Siang ini rintik gerimis masih merenyai menghiasi taman kampus salah satu universitas yang ada di ibukota. Januari ini hujan selalu turun, bahkan matahari jarang sekali memunculkan wujudnya. Entah kenapa, padahal biasanya hari dibulan januari selalu cerah, tapi tahun ini sepertinya berbeda.
Seorang gadis nampak masih duduk menopang dagu memandang keluar jendela, memandangi taman kampus yang nampak segar karena gerimis ini. Dia selalu suka memandangi hujan yang turun, apalagi gerimis seperti ini. Rasanya ada setitik rindu yang selalu muncul dihatinya, tidak tahu untuk siapa, hanya saja rasa rindu itu benar benar terasa mengikat. Seperti rindu pada seseorang yang telah tiada, entahlah, dia juga tidak mengerti.
Ya, memang hujan selalu menggambarkan kerinduan bukan, meskipun tidak memiliki siapapun yang spesial.
"Zoya!!" seru seseorang mengejutkan lamunan nya.
Gadis yang dipanggil Zoya ini langsung menoleh dan memandang kesal kedua teman nya yang suka sekali menghancurkan ketenangan nya.
"Udah deh, suka banget ngelamun. Hujan gak akan berenti kalau lo liatin terus" ucap Reina, teman dekat Zoya.
"Dia bukan ngelamun Rein, dia pasti lagi mandangi tuh kakak senior yang duduk dibangku taman itu" kata Dara pula.
"Apaan sih kalian, suka banget ganggu ketenangan gue, kakak senior yang mana lagi, dari tadi gak nampak orang gue" ungkap Zoya.
"Heh, pura pura buta lo. Tuh senior yang suka banget ngeliatin elo dari jauh" jawab Dara seraya menunjuk kearah taman.
Zoya langsung memandang kembali keluar jendela, matanya mengedar dan memperhatikan taman kampus yang memang bisa dilihat dengan jelas dari kelasnya. Mata Zoya memicing saat melihat seorang pemuda yang duduk sendirian dibangku taman ditengah gerimis seperti ini. Apa dia sudah gila, bisa bisa nya tahan sekali berhujan disana.
Tapi...
Lagi lagi Zoya tertegun saat dia merasa tatapan pemuda itu mampu menerobos pandangan matanya, padahal mereka berada pada jarak yang cukup jauh.
Zoya mengerjap dan langsung mengalihkan pandangan nya dari pemuda itu.
"Dia senior baru kan, baru dua minggu ini gue lihat" ucap Reina yang kini sudah duduk didepan Zoya, sedangkan Dara duduk disamping nya. Mereka kuliah dijurusan bisnis manajemen semester empat. Bersahabat sudah sejak sama sama dibangku SMA.
"Iya, sejak awal masuk dia udah suka banget negliatin Zoya, mana suka nya berhujan hujanan lagi. Serem banget gue lihatnya" jawab Dara.
"Jangan jangan dia jatuh cinta lagi sama lo Zoy" ucap Dara lagi.
Zoya langsung mendengus dan meraih tasnya.
"Jatuh cinta embah lu. Gak ngaruh sama gue" ucap Zoya yang langsung beranjak dari duduk nya. Dia sudah bosan dan ingin pulang sekarang.
Reina langsung tertawa mendengar nya dan juga ikut beranjak mengikuti Zoya, begitu pula dengan Dara.
"Zoya kan masih nunggu pangeran yang pernah ada dalam mimpinya itu, pangeran berkuda putih" ledek Reina.
"Emang, itu baru cocok jadi pacar gue" jawab Zoya.
"Pacar halu" sahut Dara begitu jengah.
Zoya hanya tersenyum saja mendengar itu. Mereka bertiga langsung berjalan menuju parkiran kampus dengan sedikit berlari. Sesekali Zoya melirik pemuda yang masih duduk dibangku taman, dan masih terus memandangi nya dengan lekat. Terkadang Zoya benar benar ngerih melihat orang itu. Sudah seperti seorang penjahat yang ingin mengincar mangsa nya saja.
Hari ini Zoya membawa motor, mobil yang biasa dia pakai tiba tiba mogok. Zoya tidak suka diantar jemput kuliah, jadi akhirnya dia dengan terpaksa harus tahan dingin siang ini.
"Lo jangan ngebut Zoy, jalan licin" ujar Reina sebelum dia pergi menuju mobilnya.
"Aman, abis gas doang" jawab Zoya dengan senyum lebarnya.
"Jangan gila lo, kalau lo mati kagak mau gue dateng" ancam Dara pula.
Zoya langsung tertawa mendengar perkataan Dara.
"Doain gue mati lo ya, tega amat" ucap Zoya seraya naik keatas motor dan memakai helm nya.
"Ya abis nya lo kalau udah naik motor suka gak inget nyawa, mana motor gede lagi. Astaga, gimana mau punya pacar coba kalau kelakuan kayak lakik begini" ucap Dara tidak habis fikir.
Zoya tertawa dan mulai menghidupkan mesin motornya.
"Dah ah, gue duluan ya. Bye guys, sampai jumpa dilain waktu" pamit Zoya dan langsung melajukan motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi, membuat kedua teman nya langsung menggeleng pasrah.
"Tuh anak ya, memang gak bisa dibilangin" gumam Reina dengan helaan nafas yang berat.
...
Zoya Anastasya, gadis yang masih berusia 20 tahun itu memang tidak terlalu feminim dibandingkan kedua sahabatnya. Dia masih suka hal hal yang selalu menguji nyali, apalagi jika naik motor seperti ini, bukan Zoya namanya jika tidak melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Meski hujan semakin deras, namun selama pandangan masih jelas, Zoya masih belum menurunkan gas motornya.
Sesekali Zoya melirik kearah kaca spion, dimana jalanan mulai lengang karena hujan yang semakin deras, dan lama kelamaan pandangan matanya juga semakin buram. Dan mau tidak mau Zoya juga terpaksa menurunkan laju motornya.
Namun tiba tiba, saat dia melirik kaca spion motornya, Zoya melihat seseorang yang juga menaiki motor terlihat membuntuti nya. Mata Zoya memicing mengingat ingat siapa orang itu, dan dia langsung tahu jika orang itu adalah pemuda yang selalu memandang nya dengan aneh.
Zoya merasa takut sekarang, meski pemuda itu tampan, tapi jika kelakuan nya yang aneh siapa yang tidak akan takut.
Zoya kembali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dia tidak ingin pemuda itu berbuat sesuatu padanya, bukan kah sekarang sedang marak kasus penculikan dan pembunuhan? Tidak tidak, Zoya tidak ingin itu terjadi pada hidupnya. Dia tidak ingin mati muda, impian nya masih begitu banyak.
Meski hujan semakin deras dan membuat pandangan memutih, namun Zoya tidak menurunkan laju motornya, dan aneh nya pemuda itu juga semakin mengejar nya. Sungguh Zoya tidak tahu harus bagaimana, dia takut, dia kalap dan dia ingin meminta bantuan, tapi tidak ada siapapun disepanjang jalan ini, aneh sekali??
Namun tiba tiba
brakkk
Zoya terhempas jauh saat dia merasa motor nya menabrak sesuatu, tidak tahu apa. Tidak terlihat, tapi cukup kuat hingga membuat nya terpental dan terasa seperti terbang. Apa dia akan mati????
Zoya memejamkan matanya saat dia merasa sebentar lagi dia akan jatuh terhempas kejalanan.
Bukk
Zoya menggeram sakit saat dia merasa tubuhnya terhempas kuat kebawah, matanya masih memejam menahan sakit.
Tapi.... tunggu dulu..
Kenapa dia jatuh ditempat yang kering?
Seperti dipasir pasir???
Zoya langsung membuka matanya perlahan, dan dia dibuat terkejut saat melihat jika dia sudah berada ditepi pantai berpasir putih.
"Pantai???????" gumam nya dengan mata yang melebar sempurna.
Mata Zoya bergetar memandangi keadaan sekeliling nya dimana dia yang terdampar disebuah tepi pantai dengan ombak yang begitu tenang. Pasir pantai itu begitu bersih dan bewarna putih, sangat jauh berbeda dengan pantai yang ada di Jakarta. Tidak ada sama sekali sampah sedikitpun disini. Bersih seperti belum pernah terjamah oleh tangan manusia. Udara nya juga begitu segar meski panas terik disiang ini.
Tidak ... tidak. Bukan itu yang harus difikirkan sekarang. Yang lebih penting adalah, kenapa dia bisa ada disini????
"Gue dimana?????" gumam Zoya yang langsung beranjak dari atas pasir itu. Namun sedetik kemudian dia kembali terjatuh saat kakinya menginjak kain yang dia kenakan.
Kain???
Zoya menunduk dan memandangi penampilan nya, matanya kembali terbelalak dengan mulut yang terbuka lebar. Tangan nya gemetar meraba tubuhnya, yang kini hanya memakai kain yang dililitkan menutupi tubuh bagian bawah juga baju berbahan keras tanpa lengan yang menutupi dadanya.
"Aaaahhhhh kenapa gue cuma makek beginian!!!" teriak Zoya begitu frustasi. Bahkan dia langsung menutupi tubuhnya yang rasanya terlalu terbuka ini.
"Mama... ini kenapa jadi begini. Apa gue mati karena nabrak tadi ya, terus gue ada dineraka? Atau surga sih??" gumam Zoya yang mulai menangis karena begitu takut dan bingung.
Dia beranjak berdiri dengan pelan, karena sungguh pakaian ini membuatnya sangat sulit untuk bergerak. Zoya kembali memandangi alam sekitarnya. Yang semakin dipandang semakin membuat nya bingung. Kenapa dia bisa ada ditempat seperti ini? Apa dia mimpi? Zoya bahkan beberapa kali mencubit lengan nya sendiri demi untuk menyadarkan lagi jika dia bermimpi. Namun sampai lengan nya memerah pun tidak ada yang berubah sama sekali.
Apa dia sudah mati??? Bukankah tadi dia seperti menabrak sesuatu saat dikejar oleh pemuda aneh itu??
Tapi... kenapa dia bisa ada disini sekarang, memakai pakaian seperti ini pula.
Ya Tuhan...
"Gue dimana, gue takut. Ini gara gara cowo sialan itu" gerutu Zoya yang mulai terisak dan berjalan menyusuri tepi pantai itu. Matanya masih mengitari keadaan sekitar yang sangat sepi. Tangan nya memeluk tubuhnya yang gemetar, karena sungguh Zoya benar benar takut dan bingung. Dia sudah seperti orang bodoh sekarang. Entah apa yang terjadi, dan kenapa dia bisa ada ditempat ini.
Langkah kaki Zoya lama kelamaan tiba didalam hutan, karena dia tidak mungkin menyusuri pantai yang begitu luas itu. Panas matahari juga membuat kepalanya benar benar pusing. Jadi Zoya memilih untuk mengarah kehutan siapa tahu dia bertemu dengan manusia untuk bisa dia tanyai. Yang terpenting, jangan sampai hanya dia manusia nya disini.
Sesekali Zoya mengusap wajahnya yang basah, karena sungguh dia benar benar takut hingga air mata pun sesekali mengalir diwajahnya.
Kepala Zoya bergerak kekanan dan kekiri, takut takut jika ada binatang buas dihutan ini. Zoya sebenarnya bukan orang yang penakut, tapi jika keadaan nya yang seperti ini, siapapun pasti akan merasa gila. Terdampar disuatu daerah yang bahkan terasa asing untuk nya.
Langkah kaki Zoya tiba tiba terhenti saat dia mendengar sebuah suara. Seperti suara orang yang menggeram menahan sakit.
Air mata mulai menggenang kembali diwajahnya, dan tubuh Zoya kembali bergetar takut. Dia menoleh kesana kemari mencari asal suara itu.
"Siapa itu?" gumam Zoya begitu takut.
Namun semakin dia melangkah tanpa arah, semakin terdengar suara rintihan itu.
Mata Zoya memicing dan memandang tajam kesebalik pohon dimana tertutupi oleh semak belukar yang menjulang tinggi. Semak itu nampak bergemerisik dan bergerak gerak.
Zoya kembali mengusap kasar matanya agar penglihatan nya lebih jelas. Dia takut, namun rasa penasaran juga membuatnya ingin tahu. Karena samar samar dia bisa melihat jika disebalik semak itu pasti lah manusia. Mungkin?
Zoya berjalan mendekat perlahan, tangan nya mulai menyibak semak yang cukup rimbun, kenapa juga orang ini malah bersembunyi dibalik semak, apa dia tidak gatal? Ah pemikiran aneh Zoya kembali datang.
Mata Zoya langsung melebar saat melihat seseorang yang sedang merintih kesakitan duduk bersandar dipohon besar dengan beberapa anak panah yang tergelatak ditanah, dan satu lagi masih dia pegang. Apa dia sedang mencabuti anak panah yang tertancap ditubuhnya itu?
Zoya langsung beralih mendekat kearah lelaki itu, lelaki berambut panjang?
Lelaki itu nampak terkesiap melihat kedatangan Zoya yang tiba tiba, bahkan dia langsung meraih pedang disamping nya membuat Zoya yang kini terkejut.
"Ahh jangan, gue cuma mau liat" teriak Zoya seraya menutupi wajah nya dan mundur perlahan.
Lelaki itu memandang Zoya dengan heran, bahkan tangan nya masih tergantung memegang pedang yang nampak berlumuran darah itu.
"Siapa kau?" tanya lelaki itu seraya menurunkan pedangnya, wajahnya pucat dan dia tampak meringis menahan sakit.
Zoya menurunkan tangan nya perlahan dan memandang lelaki berambut panjang itu dengan aneh. Tubuhnya nya penuh luka, mungkin seperti luka sayatan pedang, darah juga ada dimana mana. Wajah nya pucat dan terluka dibagian pelipis nya. Tapi yang membuat Zoya aneh adalah, kenapa lelaki itu memakai pakaian seperti dikerajaan kerajaan zaman dulu? Rambutnya yang panjang juga diikat keatas seperti ekor kuda, dia juga memakai seperti ikat kepala bewarna emas. Apa dia sedang bermain drama???
"Hei, kenapa kau diam saja?" tanya lelaki itu lagi.
Zoya langsung terkesiap dan berlutut dengan ragu.
"Mmm... maaf, tapi kenapa lo bisa luka kayak gini? Sakit ya?" tanya Zoya dengan aneh. Lagi lagi lelaki itu memandang nya dengan bingung.
"Kau berbicara apa, aku tidak mengerti" ucap nya.
Zoya mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia langsung menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Dia yang sudah gila, atau lelaki ini yang gila???
"Itu maksudku, kenapa kau bisa terluka?" tanya Zoya lagi, yang akhirnya dia mengikuti bahasa baku lelaki ini.
"Kau tidak mengenalku?, kenapa kau tidak menaruh hormat padaku sedikitpun?" tanya lelaki itu seraya mengusap darah dilengan nya yang terus mengalir.
Zoya mengernyit, memang nya siapa lelaki ini. Bahkan Zoya saja baru ini ketempat aneh ini. Itu juga entah karena apa. Tapi ketika dipandang pandang, kenapa wajah lelaki ini seperti tidak asing bagi Zoya???
"Hei..." lelaki itu kembali memanggil Zoya, membuat Zoya lagi lagi terkesiap.
"Ah, aku memang tidak mengenalmu, aku baru datang ketempat ini. Bahkan aku tidak tahu ini dimana" ucap Zoya.
"Aneh sekali, apa kau dari desa seberang?" tanya lelaki itu
Zoya memutar bola matanya sekilas, desa seberang, apa itu berarti dari bagian bumi lain?
"Ya mungkin" jawab Zoya dengan senyum getirnya. Dia memang sudah gila sekarang.
Lelaki itu hanya mengangguk dan kembali memandang luka dilengan nya.
"Luka mu cukup parah, ini harus segera diobati. Kau perlu kerumah sakit" ucap Zoya seraya melihat luka lelaki itu.
"Rumah sakit?" gumam lelaki itu yang lagi lagi memandang Zoya dengan aneh.
"Apa itu rumah sakit, seperti nya sejak tadi kau berbicara aneh" ucap lelaki itu.
Sungguh demi apapun yang ada didunia ini Zoya benar benar bingung, sebenar nya dia ada dimana dan dizaman apa sekarang??? Ya Tuhan, rasanya Zoya ingin sekali berteriak dengan kencang sekarang.
Sudah terdampar entah dimana dan sekarang bertemu dengan orang aneh ini pula. Astaga.
"Sudah lah kau terlihat kebingungan. Mungkin kau tersesat didesa ini. Bisakah kau menolongku untuk mencari tabib. Aku harus segera kembali kekerajaan" ungkap lelaki itu.
"Kerajaan???" tanya Zoya begitu terkejut. Bahkan matanya melebar sempurna sekarang.
"Ya, ada banyak hal yang harus aku kerjakan. Bisakah kau menolongku untuk memapahku kedesa Baloko, tidak jauh lagi" pinta lelaki itu.
Zoya menelan air liur nya dengan begitu berat, dan seperti orang bodoh dia hanya mengangguk saja. Dari pada dia sendiri dihutan ini, lebih baik dia ikut lelaki aneh ini saja. Dan lagi, tadi lelaki ini bilang kerajaan?? Apa maksudnya??
"Baiklah, ayo" jawab Zoya akhirnya. Nanti dia pasti tahu.
Lelaki itu tersenyum tipis dan memandangi wajah cantik Zoya yang memang seperti orang bingung. Zoya membantu pria itu berdiri. Sangat gagah dan tampan sekali, mirip seperti seorang pangeran yang ada di tv penampilan nya.
Zoya membantu lelaki itu berdiri dan merangkul lengan nya untuk mulai berjalan. Sesekali mata Zoya memandang wajah tampan yang pucat itu. Padahal luka nya cukup parah, tapi kenapa dia masih bisa berjalan. Hebat sekali.
"Kita lewat sana saja" lelaki itu menunjuk jalan yang sedikit semak dan rimbun.
"Tapi itu begitu semak" ucap Zoya seraya terus memegangi lengan lelaki itu.
"Tidak apa apa, setelah itu kita bisa menembus desa Baloko, aku tidak ingin orang orang melihat ku disni" ucap lelaki itu.
Zoya memandang nya dengan aneh.
"Tidak ingin dilihat kenapa kau malah ingin masuk desa. Aneh sekali" gerutu Zoya.
"Jalan ini menghubungkan dengan rumah tabib kepercayaan ku. Tidak akan ada yang tahu" jawab lelaki itu.
Zoya hanya mengangguk saja dan terus berjalan memapah lelaki ini. Entah lah kenapa dia bisa seperti ini. Zoya berharap ini hanya mimpi dan ketika dia bangun dia sudah kembali lagi kedunia nyatanya.
Dan benar saja, ketika telah melewati semak yang cukup rimbun itu dengan susah payah, akhirnya Zoya dapat melihat sebuah gubuk dengan atap ilalang diatasnya. Ya, gubuk, lalu kenapa lelaki ini bilang rumah????
Zoya dapat melihat seorang wanita tengah menyirami tanaman yang ada didalam sebuah kendi kendi yang tersusun rapi, estetik sekali. Wanita itu juga hanya memakai kemben seperti Zoya, hanya bedanya Zoya memakai baju dari kulit kasar yang menutupi dada nya.
"Bibi" panggil lelaki ini begitu kesusahan.
Wanita tua itu langsung berbalik dan memandang mereka dengan begitu terkejut.
"Astaga, Pangeran" gumam nya seraya berlari mendekat kearah mereka, bahkan dia langsung membuang begitu saja tempurung yang dia pegang untuk menyiram bunga tadi.
"Pangeran" gumam Zoya begitu terkejut ketika mendengar wanita tua itu memanggil lelaki ini dengan sebutan pangeran.
"Pangeran Erlangga kenapa pangeran bisa terluka seperti ini?" tanya wanita tua itu seraya membantu Zoya memapah lelaki ini masuk kedalam rumah.
Astaga, apalagi ini. Ternyata yang dia tolong adalah seorang pangeran? Rasanya Zoya benar benar ingin pingsan sekarang!
Zoya duduk disebuah kayu yang dibentuk panjang yang memang digunakan sebagai tempat duduk. Sedari tadi matanya terus memandangi lelaki berambut panjang itu yang tengah diobati luka luka nya oleh wanita tua ini. Zoya sesekali meringis ngerih melihat luka luka lelaki itu yang sedang dibersihkan oleh wanita yang dipanggil bibi ini. Lelaki ini sudah membuka pakaian atas nya dan kini hanya mengenakan celana saja. Mirip celana kerajaan yang ada di tv tv yang pernah Zoya lihat.
Dengan teleten bibi itu membersihkan luka lelaki itu dengan air yang kini sudah bewarna merah karena darah yang mengalir cukup banyak dari tubuhnya. Ada beberapa luka sayatan didada bidang lelaki itu. Dan aneh nya lelaki itu hanya meringis saja saat wanita itu mengusap lukanya. Jika itu orang dikehidupan Zoya pasti sudah mati atau sepaling tidak pasti kritis dengan luka yang cukup lebar dan mengerihkan seperti itu.
"Siapa gadis ini pangeran?" tanya wanita itu disela sela dia mengobati luka lelaki itu.
Lelaki berambut panjang itu menoleh pada Zoya yang masih memandang nya seperti orang bodoh.
"Entah lah bibi. Aku menemukan nya dihutan. Dan sejak dihutan tadi dia sudah seperti orang linglung saja" jawab lelaki itu.
Zoya langsung mendengus kesal mendengar perkataan lelaki itu. Bagaimana dia tidak seperti orang linglung, jika saat ini dia memang merasa sudah gila karena terdampar ditempat seperti ini, dan bertemu mereka pula.
"Apa kau tersesat?" kini wanita tua itu menoleh pada Zoya.
Zoya mengerjapkan matanya sekilas.
"Memang ini dimana?" tanya Zoya pula
"Ini desa Baloko, desa dipesisir pantai paling ujung kerajaan Ranula" jawab wanita itu. Zoya langsung tersentak mendengar itu.
"Hah... kerajaan,, kerajaan apa tadi???" tanya Zoya lagi. Dia benar benar merasa ini mimpi.
"Kerajaan Ranula. Kenapa kau begitu terkejut mendengar nama kerajaan ku?" tanya lelaki itu pula.
"Bagaimana aku tidak terkejut jika aku saja baru mendengar nama ini. Bagaimana mungkin Jakarta berubah menjadi kerajaan" ucap Zoya begitu tidak habis fikir.
"Jakarta??? Apa itu nama kerajaan mu? Tapi sudah setua ini aku hidup aku tidak pernah mendengar nama kerjaan itu" ucap bibi itu pula.
"Jangan jangan kau mata mata yang ditugaskan untuk mencari informasi tentang kerajaan ku" tuding lelaki itu.
Zoya langsung terkesiap dan menggeleng dengan cepat. Dia jadi takut melihat wajah lelaki itu yang kini memandang nya dengan tajam, bahkan sudah meraih pedang yang ada disamping nya sejak tadi.
"Tidak ... tidak... aku bukan mata mata. Aku...aku sungguh tidak tahu ini dimana. Tiba tiba aku sudah ada dipinggir pantai saat aku terbangun tadi. Aku sungguh tidak tahu kalian siapa dan ini dimana. Sungguh" seru Zoya begitu ketakutan, bahkan dia sudah ingin menangis sekarang. Kenapa dia bisa mengalami hal seperti ini.
"Jadi kau bukan mata mata?" tanya wanita itu. Zoya menggeleng dan mengusap air mata yang sudah mengalir diwajahnya.
"Aku bukan mata mata... hiks. Aku benar benar tidak tahu kenapa aku bisa ada disini" jawab Zoya yang mulai menangis terisak. Membuat lelaki berambut panjang yang dipanggil pangeran itu langsung menurunkan pedang nya dan memandang Zoya dengan iba.
"Sudah lah, jangan menangis, jika kau bukan mata mata kenapa kau harus takut dan menangis" ucap lelaki itu.
Zoya mendengus dan kembali mengusap wajahnya.
"Kau menyeramkan, aku takut dengan pedang mu itu" jawab Zoya.
Lelaki itu menghela nafas pelan dan meringis saat wanita tua itu mengoleskan sebuah rempah atau dedaunan yang ditumbuk halus kedada nya.
"Sudah jangan takut, pangeran tidak akan mencelakai mu. Mungkin saja kau tenggelam dilaut dan sedang lupa ingatan, maka dari itu kau tidak tahu ini dimana. Begitu kan?" tanya wanita tua itu.
Zoya terdiam seraya menahan isak tangis nya dan kembali mengusap wajahnya dengan kasar. Lupa ingatan??? Yang benar saja dia lupa ingatan. Zoya masih ingat semua nya, semuanya. Dia hanya tidak tahu dia ada dimana sekarang. Kerajaan Ranula dan semua ini benar benar membuatnya bingung dan takut. Tapi jika Zoya membantah dan berkata yang sebenarnya, pasti mereka tidak akan terima dan menganggap Zoya sebagai mata mata kerajaan. Jadi lebih baik dia mengaku saja jika dia memang sedang lupa ingatan. Siapa tahu lama kelamaan Zoya bisa mencari tahu cara untuk kembali ke kehidupan awalnya lagi.
"Apa kau tidak mengingat nama mu juga?" tanya wanita tua itu, tangan nya masih terus mengobati luka luka ditubuh lelaki itu.
"Namaku..." gumam Zoya.
"Bagaimana dia bisa ingat jika dia lupa ingatan bibi" sahut lelaki itu yang malah percaya jika Zoya juga lupa ingatan. Astaga. Sudah seperti didrama saja.
"Ah iya. Kalau begitu kau akan kemana setelah ini?" tanya wanita itu.
Zoya tertunduk dan menggeleng sedih. Mana dia tahu dia harus kemana. Dia takut ada disini sendirian.
Wanita itu nampak memandang Zoya dengan iba. Dia meletakkan batok kelapa berisi racikan daun daun itu diatas meja kayu dan menoleh pada Zoya.
"Jika kau mau, kau boleh tinggal disini bersama ku sampai ingatan mu pulih kembali" ucap wanita itu.
Zoya langsung mendongak dan memandang wanita itu tidak percaya.
"Benarkah?" tanya Zoya begitu bahagia.
"Ya, kebetulan aku tinggal sendiri disini. Aku akan senang jika kau mau menemaniku" jawab wanita itu.
"Ah bibi. terimakasih banyak. Terimakasih. Aku janji akan rajin membantu pekerjaan rumah mu dan tidak malas malasan" ucap Zoya begitu antusias, bahkan karena begitu bahagia nya dia sampai memegang tangan wanita itu. Membuat wanita tua itu langsung terkejut dan tertawa lucu melihat kebahagiaan Zoya. Bahkan lelaki berambut panjang itu tanpa sadar tersenyum melihat Zoya.
"Ya, kau memang tidak boleh bermalas malasan disini. Bibi Nor sudah tua, dan kau harus rajin membantunya" sahut lelaki itu.
"Aku tahu" jawab Zoya dengan cepat. Bahkan dia kembali mengusap air mata yang masih menetes diwajahnya.
"Aku bibi Nor, kau bisa memanggilku seperti itu. Dan mulai hari ini aku akan memanggilmu Ana" ujar bibi Nor.
Zoya terdiam sejenak, namun sepersekian detik kemudian dia langsung tersenyum dan mengangguk. Ana.. cukup bagus juga. Dan bukankah itu juga namanya. Zoya Ana..stasya.
"Yah Ana, sesuai dengan kau yang cengeng dan penakut" ucap lelaki berambut panjang itu.
"Kau ini menyebalkan sekali. Kau lihat, sekarang saja kau yang menyusahkan bibi Nor dengan luka luka mu itu. Untung saja tidak mati" gerutu Zoya yang begitu kesal dengan lelaki ini.
"Aku tidak akan mati dengan mudah" jawab lelaki itu begitu angkuh.
"Ana.." panggil bibi Nor pada Zoya. Zoya yang baru akan membalas perkataan lelaki itu langsung menoleh pada bibi Nor.
"Beri hormat mu pada pangeran Erlangga, tidak baik jika berbicara kasar seperti itu" ujar bibi Nor.
Zoya mengernyit dan kembali menoleh pada lelaki berambut panjang yang masih nampak kesakitan namun wajah angkuh nya terlihat menyebalkan.
"Dia benar benar pangeran" Zoya bertanya dengan tangan yang menunjuk pada lelaki itu, namun bibi Nor segera menurunkan nya.
"Ya, pangeran Erlangaa, pangeran tertua dari ratu terdahulu" jawab bibi Nor.
Zoya kembali terdiam dan memandang pangeran Erlangga. Ini benar benar gila. Apa dia memang terdampar pada zaman kerajaan???? Dan bahkan bertemu dengan pangeran langsung??? Oh my god, seperti nya sejarah cerita Zoya akan berawal dari sini. Benar benar menakjubkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!