Malam sudah cukup larut, namun sejak sore hujan terus mengguyur tiada henti. Musim penghujan dibulan januari ini benar benar sungguh merepotkan untuk seorang pekerja sift malam seperti Alyssa. Hari ini adalah jadwal dia bekerja lembur sampai malam disebuah restauran cepat saji yang ada di kota Bandung.
Dan waktu sudah pukul setengah dua belas malam, Alyssa memilih untuk terus menerobos hujan saja dari pada menunggu hujan yang entah berhenti atau tidak. Tangan nya gemetar memegang stang motor matic yang dikemudikan nya. Sungguh dingin sekali malam ini, padahal dia sudah memakai jas hujan.
Hujan memang tidak terlalu deras, namun kilatan petir yang menyambar masih sesekali tampak mengkilat diatas langit. Alyssa benar benar takut jika sudah seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, untuk gadis muda sepertinya pasti mempunyai banyak mimpi dan keperluan, jika tidak bekerja, maka dari mana dia bisa mendapatkan uang. Apalagi dia hanya tinggal sendiri dikota ini.
Mata Alyssa sesekali memicing memandang jalanan yang sudah sepi, apalagi karena hujan sejak sore tadi, membuat pengendara jarang ada yang lewat. Hanya ada beberapa mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi, namun saat memutar kedaerah rumah nya, benar benar sudah lengang tanpa siapapun. Alyssa benar benar takut sekarang.
Ciiiittttt
Alyssa langsung mengerem motor nya saat melihat seseorang yang tiba tiba jatuh dari motor nya, tidak jauh dari tempat dia berada.
"Astaga" gumam Alyssa begitu panik. Dia langsung turun dari atas motor dan berlari mendekat kearah orang itu. Seorang laki laki bertubuh tinggi dengan jaket hitam dan helm yang menutupi wajahnya.
"Mas.... mas gak apa apa?" tanya Alyssa sedikit ragu. Dia takut jika orang ini preman atau orang jahat.
Tapi... ketika melihat luka luka dikaki dan lengan nya Alyssa menjadi tidak tega. Celana jeans yang dia kenakan robek dibagian lutut dan tampak berdarah karena cukup jauh dia terseret.
"Mas saya bantu ya" ucap Alyssa yang langsung meraih lengan lelaki itu.
"Terimakasih, tapi sepertinya kaki saya terkilir, sakit sekali" ucap lelaki itu, masih belum membuka helm nya.
"Iya, kita pindah kepinggir dulu, disana" ujar Alyssa seraya menunjuk trotoar jalan tepat dibawah pohon saga.
Alyssa langsung membantu lelaki itu berdiri, sepertinya dia memang kesakitan, terlihat dari geraman dibibirnya. Tubuh Alyssa yang kecil cukup sulit membawa lelaki itu kepinggir, namun setelah bersusah payah akhirnya mereka langsung jatuh terduduk dipinggir jalan itu.
Lelaki itu langsung membuka helm, hingga wajah nya langsung terlihat jelas. Meski hanya diterangi oleh lampu taman, namun Alyssa bisa lihat jika lelaki ini cukup tampan.
"Jadi gimana mas, kita kerumah sakit aja ya, luka nya cukup parah, motor mas nya juga rusak" ucap Alyssa.
Lelaki itu meringis kesakitan seraya melihat lengan nya yang juga terluka, namun dia menoleh pada Alyssa dan menggeleng pelan. Ada sedikit keraguan dihatinya untuk kerumah sakit.
"Saya bisa numpang bermalam dirumah kamu?" tanya lelaki itu.
"Numpang dirumah saya?" tanya Alyssa begitu heran.
"Ya, tidur diluar juga tidak apa apa seraya menunggu teman saya menjemput besok pagi." jawab lelaki itu.
Alyssa terdiam sesaat dan kembali memandangi luka luka dikaki lelaki ini.
"Gimana kalau saya antar kerumah sakit, luka mas nya parah lo" tawar Alyssa lagi, namun aneh nya lelaki ini malah menggeleng dengan cepat.
"Saya..... saya tidak punya uang" jawab nya tampak gugup.
Mata Alyssa mengerjap perlahan, hatinya yang lemah jadi tidak tega sekarang.
Alyssa mengusap wajahnya yang basah dan menghela nafas pelan.
"Saya juga gak punya uang mas, gajian masih lama mau bantu. Gimana ya, apa tahan sakit kalau nunggu sampai besok pagi?" tanya Alyssa dengan ragu.
Lelaki ini langsung mengangguk dengan yakin, meski didalam hatinya dia sungguh gemas melihat kepolosan gadis muda ini.
"Yasudah, saya bawa mas kerumah kontrakan saya, tapi..... mas bener gak akan aneh aneh kan" tanya Alyssa dengan ragu.
Lelaki itu langsung mendengus senyum mendengar nya.
"Saya janji, saya tidak akan macam macam, saya tidur diluar juga tidak apa apa" jawab lelaki itu.
Alyssa tersenyum dan mengangguk
"Tapi itu motor nya gimana?" tanya Alyssa seraya memandang motor yang masih terkapar diaspal dan pecah dibeberapa bagian.
"Biar saja disini" jawab lelaki itu.
"Lah kalau hilang gimana?" tanya Alyssa begitu heran.
"Tidak akan, motornya juga sudah rusak" jawab lelaki itu.
Alyssa terdiam, namun sedetik kemudian dia hanya mengangguk pasrah.
"Yasudah, biar saya pinggirkan dulu" ucap Alyssa yang langsung beranjak menuju motor lelaki itu.
Lelaki itu hanya diam dan membiarkan Alyssa, dia merogoh ponsel yang ada didalam saku jaket nya.
"Ck, pecah dan mati. Sialan memang, gimana bisa menghubungi Jimmy" gerutunya begitu kesal seraya mencampakkan ponsel itu kedalam got yang air nya mengalir dengan deras.
...
Setelah selesai dengan urusan motor, akhirnya Alyssa membawa lelaki asing ini kerumah kontrakan nya. Hari sudah malam dan semua tetangga nya sudah tidak ada lagi yang membuka pintu.
Beruntung nya kontrakan Alyssa adalah kontrakan yang bebas, tidak pernah ada larangan membawa siapapun untuk menginap, tapi meskipun begitu Alyssa adalah gadis baik baik yang masih ingat tentang hal hal yang tidak boleh dilakukan.
Alyssa membantu lelaki ini turun dari motor dan memapahnya untuk masuk kedalam rumah.
"Saya diluar saja" ucap lelaki itu.
"Gak apa apa mas, didalam luas kok. Nanti pintu nya gak usah kita tutup" jawab Alyssa yang langsung membawa lelaki ini masuk setelah dia membuka pintunya.
Alyssa mendudukkan lelaki ini disebuah kursi rotan panjang yang memang ada didalam rumah petak itu. Dan setelah itu dia langsung masuk kedalam kamar untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian nya yang sudah basah semua.
Namun saat dia keluar, Alyssa dibuat tertegun dengan lelaki asing ini. Dia sudah membuka jaket nya dan kini hanya tinggal kaos ketat bewarna hitam saja yang membalut tubuh gagah nya. Keren sekali, apa dia orang kaya???
"Mas, lukanya saya bersihkan dulu ya" tawar Alyssa.
Laki laki itu memandang Alyssa sejenak dan langsung mengangguk patuh. Gadis muda ini cukup baik, apa dia hanya tinggal sendiri dirumah kecil ini???
"Siapa nama kamu?" tanya lelaki itu seraya menahan sakit dan perih saat Alyssa memberihkan luka dilengan nya.
"Alyssa mas" jawab Alyssa
"Kamu tinggal sendiri disini?" tanya lelaki itu lagi. Dan Alyssa hanya mengangguk saja seraya terus mengobati luka luka itu. Hanya membersihkan dan mengolesi obat merah saja, karena dia tidak mempunyai peralatan p3k dirumah ini.
"Sudah selesai, maaf ya mas, cuma bisa ngasih obat ini. Tapi saya punya obat pereda nyeri, nanti mas bisa minum biar bisa tidur" ujar Alyssa.
"Iya, terimakasih" jawab lelaki itu.
"Tapi itu yang dikaki gimana, mas pakek celana pendek gak, biar saya obati juga kaki nya" ujar Alysa.
Lelaki itu terdiam sesaat, celana pendek, dia memang memakainya, tapi...
"Kalau enggak, digunting aja ya celana nya" ujar Alyssa lagi
"Ya, itu lebih baik" jawab lelaki itu.
Alyssa tersenyum dan meraih gunting yang ada diatas meja, dia langsung saja menggunting celana lelaki itu tanpa ragu.
"Nah selesai, wah sudah bengkak" kata Alyssa yang langsung menyentuh pelan tumit kaki lelaki itu. Sudah membengkak, sementara luka dilututnya juga cukup lebar, untung saja celana nya cukup tebal, jika tidak Alyssa tidak bisa membayangkan seperti apa jadinya.
"Shhhh" lelaki itu langsung meringis
Alyssa hanya menoleh nya sekilas dan kembali membersihkan lukanya.
"Nama mas siapa?" tanya Alyssa seraya terus mengobati lutut lelaki itu.
"Zayden" jawab lelaki itu
"Oh mas Zayden, tinggal dimana, bukan disini ya?" tanya Alyssa lagi.
Zayden terdiam beberapa saat dan mengangguk pelan.
"Ya, saya tinggal di Jakarta" jawab nya.
"Ooh, pantesan. Nah sudah selesai, nanti kakinya dikompres aja pakai air dingin. Nanti saya siapin. Saya mau buat teh dulu ya, biar anget" ujar Alyssa seraya mendongak dan memandang Zayden yang juga masih memandang nya dengan lekat.
Namun sepersekian detik kemudian dia langsung terkesiap dan mengangguk.
"Saya bisa pinjam ponsel kamu?" tanya Zayden
Alyssa tersenyum dan mengangguk, dia langsung meraih ponsel yang ada didalam saku piama nya dan menyerahkan nya pada Zayden.
"Saya kedapur dulu mas" ucap Alyssa
Zayden tersenyum tipis dan langsung mengangguk.
Setelah Alyssa pergi, dia langsung menghubungi seseorang.
"Mungkin saya akan lama disini, kamu urus perusahaan dengan baik. Jangan cari saya sebelum saya menghubungimu" ucap Zayden pada seseorang diseberang sana. Dan sebelum orang itu bertanya lebih banyak, Zayden langsung mematikan panggilan itu.
Keesokan harinya ...
Alyssa sudah bangun pagi pagi sekali, sebenarnya dia ingin tidur lebih lama hari ini karena dia bekerja siang nanti. Tapi mengingat jika ada orang dirumahnya, Alyssa jadi mengurungkan niat itu.
Setelah membersihkan diri Alyssa keluar dari kamar, dan melihat jika Zayden juga sudah bangun. Lelaki itu tampak duduk dan mengusap usap kakinya yang membengkak, padahal Alyssa sudah mengompres kaki itu malam tadi, tapi sepertinya kaki itu memang terkilir cukup parah. Bahkan wajah Zayden terlihat pucat, apa dia baik baik saja? Alyssa cukup canggung sebenarnya berada satu rumah dengan laki laki, tapi mau bagaimana lagi, Alyssa tidak tega untuk mengusir lelaki itu.
"Mas, masih sakit banget ya?" tanya Alyssa.
Zayden yang sedang melamun sedikit terkesiap dan menoleh pada Alyssa.
"Iya nih" jawab Zayden.
"Yauda, nanti saya panggilkan tukang urut ya, kebetulan didepan gang ada mbok Minah, dia dukun patah, gak mahal kok. Nanti biar saya yang bayar" ucap Alyssa dengan polosnya.
Zayden hanya tersenyum saja menanggapinya. Dukun patah?? Diurut??? Astaga, sepertinya itu bukan ide yang bagus. Nasibnya memang begitu sial beberapa hari ini.
"Mas kalau mau bersih bersih biar saya antar. Dibelakang ada kamar mandi" tawar Alyssa.
"Iya terimakasih, saya jadi merepotkan kamu" ucap Zayden.
Alyssa tersenyum dan menggeleng.
"Gak apa apa, saya tahu rasanya lagi kesusahan dikota orang, saya juga sering ngerasai soalnya. Yuk, biar saya bantu" Alyssa langsung meraih tangan Zayden tanpa canggung. Dan malah Zayden yang nampak gugup, gadis kecil ini begitu polos dan lugu. Zayden begitu beruntung beruntung bertemu dengan gadis ini disaat saat seperti ini. Seperti nya, kesialan nya kali ini membawanya pada satu cara untuk bisa menyelesaikan misi yang ingin dia capai. Dan gadis ini begitu membantu nya untuk kedepan nanti.
Alyssa membawa Zayden kekamar mandi dibelakang, tepat didapurnya. Meski begitu berat untuk menahan tubuh Zayden yang besar, namun Alyssa tidak mengeluh sedikitpun.
"Nah, mas kalau udah selesai bisa panggil saya, saya mau buat sarapan dulu" ujar Alyssa.
"Iya" jawab Zayden seraya tersenyum memandang wajah cantik Alyssa.
Alyssa juga tersenyum dan setelah itu dia langsung meninggalkan Zayden dikamar mandi, sementara dia memeriksa lemari pendingin untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Masih ada roti tawar dan susu cokelat, sepertinya bisa untuk mengganjal perut pagi ini.
Hanya dua gelas teh dan dua piring roti yang dia siram dengan susu kental manis, dan semua sudah tersaji diatas meja bertepatan dengan Zayden yang sudah keluar dari dalam kamar mandi.
"Udah siap ya mas, sarapan langsung ya" ajak Alyssa yang dengan sigap kembali membawa Zayden duduk dikursi makan nya.
"Cuma ada ini, gak apa apa kan?" tanya Alyssa.
Zayden tersenyum dan menggeleng seraya meraih teh hangat yang sudah disediakan Alyssa untuk nya.
"Ini sudah cukup, saya benar benar berterimakasih" ucap Zayden.
"Sama sama. Mas sarapan aja dulu, saya mau manggil tukan urutnya dulu, mumpung masih pagi. Kalau siang mbok Minah suka pergi pergi" ujar Alyssa.
"Tidak apa apa saya disini sendiri?" tanya Zayden merasa ragu.
"Ya enggak apa apa mas. Sekalian saya mau ngomong sama yang punya kontrakan kalau ada mas disini, tapi nanti kalau mereka nanyak bilang aja mas saudara saya ya" kata Alyssa dengan tawa kecilnya. Zayden jadi ikut tertawa juga karena ini.
"Saya kira kamu mau menyimpan saya disini" ucap Zayden. Alyssa semakin tertawa mendengar itu.
"Ya enggak dong, nanti kalau kelamaan kita bisa digebrek dan dikawini. Yauda, saya pergi dulu" ucap Alyssa. Dia langsung pergi meninggalkan Zayden yang hanya mengangguk dan tersenyum saja.
Gadis muda yang bisa membuat seorang Zayden tersenyum setelah sekian lama. Zayden menoleh pada gelas teh Alyssa yang bahkan masih diminum sedikit. Gadis itu benar benar baik dan sangat tulus, bukan nya takut dengan orang asing seperti Zayden, dia malah membantu sampai seperti ini.
Tidak lama setelah Alyssa pergi, rumah itu terdengar diketuk dari luar. Zayden menilik kearah pintu, yang memang kursi dapur itu langsung nampak jika memandang kedepan. Dan yang datang sepertinya, teman Zayden yang dia hubungi malam tadi.
"Langsung masuk saja Wir" seru Zayden. Dia tidak akan sanggup berjalan sendirian kedepan dengan kaki yang membengkak seperti ini.
Wira, lelaki berambut gondrong dengan tato ditangan nya itu memandang heran Zayden yang nampak pucat dan... kusut.
"Tuan muda, kenapa anda bisa disini?? Dan itu kenapa kaki dan tangan anda?" tanya Wira yang begitu terkejut melihat Zayden yang seperti ini.
Zayden menghela nafasnya perlahan dan menggeleng lesu.
"Aku jatuh dari motor mu semalam, dan beruntung nya ada seseorang yang menyelamatkan ku ditengah malam buta itu" gerutu Zayden.
"Lalu bagaimana, bukankah sebaiknya anda kerumah sakit saja?" tanya Wira. Namun Zayden langsung menggeleng.
"Tidak, aku masih harus menyelidiki proyek pembangunan hotel disamping bengkel mu itu. Dan jangan sampai ada yang tahu jika aku ada dikota ini." ungkap Zayden memandang Wira dengan lekat.
"Tapi luka anda?" Wira terlihat begitu ragu, bagaimana jika tuan besar tahu kalau cucu kesayangan nya jatuh dan terluka seperti ini, bisa gawat urusan nya.
"Tidak apa apa, hanya terkilir dan luka lecet. Masih bisa diobati sendiri. Yang terpenting kau jangan memberi tahu kakek jika aku kecelakaan, jika dia tahu, maka dia akan menyuruhku pulang sekarang" ujar Zayden.
"Baiklah tuan, lalu apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanya Wira.
Zayden terdiam sesaat, apa yang dia fikirkan sebenarnya terdengar gila, namun sepertinya ini lebih baik dari pada bingung memikirkan bagaimana cara untuk masuk kedalam proyek itu dan mengetahui siapa saja pengkhianat didalam nya.
"Biarkan aku bekerja dibengkelmu" ucap Zayden.
Wira langsung membelalakkan mata mendengar permintaan Zayden.
"Tuan, anda serius?" tanya Wira tidak percaya.
"Ya, tidak lama, hanya sebulan saja" jawab Zayden.
Wira terperangah tidak percaya mendengar itu. Pewaris tunggal Zega Corporation ingin bekerja dibengkel nya demi sebuah misi kecil ini. Yang benar saja.
"Jangan banyak berfikir, jika kakiku sudah sembuh aku akan datang kebengkel mu. Sekarang kau boleh pergi" usir Zayden langsung.
Wira tampak menggaruk tengkuknya yang berat sekarang. Tidak masalah jika Zayden ingin bekerja, tapi ini pasti akan merepotkan nya.
"Pergilah, sebelum gadis itu melihat mu disini" usir Zayden lagi.
"Baik tuan" ucap Wira dengan pasrah. Dia akhirnya pergi meninggalkan Zayden dirumah itu dengan fikiran yang masih tidak habis fikir.
Zayden Emanuel Zega, lelaki muda berusia 28 tahun itu benar benar sudah gila memang, selalu saja menyusahkan nya.
Senyum dan tawa Alyssa sedari tadi tidak berhenti saat melihat Zayden tampak kesakitan ketika diurut oleh mbok Minah. Dia kasihan sebenarnya, tapi melihat ekspresi Zayden yang tidak tahan sakit membuat nya sungguh tidak bisa menahan tawa.
Lelaki ini bertubuh besar dan gagah, namun sama sekali tidak tahan sakit, dan tentu itu membuat Alyssa tertawa lucu. Hampir satu jam Zayden diurut oleh mbok Minah. Wajah lelaki itu nampak memerah karena menahan sakit. Namun setelah diurut dia merasa kakinya sudah jauh lebih baik. Bahkan dia sudah bisa menggerakkan sedikit demi sedikit kakinya.
Ya, Zayden sungguh bersyukur kakinya bisa sembuh secepat ini. Meskipun dia harus menahan sakit seperti tadi. Tidak pernah dibayangkan nya, tubuh berharga yang selalu dia jaga dan tidak pernah disentuh oleh orang lain, hari ini harus dia relakan demi menutupi identitas nya sebagai orang besar. Merepotkan memang, padahal dia bisa kerumah sakit dan tidak harus merasakan sakit seperti ini. Tapi apa boleh buat. Sesekali dia juga butuh waktu untuk menjadi diri sendiri dan tidak harus menjadi seseorang yang terikat dengan status sosial yang tinggi.
"Nih mas, minum dulu. Udah enakan kan?" ujar Alyssa yang baru datang dari dapur. Dia membawa segelas air putih untuk Zayden.
Zayden yang sedang rebahan langsung duduk dengan tegak dan meraih air putih itu.
"Udah, hebat sekali mbok Minah. Kaki saya bisa langsung sembuh begini, padahal pagi tadi masih tidak bisa jalan sendiri" jawab Zayden.
Alyssa kembali tertawa pelan dan duduk disamping Zayden.
"Dia memang dukun patah yang terkenal. Mas beruntung bisa diurut tanpa nunggu besok" jawab Alyssa.
Zayden mengangguk dan memandang Alyssa setelah dia meminum air putih nya.
"Senang sekali kamu melihat saya kesakitan ya" kata Zayden seraya tersenyum melihat Alyssa yang sepertinya selalu saja merasa bahagia. Seperti tidak ada beban hidup saja dia.
"Bukan senang mas, cuma lucu aja liat mas yang gak tahan sakit. Padahal ini badan besar, otot nya juga gede" jawab Alyssa seraya menoleh pada otot tangan Zayden.
Zayden tersenyum dan menggeleng pelan.
"Saya juga manusia. Saya tidak sekuat itu" ucap Zayden. Alyssa kembali tertawa dan mengangguk.
"Mas udah nelpon keluarga mas. Nanti mereka nyariin lagi" tanya Alyssa.
"Saya sudah tidak punya orang tua. Saya cuma tinggal dengan kakek saya saja, dan lagi saya juga bekerja disini" jawab Zayden. Pintar sekali dia berbicara, tapi ya memang dia berbicara jujur.
"Oh maaf, saya gak tahu. Bekerja dimana mas?" tanya Alyssa mulai penasaran.
"Dibengkel mobil Jl.Cendrawasih" jawab Zayden.
Alyssa terdiam dan berfikir sejenak.
"Bengkel yang disebelah hotel yang lagi dibangun itu?" tanya Alyssa
Zayden langsung mengangguk cepat.
"Wah, saya juga kerja direstauran cepat saji disana mas. Kok gak pernah liat mas ya?" gumam Alyssa. Dia cukup terkejut mendengar jika Zayden bekerja disana. Bengkel dan restaurant tempat dia bekerja hanya berbeda persimpangan jalan saja. Tidak jauh, bahkan jalan kaki sudah bisa. Orang orang bengkel juga terkedang sering pergi makan kerestauran tempat dia bekerja.
"Saya masih baru" jawab Zayden.
"Ooo pantesan belum pernah liat" jawab Alyssa.
"Kamu udah lama kerja disana dan memang sendirian disini ya?" tanya Zayden yang sedikit banyak nya mulai penasaran dengan gadis ini. Gadis muda yang sederhana namun dibalik kesederhanaan nya ini ada aura yang cukup memikat. Alyssa pintar sekali menutupi nya.
"Udah dua tahun mas. Iya, saya sendiri dikota ini. Ibu sama bapak saya juga udah enggak ada. Cuma beda nya saya tinggal sama bibi dari kecil. Dan karena udah bisa kerja, jadi ya lebih baik misah aja. Cari pengalaman" jawab Alyssa
"Hebat kamu" puji Zayden.
Alyssa langsung tertawa malu mendengar itu.
"Yasudah, mas tunggu disini ya. Saya mau masak dulu, pasti udah laper kan" ujar Alyssa seraya beranjak dari duduk nya.
"Kamu bisa masak?" tanya Zayden memandang Alyssa dengan heran.
Alyssa langsung mendengus senyum mendengar itu.
"Bisa dong, kan udah besar. Saya hobi masak, jadi mas pasti suka. Ya, walau pun cuma masakan rumahan" jawab nya.
Zayden tersenyum dan juga ikut beranjak.
"Saya mau lihat ya, saya bosan kalau cuma nunggu. Siapa tahu bisa ikut bantu" ucap Zayden.
"Kaki nya udah bisa dibawa jalan?" tanya Alyssa.
"Udah kok, kata mbok Minah tadi kan udah harus dibawa jalan biar tidak kaku" jawab Zayden.
"Oh, yauda, ayo deh. Biar cepat selesai. Saya udah laper banget soalnya" jawab Alyssa seraya berjalan menuju dapur kecilnya.
"Tapi tadi sudah sarapan roti" ucap Zayden yang juga mengikuti Alyssa kebelakang.
"Cuma roti doang, untuk ganjel perut aja mah itu" jawab Alyssa seraya mengeluarkan belanjaan dari kantong plastik yang tadi sempat dibelinya diwarung.
"Saya belum gajian mas, jadi cuma bisa beli tahu tempe sama sayuran doang, tapi ini ada telur juga sih. Gak apa apa ya." tanya Alyssa pada Zayden yang sudah duduk dikursi dan memandangi gadis kecil ini.
Mendengar perkataan Alyssa, Zayden jadi sedih dan terharu. Untuk makan saja begitu payahnya dia, sedangkan Zayden selama ini selalu saja pemilih.
"Tidak apa apa. Saya suka, dan ini sudah cukup. Kamu terlalu repot memberi saya makan" balas Zayden.
Alyssa tersenyum seraya meraih mangkuk untuk tempat sayur dan yang lain nya.
"Namanya juga ada tamu, jadi harus dilayani sebisa mungkin kan" jawab Alyssa
Zayden tersenyum dan menggangguk. Seandainya saja dia tidak sedang menyamar, pasti Alyssa sudah dia bawa makan direstauran.
"Yasudah sini saya bantu" tawar Zayden.
Alyssa tersenyum dan langsung menggeser mangkuk dan seikat sayur kangkung kehadapan Zayden.
"Petik aja mas, pilih yang muda" ujar Alyssa dan Zayden langsung mengangguk.
Dalam hati dia tertawa lucu mengenang kelakuan nya ini. Bisa bisa nya seorang CEO perusahaan besar memegang sayuran dan memasak didapur kecil ini. Astaga, semoga saja kakek nya tidak tahu. Jika tahu maka habislah dia, tapi apa mungkin kakek nya bisa bangga dengan pencapaian aneh nya ini, entah lah.
Dan tidak sampai satu jam Zayden membantu Alyssa memasak, bukan membantu sebenarnya, hanya menemani saja seraya berbincang ringan tentang kehidupan Alyssa. Yang ternyata mampu membuat seorang Zayden salut dengan nya. Dan lagi pembicaraan terakhir mereka membuat Zayden cukup antusias.
"Jadi kamu sering mengantar makanan keproyek hotel yang belum jadi itu?" tanya Zayden. Saat ini mereka sedang makan bersama. Meski aneh dilidah karena makanan ini sangat sederhana, namun Zayden tetap menikmatinya, apalagi rasanya yang juga cocok dilidahnya yang pemilih.
"Iya, hampir setiap hari malah. Paling kalau saya lagi off aja baru libur" jawab Alyssa yang tanpa tahu alasan dibalik senyum penuh arti Zayden sekarang.
"Kamu tahu siapa bos nya disana?" tanya Zayden semakin semangat. Dan dengan polosnya Alyssa mengangguk.
"Mas Gerry, dia yang ditugasin ngawasin proyek itu sama yang punya. Kalau yang punya saya gak tahu mas. Tapi denger denger masih muda dan ganteng" jawab Alyssa seraya tertawa kecil.
Zayden langsung mendengus senyum mendengar itu. Seperti nya gadis polos ini bisa dia jadikan alat untuk masuk kedalam sana dan mengetahui apa yang sebenar nya terjadi. Apalagi Alyssa mengenal Gerry si pengkhianat licik itu.
Oke sepertinya bertemu dengan Alyssa adalah keberuntungan baginya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!