NovelToon NovelToon

Mas Badut, I Love You!

Bab 1 Badut penolong

"Jambret!!! "

Teriakan seorang gadis mengalihkan semua perhatian orang yang berada di pasar malam saat itu.

Namun, tidak ada yang mau untuk menolong gadis malang yang kehilangan tasnya karena dijambret di tempat ramai seperti itu.

Hanya satu orang yang merespon teriakan gadis tersebut. Seorang badut yang telah mengadakan pertunjukan di pasar malam tersebut dengan beraninya menghadang jambret yang mengambil tas milik gadis malang itu.

Dengan kaki panjangnya, badut tersebut berhasil menjatuhkan jambret itu. Dan dengan gerakan cepatnya, jambret tersebut berhasil dilumpuhkan oleh badut itu hingga duduk lemas tak berdaya di tengah-tengah kerumunan orang yang berada di pasar malam itu.

Nafas badut yang terengah-engah itu menunjukkan tenaga yang terkuras ketika melawan jambret yang untungnya hanya seorang diri saja dalam melakukan aksinya.

Petugas keamanan dari pasar malam itu pun segera mengamankan jambret yang sudah tidak berdaya itu.

"Tas siapa ini?" tanya badut tersebut dengan mengangkat ke atas sebuah tas yang diambil oleh jambret tadi.

"Punya saya Mas!" seru seorang gadis cantik dengan suara yang tertahan karena hidungnya ditutup oleh tangannya.

Badut tersebut mengernyitkan dahinya melihat tingkah aneh gadis yang ada di hadapannya itu. Dalam hatinya berkata,

Gadis ini cantik, tapi kenapa dia menutup hidungnya? Apa aku bau? Tapi semua orang tidak menutup hidungnya kecuali dia. Ah… apa hidungnya pesek ya, sehingga dia malu menunjukkannya?

"Benar kamu pemilik tas ini?" tanya badut tersebut sambil memicingkan matanya seolah tidak percaya pada gadis yang mengaku sebagai pemilik tas itu.

"Benar. Kalau Mas badut gak percaya, silahkan saja buktikan," tantang gadis tersebut dengan rasa percaya dirinya.

Si badut diam sejenak untuk memikirkan perkataan dari gadis yang ada di hadapannya. Kemudian dia berkata,

"Bagaimana caranya?"

Gadis cantik itu tersenyum dan dengan suara cemprengnya karena hidung yang tertutup itu, dia berkata,

"Lihat saja kartu identitas yang ada dalam dompetnya. Dan beri saya pertanyaan seputar kartu identitas itu. Cocokkan jawaban saya dengan tulisan yang tertera di sana. Pasti jawaban saya benar semua."

Dengan sedikit ragu badut tersebut membuka tas yang ada di tangannya. Dia mengambil dompet dari dalam tas tersebut dan membukanya.

Dahinya mengernyit melihat foto pada kartu identitas yang ada di tangannya. Dalam hatinya dia berkata,

Cantik, tapi apa benar foto ini adalah gadis itu? Kalau dia secantik ini, kenapa hidungnya ditutup seperti itu? Bahkan hidungnya saja mancung dan cantik jika dipadukan dengan wajahnya.

Badut tersebut melihat kartu identitas dan gadis yang ada di hadapannya itu secara bergantian. Kemudian dia berkata,

"Apa benar ini fotomu?"

Gadis tersebut menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan si badut.

"Lalu, kenapa hidung kamu ditutupi?" tanya badut tersebut seolah tidak percaya pada pengakuan gadis yang ada di hadapannya itu.

Perlahan gadis tersebut membuka hidungnya. Terlihat sangat ragu-ragu. Tapi dia tetap membukanya.

Hatsy! Hatsy!

Hatsy! Hatsy!

Seketika gadis tersebut bersin-bersin ketika hidungnya sudah terbuka.

Badut tersebut mencocokkan foto yang ada di kartu identitas dengan gadis yang ada di hadapannya. Kemudian  dia menutup hidung dan mulutnya dan berkata,

"Kamu penyakitan ya?"

Gadis tersebut kembali menutup hidungnya seraya berkata,

"Enak saja. Aku tuh… Ah, sudahlah. Sekarang sudah percaya kan tas itu punya saya? Kembalikan sini tasnya."

Tangan gadis tersebut meraih tas miliknya, tapi dengan cepatnya badut itu menjauhkannya dari tangan gadis itu.

Badut tersebut menyingkirkan tangannya dari hidung dan mulutnya dan berkata,

"Sebentar, aku mau cocokkan dulu identitasnya. Nama kamu siapa?"

"Cherry putri Atmaja," jawab gadis tersebut dengan cepatnya.

"Alamatnya?" tanya badut itu kembali.

"Jl. Angkasa Biru 48B," jawab gadis yang mengaku dirinya bernama Cherry itu.

"Benar kan? Udah, sini balikin tasnya," ucap Cherry dengan tangan kiri yang masih menutup hidungnya dan tangan kanannya menyambar tas yang masih dipegang oleh si badut tersebut.

Tas tersebut berhasil direbut oleh Cherry. Dan dengan cepatnya dia berlari meninggalkan si badut tersebut yang memanggil-manggil namanya.

Setelah dirasanya sudah cukup jauh dari tempat badut tadi berada, Cherry berhenti dari larinya.

Tangannya memegang kedua lututnya dan dia membungkukkan badannya sambil menormalkan nafasnya yang terengah-engah.

"Huufffttt… untung saja aku bisa cepat lari. Hidungku rasanya sakit sekali dari tadi aku tutup. Mana gatal sekali hidungku," gerutu Cherry yang nafasnya sudah normal kembali.

Tanpa Cherry sadari, kartu identitasnya masih berada di tangan si badut. Hanya kartu identitasnya saja yang masih dipegang oleh si badut, karena badut tadi hanya mengambil kartu identitas milik Cherry dan mengembalikan dompet tadi ke dalam tasnya.

Tanpa merasa kehilangan sesuatu, Cherry berjalan menuju rumahnya yang terletak tidak jauh dari pasar malam itu.

Si badut tersenyum melihat tingkah lucu Cherry yang jarang ditemuinya dari gadis lain. Dia meletakkan kartu identitas milik Cherry ke dalam tas miliknya.

"Kita lihat saja, apa kita nantinya akan bertemu lagi," ucap badut tersebut sambil tersenyum membayangkan ekspresi wajah Cherry yang sangat lucu.

Setelah itu badut itu kembali melakukan pertunjukan di pasar malam tersebut. Dia membagi-bagikan banyak kupon berhadiah dan melakukan banyak trik sulap untuk menarik minat pengunjung.

Banyak sekali pengunjung pasar malam yang melihat pertunjukan badut tersebut, apalagi dia membagi-bagikan kupon diskon untuk makan di cafe yang terletak tidak jauh dari pasar malam tersebut.

"Mas badut, beneran dengan membawa kupon ini bisa dapat diskon di cafe baru itui?" tanya seorang ibu-ibu yang berhasil mendapatkan kupon dari si badut karena bisa melakukan tantangan yang diberikan si badut padanya.

Si badut menganggukkan kepalanya seraya berkata,

"Iya benar Bu. Silahkan datang besok pada saat pembukaan cafe baru itu."

Mendengar hal itu, banyak sekali pengunjung yang menginginkan tantangan dari si badut agar mendapatkan kupon potongan harga lima puluh persen dari harga normal untuk semua menu makanan.

Banyak sekali tantangan yang diberikan oleh si badut pada pengunjung pasar malam yang mengerubunginya. Dan semuanya berhasil dilakukan oleh pengunjung pasar malam itu.

Setelah beberapa saat, kupon diskon potongan harga lima puluh persen untuk pembelian semua menu di cafe baru itu sudah habis tidak bersisa.

Si badut itu pun segera merapikan semua peralatannya dan memasukkannya ke dalam tas besar yang dibawanya untuk mengangkut semua peralatannya.

Dia membawa tas besar itu menuju toilet untuk berganti baju dan menghapus make up nya.

"Sialan, tebal sekali make up ini. Apa aku harus pulang dengan wajah berantakan seperti ini?" gumam badut tersebut di depan cermin yang ada di toilet.

"Aku tidak percaya jika sekarang ini aku sedang melakukan hal yang sangat konyol hanya demi masa depanku," sambung badut itu kembali bergumam.

Dia menatap wajahnya yang sudah bersih dari make up badutnya dan tersenyum melihat wajah aslinya di depan cermin seraya berkata,

"Malang sekali nasibmu Max. Bahkan Miyuki dan Lucas saja sedang bersantai di rumah mereka sekarang."

Bab 2 Janji

Braaak!

Cherry melempar tasnya ke arah meja belajarnya. Dia melemparkan tubuhnya di atas tempat tidurnya dan menggerak-gerakkan kaki serta tangannya ke atas dan ke bawah, sehingga membuat sprei tempat tidurnya menjadi kusut dan berantakan.

Cherry membalikkan badannya menjadi terlentang seraya berkata,

"Sumpah, capek banget aku hari ini."

Cherry memandang langit-langit atap kamarnya dan pikirannya menerawang kembali mengingat kejadian di pasar malam tadi.

Flashback

"Jambreeet….!!! Tolong tas saya dijambret!" teriak Cherry meminta tolong pada orang-orang yang ada di sekitarnya.

"Ya Tuhan… semoga saja tasku bisa kembali lagi. Untuk yang mengembalikan tasku, jika dia perempuan, akan aku traktir dia nonton dan makan. Tapi jika dia laki-laki, akan aku… jadikan pacar," Cherry berdoa dan tanpa sadar mengucap kata pacar ketika melihat cowok yang disukainya sedang berjalan mesra dengan pacarnya.

Tiba-tiba dia tersadar ketika mendengar teriakan jika jambret tersebut telah ditangkap dan beberapa petugas keamanan berlari ke arah kerumunan orang yang ada di pertengahan pasar malam itu.

Dengan segera Cherry berlari ke arah kerumunan orang-orang itu dan mendengar suara laki-laki yang menanyakan pemilik dari tas yang di angkat ke atas, sehingga Cherry yang ada di dekat kerumunan itu bisa melihatnya.

"Tas siapa ini?" 

Cherry menerobos masuk ke dalam kerumunan dan mengangkat tangan kirinya dan tangan kanannya menutup hidungnya seraya berkata,

"Punya saya Mas."

Flashback end

Mengingat janjinya itu, seketika Cherry beranjak dari tidurnya seraya berkata,

"Apa aku harus melakukannya? Gak mungkin banget kan kalau aku pacaran sama badut? Bisa-bisa aku bersin-bersin terus nantinya kalau dekat-dekat dengan dia. Lagi pula aku juga belum tau wajah aslinya. Bagaimana jika dia cowok yang wajahnya enggak banget? Atau mungkin dia juling? Bisa juga dia sumbing. Aduh… gimana dong? Kalau dia ganteng gak mungkin jadi badut dong. Biasanya orang ganteng itu suka tebar pesona sama wajahnya. Lah ini malah ditutupi. Jadi… fix, dia gak ganteng."

Cherry masa bodoh dengan janjinya. Dia merebahkan dirinya pada ranjangnya dan mulai memejamkan matanya.

Sudah beberapa menit berlalu, tapi tak kunjung juga matanya bisa terlelap. Dia mempererat pejaman matanya, sayangnya hidungnya ikut menahan nafasnya sehingga dia terbangun dan duduk dari tidurnya.

Nafas Cherry yang ngos-ngosan setelah menahan nafasnya itu, kini berangsur pulih ketika dia mengingat kembali janjinya.

"Gak mungkin cuma gara-gara janji itu aku jadi gak bisa tidur. Mungkin saja aku terkena insomnia mendadak saat ini," ucap Cherry sambil merebahkan kembali tubuhnya.

Pandangan matanya kembali tertuju pada atap langit-langit kamarnya. Entah mengapa lagi-lagi dia teringat akan janji itu. Kemudian dia berkata,

"Pokoknya aku gak mau jadiin badut itu jadi pacar aku. Lagian juga gak ada saksinya. Gak ada seorang pun yang mendengar dan mengetahui janjiku."

Celepik!

Mata Cherry terbelalak ketika sesuatu terjatuh tepat di atas wajahnya. 

Tangan kanan Cherry mengambil benda yang sekarang ada di atas wajahnya. Dalam hatinya berkata,

Kok empuk?

Matanya terbelalak sempurna ketika melihat sesuatu yang kini ada di tangannya.

"Jiaaah… cicaaaak…!" seru Cherry ketika melihat seekor cicak yang berada di tangannya.

Selang beberapa detik kemudian dia melempar cicak tersebut ke sembarang arah dan berlari menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Dibasuhnya wajahnya itu berulang kali dengan menggunakan air yang mengalir dari wastafel. Dia melihat ke arah cermin yang ada di hadapannya, terlihat jelas wajahnya yang masih basah dan dengan nafas yang masih ngos-ngosan seolah dia baru saja bermimpi buruk.

Tiba-tiba dia teringat cicak yang menempel di wajahnya. Dengan segera diambilnya facial wash dan diaplikasikan ke wajahnya hingga berbusa. Kemudian dibasuh kembali dengan air yang mengalir dari kran wastafel yang ada di depannya.

Kini dia merasa lebih bersih dan segar ketika melihat ke arah cermin yang ada di hadapannya.

"Ck, kenapa dia jatuh tepat di wajahku? Apa gak ada tempat lain untuk mendarat?" gerutu Cherry sambil mengusap wajahnya menggunakan tisu.

Tisu tersebut dilempar oleh Cherry ke tempat sampah yang ada di dalam kamarnya.

"Yes!" seru Cherry sambil mengangkat tangan kirinya ketika tisu yang dilemparnya masuk ke dalam tempat sampah.

Dia melemparkan kembali tubuhnya di atas ranjangnya hingga badannya memantul. Setelah itu dia mengambil headset dan memutar lagu pada MP4 player-nya.

Tanpa sadar, lagu-lagu kesayangannya itu membawanya menuju alam mimpinya. Kini dia pun tertidur dan berada di bawah alam sadarnya.

"Pangeran tampan, menikahlah denganku. Aku sangat mencintaimu."

Cherry memohon pada seorang pangeran tampan dengan berlutut di hadapannya. 

Pangeran tersebut tersenyum sangat menawan pada Cherry dan berkata,

"Bangunlah."

Cherry pun bangun dan berdiri tepat di hadapan pangeran tampan itu. Dia terpesona oleh ketampanan pangeran tersebut sehingga tidak bisa berkata-kata.

"Apa kamu masih mau menikah denganku jika aku berubah menjadi seperti ini?" ucap pangeran tampan tersebut seraya memutar badannya.

Tiba-tiba mata Cherry terbelalak dan tanpa sadar dia berteriak,

"Badut… tidak…!!!"

Byur!

Seketika Cherry terbangun dari tidurnya dan duduk dengan nafas yang terengah-engah.

Pandangan matanya tepat mengarah pada sosok orang yang berdiri di hadapannya dengan kedua tangannya yang diletakkan di pinggangnya.

"Loh kok basah," ucap Cherry ketika mendapati bajunya yang lepek terkena air.

Tiba-tiba seseorang yang ada di hadapannya itu menyeringai dan memperlihatkan gayung yang sedang dibawanya seraya berkata,

"Mau merasakan hujan buatan lagi?"

Seketika Cherry beranjak dari tidurnya dan berlari kecil masuk ke dalam kamar mandi yang ada dalam kamarnya.

"Cherry… cepat mandinya gak pakai lama!" seru orang tersebut dari tempatnya berdiri saat ini.

"Siap Mama!" seru Cherry dari dalam kamar mandinya.

Arini, mama Cherry berjalan menuju kamar mandi dan berteriak tepat di depan pintu kamar mandi tersebut.

"Dalam waktu lima belas menit kamu tidak sampai di meja makan, akan Mama potong uang saku kamu lima puluh persen!" 

"Siap Kanjeng Mami!" sahut Cherry kembali berteriak dari dalam kamar mandi.

Arini meninggalkan kamar Cherry sambil terkekeh mengingat tingkah putrinya saat dibangunkannya.

Selang beberapa menit, Arini dan Fahmi sudah menunggu putri kesayangannya di meja makan untuk sarapan bersama.

Fahmi melipat koran yang dibacanya dan meletakkannya di atas meja makan seraya berkata,

"Cherry belum bangun Ma?" 

"Sudah Pa. Palingan juga sebentar lagi turun," jawab Arini sambil meletakkan secangkir kopi di hadapan suaminya.

"Morning Mama… Papa… Cherry berry sweety sudah datang…," seru Cherry dengan riangnya sambil berjalan mendekat ke arah meja makan.

Fahmi dan Arini terkekeh mendengar sapaan rutin dan wajib dari putrinya itu. 

"Kesiangan lagi Cher?" tanya Fahmi pada Cherry yang baru saja duduk di kursi yang ada di depan mereka.

"No… no… no… Cherry sudah bangun dari tadi, hanya saja Cherry pura-pura tertidur," jawab Cherry dengan penuh percaya diri.

"Emmm… pura-pura tidur apaan? Kamu tadi panggil-panggil badut dalam tidur kamu. Pasti kamu mimpi bertemu badut ya? Apa kamu sudah tidak bersin-bersin lagi jika berada di dekat badut?" tanya Arini yang sedang mengoles roti menggunakan selai coklat almond.

Seketika mata Cherry terbelalak. Dia baru ingat jika mimpinya tentang pangeran tampan dan badut yang berada dalam satu tubuh. Dalam hati dia berkata,

Apa artinya ini? Kenapa harus masuk ke dalam mimpiku? Dasar badut sialan!

Bab 3 Sial

Langkah Cherry sangat berat. Badannya terasa lemas setelah mengingat mimpinya. 

Selama kelas berlangsung, Cherry selalu menghela nafasnya, layaknya orang yang sedang tertimpa banyak masalah.

Setelah jam kelas berakhir, Cherry duduk di bangku taman yang ada di bawah pohon rindang.

Tiba-tiba Cherry merasakan ada sesuatu yang terjatuh di atas kepalanya. Dia meraba atas kepalanya dan ekspresinya berubah ketika tangannya menyentuh sesuatu.

"Kok lembek-lembek gini sih?" gumam Cherry sambil menyentuh-nyentuh kepalanya.

Merasa ada yang aneh, Cherry melihat tangannya yang baru saja menyentuh kepalanya.

Matanya memicing melihat benda yang sedikit lembek yang ada di telapak tangannya. 

Merasa agak aneh, Cherry pun membaunya. 

"Weeek… iyek ini mah," rengek Cherry yang ingin muntah setelah membau tangannya.

Bergegas dia berlari ke toilet untuk mencuci tangan dan rambutnya.

Di dalam toilet, Cherry membersihkan tangannya berulang kali menggunakan sabun cuci tangan. Setelah dikira sudah bersih, Cherry membasuh kepalanya menggunakan air yang mengalir dari wastafel dan membersihkan rambutnya menggunakan sabun cuci tangan yang tersedia di samping wastafel tersebut seraya berkata,

"Terpaksa deh pakai sabun cuci tangan. Pasti nanti rambutku kasar."

Beruntungnya toilet tersebut dalam keadaan sepi, sehingga Cherry bisa mencuci rambutnya dengan leluasa di dalam toilet tersebut tanpa harus malu dengan orang lain.

Setelah dirasa sudah cukup bersih, Cherry mengeringkan rambutnya dengan menggunakan alat pengering telapak tangan yang ada di dalam toilet tersebut.

Cherry bernafas lega di depan cermin yang ada di depan wastafel ketika melihat rambutnya sudah kembali bersih dan kering.

Namun, satu yang tidak bisa kembali. Rambut Cherry kini beraroma apel, sama seperti sabun cuci tangan yang ada di wastafel tersebut.

"Sudahlah, gak masalah. Yang penting bersih dan gak bau lagi," ucap Cherry sambil mencium rambutnya.

Tiba-tiba dia dikagetkan oleh getaran yang berasal dari saku celananya. Segera diambilnya ponsel dalam saku celananya itu dan melihat pesan yang baru saja diterimanya.

Dia memasukkan kembali ponselnya dalam saku celananya seraya berkata,

"Yess… traktiran. Lumayan bisa buat menghibur diri setelah kesialan yang melanda diri ini."

Dengan semangatnya Cherry berjalan menuju tempat yang dijanjikan oleh temannya sebagai tempat traktirannya kali ini.

"Cher! Cherry! Sini!" seru seorang perempuan yang melambaikan tangannya ke arah Cherry.

Cherry segera berjalan ke arah perempuan tersebut dan berkata,

"Sudah lama Vit?" 

"Sudah sepuluh menitan mungkin. Dari tadi kami mencarimu tapi gak ketemu. Katanya tadi ada di taman, tapi kita ke sana gak nemuin kamu tuh," jawab Vita sambil meletakkan telapak tangannya pada dagunya.

Cherry menghela nafasnya mengingat apa yang terjadi dalam hidupnya hari ini. Sayangnya, dia enggan bercerita pada teman-temannya. Bisa dipastikan jika teman-temannya itu akan menertawakannya.

"Lia sama Dita ke mana?" tanya Cherry untuk mengalihkan pembicaraan Vita.

"Masih ke toilet. Eh tuh mereka. Panjang umur, baru saja diomongin, langsung nongol orangnya," jawab Vita sambil terkekeh dan menunjuk ke arah Lia dan Dita yang berjalan ke arah mereka.

"Apa? Kenapa?" sahut Dita setelah duduk di kursi yang ada di meja yang sama dengan Vita dan Cherry.

"Si Cherry nanyain kalian berdua," jawab Vita sambil menyeruput minumannya.

"Eh kamu kenapa Cher, sepertinya wajah kamu aneh," sahut Lia sambil menunjuk wajah Cherry yang duduk di depannya.

Sontak saja Cherry memegang wajahnya dan mengusap-usap wajahnya seperti orang yang ketakutan terdapat sesuatu di wajahnya.

"Eh kamu kenapa Cher?" tanya Vita dengan pandangan heran pada Cherry.

Cherry segera mengambil cermin kecil dari dalam tasnya dan melihat wajahnya dari cermin kecil itu.

Helaan nafas lega dilakukan oleh Cherry setelah melihat wajahnya baik-baik saja pada cermin kecil tersebut.

"Syukurlah, aku kira wajahku ada iyeknya juga," ucap Cherry yang terlihat lega.

"Hah?! Iyek?" seru Vita, Lia dan Dita bersamaan.

Suara mereka membuat semua orang yang berada di sana mengalihkan perhatiannya pada mereka.

"Tau ih, aku apes banget. Pasti gara-gara si badut kemarin malam itu aku jadi sial begini. Sampai-sampai kepalaku kejatuhan iyeknya burung," sahut Cherry yang terdengar sangat kesal.

Seketika ada seorang pemuda tampan yang ada di cafe tersebut mengalihkan perhatiannya pada meja Cherry. Dia memasang telinganya lebar-lebar agar bisa mendengarkan percakapan antara Cherry dan teman-temannya.

"Max, maaf aku telat," ucap seorang perempuan dengan perut besarnya.

"Yuki, aku ke sana dulu sebentar," tukas Max sambil menunjuk arah meja Cherry menggunakan dagunya.

Miyuki pun menganggukkan kepalanya. Dia duduk di kursi meja kasir sambil mengusap-usap perutnya yang sudah membuncit.

Max menggunakan topinya untuk menutupi wajahnya dan duduk di kursi yang dekat dengan meja Cherry dan teman-temannya.

Dia mendengarkan cerita Cherry yang menceritakan tentang kejadian di pasar malam dan kejadian sesudahnya. Hingga mimpi dan kejadian tadi di taman pun diceritakan oleh Cherry pada teman-temannya.

Sontak saja Vita, Lia dan Dita tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Cherry, hingga semua pasang mata yang ada di cafe itu melihat ke arah mereka.

Begitu pula dengan Max, dia berusaha keras untuk menahan tawanya agar Cherry dan teman-temannya tidak tahu jika Max menertawakan cerita Cherry.

Tiba-tiba Max teringat akan kartu identitas milik Cherry yang masih berada di tasnya. Segera dia beranjak dari duduknya dan mengambil tasnya yang ada di laci kasir.

"Mau ambil apa sih Max? Nyerimpeti aja tau gak?" gerutu Miyuki pada Max yang sedang mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Diem napa. Lagi pula ngapain sih kamu di sini? Kenapa gak di kantor kamu aja sih? Kenapa juga gak di kantor suami kamu?" omel Max yang sedang sibuk mencari sesuatu dalam tasnya.

Miyuki berdiri dari duduknya. Dia memegang pundak Max dan berkata,

"Aku kan setia kawan. Ini usaha kita bersama, jadi aku juga harus membantumu menjaga cafe ini. Lagi pula di kantor sudah ada kak Kenshin dan aku lagi malas ke kantor Kak Tristan. Lebih baik aku ke kantormu yang ada di atas cafe ini saja ya?"

Secepat kilat tangan Max menarik tangan Miyuki untuk menghentikannya. Kemudian dia berkata,

"Udah, kamu duduk manis di sini saja. Gak usah sok-sokan naik tangga ke kantor atas. Kalau ada apa-apa, aku nanti yang disalahkan sama suami bucin kamu itu."

Setelah mengatakan itu, Max segera meninggalkan area kasir dan berjalan menuju bar. 

Di area bar tersebut, Max membuat minuman favoritnya sambil sesekali melirik ke arah Cherry yang sedang bercanda bersama teman-temannya sambil memakan makanannya.

Setelah beberapa saat, Cherry dan teman-temannya beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kasir.

"Ini Kak voucher diskonnya," ucap Vita sambil memberikan lembaran voucher pada Miyuki yang bertindak menjadi kasir saat ini.

Miyuki pun menerima voucher diskon tersebut dan memasukkannya pada bill tagihan mereka.

"Maaf, apa benar kamu Cherry Putri Atmaja?" 

Tiba-tiba saja ada suara laki-laki yang mengalihkan perhatian Cherry pada saat Vita sedang membayar tagihan makanan mereka.

Cherry merasa terhipnotis melihat ketampanan wajah Max yang penuh dengan pesona. Dia tidak menyadari jika terlalu lama memandang Max dan tidak menjawab pertanyaannya.

Seketika Lia yang berada di samping Cherry menyikut lengannya untuk menyadarkannya seraya berkata,

"Cher, itu ditanya. Buruan jawab."

Sontak saja Cherry tersadar dan berkata,

"I-ya benar, ada apa ya?" 

Max tersenyum manis hingga membuat Cherry kembali terpesona. Kemudian dia mengulurkan kartu identitas tersebut pada Cherry dan berkata,

"Apa benar ini kartu identitas kamu? Tadi badut yang bekerja di sini menitipkannya pada saya."

Dengan cepatnya Cherry mengambil kartu identitas tersebut dari tangan Max seraya berkata,

"Hah, badut?!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!