NovelToon NovelToon

Suami Akhiratku

Tiba-tiba Perjodohan

"Leah sayang, mama sayang sekali sama kamu, Nak. Mama janji akan slalu ada buat Leah," suara di dalam mimpi itu masih selalu muncul di setiap Leah memimpikan almarhum Ibunya.

''Mama!"

"Mama ... Mama, jangan pergi Ma, Mama!" Leah mengigau. Dia begitu merindukan sosok Ibunya yang telah lama meninggalkannya.

Namanya Leah Putri Handika. Usia masih bisa dibilang muda. Ia memiliki Ibu dan dua saudari tiri yang sedikit tidak menyenanginya, bernama Glenca dan Amara. Leah ini juga memiliki satu Kakak kandung yang sejak dahulu tidak tinggal bersamanya. Kakaknya, bernama Sandy Putra Handika. Terpisah oleh keadaan dengan sang kakak menguat Hidup Leah menjadi semakin kesepian.

Kehidupan Leah sangat buruk sejak kehadiran Ibu dan kedua saudari tirinya. Berbagai macam tuduhan dan fitnah selalu Leah terima tiada hentinya. Meski begitu, Leah masih berusaha untuk tegar. Dia percaya, jika suatu saat nanti, dirinya mampu menjadi orang yang jauh lebih baik lagi. Begitu juga nasib hidupnya.

Leah juga tidak begitu mempedulikan adanya Ibu dan dua saudari tirinya. Meskipun begitu, dirinya tetap menjadikan diri wanita yang tangguh dan tidak mudah ditindas. Walaupun sering mendapatkan perbedaan kasih sayang dari Papanya, yang bernama Arman Handika. Leah tetap tidak pernah dendam akan itu.

Tok ... tok ... tok...

Pintu kamar Leah diketuk oleh Ibu Tirinya.

"Leah, bagun dasar pemalas!" teriaknya.

"Itu, tamu Papamu sudah datang. Cepat bangun dan jangan sampai kamu memalukan keluarga kita!" imbuhnya dengan kasar.

Mendengar suara Ibu Tirinya membuat Leah kesal. Suaranya mengingatkan pada ketidakadilan bagi dirinya selama di rumah tersebut.

"Tamu Papa?" gumam Leah. "Berarti Papa sudah pulang, dong? Sebaiknya aku siap-siap dulu lah! Nanti yang ada ... itu Ibu Suri malah mengomel lagi!" Leah segera beranjak ke kamar mandi.

Setelah puas di kamar mandi, tak lama kemudian, Leah pun keluar. Mood yang sebelumnya baik, malah semakin buruk ketika melihat Glenca dan Amara sudah berada di depan kamarnya.

"Itu nyawa berdua kenapa juga ada di sana?" ketus Leah.

"Bikin malas saja, deh!"

Glenca dan Amara ini memiliki dendam tersendiri kepada Leah. Nampak sangat angkuh dan menyebalkan. Bahkan tatapan mereka saja, juga sampai membuat Leah kesal. "Kenapa kalian ada di sini?" tanya Leah dengan ketus.

"Dih, santai saja kali!" cetus Glenca.

"Dasar gila! Ada yang lucu, kah? Apa yang lucu, sehingga bisa membuat kalian cengar-cengir seperti orang gila, gitu?" ledek Leah dengan memutar bola matanya ke lain arah.

"Elu__" teriak Amara.

"Apa lu!" sahut Leah sebelum Amara mengucapkan sesuatu kepadanya.

"Ck, Amara adikku ... sebentar lagi kan dia mau menikah, jadi kita harus baik-baikiin dia dong! Um, dan sebentar lagi kita merdeka Amara--" ujar Glenca sambil menepuk bahu Amara.

"Apa lu bilang? Gue mau nikah? Ngaco lu! Jangan sembarangan bicara deh!" pekik Leah.

"Lu nggak tau yaa? Tamu Papa kan sahabat lamanya Papa yang udah jodohin anaknya sama Lu! Dasar ambigu!" sulut Amara menunjuk-nunjuk wajah Leah.

"Gue kakak lu, dan lu berani-beraninya bicara sambil nunjuk-nunjuk tangan gini ke kakak lu sendiri, hah? Sopan dong!" Leah menegur Amara. Memang tidak lantas bagi Amara untuk melakukan itu kepada kakaknya.

Glenca dan Amara menjadi terdiam. Leah malah kesal sendiri, batinnya, atas dasar apa Papanya tiba-tiba mau menikahkannya. Bahkan dengan calonnya saja, Leah belum pernah mengenalnya. Jangankan mengenal, bertemu saja belum pernah.

"Heeee apa yanh sedang kalian bicarakan ini, hah?" tiba-tiba Ibu tiri Leah datang. "Glenca, bawa Leah turun! Dan iya, bersikaplah yang baik, tamu kita ini ... tamu sangat penting," lanjut Soraya (Ibu Tiri Leah).

"Siap, Mama!" kata Glenca tertawa sinis.

Leah masih diam saja. Dia berusaha untuk tetap tenang dan menjalani semuanya dengan santai. Tak ingin terlihat begitu tertekan di depan Ibu dan saudari tirinya, Leah pun berjalan perlahan menuju tangga.

"Papa, segitunya kau tak menyayangi aku lagi? Apa karena aku berubah, Papa jadi berubah seperti ini juga? Papa, aku berubah hanya untuk mendapatkan perhatianmu lagi seperti dulu," ungkap Leah dalam hati.

Turunlah Glenca dan Amara membawa Leah. Wajah sinis Leah, membuat Arman sedikit tidak enak hati dengan sahabatnya itu. Arman pun memberi kode kepada Leah, untuk tersenyum.

"Mas, perkenalkan, ini anakku Leah. Lalu, ini kedua anakku juga dari istriku ini," Arman mengenalkan Leah kepada seorang laki-laki paruh baya yang mengenakan pakaian ala Kyai.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Leah dengan suara lembut.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh. Wah ini ya yang namanya Leah. Dulu waktu kecil sangat lemah lembut, tapi sekarang dah berubah yaa. Semakin lembut dan cantik," ucap Kyai Mahfud (calon mertua Leah).

"Aduh Mas ini. Leah ini berubah semenjak Mamahnya meninggal. Tapi aslinya Leah ini berhati baik, kok. Sana nduk, duduk sama Papa." sahut Soraya.

"Drama apa lagi ini?" cetus Leah dalam hati.

"Apa sih, segala Mama di bawa-bawa. Beliau sudah tenang juga disana, loh!" gumam Leah dengan menggunakan nada yang lirih.

"Iya saya tau, Dik Soraya. Hati seorang anak mana yang tak sakit, jika di tinggal Ibunya untuk selama-lamanya. Maka dari itu, saya tetap melanjutkan perjodohan ini. Anak saya juga setuju saja dengan perjodohan ini. cKan saya kenal dari bibit, bebet, bobotnya juga," Tutur Kyai Mahfud.

"Tapi Kyai, saya tidak akan maksa juga, kok. Selama ini ... saya juga belom bisa membahagiakan Papa saya. Jadi, saya tetep mau melanjutkan perjodohan ini juga, demi Papa!" ungkapan Leah membuat Arman seperti tidak merasa nyaman.

"Dan setelah ini, aku akan urus kalian bertiga. Awas saja nanti! Kalian akan tau rasa!" kesal Leah dalam hati.

"Ohh ya, ayoo di minum. Um, terus ini anak kamu mana Mas? Kok, tdiak ikut serta?" lanjut Arman.

"Iya sebentar lagi sampai. Dia ada Tausiyah dulu di Bandung, tidak lama lagi pasti, acaranya sudah hampir selesai, jawab Kyai Mahfud.

Tak lama kemudian, ada seorang pria yang mengucap salam ke rumah Leah. Pria itu adalah calon suami Leah, bernama Ruchan Al Jazeera. Putra kedua Kyai Mahfud dan juga bungsu.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," salam dari Ruchan.

"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh,"

"Ma, apa dia calonnya si Leah? Aku juga mau yang begitu kali Ma!" bisik Glenca. "Aku juga mau kali, Kak," sahut Amara dengan menata rambutnya.

"Stt ... kalian mau yang bentukannya seperti itu? Heh, kemana mana pakai peci, uhh kurang keren sayang__" timpal Soraya berbisik kepada dua putrinya.

"Tapi ganteng, loh. Um, mau--" Glenca bahkan menatap Ruchan sampai tidak mengedipkan matanya.

"Sttt!"

Ruchan pun bersalaman dengan Abinya, juga dengan Papanya Leah. Ia juga memberi senyuman kepada Ibu dan kedua saudari tiri Leah. Terakhir, baru kepada Leah juga tentunya. Namun, Leah memalingkan wajahnya.

"Ini dia Man jagoaku hahahah," Kyai Mahfud memperkenalkan Ruchan kepada Arman.

"Dikira ayam apa? jago-jagoan! Tapi ya lumayan sih, bisalah buat perbaiki keturunan," kata Leah dalam hati masih dengan wajah kesalnya.

"Wuihh gagah sekali sekarang, dah besar juga, dulu masih kecil banget. Bahkan mau jajan saja, harus bersama dengan Kakaknya!" seru Arman. "Oh, ngomong-ngomong, dimana kakaknya? Apa dia tidak ikut?" tanya Arman.

"Dia ada di Kairo, besok baru pulang. Satu minggu lagi dia akan nikah. Kamu sekeluarga harus datang ke Jogja. Sekalian saja, acara lamarannya Ruchan dengan Leah. Ya ... sekalian jalan-jalan, lihat-lihat Jogja, seperti itu," celetuk Kyai Mahfud.

Seketika Leah yang sedang ngemil pun tersedak.

Uhuk uhuk ...

"Kak, Kamu kenapa? Pelan-pelan dong makannya ya. Ini minum dulu," ucap Amara langsung tanggap dengan memberikan segelas air minum.

"Penjilat!" umpat Leah dalam hati dengan nada kesal.

"Hati-hati, nak Leah. Haha, mungkin malu dia. 'Kan sebentar lagi mau lamaran," goda Kyai Mahfud.

Leah semakin tidak nyaman berada di antara mereka. Leah, rasanya juga ingin sekali bisa menghindar dari perjodohan itu. Jika tidak mengingat perjodohan itu adalah nazar Mamanya, Leah mana mungkin mau menikah muda. Apalagi di jodohkan.

Bab. 2

1 jam berlalu,

Mereka mengisi waktu dengan penuh dengan canda tawa di ruang tamu.

"Ma, bosen tau," bisik Amara.

"Ssttt Diam! Cobalah untuk bersikap seperti adik yang baik buat Leah, biar kita ini tidak ketahuan kalau kurang suka dengannya," pekik Soraya.

"Buat apa sih Ma?" tanya Amara.

"Bodoh!! Kalau di fikir-fikir, kamu dan dia itu se Ayah, tentu saja agar Leah berfikir, kalau kita ini tulus dengannya. Sebentar lagi dia, 'kan mau menikah dan ikut suami nya." jelas Glenca.

Amara hanya mengangguk, tanda setuju. Meskipun Amara dan Leah adalah saudara se Ayah, namun mereka tetap jarang akur. Leah yang mendengar itu jadi semakin kesal. Kenapa dia harus memiliki Ibu dan Saudari Tiri yang begitu menyebalkan.

"Emm ayo Glenca Amara, kalian berdua ikut Mama. Bantu Mama menyiapakan makan siang di dapur ya," ajak Soraya.

"Siap Ma!!" Jawab Glenca Dan Amara bersamaan.

"Nak Leah, bawalah Ruchan ke taman samping rumah sana!! Abi lihat tadi ada taman di samping dan di depan, tapi bagusan yang di samping rumah hehehe, ayo sana Ruchan," pinta Kyai Mahfud.

"Abi ah, sebaiknya kami tidak boleh berduaan? Kita belum ada ikatan lho Bi!" tampik Ruchan malu.

"Sudahlah, nak Ruchan. Saya percaya sama kalian berdua, kalian, 'kan sudah dewasa. Tidak akan melakukan hal-hal yang buruk, ayo Leah ajak calon suami mu ke taman." tutur Arman.

Leah hanya diam dan mengajak Ruchan ke taman samping dengan senyuman. Sesampainya di taman, Leah dan Ruchan hanya berdiam diri saja, mereka masih canggung dengan suasana itu.

"Emm emm Assallamualaikum," Sapa Ruchan.

"Aduh bagaimana ini, dia jelas - jelas bukan tipe gue, harusnya Papa masukin dulu gue di pesantren, baru di jodohin ama yang model beginian, gue malah kasihan nanti sama dianya kalau memperistri gue, tapi yang jelas sih gue masih perawan lah"Batin Leah.

"Dik Leah, Assallamualaikum," Sapa Ruchan lagi.

Leah masih saja terdiam dengan jarinya mengetuk-ngetuk pipi dan alisnya mengkerut, oandangannya juga ke arah bawah, seperti orang yang sedang berfikir. Dia merasa kalau perjodohan ini pasti akan menyiksa dirinya, apa lagi Leah masih memiliki seorang pacar.

"Hallo! Assallamualaikum Dik Leah! Dek, Dek Leah, Astaghfirullah hal'adzim" Kata Ruchan meniup wajah Leah.

"Aaa Waalaikum sallam , hehehe maaf gue nggak , emm maksud aku, ah tidak!! Sa saya nggakak fokus. Sial, ngomong apa sih? Bingung kan jadinya mau ngomongnya gimana," ucapnya.

Ruchan hanya tersenyum melihat tingkah Leah saat gugup, wajah Leah menjadi lucu, Ruchan semakin suka dengan Leah yang seperti itu.

"Dek, Leah nggak usah gugup, oke? Santai aja, bicara pelan-pelan, bicaralah sesuai dengan biasa nya, sesuai dengan keseharian Dek Leah. Mau Lo Gue, Aku Kamu, You and I juga nggak papa kok. Insyaallah, Mas yang akan menyesuakan diri." ucap Ruchan dengan lembut.

"Ya Tuhan! Apakah semua anak Kyai seperti ini semua? Adem bener bahasa dan suaranya" Batin Leah dengan senyum-senyum sendiri.

"Yah bengong lagi deh. Dek!! Jangan bengong lagi dong," Ruchan mengibaskan tangannya di depan wajah Leah.

"Emm maaf hehhe, to the point aje ye. Gue sebenernya masih kaget nih ya, tiba-tiba di jodohin kek gini. Jujur ya, jujur aja nih, gue masih ada pacar, dan gue bingung nih harus gimana! Di sisi lain ada perjodohan kek gini, Gue mana bisa membagi cinta Ustad Mas, Mas Ruchan." Jelas Leah.

Lagi-lagi Ruchan hanya tersenyum, dengan perkataan Leah, ia pun duduk di bangku taman itu. Pikir nya, melihat Leah yang sedang gugup seperti ini sudah bisa membuat Ruchan menyukai Leah.

"Kok senyum doang sih? Marah ya Mas, maaf deh. Gue takut salah ngomong kalau udah menyangkut perjodohan gini," imbuhnya, juga mengikuti Ruchan duduk.

"Siapa yang marah, Dek. Aku nggak marah, kok."

"Jujur ya, Mas tuh sebenernya juga hanya menuruti kemauan Abi saja. Ya mau bagaimana lagi, Mas nggak punya pilihan sendiri. Ya tapi di sisi lain, Mas suka kok di jodohin sama kamu. Yaa, semua tergantung kamu saja, Dek. Kalau kamu ok, ya ayo lanjut. Kalau masih mau sama pacar kamu yaaa, silahkan!! Dari pada kamu nggak bahagia nanti sama Mas, pemaksaan tidak ada dalam hati dan pikiranku," tutur Ruchan.

"Yah Gue jadi merasa bersalah nih," ucap Leah cemberut.

"Bersalah gimana? This Ok! Nanti biar Mas bantu bicara sama, Papa dan Abi nya Mas yaa, tenang saja." Kata Ruchan.

"Ada ya orang yang sabarnya full kek Lo gini? Bikin adem bersamanya, dan kayaknya nggak usah deh terburu-buru bilangnya kepada mereka, Mas. Kak aja lah biar enak di ucapin nya," ucap Leah.

"Tidak usah gimana maksud, Dek Leah?" tanya Ruchan.

"Yaa nggak usah bilang, ke Papa dan Abinya Kak Ruchan gitu. 'Kan udah gue bilang tadi hehehe, " jawab Leah.

"Maksud Kamu gimana? Kamu mau nikah sama Mas? Eh Kakak!" tanya Ruchan.

Leah mengangguk dengan pelan, sinyal Leah sudah terkoneksi, Ruchan pun tersenyum akan keputusan Leah itu.

"Terus pacar kamu gimana? gak mungkin dong kamj tinggalin gitu aja! Atau Kakak yang bantu bicara sama dia?" tanya Ruchan.

Leah menundukan kepalanya, Ruchan melihat Leah seperti itu pun menjadi sedih. Bukan keinginan Ruchan membuat Leah menyakiti perasaan laki-laki lain. Ataupun merebut kebahagian Leah bersama laki-laki itu.

"Ya sudah kalau kamu nggak mau di bantu. Kakak masuk dulu yaa, udah waktu nya sholat dzuhur nih. Assallamu'alaikum." ucap Ruchan.

"Nanti sore jam 5 Kak Ruchan temenin gue nemuin Viko, pacar gue! Jangan lupa!" seru Leah sambil berlari.

Ruchan tersenyum tenang, dia berfikir kalau Leah memang ingin meneruskan perjodohan ini. Itu suatu kebahagiaan untuk dirinya.

Bab. 3

Di dalam dengan kesibukan di meja makan. Glenca dan Amara tampak kesal dengan mamanya yang sedari tadi menyuruh mereka melakukan pekerjaan rumah.

"Ma udah yaa, Glenca capek mau makan dulu. Ok?! "kata Glenca.

"Ihhh, apa apaan sih Glenca, kalau mau makan nanti sabar, nunggu Kyai Mahfud dan Ustad ganteng itu kesini kita makan bareng bareng " Kata Soraya sambil memukul tangan Glenca menggunakan spatula.

"Kejam!." Kata Glenca.

"Mereka sholat lama amat sih, tinggal berdiri terus sujud doang" Gerutu Amara.

Leah yang mendengar mereka menggerutu pun di buat kesal. Leah pergi ke dapur dan menegur dua bersaudara yang menurutnya menyebalkan itu.

"Brisik banget sih kalian. Dasar bocah!" Kata Leah.

"Eh eh sayang, kamu gak boleh gitu dong nadanya, yang baik, harus sopan gitu, ada camer dan cami lho ya" Kata Soraya.

"Cami ?? Apa itu cami Ma" Tanya Amara.

"Ck, Cami itu maksud nya calon suami, telmii!" Kata Glenca.

"Apa sih lo" Kata Amara.

''Eh tante.. Ibu tiri maksud saya, Kenapa sih gak Glenca aja yang buri nikahin ama itu Ustad, kenapa harus princess kalian ini yang di suruh nikah? Kan katanya cantikan Glenca dari pada Leah" Kata Leah.

"Buri? Ibu tiri maksud lo?" Tanya Glenca.

"Menurut L?" Jawab Leah sebal.

"Leah anak kesayangan Mama, Glenca itu pantes nya nikah sama Viko, yaa Ruchan sama kaya nya dengan Viko. Tapi Viko lebih keren, terlalu keren buat kamu" Kata Soraya menunjuk Leah.

"Viko itu kan cowok gue, kenapa sih li sering embat apa yang gue punya. Modal dong, jangan cuma main rebut hak milik orang aja Maemunah!" Kata Leah.

"Woooy sejak kapan nama keren gue jadi Maemunah? Dasar uler berkepala dua" kata Glenca ngotot.

"Mak lampir lu!" Kata Leah.

"Hey cukup!! Kalian cuma bisanya bertengkar saja sih, lihat mereka sudah turun. Ayo semuanya duduk yang anggun!" Kata Soraya

Leah yang kesal pergi meninggalkan perdebatan itu, tapi saat Leah ingin pergi, kaki Leah sengaja di halangi oleh Amara, Leah pun terjatuh, tapi Ruchan dengan sigap menangkap nya.

"Aduh!! "Kata Leah

"Ehem ehem, Ruchan, dia belum muhrim kamu nak, jangan terlalu lama menatap dan memeluknya seperti itu, ayo cepat lepaskan" Kata kyai Mahfud.

Ruchan pun melepaskan tangan Leah.

"Maaf, Kamu gak papa kan ???" Tanya Ruchan

Leah menggelengkan kepala.

"Ayo semuanya, kita duduk dan mulai makan bersama" Kata Soraya.

Mereka menikmati makanannya dengan khidmat .. Selesai makan , Leah pun masuk kekamarnya, dia menelfon Viko untuk bertemu denganya di cafe biasa untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting ,,.. Leah pun tertidur saat itu .

Jam menunjukan tepat jam 5.. Ruchan pun mengetuk pintu kamar Leah

Tok tok tok tok

"Assallamualaikum,Dik Leah, Dik" Sapa Ruchan.

"Iya sebentar" Jawab Leah.

"Kak Ruchan, ngapain? Tunggu!! Jam berapa ini? " Kata Leah panik.

Ruchan tersenyum.

"Kakak tunggu di bawah ya, jangan lama-lama, Assallamualaikum" Kata Ruchan.

"Iii iya, Waalaikum sallam" Jawab Leah.

10 menit berlalu.. Leah pun akhirnya turun, dan benar, Ruchan masih menunggunya di ruang tamu, tapi sedang bersama dengan Abi dan Papanya Leah.

"Aduh, mampus gue. Kenapa juga itu Bapak-bapak ngapain di situ sih?" Kata Leah.

Arman melihat putrinya yang sedang berada di tangga seperti orang bingun, ia pun memanggilnya dengan lembut.

"Leah! Nak, kamu kenapa hanya di situ, ayo cepat turun sini. Katanya mau jalan-jalan sama Nak Ruchan,"Kata Arman.

"Sial, dia sudah bilang lagi, kalau kayak gini kan kelihatan banget gue murah, hufft" Batin Leah.

Leah turun dengan wajah yang cengingiran tanpa berdosa.

"Ayo Kak, takut keburu maghrib" Ajak Leah

"Ehh tunggu!! Memangnya kalian ini mau kemana sih? Kok cuma jalan berdua, kita gak di ajak nih" Kata Kyai Mahfud.

"Ini Bi, masa iya ngajak Abi sih. Dik Leah mau ajak Ruchan ke cafe tempat dia biasa nongkrong, sekalian mau ngenalin Ruchan ke temen temenya Dik Leah, iya kan Dek?" Tanya Ruchan.

"Aa iya Om, Pa " Jawab Leah

Kyai Mahfud dan Arman pun saling menatap muka, lalu mengangguk angguk. Mereka menyetujui anak-anaknya pergi berdua.

"Aa ayo Kak" Kata Leah.

"Emm iya , kalau begutu Abi, Om, kami pergi dulu yaa,Assallamualaikum "kata Ruchan

"Waalaikum sallam" Jawab serentak Kyai Mahfud dan Arman.

Kyai Mahfud dan Armand tertawa kecil , melihat kedua anaknya semakin dekat, mereka berfikir tidak akan semudah itu menjodohkan dua insan yang belum pernah mengenal maupun bertemu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!