NovelToon NovelToon

SUDDEN KISS

Bab 1

 

Aku menyukai dia sejak pertama kali aku masuk di sekolah ini. Sejak pertama kali kami mengikuti PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Sejak cowok yang bernama ‘FERO ANTARA’ dan nama panggilannya ‘FERO’ itu membuat pandangan-ku kepada cowok lain tertutup.

Aku benar benar menyukainya pada pandangan pertama, apa bener adanya ‘love at the first sight?’ atau aku hanya berhayal saja saat ini?

 Tapi semakin hari tingkahku semakin aneh, dimulai dengan suka yang kadarnya rendah semakin hari kadarnya semakin bertambah. Sampai pada akhirnya aku menyebutnya obsesi, ya aku benar benar terobsesi padanya.

 Aku mengetahui segalanya tentang dia, tentang apa yang dia suka atau tidak, tanggal lahirnya, nomor wa, jadwalnya sehari hari dan lain sebagainya. Mungkin kalian akan berpikir jika aku saat ini sedang gila, aku sedang menggilai cowok.

Bahkan aku mulai menggunting fotonya yang sering muncul di majalah sekolah dan ku tempel di kamarku. Kamarku sudah dipenuhi dengan fotonya.

 

Bahkan ketika ayahku bertanya “siapa yang kamu tempel di tembok kamarmu ini?” Aku sering berbohong jika itu adalah artis yang sekarang sedang terkenal.

Dia memang terkenal dan popular di sekolah, wajahnya ganteng dan menjadi rebutan cewek cewek di sekolah termasuk aku. Dia bahkan sering memenangkan lomba saint, sedangkan aku yang punya otak pas pasan ini mana mungkin bisa melampaui otaknya. Dia nggak Cuma menang tampang tapi otaknya juga oke.

 

 Kami berada di tingkat sekolah yang sama yaitu kami sama-sama berada di kelas X. Hanya saja kami berbeda kelas. Sekolah kami belum ada penjurusan ketika kami kelas X. Penjurusan baru akan berlaku ketika kami mulai memasuki kelas XI, maka dari itu aku selalu belajar agar ketika kelas XI nanti bisa satu jurusan atau satu kelas dengan dia. Namaku ‘REGITA AZZURA’ dan biasa dipanggil ‘RERE’.

 

Ini adalah seminggu setelah kegiatan masa orientasi siswa. Siang ini aku pura-pura menyamai langkah nya di lobby sekolah menuju ke area parkiran sekolah. Karena aku tau dia bawa motor sendiri, berbeda denganku yang bakalan dijemput mobil oleh supirku. Aku terpaksa berbohong pada supirku jika aku sedang ada tugas di sekolah.

Karena saking tergesa gesa nya aku untuk menyamai langkahnya yang lebar dibanding kaki mungilku ini. Akhirnya aku terjatuh karena ternyata lantainya ini sedang di pel oleh cleaning service, basahlah rokku di bagian belakang karena nabrak ember dan embernya basah kemana mana. Payah! Memalukan sekali, kenapa aku bisa terjatuh di depan dia sih?

Dasar cleaning service, sekolah ini kan luas dan gede banget, nggak ada tempat lain yang mau dia pel? Kenapa harus lantai yang akan ku lewati. Aku berusaha berdiri dan membersihkan rokku yang basah.

 

“Kamu nggak papa?” Tanya Fero.

“Eng… nggak papa kok.” Aku tercengang saat dia menanyakan keadaanku. Ini pertamakalinya kita ngobrol.

 

“Kamu rere kan?” Tanya-nya.

 “Kok tau?” tanyaku heran. Apa aku terkenal disekolah ini? Jantungku berdegub cukup kencang, aku memegang dadaku supaya dia tidak mendengarnya.

“Ya tau aja, kamu yang waktu orientasi sering telat itu kan? Yang pake jam dinding digantung di lehermu sambil teriak namamu trus berjanji nggak akan telat lagi.” Kata Fero.

 Iya aku lupa jika pernah dihukum oleh kakak kelas. Saat itu aku disuruh teriak teriak namaku sendiri sambil berjanji nggak akan telat lagi. Jelas saja semua tau namaku karena teriakanku itu yang super memalukan.

“Kamu pake jaketku aja buat nutupin rokmu yang basah.” Tawarnya sambil menyodorkan jaket hitamnya.

"Nggak papa kah?” tanyaku meyakinkan.

“Kita kan satu sekolah, kamu bisa mengembalikannya besok.”

“Besok lusa ya?” tanyaku sambil meraih jaketnya dan dia tersenyum kepadaku.

“Kenapa?”

“Aku cuci dulu.” Sahutku

“Nggak usah dicuci, nyantai aja.” Kata Fero tersenyum lagi.

 

Sumpah ya, senyuman iklan pasta giginya itu bikin hati jadi lumer, meleleh. Baru saja kami akan melangkahkan kaki lagi dan tiba tiba hujan turun dengan derasnya. Akhirnya kami berdua ditakdirkan menunggu hujan reda.

 

Sebenarnya banyak sih siswa lain yang juga sedang menunggu hujan reda. Hanya saja aku merasa beruntung karena jarakku yang cukup dekat dengannya saat ini. Aku melingkarkan jaketnya dipinggangku untuk menutupi rokku yang basah.

 

“Uda punya pacar?” aku keceplosan bertanya yang nggak penting.

Apa apaan pertanyaanku ini, itu akan membuatnya salah paham. Bodohnya diriku! Aku mengutuki diriku sendiri sambil mengetuk pelan kepalaku. Dasar bodoh! Dia menatapku sebentar kemudian tersenyum.

"Bukan begitu maksudku, jangan salah paham ya. Siapa tau kamu lagi mau jemput pacar trus terjebak hujan, kan kasian pacar kamu ntar.” Kataku kemudian segera meralat pertanyaan bodohku.

“Hujan nya mulai reda, biasanya kalo hujannya deres banget gini nih redanya juga cepet.”sahut Fero yang tidak menjawab pertanyaanku tadi. Aku tidak menyahuti kata katanya, hanya tersenyum simpul mengiyakan ucapannya itu.

“Motormu yang mana?”Tanya nya.

“Yang itu!” jawabku menunjuk asal salah satu motor yang ada di parkiran. Aku bahkan nggak tau bagaimana caranya bawa motor. Aku nggak bisa pake motor.

“Ayo pulang, keburu hujan lagi.”

“Iya, kamu duluan aja.” Kataku supaya aku bisa lolos dari kebohonganku ini.

Dia menaiki motornya, tersenyum kepadaku sebentar dan melaju meninggalkanku sendiri di tempat parkir. Senyum iklan pasta giginya itu sekali lagi berhasil membuat jantungku berdetak lebih cepat. Aku memegangi dadaku takut suara jantungku terdengar.

Aku sangat senang sekali karena bisa berkomunikasi dengannya untuk hari ini. Akhirnya aku menelpon supirku agar menjemputku di sekolah sore ini.

Sesampainya di rumah, aku menyuruh mbak Min mencuci jaket Fero yang dipinjamkan padaku.

“Re, bentar lagi ikut mama arisan ya.” Ajak mamaku.

“Males ma, nggak ada anak seumuranku juga.”sahutku.

“Di rumah nggak ada siapa siapa sayang. Mbak min mau ke dokter nganter suaminya. Ayah kamu juga ada rapat, pasti pulang malem. Kalo kakak kamu sedang ngerjain skripsi di kosan temennya.” Cerocos mamaku.

Akhirnya aku nggak bisa nolak, jadilah aku mengikuti mamaku yang super cerewet ini ke acara arisannya.

Aku memasuki rumah yang lumayan gede. Menemui beberapa ibu ibu arisan dan mama memperkenalkan aku sebagai putrinya. Mereka kebanyakan selfi selfi nggak inget umur, makan makanan ringan dan selebihnya ghibah gag penting. Aku hanya bosan menunggu sambil mainan hape duduk di sofa paling ujung.

 

Sampai pada akhirnya ada seorang cowok membuka pintu dan aku mlogo melihat siapa yang masuk. FERO! Dia cowok yang meminjamkan jaketnya tadi. Dia menyapa ibu ibu arisan ini dengan sopan dan kemudian berhenti karena melihatku. Aku masih melihatnya tak percaya. Omo....!!!

 

 

 

bab 2

 

Dia cowok yang meminjamkan jaketnya tadi. Dia menyapa ibu ibu arisan ini dengan sopan dan kemudian berhenti karena melihatku.

 

“Rere?” tanya Fero meyakinkan.

“Kalian kenal?” Tanya Tante Vera.

“Iya ma, dia satu sekolah sama Fero.” Jawabnya.

“Ini rumah kamu?” tanyaku.

 Ternyata dia anaknya tante Vera. Jelas aja aku kaget, rumah segede ini nggak ada foto yang dipajang sama sekali. Hanya lukisan lukisan saja yang bertengger di tembok ruang tamunya.

 “Iya, kamu ikut aku aja biar nggak bosen di sini.” Kata Fero.

“Baiklah, gimana kalo kalian main bareng aja.” Sahut mamaku.

“Kamu bawa motor kan?” Tanya Fero.

“Rere nggak bisa bawa motor.” Sahut mama. Wajahku langsung memerah, ketahuan banget bohongku. Fero tersenyum geli. Aku pura pura melihat ke arah lain karena malu banget.

“Kalo gitu bonceng aku aja ya, tunggu aku ganti baju dulu.” Kata Fero sambil menaiki tangga rumahnya.

Nggak lama kemudian dia turun dengan mengenakan kaos santai dan celana jeans selutut. Akhirnya kami pamit mau main, dia juga uda bilang ke mama kalo bakalan nganter aku pulang. Mimpi apa sih aku semalam? Bisa ngobrol sama cowok ini, bisa pake jaketnya, bisa masuk rumahnya, bisa dibonceng dia dan bahkan bisa keluar bareng dia.

“Ayo naik!” ajak nya sambil menyerahkan helm kepadaku. Aku hanya menganggukkan kepala dan naik ke atas motornya. Wajahku selalu memerah dan salah tingkah tiap kali berada di dekatnya. Dan dia melajukan motornya itu.

“Kita mau kemana?”tanyaku agak mengeraskan suaraku karena kita ada di jalan raya padat banget. Yang jelas aku menjaga jarak dengannya agar dia nggak denger suara jantungku yang berdetak 10 kali lipat dari biasanya. Bisa sakit jantung mendadak nih aku!

“Ntar juga tau.”sahutnya pelan.

“Apa?” tanyaku lagi pura pura budeg, padahal aku uda denger.

“Ntar juga tau,”katanya agak mengeraskan suaranya.

Akhirnya masuklah motornya di sebuah rumah gede. Dia menggenggam tanganku memasuki rumah itu. aku masih bingung ini rumah siapa? Di sebuah taman di samping rumah itu sudah menunggu 2 cowok dan 2 cewek. Fero masih menggenggam tanganku sampai di depan mereka. Aku mengenal mereka semua, tapi mereka nggak mungkin kenal aku.

 

Cowok yang rambut nya agak berantakan itu Juan, dia teman baik Fero. Jangan Tanya bagaimana dia, dia playboy terbaik di sekolahku. Cowok yang satunya itu bernama Daniel, dia juga cowok tajir hanya saja jeniusnya di atas rata rata. Mereka bertiga adalah cowok yang bikin cewek-cewek di sekolah tergila gila dengan ketampanan mereka.

 

"Kamu kok lama banget sih sayank?” kata maria dengan manja menghampiri Fero dan bergelayut manja di tangan kanan nya sekaligus menyingkirkan tanganku.

 

Jangan Tanya lagi siapa Maria, dia adalah model majalah dan sering muncul di halaman utama majalah sekolah bersama Fero. Hanya saja sering ku potong wajahnya sebelum ku tempelkan foto fero di tembok kamarku. Seketika ada rasa sakit di hatiku ketika dia memanggil Fero dengan sebutan sayang.

 “Sory, aku tadi ada keperluan sedikit di luar.” Sahut fero.

“Dia siapa?” Tanya cewek satunya yang nggak kalah cantik. Namanya April, cantik dan smart, sepertinya dia baik.

“Dia Rere, kebetulan dia tadi di rumahku. Daripada dia bosen jadi aku ajak kesini aja bareng kita.” Jawab Fero.

“Kamu ngajak cewek kesini? Aku nggak lagi mimpi kan? Sejak kapan kamu bisa langsung akrab sama cewek?”Tanya juan menyelidik.

“Iya sayang, jangan asal bawa orang. Kita nggak tau dia beneran baik atau Cuma pura pura baik biar bisa masuk di kelompok kita.” Sahut maria.

“Aku yakin dia baik.” Sahut Fero sambil menarik tanganku supaya duduk di sebelahnya. Akhirnya duduklah aku di sebelahnya.

Ternyata begini kalo ngumpul sama grup terpopuler di sekolah? Membosankan sekali. Ini karena aku yang terlalu bodoh atau gimana sih? Aku bener bener nggak suka pembahasan mereka. Aku ngerasa jadi nyamuk yang nggak di anggap disini. Rasanya lebih membosankan daripada dengerin mama dan genk arisannya berghibah.

Juan yang sibuk dengan ponselnya, maria yang sibuk mencari perhatian Fero, Daniel dan April yang sibuk mengerjakan tugas sekolah. Dan terakhir adalah aku yang sibuk memperhatikan mereka berlima sambil sesekali melihat ponselku juga. Ini uda satu jam lebih dan kegiatanya monoton seperti ini. Aku bisa gila ada di tempat kayak gini. Seseorang? Help me donk!

 

“Kamu bosen ya?” Tanya Fero padaku.

“Iya.” Jawabku keceplosan.

“Bukan gitu maksudku, aku belum terbiasa aja. Aku nggak tau mau ngapain?” jawabku hati-hati.

“Aku anter kamu pulang.” Kata Fero sambil narik tanganku keluar. Aku hanya diam dan berlari kecil dibelakang Fero menuju motornya.

“Kamu nggak takut cewekmu marah?” tanyaku hati-hati.

“Cewek?” Fero balik Tanya melihatku, aku pura-pura melihat ke arah lain karena gugup.

“Maria.” Jawabku lebih hati-hati.

“Ooo… Maria. Dia bawa mobil, dia bisa pulang sendiri.” jawab Fero.

“Dia nggak marah?” tanyaku lebih hati-hati karena menyangkut tentang hati.

“Marah kenapa?” Fero balik Tanya.

“Karena kamu nganter aku, apa dia nggak marah?” tanyaku lagi.

“Kamu terlalu jauh mikirnya.” Kata Fero tersenyum ke arahku.

 Mikir terlalu jauh? Dimana mana tuh yang namanya cewek bakalan cemburu kalo ada cowoknya nganter cewek lain. Atau pemikiran mereka terlalu dewasa ya? Saling memahami? Apakah sejauh itu pemikiran mereka? Dewasa sekali cara berpikirnya. Jelas saja mereka popular, bisa mengendalikan hati sebaik itu. salut deh!

 

“Pake helm nya” kata Fero membuyarkan lamunanku.

 Akhirnya dia mengantarku pulang. Aku turun dari motornya dan mengembalikan helm-nya sambil mengucapkan terimakasih.

“Nggak mampir dulu?” tanyaku

“Uda malem banget juga, kapan-kapan kalo ada waktu.”sahutnya sambil tersenyum manis. Akhirnya aku memasuki rumahku sambil senyum-senyum sendiri.

Ternyata grup terpopuler di sekolah ini nggak seseru yang ku bayangkan. Kenapa ada orang orang aneh kayak mereka yang kalo ngumpul monoton banget? Bercanda kenapa? Apa emang nggak ada topic? Atau karena ada aku jadi mereka diem seribu bahasa? Apa-apaan mereka ini?

 

“Hey… nglamun apaan sih?” Tanya Bebi.

“Apaan sih bi?”sahutku yang sebenernya juga kaget.

“Nglamunin si Fero ya?”tebak Bebi.

“Kok kamu tau?” tanyaku.

“Gimana nggak tau kalo kamu tiap hari cerita soal dia mulu. Bukan aku aja kali yang tau, hampir satu kelas juga tau kalo kamu ngfans sama dia.” Sahut bebi.

 

Emang satu kelas uda tau kalo aku ngfans Fero, begitu hebohnya aku kalo ngfans seseorang. ya sudahlah mau gimana lagi? toh semua juga uda tau kalo aq ngfans banget sama dia.

 

bab 3

 

Siang ini aku dan Bebi masih berada di kelas karena cuaca cukup panas, maka kami berdua memutuskan untuk stay at class dan nggak kemana mana. untungnya kami uda bawa bekal dari rumah.

"Kamu tau kan kalo sekarang itu ulangtahunnya fero?” Tanya bebi antusias.

“Jelas tau lah.”sahutku.

 

“Aku harap kamu jangan kayak cewek-cewek gila lainnya ya, nggak usah ada acara ngasih ngasih dia kado. Punya harga diri dikit.” Kata bebi.

“Apa harga diriku akan turun hanya karena ngasih kado?” tanyaku bingung menatapnya.

“Nurut sama aku kenapa sih? Kamu bisa nggak sih ngfans nya bukan sama dia, kita nggak selevel sama mereka,Re! masih banyak cowok di sekolah ini, lagian sainganmu si maria model top sekolah kita.” Kata bebi putus asa.

“Menurutmu aku ini lagi ngfans atau jatuh cinta sih?” tanyaku sambil memainkan pensilku dan mulai mencoret coret di bagian belakang buku.

“Sejauh ini kamu belom tau perasaan kamu? Apa itu bukan cinta kalo tiap hari kamu cerita dia? Kalo tiap hari kamu slalu nyari kesempatan buat liat dia? Tau dia punya pacar nangis kan kamu, itu uda lebih dari jatuh cinta tau. Gimana rasanya jantungmu kalo ada di dekat dia?”

“Rasanya mau copot.” Jawabku frustasi sambil ngacak rambutku.

“Makanya kamu jauhin dia sebelum kamu terlalu sakit.” Kata bebi.

“Harus gitu ya? Bukannya itu lebih sakit.” Rengekku.

“Mau sakit sekarang atau besok besok?” Bebi memberiku pilihan.

“Nggak mau dua duanya.” Kataku sambil meniup poniku ke atas.

“Kamu pasti sakit hati, Re. kalo nggak sekarang ya suatu saat nanti.” Kata bebi pelan.

“Sama sama akan sakit hati kan, bi? Mending sekarang aku bahagia meskipun akhirnya sakit hati. Daripada sekarang sakit trus di akhir sakit juga, dua kali kan sakitnya?” jawabku polos.

"Bodoh!” sahut bebi sebel mengacak rambutnya frustasi.

 

Pulang sekolah aku sengaja menghindar dari Bebi dan berusaha mencari Fero di lorong sekolah menuju arah parkiran. Dan benar saja aku melihatnya bersama genknya itu dan tentu saja Maria yang bergelayut manja di tangannya. Aku sebenernya Cuma mau ngembali'in jaketnya, tapi kenapa ada rasa sakit ketika melihatnya dengan Maria?

 

 Bodoh banget sih aku, masih untung bisa kenal sama dia. Kenapa aku berharap lebih? Bisa bisanya otakku ini. Dari kejauhan Fero melihat kepadaku dan langkahnya semakin mendekat. Aku nggak punya nyali lebih, akhirnya aku membalikkan badanku membelakanginya.

“Mau kemana Re? jangan bilang mau nyari motormu di parkiran.”kata fero tersenyum padaku.

Segera aku membalikkan tubuhku lagi kearahnya. Jelas saja wajahku langsung langsung memerah mengingat kalo aku uda bohong ke dia kemarin, ngaku ngaku bisa pake motor segala.

 

“Aku… aku sengaja nyari kamu.” Kataku agak gugup.

“Buat apa?” Tanya Maria.

“Jangan bilang kamu jatuh hati sama fero.” Sahut juan terkekeh.

 

“Aku Cuma mau balikin jaket. terimakasih” Kataku tersenyum sambil menyerahkan jaketnya.

“Aku anter pulang ya.” Kata Fero sambil menerima jaketku.

“Nganter?” tanyaku hati hati sambil melihat kearah Maria.

“Aku? aku bisa pulang sendiri.” Jawabku cepat.

“Aku anter.” Kata Fero sambil menarik tanganku menuju motornya yang ada di parkiran. Aku menoleh ke belakang, ngrasa nggak enak hati dengan Maria dan temen lainnya yang menatap kami heran.

Fero membawaku ke sebuah kedai makan pinggir jalan yang menjual berbagai macam makanan yang otomatis buat aku ngiler. Aku hanya tersenyum mengikuti langkahnya, dia menarikku agar aku duduk di sebuah kursi yang dia pilih. Dia melihat lembaran menu yang ada di meja dan menawarkan padaku apa yang aku ingin makan.

 

“Kenapa bawa aku ke sini? Bukannya tadi mau nganter aku pulang?” tanyaku.

“Aku hari ini ulangtahun, anggep aja aku lagi nraktir kamu. Kamu nggak tau kalo aku hari ini ulangtahun?” Fero balik Tanya. Jelas aja aku tau banget semua tentang kamu. Tapi aku bisa apa?

 

"Tentu saja tau.” Jawabku pelan.

“Tau darimana?” tanyanya tersenyum. Aku memutar otak supaya jawabanku nggak terkesan kalo aku lagi ngfans, lagi menyukainya, lagi jatuh cinta padanya apalagi aku lagi menggilainya.

 

“Kebetulan tadi banyak cewek yang bawa kado buat kamu.” Jawabku.

“Kamu nggak bawa kado juga buat aku?”Tanya Fero percaya diri.

“Buat apa? Kado mu juga uda segitu banyak nya sampe kamu tinggal di kelas.”

“Kok kamu tau? Kita kan nggak sekelas?”tanyanya pura pura penasaran.

“Kamu sadar nggak sih kalo kamu terkenal di sekolah, jelas aja aku dengar ketika banyak cewek yang ngomongin kamu.” Kataku tersenyum padanya.

“Kamu mau pesen apa? Aku traktir.” tanyanya terlihat sedikit kecewa mendengar jawabanku.

“Terserah kamu. Samain aja.”jawabku, karena aku nggak tau menu di tempat ini.

“Baiklah.” Jawabnya sambil memesan beberapa makanan pada mbak mbak yang ada di kedai itu. nggak lama kemudian munculah beberapa makanan di meja kita, ada milkshake, waffles, spaghetti, soup dan nachos. Aku menatap heran makanan di depanku, apa dia mau ngehabisin semua ini?

“Sebanyak ini? Apa ada yang mau nyusul kesini juga?” tanyaku heran.

“Ini buat kita berdua. Kamu nggak boleh pulang kalo semua ini belum habis,” ancam Fero.

“Kamu membuat dietku gagal, pacarmu nggak diajak kesini juga?” tanyaku.

“Pacar?” tanyanya sambil memakan spaghetti.

“Maksudku maria.”kataku memperjelas.

“Dia bukan pacarku.”Fero menjelaskan.

“Bukan pacar?” tanyaku meyakinkan pendengaranku.

“Ya, kebetulan kita akrab dari SMP. Karena dia model, dan nggak malu maluin juga kalo dia disangkain pacarku. Akhirnya dia ngaku jadi pacarku biar aku nggak dideketin cewek cewek di sekolah ini. Tapi tetep aja semua cewek mendekatiku. Kecuali…”katanya menggantung.

 

"Jecuali aku?” tanyaku.

“Uhukk… uhuk….” Fero keselek dan meraih milkshake nya.

“Pelan pelan biar nggak keselek.” Kataku sambil terus makan nachos. Kamu pikir aku nggak ngejar ngejar kamu juga? Kamu pikir aku nggak ngfans kamu juga?

“Banyak juga yang nggak ngejar ngejar kamu, bukan aku aja. Pede banget sih kamu jadi cowok.” Sahutku sambil mencoba ketawa supaya suasana cair.

“Ada ya yang nggak ngejar ngejar aku selain kamu?”tanyanya penasaran.

“Banyak” jawabku sambil nyruput milkshake ku juga.

 

“Kenapa?”tanyanya lagi.

“Mungkin dia nggak pede, mungkin dia ngrasa nggak pantes sama kamu, atau mungkin dia beneran nggak suka sama kamu.” Jawabku tersenyum padanya.

“Kalo kamu termasuk yang mana?” tanyanya. Apaan sih pertanyaannya itu. pipiku langsung merah merona karena pertanyaannya. Tiba tiba ponselku bergetar dan ku lihat nama Pak Man di sana. Ampun deh, aku lupa memberitahunya kalo aku keluar sama Fero. Aku diamin panggilannya sampai berhenti sendiri.

“Kenapa nggak diangkat telponnya?” Tanya Fero.

“Nggak papa.” Jawabku.

“Pacar?”tanyanya menyelidik.

“Bukan.”jawabku singkat.

“Trus?”tanyanya lagi. Kepo banget sih ternyata dia?

 

“Pak Man.”jawabku malas.

“Paman? Om kamu?”Tanyanya.

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!