumben jam segini baru berangkat?” tanya Ale pada seseorang tersebut.

“Hehe, maaf. Semalam begadang tugas jadi telat bangun,” jawabnya seraya tersenyum kikuk.

“Ya sudah semangat, ya. Gua ke lapangan dulu,” katanya seraya berlalu.

“Eh, Gab,” panggil Ale.

Merasa terpanggil, lelaki itu segera berbalik kembali ke arah Ale. “Ada apa?”

“Barengan aja, udah jam 07.00 pas kok,” jawab Ale melihat ke arah jam di tangannya.

“Oalah, oke.”

Ale dan lelaki tersebut pun berjalan menuju lapangan upacara bersama. Di mana sudah banyak siswa yang mulai baris sesuai kelas masing-masing. Begitu pula dengan jajaran petugas yang sudah siap. Jangan lupakan jajaran PMR dan anak OSIS.

Sontak saja, kedatangan Ale dan lelaki tersebut menyita perhatian semua peserta upacara. Bagaimana tidak? Bila seorang gadis cantik berketurunan Indonesia-Inggris yang menjadi idaman para lelaki berjalan bersama dengan seorang Ketua OSIS SMA Purnawarman. Yang tak lain adalah Gabriel Pratama Danu, lelaki idaman cewek-cewek. Meski begitu, tak ada yang bisa meluluhkan Gabriel. Gabriel terkesan sedikit cuek bila harus berinteraksi dengan perempuan. Kecuali Ibu dan juga kakak perempuannya.

Meski momen tersebut sudah berulang kali terjadi. Namun, bagi mereka itu adalah momen yang sangat indah. Banyak argumen tentang Gabriel dan Ale.

“Mereka cocok ga sih? Kenapa ga jadian aja?”

“Iya, ya. Apa udah jadian tapi diam-diam?”

“Cewek bar-bar kayak gitu masa Gabriel mau? Kek ga ada cewek lain aja.”

“Cewek bar-bar gitu juga waketos lu.”

Seperti itulah bisik-bisik dari mereka yang melihat Gabriel juga Ale.

“Persiapan udah siap?” tanya Gabriel pada komandan upacara.

“Sudah, Gab,” jawab komandan upacara.

“Sip. Good luck,” kata Gabriel menepuk pundak komandan upacara.

“Thank.”

***

Jam istirahat sudah sedari tadi. Namun, Ale masih betah bertahan di dalam kelasnya. Ale masih sibuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia pemberian dari Bu Hesti.

“Lu ga jajan, Al?” tanya Viola, sahabat Ale sejak mereka SMP.

Viola adalah teman baik Ale sejak SMP. Viola telah banyak mengetahui tentang kehidupan Ale. Meski pun begitu, Viola tak pernah punya nyali untuk bertanya mengenai masalah Ale. Ia akan dengan setia menunggu sampai Ale mau cerita sendiri.

“Engga,” jawab Ale tanpa mengalihkan fokusnya pada buku tulisnya.

“Gua duluan, ya,” kata Viola.

“Wait,” cegah Ale mendongakkan kepalnya.

“Gua nitip bakso , ya, lu bawa aja ke sini,” lanjut Ale.

“Kalau dimarahi guru gimana? Lu kan waketos masa makan di kelas,” Viola mengingatkan.

“Nanti gua makan di gazebo depan,” kata Ale sudah kembali fokus pada bukunya.

“Oke. Pedas kan?”

“Kek ga tahu gua aja. Haha.”

“Ya udah, gua cabut dulu.”

Sepeninggalan Viola, Ale segera merapikan bukunya. Ale kemudian berlalu ke kamar mandi untuk sekadar membasuh muka yang terasa kering setelah mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia selama tiga jam pembelajaran.

“Hai, Al,” sapa Naura, teman seangkatan Ale.

“Oh, halo,” balas Ale kemudian masuk ke kamar mandi.

Selesai dengan urusannya, Ale segera kembali ke kelasnya. Di depan kelas, tepatnya di gazebo taman sudah ada Viola dengan dua mangkuk bakso.

“Dari mana aja lu?” tanya Viola.

“Kamar mandi,” jawab Ale seraya duduk.

“Buruan makan. Tadi udah dicari sama si ketos,” kata Viola memberitahu.

“Gabriel maksud lu?”

“Ya iyalah. Siapa lagi coba?” tanya Viola seraya menyantap baksonya.

“Ngapain dah?” Ale bertanya-tanya.

“YNKTS.”

TINGGAL SENDIRI

“Permisi,” kata Ale begitu memasuki ruang OSIS.

Tampak di sana hanya ada Gabriel seorang yang tengah membaca beberapa berkas. Mungkin itu adalah catatan dari beberapa anak yang sering tertangkap oleh razia OSIS.

“Ada apa, Gab?” tanya Ale begitu duduk di kursinya, di sebelah Gabriel.

“Tugas lu udah kelar?” tanya Gabriel balik.

“Tugas yang mana?” tanya Ale seraya mengercitkan dahinya.

“Pertama, tugas lu buat rekap anak-anak yang sering kena razia,” jawab Gabriel sambil menunjukkan satu jarinya.

“Kedua, tugas lu buat menyusun kerangka proker yang belum selesai,” tambah Gabriel juga mengangkat dua jarinya.

“Tiga, tugas proyek video lu yang pidato,” lanjut Gabriel menunjukkan tiga jarinya.

Ale terdiam. Merasa aneh, mengapa ia melupakan tugas tersebut? “Astaga,” gumamnya.

“Why?” tanya Gabriel.

“Sorry, Gab. Gua lupa,” jawab Sila menatap Gabriel penuh harap.

“Kesambet apaan lu?” tanya Gabriel heran.

“Biasanya lu paling rajin kalau soal tugas. Terus juga satu lagi nih ya, enggak biasanya lu lupa sama tugas OSIS,” timpal Gabriel lagi.

“Ya gimana? Namanya juga manusia,” kata Ale santai.

“Lu mau bikin video kapan?”

“Gua juga belum buat. Kita kan satu kelas tu kan, bikin aja barengan,” usul Gabriel.

“Seriusan?” tanya Ale tak percaya.

“Bohongan,” jawab Gabriel sekenanya.

“Ishh,” kesal Ale menggaplok lengan kekar Gabriel.

“Eh santai dong. Oke, gua serius. Deadline kan nanti malam. Ya udah nanti sore buat,” kata Gabriel sambil mengusap bekas pukulan Ale. Rasanya lumayan juga di lengan kekar miliknya.

“Di mana?”

“Rumah lu gimana? Biar gua bisa main.”

“Boleh, nanti gua sharelok,” jawab Sila kemudian bangkit dari duduknya.

“Gua ke kelas dulu,” pamitnya seraya menutup pintu.

Gabriel hanya mengangguk kemudian ia segera merapikan berkas-berkas tadi dan mengikuti Ale untuk ke kelas.

***

Sepulang dari sekolah, mobil Honda Jazz merah milik Ale mulai membelah jalanan. Dengan kecepatan sedang dan nyanyian lagu-lagu POP kesukaannya, ia mengemudikan mobilnya.

Sesampainya di tempat tinggalnya, Ale segera memarkirkan mobilnya. Ia segera mandi dan membersihkan diri. Tak lupa ia juga menyuruh Mbak Ela untuk menyiapkan makan siang untuknya. Bukan siang sebenarnya, karena jam sudah menunjukkan pukul 16.00.

Selesai dengan urusan mandinya, Ale segera bersiap. Hanya memakai kaos santai dan celana selutut yang senantiasa menemaninya di tempat tinggalnya.

“Oh, ya, lupa,” katanya seraya mengambil benda pipih berlogo apel tersebut.

Jemari lentiknya mencari nomor seseorang dan mulai mengirimkan sesuatu.

“Apartemen White Jasmine lantai no. 7 unit ke 15,” tulisnya.

Ale kemudian turun ke meja makan untuk mengisi perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi.

“Oke. Gua otw sekarang,” balas seseorang dari seberang sana.

Saat Ale sampai di meja makan, ia segera menarik kursi. Benda pipih yang ada di genggamannya menyala menunjukkan ada notifikasi.

-Gabriel Ketos- nama id notifikasi itu.

Tak menjawab, Ale mulai mengambil nasi, sayur dan lauk untuknya makan.

“Tadi, Mbak buat kue kamu mau coba?” tawar Mbak Ela menghampiri Ale di meja makan.

“Boleh. Tapi nanti saja, Mbak. Nanti ada teman Ale mau ke sini,” jawab Ale seraya mengunyah makanannya.

“Siapa?” tanya Mbak Ela penasaran.

“Cowok apa cewek? Apa Viola?”

“Cowok. Nanti, Mbak Ela juga tahu,” jawab Ale yang sudah selesai dengan urusan makannya.

Ale segera menuju dapur untuk mencuci piringnya. Memang sudah kebiasaannya untuk mencuci bekas makannya. Begitu pula dengan Mbak Ela yang langsung membersihkan sisa makanan dan menyimpannya di lemari.

Ale tengah mempersiapkan beberapa peralatan untuk membuat tugas proyeknya. Namun, bel apartemennya terus berbunyi sedari tadi. “Sebentar,” sahut Ale berjalan membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, muncullah lelaki berpostur tegap yang tetap terlihat berwibawa meski hanya memakai kaos biasa dan celana panjang.

“Eh Gabriel. Masuk, Gab,” kata Ale mempersilakan Gabriel masuk.

Gabriel pun mengekor di belakang Ale untuk memasuki apartemennya. “Mau minum apa?” tanya Ale begitu Gabriel duduk di sofa.

“Apa aja,” jawabnya.

“Es cokelat mau?”

“Boleh.”

“Oke. Bentar, ya,” kata Ale berlalu ke dapur guna meminta tolong pada Mbak Ela.

“Lu tinggal sendiri?” tanya Gabriel begitu melihat Ale kembali datang.

“Sama, Mbak Ela,” jawab Ale seraya duduk di sebelah Gabriel.

“Oh jadi ini, tamunya?” tanya Mbak Ela yang datang sambil membawa dua gelas es cokelat dan camilan.

“Iya, Mbak,” jawab Ale.

“Gab, kenalin ini Mbak Ela, asisten rumahku, asisten pribadiku juga udah seperti kakakku,” kenal Ale pada Gabriel.

“Dan Mbak Ela, ini Gabriel, teman sekelas Al,” kenal Ale pada Mbak Ela.

“Hai, Mbak,” sapa Gabriel.

“Halo,” balas Mbak Ela.

“Diminum dulu,” kata Mbak Ela mempersilakan.

“Kamu beruntung, Gab. Karena jadi yang pertama diajak Al ke sini,” kata Mbak Ela yang kini sudah duduk di sebelah Ale.

“Maksudnya?” tanya Gabriel bingung.

“Ale kan baru pindah ke sini. Ya sekitar tiga bulanlah, selama ini enggak ada yang tahu kalau Ale pindah. Kecuali Viola emang,” jelas Mbak Ela.

“Oh,” Gabriel ber-oh ria.

“Kalau Ale rada bandel maklum in, ya, emang gitu anaknya. Bawaan dari bapaknya,” ujar Mbak Ela membercandai.

“Ishh, Mbak Ela apa-apaan sih,” protes Ale tak terima.

“Ga usah bawa-bawa Papa, deh,” tambah Ale merasa kesal dengan Mbak Ela.

“Ga usah cemberut gitu kali. Iya maaf,” kata Mbak Ela beranjak pergi.

“Kalian lanjut gih nugasnya. Mbak mau istirahat dulu,” kata Mbak Ela langsung menghilang ke kamarnya.

***

Sepeninggalan Mbak Ela, Gabriel dan Ale mulai fokus mengerjakan tugasnya. Tak ada kecanggungan di antara mereka. Bagi Ale, teman hanyalah teman. Mencintai adalah suatu hal yang asing baginya. Bahkan tabu sebelum ia benar-benar mewujudkan mimpinya.

“Lu nyaman gitu tinggal di sini?” tanya Gabriel saat tugas mereka sudah selesai.

Kini keduanya sedang menikmati camilan dan beristirahat.

“Nyaman sih. Banget malahan,” jawab Ale.

“Alasan lu pindah kenapa? Bukannya rumah lu di Perum Merdeka juga luas?” tanya Gabriel penasaran.

“Panjang si ceritanya. Cuman gua bosan aja sama lingkungannya. Pengen sendiri,” jawab Ale sekenanya.

“Oke. Gua paham, anak sultan ma bebas.”

“Ck,” Ale hanya berdecak menanggapi perkataan Gabriel.

Baginya kekayaan orang tuanya tidak berarti baginya. Mengenai alasan Ale tinggal di apartemen karena ia merasa jenuh berada di lingkungan perumahan elitenya yang selalu saja mengagung-agungkan nama Mrs. Melina seorang desainer kondang yang bisnisnya sampai luar negeri. Juga Mr. Alex seorang pembisnis properti yang sukses. Tak ayal bila Ale selalu diperlakukan spesial oleh mereka-mereka yang mengidolakan orang tuanya.

Juga mengenai masalah lain agar ia bisa menghindar dari seseorang. Begitu pula Mbak Ela yang setia menemani Ale. Mbak Ela secara khusus memang ditugaskan untuk menjaga Ale sebagai ganti kedua orang tuanya yang selalu sibuk.

PACAR?

Seminggu berlalu setelah Gabriel menyelesaikan tugas di apartemen Ale hari itu. Akhir-akhir ini memang mereka berdua tengah sibuk dengan tugas sekolah maupun OSIS. Karena menjelang akhir tahun biasanya akan padat. Selain PAS, juga akan diselenggarakan acara classmeeting untuk jeda semester sebelum libur semester.

“Al, bareng gua, ya?” ajak Gabriel saat Ale tengah membersihkan peralatan tulisnya.

“Ga ngerepotin, Gab?” tanya Ale agak sungkan.

“Enggak sama sekali,” jawab Gabriel sarkas.

“Oke deh. Kebetulan mobil gua lagi di bengkel,” kata Ale mengiyakan ajakan Gabriel.

“Vi, gua pulang sama Gabriel, ya. Gapapa kan?” tanya Ale.

“Gapapa, gua juga lagi buru-buru nih. Tiba-tiba nyokap telfon,” jawab Viola.

“Gua duluan ya, Al, Gab,” ujar Viola berlalu meninggalkan kelas.

“Hati-hati,” teriak Ale pada Viola yang hanya dibalas acungan jempol olehnya.

“Temenin gua makan, ya,” pinta Gabriel saat mobil Gabriel sudah mulai keluar dari area sekolah.

“Ke mana?” tanya Ale sibuk dengan HP-nya.

“Ke Restoran Kelapa mau ga?” tanya Gabriel.

“Mau,” jawab Ale tanpa melihat ke arah Gabriel.

“Halo, Mbak,” sapa Ale begitu panggilan tersambung.

“Al pulang sama Gabriel. Tapi katanya mau ditraktir ke Resto Kelapa dulu,” kata Ale pada Mbak Ela.

“Hati-hati ya, Al. Pulangnya jangan kesorean. Nanti Ibu bisa langsung pulang kalau tahu anaknya kenapa-kenapa,”  jawab Mbak Ela di seberang sana.

“Iya, siap, Mbak,” kata Ale kemudian mengakhiri panggilannya.

“Padahal mau gua ajak ke mall,” ujar Gabriel saat Ale sudah mematikan panggilannya.

“Next time aja.”

...****************...

Setelah melakukan perjalanan selama lima belas menit. Kini mobil Civic hitam milik Gabriel sudah terparkir dengan rapi di parkiran Restoran Kelapa.

“Mau makan apa?” tanya Gabriel begitu mereka sudah duduk di salah satu meja.

“Samain aja,” jawab Ale.

“Oke.”

Gabriel pun memesan dua porsi makanan yang sama. Tak lupa juga minumannya.

“Lu sering ke sini?” tanya Ale pada Gabriel.

“Lumayan,” jawab Gabriel yang kini sibuk dengan makannya.

Meski terbilang cuek bagi beberapa orang. Namun, Gabriel dan Ale sudah setahun ini saling mengenal. Anggap saja sejak mereka dilantik menjadi ketua dan wakil.

Di tengah-tengah Ale dan Gabriel yang sedang menyantap makan siangnya. Tiba-tiba saja ada seseorang datang menghampirinya.

“Alexa,” panggil seseorang itu.

“Kamu ke mana aja?” tanyanya pada Ale.

Sontak saja, Ale yang merasa tak asing dengan suara tersebut segera menoleh ke sumber suara. Berbeda dengan Gabriel yang tampak tenang dan santai menikmati makannya.

“Romeo,” gumam Ale.

“Hai,” sapa lelaki bernama Romeo itu.

Ale tampak menghela napas melihat Romeo berdiri di depannya. Ia merasa jengah bila harus berhadapan dengan manusia satu ini.

“Kamu apa kabar, honey?” tanya Romeo.

“Don’t call me honey, please,” tegas Ale.

“Why?” tanya Romeo merasa tak bersalah.

Lelaki berparas bule tersebut seakan enggan untuk menuruti permintaan Ale.

“Gua RISIH,” jawab Ale tegas tak terbantahkan.

“Oh, oke-oke. Sorry.”

“Ini siapa?” tanya Romeo saat menyadari adanya Gabriel di antara mereka.

“Dia pacar gua,” jawab Ale asal.

“Pacar?” beo Gabriel dan Romeo barengan.

Untuk beberapa detik semuanya hanya terdiam dengan pikiran masing-masing. “Sejak kapan?” tanya Romeo memecah keheningan.

“Jadi itu alasan lu nolak perjodohan kita?”

“Itu juga alasan lu ga mau lanjut SMA di Inggris?” tanya Romeo penuh selidik.

“Bukan urusan lu. Tapi gua cuman mau bilang. Gua ga mau dijodoh-jodohin. Gua mau hidup bebas nentuin jalan hidup gua,” kata Ale.

“Gua harus gimana, Al biar bisa dapat hati lu?”

“Lu ga harus ngapa-ngapain. Cukup lu diem dan jangan usik hidup gua lagi,” tegas Ale kemudian beranjak dari duduknya.

“Gua peringatin sekali lagi sama lu. Gua ga suka dijodoh-jodohin.”

“Ayo, Gab. Gua udah ga selera makan,” ajak Ale.

“Wait, bayar dulu,” kata Gabriel.

“Udah gua transfer ke adminnya,” ujar Ale seraya berjalan meninggalkan meja.

Gabriel pun segera menyusul Ale yang semakin jauh dari pandangan mata.

...****************...

Sepanjang perjalanan pulang, baik Ale maupun Gabriel tak ada yang bersuara. Mereka sama-sama sibuk dengan pemikiran masing-masing.

“Gab.”

“Al.”

“Lu duluan,” ucap Gabriel mengalah.

“Lu duluan,” ucap Ale juga ikut mengalah.

“Tadi siapa?” tanya Gabriel.

“Dia cowok ga jelas yang selalu ganggu hidup gua,” jawab Ale.

“Terus masalah lu sama dia apa?” tanya Gabriel semakin penasaran.

“Gua ga ada masalah sama dia. Cuman, dia itu keras kepala. Gua ga mau sama dia, tapi dengan tidak tahu dirinya dia malah minta bokap gua sama bokap dia atur perjodohan kita,” jelas Ale.

“Oh.”

“Sorry, ya, Gab, soal tadi,” kata Ale lirih.

“No problem,” jawab Gabriel santai.

“Yang penting dia ga ganggu lu lagi,” lanjut Gabriel.

“Thank, Gab. Lu always ada saat gua butuh,” kata Ale pada Gabriel dengan senyum tulusnya.

 “Jangan senyum kek gitu. Ntar gua diabetes,” goda Gabriel.

“Apaan sih?” tanya Ale memukul pelan lengan Gabriel.

Sekitar pukul 17.00, Ale sudah sampai di apartemennya. “Ga mampir, Gab?”

“Enggak deh. Lain kali aja,” jawab Gabriel.

“Oke. Thank, ya.”

“You are welcome. Gua pamit dulu.”

“Oke. Take care, ya. Kalau dah sampai kabarin.”

“Siap.”

Selepas itu, mobil Gabriel perlahan meninggalkan gedung apartemen White Jasmine. Kembali membelah jalanan menuju ke rumahnya di Perum Pancasila yang hanya berjarak sekitar dua puluh menit dari apartemen Ale.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!