"Permisi Nona Ghe..... Ada jadwal berjumpa Client hari ini di restoran Pasific," ucap seorang lelaki tampan yang terlihat begitu elegant layaknya seorang milyader.
Seorang wanita yang terlihat begitu fokus dengan dokumen di hadapannya segera mengangkat pandangannya ke arah Jeco.
"Apa semua dokumennya sudah kau siapkan?" tanya Ghea yang kembali mengalihkan pandangan ke arah laptop setelah melihat ke arah asistennya sekilas.
"Sudah nona," jawab Jeco mantap.
"Baiklah.... Ayo kita berangkat!!" ucap Ghea sembari meraih jaz berwarna Marun dan mengenakannya.
"Baik non...." Jawab Jeco mengangguk menyanggupi ucapan atasannya.
Lelaki itu mengekor Ghea sampai ke lobby gedung, tak lama berselang sebuah mobil mewah terparkir di hadapan keduanya.
Seorang lelaki dengan seragam security keluar dari kursi pengemudi. Lalu dengan sedikit berlari kecil dia membukakan pintu untuk Ghea
Wanita berambut Hitam bergelombang itu segera mendudukkan dirinya di dalam mobil mewah berwarna Merah metalik di hadapannya.
Mobil melaju dengan pelan dan anggun. Terlihat jelas jika ada supir handal yang mengemudikannya.
Tak sampai 5 menit mobil sudah terparkir di depan restoran mewah dengan dekorasi modern yang begitu menarik.
Ghea mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat, hal yang seharusnya sudah menjadi pekerjaan asisten pribadinya.
Ia memang sengaja tak membooking meja terlebih dahulu karena menurutnya itu hanya pertemuan biasa.
"Di sebelah sana nona," ujar sang asisten menunjuk sebuah meja dengan telapak tangannya, Seorang wanita nampak sedang asyik membuka dokumen yang ia bawa. Ghea sudah bisa menebak jika wanita itu sedang mempersiapkan presentasinya.
Ghea segera berjalan ke arah meja yang sudah di tunjuk oleh Jeco.
"Ghea....." Pekik seorang wanita yang tiba-tiba mengangkat pandangannya saat Ghea menghampiri meja tersebut.
Nampak jelas sekali jika wanita itu terkejut dengan kedatangan Ghea ke mejanya. Ghea pun sama terkejutnya dengan wanita tersebut.
Sudah dua tahun lebih ia tak pernah berkomunikasi dengan teman-teman satu angkatan dari kampusnya, jadwalnya memang sangat padat setelah ia menjabat sebagai CEO perusahaan milik ayahnya.
"Hey..... Apa kabar ?" sapa Ghea sambil menjabat tangan Selly.
"Baik..... Kamu gimana Ghea?" jawabnya dengan lembut.
"Seperti yang kamu lihat, apa aku terlihat tidak baik?" Jawab Ghea sembari tersenyum.
"Aahhh...... Kamu terlihat jauh lebih baik dan cantik sekarang, akupun merasa iri melihat penampilankamu" puji wanita itu dengan sedikit tersipu.
Ghea hanya tersenyum simpul menanggapi pujian kawannya.
"Apa kamu dari perusahaan Star??" Tanya Ghea memastikan jika ia tak salah meja kali ini.
"Iya Ghe....." Selly menutup mulut dengan telapak tangannya, ia menyadari sesuatu.
"Apa kamu.....??" Wanita dengan rambut sebahu itu membulatkan mata hitamnya.
"Iya betul.... Kami dari ZK Corp, lebih tepatnya dia sih. Aku hanya menemaninya saja," Ucap Ghea sembari merebut dokumen di tangan Jeco lalu tersenyumke arah Selly.
Jeco sedikit tertegun dengan tindakan Ghea.
"Pak.... Perkenalkan, ini teman saya" Ucap Ghea memperkenalkan Selly kepada Jeco.
Jeco segera tau maksud Ghea barusan, ia segera mendalami perannya.
"Silahkan duduk pak!!" ucap Ghea mempersilahkan Jeco menghampiri kursinya.
"Kita bicarakan pekerjaan kita dulu ya! nanti kita lanjutkan mengobrolnya," Ucap Ghea sembari meletakkan dokumen ke atas meja.
Lalu ketiganya mulai terlihat asyik dengan pembicaraan bisnis yang sedang mereka rencanakan.
Sampai beberapa jam pun berlalu dan ketiganya sudah menyelesaikan rencana kerjasama mereka dan di lanjutkan dengan makan siang bersama.
"Bolehkah saya stay disini dulu pak? saya sudah sangat lama tak berbincang dengan kawan saya satu ini?" Tanya Ghea bertanya kepada Jeco.
Tentu saja Jeco hanya bisa mengiyakan ucapan Ghea karena aktingnya pun adalah perintah. Lalu lelaki tampan tersebut segera meninggalkan kedua wanita itu mengobrol bersama.
"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Ghea basa basi.
Selly menjentikkan jarinya.
"Aah.... Semuanya beres sesuai perkiraan, hanya tinggal dengan perusahaan ZK ini saja yang belum. Kamu tau sendiri kan jika perusahaan Star sudah beberapa kali mengajak perusahaan ZK untuk kerjasama. Dan mirisnya, belum ada yang berhasil, aku pun tak yakin jika ini akan berhasil. Jika ini berhasil maka aku tinggal menunggu jadwal kepulanganku besok" Jawab Selly memainkan bolpoin di tangannya.
Ghea hanya mengangguk mendengar jawaban Selly. Itu bisa menjadi bahan pertimbangan untuk Ghea menerima tawaran kerjasama dari perusahaan Star. Meski sebenarnya Ghea tak ingin menjalin kontrak kerjasama dengan perusahaan tersebut karena riwayat perusahaan tersebut yang terancam bangkrut.
"Bagaimana dengan teman-teman yang lain, apa mereka juga baik-baik saja?" Mata Ghea berbinar.
Sudah lebih dari 2 tahun Ghea tak pernah bertemu satupun kawan kuliahnya, jadi ia tak tau kabar mereka sekarang.
"Hampir semua baik-baik saja. Lalu bagaimana hubungan kamu dengan Alexa?"
"Kenapa kamu tak datang ke pernikahannya?" Tanya Selly santai sambil meraih segelas moccacino dingin di hadapannya.
"APAA......" Tentu saja Ghea terkejut mendengar ucapan Selly.
"Apa kamu serius? Dengan siapa?" Hanya dua pertanyaan itu yang mampu keluar dari mulut Ghea, meskipun banyak pertanyaan lain yang harus ia ketahui jawabannya juga.
Seketika raut muka Selly berubah pucat. Sampai-sampai ia lupa untuk menjawab pertanyaan Ghea.
"Apa ada masalah di antara kalian?" Tanya Selly dengan cemas.
Ghea mengambil nafas panjang sebelum ia berkata.
"Aku masih sesekali berhubungan dengannya lewat email. Tapi sudah hampir setengah tahun ini dia seperti menghilang. Dia tak pernah membalas satupun email yang aku kirim" Jelasnya sambil menatap kosong secangkir kopi yang asapnya mengepul halus.
"La....Lalu..... Bagaimana dengan Faruq?"
Tanya Selly dengan sedikit tergagap. Ia tau jika pertanyaan itu tidak terlalu bagus untuk ia tanyakan. Tapi rasa ingin tau tentang hubungan mereka begitu mengintimidasi fikirannya.
"Apa kamu juga bertemu dengan Faruq di pernikahan Alexa?" Raut muka Ghea seketika berubah datar.
Selly hanya bisa diam, ia tak tau harus berkata bagaimana kepada Ghea.
Tuk....
Selly memukul kepalanya sendiri, menyadari kebodohannya.
Ghea memandang Selly dengan tatapan dingin. Ia berharap bisa mendapat jawaban yang tepat dari Selly.
Selly yang merasa bingung hanya bisa menyeringai masam sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Anu Ghe....." suara Selly bahkan tertahan di kerongkongan karena kegugupannya.
"Alexa..... Menikah..... Dengan..... Faruq....." Begitu pelan Selly menjelaskan. Ia takut itu akan menjadi racun untuknya sendiri.
Mata Ghea membelalak. Ia begitu syok mendengar pernyataan dari wanita di hadapannya. Tubuhnya bergetar bagai di sambar listrik ribuan volt.
Selly yang melihat ekspresi Ghea hanya bisa menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi ketegangnya.
"Ka.... Kamu serius Sell....?" Terdengar jelas bagaimana bergetarnya suara Ghea, seketika air mata menggenang di pelupuk matanya.
Selly yang bingung harus berbuat apa Hanya bisa mengangguk menanggapi pertanyaan dari Ghea. Matanyapun ikut memerah ketika melihat Ghea mulai menitikkan berlian bening dari ujung matanya.
Ghea tak menyangka sama sekali jika sahabat yang paling ia percaya malah sekarang menikah dengan pacarnya.
Pengkhianatan kedua orang itu membuat Ghea kehilangan kekuatannya seketika. Perlahan dari ujung matanya mulai mengalir cairan bening yang membuat seluruh mukanya terasa panas dan memerah.
Dengan sedikit kasar ia tenggelamkan wajahnya ke dalam lipatan kedua lengannya. Dadanya sesak, nafasnya mulai brutal, punggung Ghea naik turun tak beraturan.
"Apakah aku menangis?" pikir Ghea dengan kacau. Ia sangat ingat jika ia tak pernah menangis setibanya ia di Jakarta sejak 2 tahun terakhir.
Selly menarik kursi agar lebih dekat dengan Ghea dan bisa mengelus punggungnya. Ia merasa sangat menyesal sekarang. Mungkin tidak seharusnya ia mengatakan hal ini, tapi akankah itu lebih baik?. Belum tentu juga.
"Maafkan aku Ghe.... Harusnya aku tak mengatakan ini" ucap Selly yang juga menangis melihat betapa sedihnya Ghea.
"Tidak Sell.... Kamu tidak salah" Jawab Ghea pelan dengan suara yang parau.
15 menit berlalu dengan cepat, Selly masih setia menemani Ghea yang belum usai dengan tangisnya.
DDDRRRTTT
Ponsel berwarna baby pink milik Ghea bergetar halus di atas meja. Namun suara halus itu sudah cukup untuk membuat Ghea teralihkan dari tangisnya. Ia raih dan dekatkan ponsel itu ke telinganya.
"Nona Ghea....." Ucap Jeco yang berbicara di balik ponsel.
"Bagaimana?" Tanya Ghea sembari menyeka buliran bening di bawah matanya.
"Rapat dengan para dewan komisaris sebentar lagi di mulai" Jelas Jeco dengan pelan. Ia tau jika atasannya itu sedang bersedih, sangat jelas terdengar dari suaranya yang parau.
"Baiklah......" Jawab Ghea singkat.
Selly yang masih sedikit sedih seketika membelalakan matanya ketika ia mendengar samar suara di dalam ponsel Ghea. Ia merasa jika jabatan Ghea bukanlah jabatan umum di perusahaan itu.
"Rapat dengan Dewan??? Wow..... Jabatan kamu sepertinya cukup bagus ya Ghe...." Puji Selly mencoba untuk mengalihkan kesedihan Ghea.
"Jabatan kecil saja ini Sell...." Jawab Ghea sembari tersenyum manis meski ia paksakan. Baru beberapa menit lalu ia mendapat kabar yang cukup membuat jantung Ghea handak melompat dari tempatnya, tentu sesak dari rasa sakit hati itu masih cukup menghujam dadanya, sampai ia kesulitan untuk tersenyum.
"Apa tadi itu atasanmu?" Tanya Selly sambil berbisik, Ghea hanya mengangguk.
"Kenapa kamu harus kecewa kehilangan lelaki seperti Faruq? Sedangkan atasanmu aja gantengnya bukan main" Selly memuji ketampanan Jeco yang memang sangat menawan.
"Aku tebak dia belum menikah kan???" Tanya Selly yang sedikit penasaran juga dengan status
Ghea hanya bisa terkekeh kecil. Candaan dari Selly cukup membuat Ghea sedikit tenang.
"Sebenarnya masih banyak yang ingin aku bincangkan. Tapi maaf sekali, aku malah mengacaukan segalanya" ucap Ghea sembari berdiri dari kursi. Ia berusaha untuk tersenyum meski dadanya masih terasa cukup sesak.
"Aku yang minta maaf Ghe..... Aku yang mengacaukan semuanya" Selly merasa bersalah.
"Ah sudahlah..... Lain kali aku akan berkunjung ke rumahmu, kita bisa berbincang lebih jika aku kesana" ucap Ghea sambil menggenggam pundak Selly.
"Aku akan mengantarmu pulang, ayo...." Ajak Ghea menggandeng tangan Selly.
"Thankyou...." ucap Selly tersipu.
"Ngomong-ngomong..... Kamu akan menghadiri rapat dengan para dewan. Berarti kamu punya kedudukan penting di kantormu ya....." Tanya Selly yang merasa sedikit penasaran dengan status Ghea di kantornya.
"Ah tidak..... Itu hanya jabatan kecil saja Sell......" Jawab Ghea merendah.
......................
Suasana hening langsung terasa ketika Ghea mulai memasuki rumah megahnya yang berada di lingkungan elite.
Ia memang hanya tinggal sendiri di rumah sebesar itu. Papa Ghea tinggal di rumah lain bersama dengan istri baru dan kakak kandung Ghea, juga seoarang anak laki-laki dari istri baru papa.
Rasa penat setelah sehari bekerja membuat wanita yang masih mematangkan kedewasaannya itu berjalan malas ke dalam kamar.
Ruangan yang luas dengan tema warna blue grey membuat kamar Ghea terlihat cantik dan cukup elegan. Dipan besar berada tepat di sisi kanan kamar dengan sebuah meja nakas di sisi kiri.
Ia lemparkan tubuhnya yang lelah ke atas kasur dengan kasar. Matanya menerawang jauh ke dalam ingatannya yang telah lampau.
Sesuatu yang hangat mulai mengalir lagi dari kedua sudut mata Ghea. Sedetik kemudian dadanya mulai kembang kempis tak beraturan.
"Hentikan Ghea.....!!!!" dia membentak dirinya sendiri. Ia seakan tak terima dengan kondisinya yang seperti ini. Menurutnya itu hal menjijikkan. Tak seharusnya dia bersedih untuk seorang pria dan seorang sahabat yang telah mengkhianatinya.
"Kenapa aku bodoh...... Mereka tak ada apa-apanya denganku sekarang..... Aku jauh lebih baik dari mereka berdua" Bentak Ghea sambil sesekali mengusap air matanya.
"Aku akan menunggu sampai kamu kembali Ghe......." ucapan lembut dari Faruq masih saja terngiang di telinga Ghea.
"Lelaki busuk..... Kenapa aku mempercayai kata-katanya begitu saja sih......" Ghea kian geram dengan dirinya sendiri.
Mata sembabnya menatap sebuah bingkai foto dengan gambar dirinya dan Faruq yang terlihat cukup imut saat mereka tertawa bersama. Tepat di samping kiri ada foto Ghea dengan Alexa, yang terlihat cukup bahagia memamerkan gelang persahabatan mereka.
Dengan cepat Ghea meraih kedua bingkai foto itu lalu melemparkannya dengan kasar ke arah lantai.
PRRAANGG
Bingkai kaca dengan aksen bunga itu pecah. Lalu masih dengan isakan yang keras Ghea mendudukan dirinya di tepian ranjang sambil menelungkupkan kedua telapak tangan pada wajahnya yang seketika terasa panas.
Ini kali pertamanya ia merasa di sakiti oleh seorang pria, dan itu membuatnya merasa sangat tersiksa.
Di belahan bumi yang lain nampak Faruq yang pulang ke rumahnya seusai kerja.
"Kamu sudah pulang...." Sapa Alexa yang sudah genap 2 bulan tinggal bersama Faruq.
Faruq hanya mengangguk pelan sambil menutup pintu.
Alexa yang memang menunggu Faruq pulang segera bangkit dari duduknya dan menghampiri lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya itu. Tetapi Faruq terlihat cuek dan berlalu begitu saja dari ruang tamu tanpa mempedulikan Alexa sama sekali.
Pada dasarnya Faruq memang tak pernah menyukai Alexa, ia hanya terlalu emosi dan sakit hati saat mendengar dari Alexa jika Ghea telah banyak menipu Faruq selama ini.
Terlebih lagi saat Faruq menerima email dari Ghea yang mengatakan bahwa ia sudah menikah dengan seorang lelaki yang jauh lebih baik dari Faruq.
"Aku yang mencintai kamu Fa.... Bukan Ghea. Selama ini dia telah berbohong kepadamu" Kata-kata Alexa terus saja terngiang di telinga Faruq.
Hati Faruq yang begitu rapuh saat mengetahui kebenaran tentang Ghea seketika termakan oleh tipu daya Alexa dan Faruq mempercayai semua ucapan Alexa.
Ia ingin memastikan sesuatu saat itu. Dan Faruq datang ke rumah Alexa atas permintaan Alexa. Dan entah apa yang terjadi selanjutnya, Faruq terbangun di dalam kamar Alexa dengan badan yang sudah bertelanjang dada. Dirinya pun menjerit sampai ketahuan oleh orang tua Alexa yang memang sudah pulang pagi itu.
Sampai saat ini Faruq tak tau pasti apa yang sebenarnya terjadi di antara dirinya dengan Alexa. Ia tak mengingatnya.
Yang Faruq ingat hanya kedatangannya ke rumah Alexa dan saat ia terbangun pagi harinya, pada akhirnya Faruq menikah dengan Alexa atas tuntutan dari orang tua Alexa. Tentu ia tak mau jika anak gadisnya jadi bahan gunjingan para tetangganya. Memori itu begitu saja melekat di fikiran Faruq dan membuatnya merasa jengkel. Semuanya terjadi begitu cepat sampai ia sulit mempercayai ini semua.
Apa kamu sudah makan malam?" Tanya Alexa dari ruang tamu.
Faruq yang belum sampai kamar menghentikan langkahnya.
"Aku sudah bilang kan, jangan pernah memasak untukku..... Simpan saja tenagamu untuk hal yang lebih berguna" Jawab Faruq ketus, lalu ia segera masuk ke dalam kamar dan membersihkan dirinya.
Di ruang tamu Alexa hanya bisa menangis, ia tak menyangka jika Faruq yang ia kenal sebagai lelaki dengan penuh kelembutan, bisa berubah drastis saat bersama dengannya.
Alexa merasa sangat menyukai Faruq saat melihat betapa lembut dan romantisnya ia memperlakukan Ghea, ia berfikir jika Faruq adalah sosok lelaki yang Alexa cari selama ini.
Hati Alexa selalu sakit setiap melihat kebahagiaan Faruq dan Ghea. Ia berfikir jika Ghea telah mendapatkan banyak kebahagiaan, seharusnya lelaki sesempurna Faruq bisa menjadi milik Alexa. Untuk itu Alexa berusaha mendapatkan Faruq.
Apalagi saat mendengar bahwa Ghea harus melanjutkan sekolah di Jakarta agar bisa meneruskan perusahaan ayahnya. Rasa iri di hati Alexa kian besar.
Alexapun kian gencar menyusun rencana agar keduanya bisa berpisah dan Faruq bisa menjadi milik Alexa seutuhnya.
Kini rencana itu telah berhasil, tapi nyatanya kebahagiaan yang sangat ia idamkan itu tak pernah Alexa dapatkan. Ia tak pernah bisa merebut hati Faruq dari Ghea, meski ia sudah mengarang sebuah cerita untuk mengelabui keduanya.
"Kenapa si Ghe..... Kamu selalu lebih beruntung dari aku" omel Alexa sendirian.
Dengan sedikit kesal Alexa merapikan meja makan yang sudah susah payah ia siapkan untuk Faruq. Namun usaha itu tak pernah mendapat apresiasi bagus dari suaminya.
Alexa sudah sering mendapat perlakuan serupa, tapi ia masih enggan untuk menyerah begitu saja.
Di dalam kamar Faruq membuka laptopnya, sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah. Ia membuka email untuk mengecek pesan yang masuk. Tapi wanita yang ia tunggu tak pernah memberinya kabar lagi setelah pesan terakhirnya yang mengatakan bahwa ia akan menikah. Itu sudah lebih dari setengah tahun yang lalu.
"AARRRGGGHHHH"
Pekik Faruq merasa kesal. Ia tau jika Ghea telah mengabaikannya, tapi rasa cinta di dalam hatinya masih saja bertahan di sana.
Ia berusaha keras untuk bisa melupakan Ghea tapi usahanya belum bisa membuahkan hasil. Yang ada dia malah semakin rindu dengan wanita yang seharusnya ia benci itu.
Faruq juga sudah berusaha menerima nasib dan mencoba berdamai dengan keadaan. Namun saat ia berusaha menerima Alexa, di saat yang sama pula rasa bencinya kepada wanita itu malah kian menjadi.
Ia bahkan sering menginap di kantor karena merasa malas untuk bertemu dengan Alexa ketika ia pulang ke rumahnya.
......................
"What.....???"
Papa Ghea merasa sangat terkejut saat mendengar penjelasan dari anak perempuannya itu.
Ghea langsung menggigit bibir bawahnya, ia tau jika papanya tak akan mudah untuk dimintai ijin atas cutinya.
"Kalo memang Ghea mau istirahat dulu, berilah dia waktu beberapa hari pah.... Kasihan dia" jawab seorang wanita yang terlihat sangat cantik dengan pakaian modisnya.
Ghea memandang ibu tirinya dengan dingin. Ia tau jika maksud ibunya memberi ijin itu karena ada suatu hal lain yang mungkin akan ia rencanakan.
Pak Morgan memandang Ghea dengan tatapan penuh tanya. Ini sangat tidak biasa, ia tau jika anaknya sangat disiplin dan begitu kompeten tentang masalah perusahaan. Jadi sangat mencurigakan jika ia mengambil cuti secara mendadak dengan alasan yang terdengar kurang logis.
Ghea menyeringai lalu tersenyum lebar untuk meyakinkan papanya.
"Aku hanya mengambil cuti beberapa minggu pah..... Aku merindukan kampung halamanku" Ghea mencoba bernegosiasi dengan orangtuanya.
Pak Morgan hanya menghela nafas kasar, kemudian melanjutkan sarapan paginya. Ia berfikir percuma saja berdebat dengan anaknya yang satu ini. Pak Morgan sangat faham jika Ghea punya pendirian yang kuat untuk tetap bertahan dengan keinginannya.
Ghea tersenyum puas, meski tak mengatakan apapun, ia tau jika papanya menyetujui permintaannya dengan terpaksa atau bisa di bilang menyerah untuk bernegosiasi.
"Waah..... Kamu punya bakat menaklukkan lawan bicaramu hanya dengan senyuman yah....." Puji Daren kakak Ghea dengan terkekeh.
Lagi-lagi Ghea hanya menyeringai.
"Daren..... Kamu bantu papa mengawasi perusahaan selagi adikmu mengambil cuti" ujar pak Morgan sambil memasukan sepotong roti ke dalam mulutnya.
Seketika Daren menggerutu.
"Kenapa harus aku? Aku punya kesibukan sendiri pa....." jawab Daren sambil mencibirkan bibirnya ke arah Ghea.
Ghea hanya menunduk sambil terkekeh kecil.
"Biar saja Daren fokus dengan studynya, kan masih ada Roy. Dibanding Daren, sepertinya Roy akan jauh lebih baik untuk menggantikan Ghea sementara waktu" ujar bu Cristine.
Sontak semua orang yang ada di meja makan terdiam. Mereka semua tau jika Roy memang lebih baik, tetapi melihat raut muka dan gelagat bu Cristine membuat mereka berfikir jika bu Cristine telah merencanakan suatu hal untuk merebut perusahaan dari keluarga pak Morgan. Tentu saja mereka harus waspada.
"Bukankah Roy sudah kuliah di jurusan yang sesuai untuk memimpin perusahaan, dan juga ia sudah mulai ikut andil dalam beberapa pekerjaan di dalam perusahaan. Setidaknya ia punya pengetahuan lebih di bandingkan dengan Daren"
Wanita itu berkata panjang lebar tanpa mengangkat pandangannya sedikitpun. Ia hanya fokus berkata sembari memotong sanwich di hadapannya dengan pisau dan juga garpu.
Pak Morgan hanya bisa menelan ludah untuk mengurangi kegugupannya. Ia bimbang harus memihak siapa, keinginannya atau permintaan istrinya. Seketika suasana di meja makan menjadi hening dan canggung.
TIINGG
Ghea meletakkan garpu dan pisau ke atas piring.
"Aku sudah selesai. Aku akan berangkat sekarang" ucap Ghea sembari berdiri dari kursi.
Ia raih jaz coklat di sandaran kursi tempat ia duduk.
"Tunggu..... Aku mau ikut sekalian" ucap Daren menyusul adik perempuannya yang telah berjalan lebih dahulu.
Bu Cristine tersenyum sambil memandang suaminya yang masih terdiam dan tak menyelesaikan makannya.
"Bagaimana?" Tanya bu Cristine lembut.
"Aku akan memikirkannya" Jawab pak Morgan singkat sambil berlalu dari meja makan.
"Ooh ayolah..... Lihat papamu Roy!! Dia selalu saja mendahulukan anak-anaknya, dia bahkan seperti tak menganggap kita sebagai anggota keluarganya" keluh bu Cristine sambil memandang punggung pak Morgan yang kemudian hilang di balik tembok. Jelas sekali ada raut kekecewaan yang tergambar di sana.
"Hentikan itu bu.....!!!! Jangan melakukan sesuatu yang akan membuat kita dalam masalah" ujar Roy memperingatkan.
"Lalu kita harus bagaimana? Ini kesempatan kita, apa kita harus menyia nyiakan kesempatan seperti ini?" jawab bu Cristine merasa kesal.
"Aku sudah menyusun rencana yang lebih baik" ucap Roy kemudian sembari tersenyum licik.
" Benarkah??"
Senyum bu Cristine langsung mengembang seketika. Matanya berbinar, ia merasa sangat girang karena anaknya mengerti keadaan dan berada di pihaknya.
Roy mengangguk lalu kemudian menenggak segelas susu hangat di hadapannya.
......................
Malam sudah sangat larut, tetapi mata Alexa masih saja terjaga. Entah mengapa ia sangat sulit tidur malam itu.
Ia terfikirkan tentang pernikahannya yang terasa hambar. Alexa merasa terluka dengan perlakuan Faruq yang seperti tak peduli kepadanya.
Dengan sedikit kesal ia menghampiri Faruq yang memang tidur terpisah dengannya. Ia buka slot pintu dengan pelan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!