Hujan, mengguyur Jakarta saat ini. dua sahabat yang di pertemukan saat menduduki bangku perkuliahan itu saling berlari menghindari dari derasnya air hujan yang datang ke bumi, sayangnya baju yang mereka kenakan tetap basah karena langkah kaki mereka kalah cepat dengan hujan yang membasahi bumi.
gadis bernama Sandra itu mendengus, merapikan rambutnya yang berantakan tetesan air hujan jatuh di wajahnya.
"Ck, jika tau keadaannya akan begini, aku tidak akan mengikutimu,"gerutunya pada sang sahabat.
"Hy, kau sudah berjanji untuk menemaniku malam ini. Dan kau akan menginap di rumah ku," Dengus gadis bernama Tasya.
"Kau bilang akan di jemput, tapi nyatanya kita sudah seperti gembel menunggu jemputan yang tak kunjung datang," protes Sandra.
"Itu bukan kesalahanku Sandra, supirku saja yang lama."
Keduanya saling diam, karena merasa sudah sangat kedinginan pada tubuh mereka yang basah. Sandra menggosokkan kedua tangannya agar menimbulkan rasa hangat pada tubuhnya.
"Maafkan aku yang membuatmu kedinginan, tapi kau harus ikut aku karena malam ini Papa akan pulang. aku ingin memberikan kejutan untuk papa," ucap Tasya merasa bersalah.
"Tak masalah jika di rumahmu ada makanan," ucap Sandra menaik turunkan alisnya menatap sang sahabat dengan geli.
keduanya terkekeh, saling mengetahui isi dari pikiran masing-masing jika sudah menyangkut dengan makanan.
"Itu sudah pasti ada, kau tenang saja."
"Kau sahabat yang baik," ucap Sandra merangkul Tasya. Memang keduanya sangat amat dekat, tak heran Sandra dan Tasya tak terpisahkan seperti saudara kembar.
"Hahaha, nah itu dia supir ku datang ayo kita masuk aku tak ingin berlama-lama di sini," ajak Tasya semangat.
"Aku pun tak ingin," ucap Sandra tak kalah semangat karena memamg dirinya sudah sangat kedinginan.
Sandra penasaran dengan wajah ayah dari sahabatnya ini pasalnya selama mereka bersahabat sudah hampir dua tahun, ia belum pernah sekali pun bertemu dengan ayah Tasya. Tasya selalu berkata jika ayahnya adalah orang yang sangat sibuk jika sudah bersangkutan dengan pekerjaan yang mengharuskan sang ayah keluar Negeri dalam waktu yang cukup lama.
keduanya sudah berganti pakaian setelah sampai di rumah milik ayah Tasya, pakaian seksi yang mereka gunakan membuat siapa saja memandang mereka ingin sekali memiliki kedua gadis cantik itu.
"Aku penasaran dengan papamu, bagaimana dengan wajahnya? apakah sudah tua dengan keriput di wajah dan rambut beruban atau seperti cerita di novel-novel pria duda yang hot degan sejuta pesona," ucap Sandra penuh dengan rasa penasaran yang luar biasa.
"Oh astaga Sandra, kau tak melihat foto papa ku yang terpajang di ruang keluarga tadi? Ck, kemana saja matamu memandang," degus Tasya memutar bola matanya malas.
"Aku tidak terlalu memperhatikan setiap sudut rumahmu bodoh, dasar menyebalkan."
"Aish, kau selalu mengataiku bodoh. awas kau," ucap Tasya tak terima ketika Sandra terus mengatainya bodoh.
Keduanya asyik melempar bantal dengan brutal, begitulah persahabatan mereka selalu di iringi dengan perkelahian. Namun, tetap saling menyayangi.
Kamar yang tadi nya rapih, kini sudah seperti kapal pecah. Bulu-bulu keluar dari bantal bahkan rambut mereka sudah di penuhi bulu halus berwarna putih itu. Keduanya saling menjatuhkan diri di kasur, nafas mereka tak beraturan karena lelah. Mata mereka hendak terpejam sebelum suara dingin itu menghunus telinga mereka hingga mereka terduduk dengan kaku.
"Beginikah penyambutan untuk papa ketika pulang Tasya," ucap Alex dingin menatap Tasya yang sudah menelan ludahnya kasar. Mata bernetra coklat itu beralih menatap Sandra yang diam terpaku dengan mata tak berkedip. mata yang tajam semakin tajam kala menatap Sandra.
"Bereskan sekarang, dan kau bersikaplah sopan di rumah saya," Tunjuk Alex pada sandra.
Setelah kepergian Alex, ayah Tasya. barulah Sandra bisa bernafas dengan normal, ia menjatuhkan tubuh lemasnya kembali ke kasur.
"Aku tak ingin papa marah, ayo kita bereskan kamarku," ucap Tasya dengan sangat lesu mendengar amarah dari sang papa yang tak terduga.
"Katamu, papa mu akan pulang malam kenapa masih sore sudah sampai," Dengus Sandra merasa deg-degan.
"Aku tak tau jika papa akan pulang secepat ini. Maafkan aku karena aku kau juga terkena amarah papa," ucap Tasya merasa bersalah.
Sandra tersenyum menatap Tasya, "Tidak apa-apa. Berhubung ayahmu masih gagah, jika sudah tua akan ku tendang tulang keringnya," ucap Sandra dengan menggebu membuat Tasya terkekeh.
"Kau jahat sekali, dia papa ku tau." kekeh Tasya menggelengkan kepalanya.
"Hahaha, habisnya papa kamu dingin banget. Tapi aku suka."
"Sembarangan kalau ngomong, tak mungkin kau menyukai ayahku yang sudah tua."
Sandra menaikkan bahunya pertanda ia tak mempermasalahkan semuanya, dengan tangan yang terus aktif membersihkan kamar ia terus mendengar ocehan tak jelas sahabatnya ini.
Toh apa salahnya jika ia menyukai ayah Tasya, suka bukan berarti cinta kan? itulah pemikirannya saat ini. Namun, sahabatnya terlalu lebay mengartikan kata suka yang ia ucapkan tadi.
Happy reading
*********
setelah kejadian di mana Alex memergoki kamar Tasya yang berantakan karena ulah dua gadis itu. Kini, Sandra dan Tasya duduk berhadapan dengan Alex di kursi makan. Sandra duduk dengan kaku, perut nya yang terasa sangat lapar menjadi tidak berselera di kala ayah Tasya, Alex menatapnya tajam. Ia tak bisa mengartikan arti tatapan itu yang pasti bulu kuduknya berdiri, ia merinding di buat oleh Alex. Pria paru baya itu memakan makanannya dengan tenang hanya suara sendok yang beradu dengan piring saja yang terdengar, Tasya yang biasanya begitu cerewet tiba-tiba saja menjadi gadis yang sangat pendiam, mungkin saja ia takut dengan kejadian di mana Alex yang memarahinya tadi dan gagalnya acara kejutan untuk sang ayah.
"Bagaimana kuliahmu sayang?" Akhirnya suara berat Alex terdengar dengan mata yang sudah menatap lembut ke arah Tasya, Alex sadar ia tak seharusnya marah kepada anaknya. Tapi salahkan gadis yang berada di sebelah anaknya, siapa namanya saja Alex tak tau. Dimatanya Sandra terlihat sangat menyebalkan, sehingga Alex selalu menatap tajam ke arah Sandra.
"Hmmm, lancar pah. berkat bantuan Sandra," ucap Tasya tersenyum kecil.
"Sandra?"
"Iya Pah, Sandra yang berada di depan papa, di sebelahku. Dia adalah sahabatku Pah," jelas Tasya.
Sandra hanya bisa tersenyum kecil di saat Alex beralih menatapnya. Uhhh, tatapan itu lagi. Sandra tak bisa melihatnya, tubuhnya lemah jika mendapat tatapan mengimidasi dari Alex.
"Benar, kau yang membantu Tasya?" tanya Alex datar menatap ke arah Sandra.
"Eemmm, hanya sedikit om hehehe," ucap Sandra kikuk tak tau harus menjawab apa. Tenggorokkannya terasa kering sekali bila berhadapan dengan Alex, jantungnya berdetak dengan sangat keras membuatnya tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya sendiri.
"Tasya, mengapa kau bisa berteman dengan gadis yang seperti dia?" Tunjuk Alex dengan matanya kepada Sandra, tatapan meremehkan ke arah Sandra membuat Sandra mengeram kesal, ia tak suka di remehkan. Buktinya ketika ia masih sekolah dulu peringkatnya selalu berada diatas teman-temannya yang artinya Sandra memang pintar, guru-gurunya saja mengakui kepintarannya, tapi om yang berada di depannya ini sudah merehkannya pertemuan mereka saja masih bisa di hitung dengan menit, ck sungguh menyebalkan.
"Sandra baik Pah, dia sangat baik pada Tasya," jelas Tasya yang membela sahabatnya karena memang Sandra sangat baik kepadanya mau membantu mengerjakan tugasnya ketika dirinya merasa kesulitan.
"Cukup om, kalau memang anda tak menyukai saya jangan meremehkan saya. anda baru saja mengenal saya dan begitupun sebaliknya, jadi jangan menilai orang dengan pertemuan singkat saja," kesal Sandra menatap Alex dengan sengit.
"Kau memang gadis pemarah dan menyebalkan," ejek Alex kepada Sandra yang terlihat kesal.
"Aku sudah kenyang sebaiknya aku tidur. Permisi,"ucap Sandra sambil berdiri dan melenggang pergi meninggalkan Alex dengan tatapan yang sulit di artikan dan Tasya dengan tatapan bersalahnya.
Biarlah ia di anggap tak sopan di rumah orang, ia sudah terlanjur kesal dengan ucapan tajam dari Alex, pria tua menyebalkan tetapi entah mengapa selalu berhasil membuat kerja jantungnya menggila ada apa sebenarnya? sebelum-sebelumnya ia tak pernah begini dengan lelaki manapun.
**********
Entah apa yang di pikirkan pria paru baya itu, yang pasti ia merasa bersalah dengan ucapannya yang sudah melukai gadis sahabat anaknya sendiri, ia tak tau dengan dirinya mengapa ia tak bisa mengontrol ucapannya. Hanya saja ia ingin banyak bicara di depan gadis itu. Namun, itu bukan gayanya sekali. Entahlah Alex tak tau dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Setelah makan malam selesai dengan tak mengenakkan Alex memasuki kamarnya tanpa memberi ucapan selamat malam pada Tasya yang tampak marah kepadanya, ia hanya acuh menanggapi kemarahan anaknya yang akan mereda esok.
"Kau mengingatkan ku pada seseorang," gumam Alex yang sedang berdiri di balkon kamarnya, dengan menghisap sebuah batang rokok, sehingga menimbukan asap yang keluar dari mulutnya. sebenarnya ia tak terlalu menyukai rokok, hanya di saat tertentu saja ia menghisap batang kecil itu.
Alex terkesiap ketika melihat Sandra yang juga sedang berada di balkon kamar anaknya, memang kamar Alex dan Tasya berdampingan sehingga jika seseorang berdiri di balkon maka akan terlihat sangat jelas. Alex menelan ludahnya kasar saat tak sengaja matanya memandang ke arah piama yang menerawang yang di pakai oleh Sandra, hei Alex lelaki normal yang bisa terangsang jika di hadapi wanita seksi.
"Belum tidur?"
"Astaga, Om mengagetkan ku," ucap Sandra dengan terkejut.
Alex tersenyum kecil melihat tingkah Sandra ketika sedang terkejut, ia gemas sekali dengan gadis itu. Sejak kapan hatinya berbunga-bunga seperti ini? ini tidak lucu.
"Kau saja yang melamun," ucap Alex santai dengan menghisap batang rokoknya dengan perlahan
"Aku tidak melamun, aku hanya melihat bintang. Om saja yang seperti hantu," ucap Sandra dengan kesal.
"Ck, gadis bodoh. Berani mengatai ku hantu,"ucap Alex mendelik tajam.
"iya Om hantu duda, hahaha," ucap Sandra mengejek membuat Alex kesal.
"Dasar menyebalkan," geram Alex maaih menghisap rokoknya.
"Buang batang tak berguna itu Om hantu, dada ku sesak menghirup asapnya," ucap Sandra kesal.
Alex membuang batang rokoknya yang tinggal setengah, ia merasa kaaihan juga karena Sandra mulai terbatuk-batuk.
"Awas saja kau gadis kecil," gumam Alex berjalan memasuki kamarnya.
*********
Hay semua semoga suka dengan story aku ya, aku pendatang baru di noveltoon. Sebelumnya aku menulis karya aku di *******....
Terdengar suara ribut dari kamar Tasya, suara teriakan terdengar sangat keras. Sandra mendengus ketika Tasya hanya menggeliat dalam tidurnya ketika ia bangunkan. Pasalnya ia harus segera pulang ke rumahnya karena sang bunda sudah menunggu di rumah, ia berdecak kesal ketika melihat Tasya tidur seperti orang mati. Dengan perasaan dongkol Sandra keluar dari kamar Tasya dengan menutup pintu kamar itu sangat keras berharap dengan suara pintu itu Tasya akan bangun. Biarkan saja sahabatnya itu mengomel tentang pintu yang ia banting cukup keras, Sandra sudah terlanjur kesal dengan Tasya.
"Kau ingin merusak pintu kamar Tasya," ucap suara yang terdengar sangat dingin masuk ke gendang telinganya.
"Tidak, aku kesal padanya tidak mau bangun sedari tadi." Cibik Sandra lirih takut dengan tatapan Alex yang membuat tubuhnya melemas.
"Biarkan saja, hari ini tak ada mata kuliahkan. Jadi biarkan saja Tasya tidur," ucap Alex membela Tasya.
"Ck, Om tau tidak, ini sudah pagi dan matahari sudah meninggi bagaimana bisa ia masih tidur nyenyak seperti itu, bagaimana nanti jika dia sudah menjadi seorang istri? Aku menyuruhnya bangun karena aku ingin pulang bunda sudah menunggu di rumah," jelas Sandra kesal.
"Kau ingin pulang, ya tinggal pulang saja. Pintu sudah terbuka dengan lebar di sana," ucap Alex datar menunjuk pintu utamanya yang memang sudah terbuka membuat Sandra kesal dan menghentakkan kakinya.
"Aish, kamu menyebalkan om. Apa semua orang tua itu menyebalkan?" dengus Sandra
"Hei, anak kecil. Aku tidak setua itu, kau tau. Dasar anak kecil," ucap Alex tak terima.
"Sudahlah om tak usah banyak mengoceh, aku mau pulang. Dasar semua tak ada yang peka," gerutu Sandra meninggalkan Alex yang melongo heran melihat sikap Sandra yang seperti anak kecil sedang mengambek pada ayahnya.
Sandra keluar dari rumah mewah Alex dengan gerutuan yang selalu terlontar di bibirnya, dari umpatan sampai sumpah serapah ia ucapkan untuk Alex pria tua yang tak peka. Sialnya Sandra tak punya aplikasi ojek online, dengan berat hati ia harus menunggu di depan pagar rumah Alex.
"Bunda pasti sudah mengomel tak jelas sekarang,"ucap Sandra dengan lirih melihat jam tangannya.
tinnn......
"Ayo masuk!" ucap suara dingin itu dengan penuh perintah, siapa lagi kalau bukan Alex yang sudah menghentikannya mobilnya di samping Sandra.
"Aku sedang menunggu Taxi Om,"ucap Sandra malas.
"Cepat masuk, atau saya tabrak kamu," ucap Alex kesal karena Sandra tak kunjung masuk padahal ia sengaja menutunkan egonya untuk mengantarkan Sandra pulang ke rumahnya.
"Ck, Om-om menyebalkan," gerutu Sandra kesal dengan menghentakkan kakinya dan masuk kedalam mobil mewah Alex.
Brak..
"Kau mau merusak pintu mobilku juga?" tanya Alex dengan dingin melihat sikap bar-bar dari Sandra
"Tidak sengaja Om, hehehe," ucap Sandra kikuk mendapat pelototan tajam dari Alex.
Mobil Alex sudah melaju dengan cepat, sepanjang jalan hanya ada keheningan tak ada satupun yang membuka suara, Alex fokus dengan kemudinya sedangkan Sandra sibuk dengan handphonenya membalas pesan dari sang bunda yang menanyakan keberadaannya sekarang. Sandra tak sadar jika ada yang sedang menatapnya kesal, ia merasa di duakan dengan benda kecil itu. dengan kesal Alex merebut handphone Sandra dari tangan gadis itu.
"Om, kembaliin ih," kesal Sandra hendak mengambil handphonenya yang berada di tangan Alex.
"Jangan terlalu fokus pada benda tak jelas ini, di dalam mobil ada saya juga. Hargai saya yang sedang mengantarkanmu pulang Sandra,"geram Alex. Entah mengapa ia merasa sangat tak suka saat Sandra terlalu fokus dengan ponselnya.
"Ck. Aku harus membalas pesan penting Om, lebih penting dari harus berbicara denganmu,"ucap Sandra yang terus berusaha mengambil ponselnya dari tangan Alex tetapi tidak bisa.
"Kau membalas pesan siapa? Pacarmu? Masih kecil sudah pacaran. Kau sangat berdampak buruk terhadap anakku Tasya," kesal Alex merasa hatinya memanas entah mengapa.
"Kalau aku membalas pesan dari pacarku, memangnya kenapa? Om cemburu?" Tantang Sandra melihat gelagat Alex yang seperti cemburu padanya membuat hatinya menghangat dan tersenyum geli.
Alex melihat ke arah Sandra, ia juga kaget dengan refleks dirinya. ia kenapa sih? Tak mungkinkan menyukai anak kecil yang sebaya dengan anaknya, yang benar saja. ia sudah gila sepertinya. dan apa tadi katanya ia 'cemburu' tak mungkinlah!
"Cemburu? Haha aku cemburu dengan anak kecil sepertimu, tidaklah dan tak akan pernah mungkin," kekeh Alex dengan menatap Sandra dengan geli.
"Ya sudah kembalikan handphone ku, aku ingin membalas pesan kekasihku,"ucap Sandra kesal sehingga ia berbohong pada Alex jika dirinya mempunya kekasih. Namun, faktanya Sandra tak mempunyai kekasih sampai sekarang.
"Tidak akan!"ucap Alex kembali datar dan menyembunyikan ponsel Sandra di saku celananya.
"Dasar orang tua aneh, kembalikan tidak Om," ucap Sandra yang berusaha mengambil ponselnya membuat Alex menjadi tidak fokus pada kemudinya saat tangan Sandra menyentuh pahanya.
"Hei apa yang kau lakukan Sandra? kita bisa celaka," teriak Alex tajam membuat Sandra menghentikan gerakan tangannya untuk berusaha mengambil ponselnya yang sudah berada di saku celana Alex.
Ciittt....
Alex mengerem mendadak mobilnya saat merasakan tubuh Sandra sangat dekat dengan dirinya hingga wangi tubuh Sandra tercium oleh hidungnya membuat sisi dalam dirinya menegang.
Sial!
Mengapa reaksi tubuhnya seperti ini ketika hanya berdekatan dengan Sandra? sebelumnya ia tidak pernah seperti ini ketika banyak wanita mendekatinya
"Om kok berhenti mendadak sih, sakit tahu Om," ucap Sandra mengelus keningnya yang terbentur dada Alex cukup keras.
"Ini semua karena kamu, kita hampir celaka. Dasar gadis ceroboh!" dengus Alex mencoba menetralkan detak jantungnya yang menggila hanya menatap mata Sandra.
"Kok aku sih Om, aku kan hanya mencoba mengambil ponsel ku saja. Ini semua salah Om tahu yang mengambil ponsel Sandra seenaknya saja," protes Sandra.
"Diam! Atau aku turunkan kamu di jalan," ancam Alex dengan dingin.
"Kembaliin dulu ponsel Sandra," lirih Sandra menunduk takut ke arah Alex.
"Sandra takut bunda nanti mencari Sandra yang tak kunjung pulang Om," lanjut Sandra membuat Alex bernafas lega ketika mengetahui Sandra membalas pesan dari ibunya bukan dari pacarnya.
"Nih!"
Sandra tersenyum dan dengan semangat mengambil ponselnya yang berada di tangan Alex.
"Terima kasih Om hantu duda."
*************
Simpan cerita ini ke favorit kalian ya ! semoga suka
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!